Nuryah
Institut Agama Islam Negeri Jurai Siwo Metro Lampung
E-mail: pegiataksara@gmail.com
Abstract
This paper describes About Tedhak Siten as
acculturation Islam - Java. The article describes a study
initiated Of A Village kedawung, District Pejagoan,
Kebumen, Central Java, then society in kedawung Village,
District Pejagoan classified as Java community. Properly on
Java community in general, society in kedawung Village,
District Pejagoan Also running religious rituals in
traditional Javanese, although some rituals Performed By
community in the village kedawung. People in the village
kedawung, District Pejagoan hearts run Tedhak Siten
Tradition now has much different from rules indigenous
people of Java. Had a lot of 'people in the village Kedawung,
District Pejagoan implement Tedhak Siten with more how
well as shape the practical and modern. Tedhak Siten what
do usually kids time 7 months old Javanese calendar And
first down through the soil. Singer it is customary or habits
that are very good For Ask The Java community Condensed
spiritual with not contradict the norms of Islam. So we must
be proud and maintain the preservation of the culture.
Keywords: Tedhak Siten, Java, and Islam
Abstrak
Tulisan ini menjelaskan tentang Tedhak Siten sebagai
akulturasi budaya Islam-Jawa. Tulisan yang diawali dari
sebuah studi di Desa Kedawung, Kecamatan Pejagoan,
Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, maka masyarakat di
Desa Kedawung, Kecamatan Pejagoan tergolong masyarakat
Jawa. Selayaknya masyarakat Jawa pada umumnya,
masyarakat di Desa Kedawung, Kecamatan Pejagoan juga
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tradisi merupakan adat kebiasaan turun-temurun yang
masih dijalankan dalam masyarakat, penilaian, atau anggapan
bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik
dan benar.1 Islam adalah sebuah tradisi yang berhubungan
dengan tradisi lain. Kadangkala hubungan tersebut
memunculkan tradisi baru. Sebuah tradisi hasil hibridasi atau
perkawinan antara Islam di satu sisi serta tradisi lokal pada
sisi yang lain. Pada masyarakat Jawa hasil hibridasi ini
kemudian dikenal dengan Islam-Jawa yang merupakan wujud
dari akulturasi dengan kebudayaan lokal. Kenyataan ini
semakin memperkuat pandangan bahwa Islam tidaklah hanya
berupa sekumpulan doktrin. Akan tetapi juga, Islam dihayati
dan diamalkan oleh para pemeluknya menjadi sebuah realitas
kebudayaan. Maka, akulturasi budaya antara Islam dengan
kebudayaan lokal adalah bagian dari sekian banyak ekspresi
1
Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Pusat Belajar,
2012), hlm. 686
2
Akhmad Arif Junaidi, dkk. “Janengan Sebagai Seni Tradisional
Islam-Jawa”, Jurnal Walisongo Volume 21 Nomor 2 November 2013
hlm. 470
3
Akhmad Arif Junaidi, dkk. “Janengan Sebagai Seni Tradisional
Islam-Jawa”, Jurnal Walisongo Volume 21 Nomor 2 November 2013
hlm. 472-473
4
Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa, (Yogyakata: Gama
Media, 2000), hlm. 130-131
5
Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa Ritual-ritual
dan Tradisi Tentang Kehamilan, Kelahiran, Pernikahan, dan Kematian
dalam Kehidupan Sehari-hari Masyarakat Islam Jawa, (Yogyakarta:
Narasi, 2010), hlm. 27
3. Metode Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
atau prilaku yang dapat diamati. Pada penelitian ini penulis
menitik beratkan pada akulturasi budaya Islam Jawa pada
tradisi tedhak siten (mudun lemah atau turun tanah)
masyarakat Desa Kedawung Kecamatan Pejagoan Kabupaten
Kebumen. Jenis penelitiannya adalah field research
(penelitian lapangan). Instrumen pengumpulan data berupa
wawancara dan sebagainya.
7
Koentjaraningrat, “Pengantar Ilmu Antropologi”, (Jakarta, Aksara
Baru, 1980), hlm. 247-248 dalam Ali Abdul Rodzik, Akulturasi Budaya
Betawi Dengan Tionghoa (Studi Komunikasi Antarbudaya pada Kesenian
Gambang Kromong di Perkampungan Budaya Betawi, Kelurahan
Srengseng Sawah), (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, 2008), hlm.1
8
Ja‟far Shodiq, Pertemuan Antara Tarekat dan NU, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 84
9
Sri Suhandjati Sukri,ijtihad Progresif Yadasipura II, (Yogyakarta:
Gama Media, 2004), hlm. 27
10
Sapriya, dkk. Konsep Dasar IPS Edisi Kesatu. (Bandung: Upi
Press, 2006), hlm. 180-181.
11
Mundzirin Yusuf, dkk, Islam dan Budaya Lokal, (Yogyakarta:
Pokja Akademik UIN Suka, 2005), hlm. 16
12
Mundzirin Yusuf, dkk, hlm. 129
13
Mundzirin Yusuf, dkk, hlm. 18
14
YN Harahap, Repository Universitas Sumatera Utara, ( Medan:
Universitas Sumatera Utara, 2013), hlm. 9
15
Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa (Yogyakarta:Gama
Media, 2000), hlm. 119.
16
Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen, (Yogyakarta:Narasi, 2006),
hlm. 75.
17
Romdhon dkk, Agama-Agama di Dunia (Yogyakarta: IAIN Sunan
Kalijaga Press, 1988), hlm. 36 dan 43
18
Ridwan, “Dialektika Islam dan Budaya Jawa”, dalam Ibda’
Volume 3, Nomor 1 Januari - Juni 2005 (Purwokerto: P3M STAIN
Purwokerto, 2005), hlm. 20.
19
Romdhon dkk, hlm. 36
20
Simuh, Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Rangga Warsita,
(Jakarta:UI-Press, 1998), hlm. 278.
21
John Pemberton, Jawa (Yogyakarta: Mata Bangsa, 2003), hlm.
368 – 380.
22
Singgih Wibisono, Kirap Pusaka, (Surakarta: Museum
Radyapustaka, 1972), hlm. 17.
23
Shelia Windya Sari, “Pergeseran Nilai-Nilai Religius Kenduri
Dalam Tradisi Jawa Oleh Masyarakat Perkotaan”, Jurnal Candi: Jurnal
Pendidikan dan Penelitian Sejarah, Volumen 4, Tahun 2012, hlm. 12-13
24
Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa, (Jakarta:
PT Suka Buku, 2010), hlm. 50
D. KESIMPULAN
Tradisi Tedhak Siten ini menghadapi masalah berupa
pandangan yang masih kontroversial tentang hubungannya
antara Islam dan budaya. Sebagai hasil dari akulturasi Islam-
Jawa, Tedhak Siten menghadapi masalah yang terkait dengan
budaya kehidupan masyarakat jawa modern sekarang ini
yang masih kurang berpihak terhadap pemberdayaan tradisi.
Dengan kenyataan ini maka konservasi tradisi Tedhak Siten
bisa tetap lestari.
Tedhak Siten yang biasaya dilakukan waktu anak
berumur 7 bulan kalender jawa dan pertama kali turun tanah.
Hal ini merupakan adat atau kebiasaan yang sangat baik bagi
masyarakat jawa asli yang kental dengan spiritual dengan
tidak bertentangan dengan norma-norma agama Islam. Maka
kita harus bangga dan menjaga akan kelestarian budaya
tersebut.
25
Ida Sholihatin, Makna Tradisi Tedhak Siti Dan Relevansinya
Dengan Ajaran Islam (Di Desa Sukosono Kecamatan Kedung Kabupaten
Jepara, (Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo, 2015), hlm. 63-
66 .
Daftar Pustaka