Disusun oleh
2019
A. PENDAHULUAN
Upacara adat merupakan salah satu aset budaya bangsa yang harus
dilestarikan karena didalamnya mengandung nilai-nilai kearifan lokal. Setiap
tahapan dalam melaksanakan upacara mengandung ajaran yang pada intinya
mengajarkan manusia agar selalu berbuat baik kepada sesama, dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bagi masyarakat Jawa, upacara adat sangat
bermanfaat bagi kehidupan. Walaupun sekarang sudah jaman modern, namun
upacara adat bagi masyarakat Jawa masih dilaksanakan. Di dalam kebudayaan
Jawa, setiap Anugerah dan Karunia-Nya kepada masyarakat dan ucapan seseorang
untuk melunasi utang nazar yang pernah terucap akan ada upacaranya. Salah satu
upacara adat yang dilaksanakan ketika wujud rasa syukur dan bernadzar adalah
Luwaran.
Luwaran adalah suatu acara dari masyarakat yang juga disebut nazar,
yakni ketika seseorang yang mempunyai nazar (janji pada diri sendiri) yang sudah
dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Esa akan melakukan upacara adat Luwaran.
Upacara ini dilaksanakan oleh masyarakat pedukuhan Taruban, salah satu rintisan
desa budaya Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. Orang
yang melakukan upacara ini tidak hanya dari pedukuhan Taruban melainkan dari
berbagai daerah di Yogyakarta, hanya saja upacara ini dilaksanakan di pedukuhan
Taruban, Sentolo.
B. KERANGKA TEORI
Darinya, dpat diambil kesimpulan bahwa kata syukur dalam bahasa Indonesia
merupakan kata yang merujuk pada perwujudan atau perasaan terima kasih atas
suatu nikmat yang didapat. Singkatnya, ketika seseorang, atau suatu kelompok,
mendapatkan suatu hal yang baik lalu menyatakan perasaan bahagia atasnya
melalui berbagai bentuk, itulah yang dinamakan syukur.
Meski demikian, yang terlintas pertama kali ketika mendengar kata syukur
adalah perwujudannya dalam perkataan. Tentu, tidaklah jarang ditemui orang-
orang yang berkata, “Alhamdulillah” atau “Puji Tuhan” ketika mereka mendapat
nikmat. Namun begitu, perwujudan rasa sykur kepada Yang Memberi Nikmat
tentu tidak terbatas seladar pada ucapan.
Rasa syukur tersebut dapat diwujudkan dalam berbagai cara, salah satunya
dengan mengadakan syukuran. Syukuran itu sendiri sering ditemui di pedesaan-
pedesaan di Indonesia. Di Jawa, syukuran tersebut dapat dijumpai dengan
berbagai istilah, seperti gendhuren dan lain sebagainya. Di Desa … Kecamatan …
Kabupaten …, syukuran tersebut diwujudkan masyarakat setempat dengan
mengadakan acara kirab Luwaran.
Walakin, Luwaran sendiri tidak sekadar wujud rasa syukur semata, tapi juga
merupakan usaha untuk melestarikan budaya. Hal tersebut tampak pada acara
setelah tahlilan diadakan, yakni dengan mengadakan arak-arakan yang terdiri dari
gunungan, ogoh-ogoh, bergodo, dan berbagai jenis kesenian tradisional lainnya.
Lebih jauh lagi, acara Luwaran yang bisa dihadiri mencapai lima ribu orang
ini bisa saja beruntung mendapatkan pulsa secara gratis. Namun demikian, tentu
pulsa yang dibagikan secara gratis ini tidak untuk semua yang hadir, melainkan
terbatas pada sekitar seribu orang saja. Hal tersebut menandakan bahwa Luwaran
merupakan perwujudan rasa syukur masyarakat Desa … sekaligus usaha
melestarikan warisan budaya yang terus mengikuti perkembangan zaman.
e. Subsistem (misalnya: jumlah dan jenis seksi, segmen, atau divisi khusus yang
dapat dibedakan)
C. METODE
Pendekatan Penelitian
Lokasi Penelitian
Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang maksimal maka peneliti dengan siap
menggunakan berbagai alat bantu dalam pengumpulannya. Instrumen yang
dipakai dalam penelitian ini di antaranya yaitu catatan atau list daftar pertanyaan,
buku catatan, dan tiga alat perekam suara berupa telepon seluler.
Sumber Data
Sumber data primer didapat dari dua sumber, yaitu Kepala Dukuh Taruban
yang bernama Bapak Paridi dan ketua desa budaya, Bapak Ambardi. Selain itu
Peneliti juga menambahkan dua tambahan narasumber bernama Bapak Kawit dan
Mas Wahyu yang merupakan warga aktif pegiat tradisi Luwaran di sana.
Disamping sumber primer tadi, peneliti juga memiliki sumber data sekunder yang
secara tidak langsung akan memperkuat hasil dari penelitian ini. sumber data
sekudner diperoleh melalui studi kepustakaan dengan bantuan berupa media
elektronik, dan dokumentasi.
Validitas Data
Teknik yang digunakan peneliti adalah kualitatif interaktif yang terdiri dari
empat pokok, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan (verifikasi).
D. PEMBAHASAN
1. Bersih desa
Bersih desa adalah serangkaian acara yang pertama yaitu ngluari nadir atau
nadar (perkataan) yang sudah terucap dari diri seseorang, maka nadar
(perkataan) tersebut wajib dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya
dalam peraturan di desa Taruban.
5. Kenduri
Kenduri sendiri adalah serangkaian kegiatan yang merupakan wujud rasa
syukur kepada Allah SWT karena telah diberi panen yang cukup untuk
kebutuhan keluarga dan masyarakat.
6. Mujahadahan
Mujahadahan adalah acara pengajian yang diselenggarakan dengan tujuan
untuk mendoakan keluarga ahli waris yang dimakamkan di makam Jaka
Tarub.
7. Kirab gunungan
Kirab gunungan adalah wujud rasa syukur kepada Allah SWT karena diberi
hasil panen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan di
masyarakat. kirab gunungan yang diikuti oleh 22 grup kesenian tradisi dan
religius, seperti jathilan klasik dan hadroh. Kirab yang dipimpin oleh
bregodo tersebut berjalan melewati dua desa, Taruban Wetan dan Kulon,
menuju sendang kamulyan dan makam Jaka Tarub. Dalam kirab tersebut ada
patung ogoh-ogoh yang pada akhirnya dibakar sebagai wujud penyampaian
doa-doa yang dikirimkan. Gunungan yang berisi hasil panen tersebut
diperebutkan masyarakat di halaman pendapa.
Kaserun AS & Nur Mufid. 2010. Kamus Al-Kamal. Surabaya: Pustaka Progressif.
Roucek dan Warren. 2004. Dalam Raharjo, Pengantar Sosiologi Perdesaan dan
Pertanian. Yogyakarta: UGM Press.