Anda di halaman 1dari 4

HELENISME NEO-PHYTHAGORAS DALAM TRADISI LOKAL DAN

BUDAYA “GANTI LANGSE” DI ALAS KETONGGO DESA BABADAN


KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWI

HANNA FITRA HUMAIDA


Managemen Pendidikan Islam (MPI/1)

INSTITUT AGAMA ISLAM NGAWI

Abstrak

Artikel ini membahas digunakan untuk mengetahui tradisi, proses, tujuan, dan dampak
terhadap masyarakat Desa Babadan, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi. Kepercayaan
Ganti Langse atau Ganti Slambu dilaksanakan dipunden Srigati dan Kali Tempuk yang
mistik Neo-pythagoras yang konon terdapat tempat perjalanan dan Lengsernya Kerajaan
Majapahit. Tradisi ini menunjukan bahwa Ganti Langse masih dilaksakan pada setiap
tahunnya khususnya bulan Muharrom atau Suro.

Kata kunci :kepercayaan, tradesi dan budaya ganti langse

A.PENDAHULUAN

Helenisme neo-pythagoras dalam tradisi dan budaya local memang sama-sama


melalui kepercayaan dan aliran karena dulu walisongo menyebarkan agama islam melalui
akulturasi budaya dan pengabdian. Neo-pythagoras adalah mendidik kebatinan dengan
belajar menyucikan diri dengan roh melalui perkembanganya.Tradisi adalah suatu yang telah
di lakukan sejak lama dan menjadi kebiasaan bagi kehidupan masyarakat. Sedangkan budaya
adalah simbol bahwa kita ada didalamnya. Tradisi dan budaya local selalu berkaitan satu
sama lain namun tak jauh dari ritual kepercayaan. Demikian halnya dengan budaya yang
berkembang di Indonesia. Tradisi dan Budaya di jawa saat ini sangat mendominasi. Tradisi
dan budaya misalnya gantilangse di Desa Babadan Kecamatan Paron. KabupatenNgawi.
Disisi lain ternyata tradisi dan budaya yang ada pada masyarakat jawa memberikan warna

1
bagi kebudayaan yang ada di Indonesia dan juga tradisi dan budaya diyakini memiliki
kepercayaan masyarakat setempat dan memberikan pengaruh dalam kehidupannya.

B.PEMBAHASAN

Tradisi Ganti langse adalah tradisi yang sudah ada sejak zaman nenek moyang dan
itu adalah salah satu warisan yang ada di Desa Babadan, Srigati. Ritual dan tradisi itu sampai
saat ini masih berlangsung di desa Babadan Srigati. Biasanya tradisi ini di iringi oleh tarian
Bedhayan.

B.1 Tradisi Ganti Langse

Tradisi ini menganut sejarah runtuhnya kerajaan majapahit di kala masa


Prabu Brawijaya V yang meninggalkan adat budaya yang masih di lestarikan hingga
kini. Tradisi dan budaya ini suatu ritual yang sebagian terdapat hal mistik dari
kepercayaan roh-roh atau kepercayaan neo-pythagoras yang mempercayai antara
tuhan dan dunia lain. Salah satunya seperti tradisi budaya ganti langse/ganti slambu
berupa mori putih bersih sepanjang 15 meter yang kini menjadi “ kirap budaya ganti
langse“ di laksanakan setiap bulan Muharrom/Suro tepat pada bulan purnama
jelasnya tanggal 15 hitungan bulan hijriyah yang di fungsikan sbagai penutup
palenggahan agung srigati atau melepas baju sang prabu wijaya di alas ketonggo Desa
Babadan Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi.

B.2 Prosesi GantiLangse

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif (mencari titik masalah)


yang berdasarkan study lapangan dengan cara melihat dan mengikuti maka dari itu
kita bias mengambil objek serta memahaminya. Satu ritual tradisi yang sangat di
percayai tersebut di gelar secara khidmat penuh penghayatan yang di awali dengan
penyerahan kain langse/slambu mori warna putih oleh ketua DPRD ngawi ke KADES
Babadadan yang di iringi Tari Bedhayan yang di lakukan oleh 8 penari yang masih
gadis/perawan.

Ritual selanjutnya bancaan/slametan yang di pimpin pemangku adat


setempat, meliputi tumpeng, urap, bubur sengkolo, dan aneka ragam polo pendem
yang mewakili filosofi sebuah makna tersendiri. Tak cukup itu pada malam harinya
masih di laksanakan acara malaman yang di meriahkan dengan pagelaran wayang
semalaman suntuk.

2
B.3 Tujuan Tradisi Ganti Langse

Masyarakat melaksanakan kegiatan Langse memang mempunyai tujuan


tersendiri dan semua itu tergantung pada kepercayaan kita. Konon katanya tradisi
ganti langse merupakan salah satu cara untuk mengurangi dampak negative akibat
dari system pertanian konvensional. Selain itu puncak utama dari tradisi dan budaya
tersebut yaitu mengganti langse penutup palenggahan agung srigati.

Yang paling uniknya tujuan Ganti langse yaitu sebagai pelestarian budaya
serta promosi wisata dan sebaliknya biasa memberikan asas manfaat bagi warga
sekitar terutama peningkatan perekonomian warga. Selain itu tradisi budaya ganti
langse tak kalah saing akan menjadi pemicu suara tradisi budaya ngawi sama halnya
dengan tradisi yang di gelar di daerah lain.

B.4 Dampak Tradisi Ganti Langse

Warga Masyarakat di berbagai wilayah khususnya daerah Desa Babadan


masih terlalu percaya akan hal mistik roh-roh dan peninggalan pada zaman dahulu
hingga di anut pada zaman sekarang atau yang di sebut “Helenisme Pythagoras”,
hingga ada yang salah mengartikan tradisi budaya tersebut.

Langse/mori yang sudah di ganti/ yang lama khususnya bagi pedagang


kalau menyimpan potongan langse itu bisnisnya akan lancar demikian pula pejabat
apabila menyimpan potongan langse karirnya bisa meningkat. Kepercayaan tersebut
hingga membuat akan lupa pada Tuhan yang maha Esa. Karena masyarakat cenderung
merasa puas dengan apa yang sudah di peroleh atau di milikinya maka tak pandang itu
dari mana asal-usulnya.

C.PENUTUP

C.1 Kesimpulan

Tradisi budaya seperti ganti langse pada masyarakat Desa Babadan sudah
menjadi tradisi dan budaya rutinan tahunan yang di kemas secara universal/menjadi
daya tarik, bahkan adanya acara tersebut menjadi ajang wisata bagi luar daerah.
Dengan adanya tradisi dan budaya tersebut mungkin mempunyai nilai-nilai
kepercayaan dan kearifan tersendiri karena tradisi dan budaya janganlah di kaitkan
dengan pemujaan melaikan sebagai doa dan harapan.

3
Meski tempat tersebut banyak hal mistik pada zaman dahulu tapi
percayalah semua itu tergantung pada kepercayaan-kepercayaan kita, karna tujuan
utama dari Ganti Langse zaman dahulu ialah menghormati dan mendoakan para
leluhur yang telah menjadi sejarah hingga menjadi ritual tradisi dan budaya, tetapi
sekarang Ganti Langse ditambah lagi dengan tujuan membentuk perwujudan atas
sebuah harapan menuju ketentraman dan kesejahteraan menambah rasa syukur
terhadap hasil bumi atau rasa syukur atas rejeki yg di peroleh.

C.2 Saran

Semua tergantung pada diri sendri bagaimana kita mempercayainya Berhak


melihat dan mengikuti tradisi dan budaya di sekitar kita namun kita harus bias
membedakan dan mengambil sisi positif pada tradisi tersebut. Meski kita dapat
melihat setitik kenyataan setidaknya segala hal di benarkan oleh akal pikiran kita dan
standar kebenaran dari kepercayaan itu sendiri.

Atau ada baiknya sesepuh atau juru kunci memberikan sedikit ceramah
mengenai tradisi ganti langse tersebut. Agar semua kalangan mengerti sejarah dan
tujuan tradisi Ganti Langse. Namun jangan sampai kita salah dalam mengartikannya
karna kita juga dapat membudidayakan, melestarikan serta mengambil hikmahnya.

D.DAFTAR PUSTAKA

Hasil Wawancara mbah Marji, Juru kunci Srigati, Pukul 08.30 Kamis, 26 Oktober 2017

A. Hanafi, 1976. Pengantar Filsafat Islam,BulanBintang, Jakarta.

Mohammad Hatta, 1986. Alam Pikiran, Tintamas, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai