Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan atas berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat

menyelesaikan makalah yang berbentuk esai ini dengan baik dan lancar.

Terima kasih kepada ibu Erna selaku dosen bidang studi ilmu sosial budaya dasar, serta

rekan-rekan yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Karena berkat

bantuan rekan-rekan sekalian makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.

Dalam makalah ini membahas tentang ”KEBUDAYAAN YANG ADA DI JAWA”

makalah ini merupakan tugas yang diberikan oleh Dosen bidang studi  Ilmu Sosial Budaya Dasar

Universitas Respati Yogyakarta (UNRIYO). Yang kami buat berdasarkan  refrensi yang kami

ambil dari berbagai sumber, diantaranya buku dan internet. Makalah ini diharapkan bisa

menambah wawasan dan pengetahuan yang selama ini kita cari. Kami berharap bisa dimafaatkan

semaksimal dan sebaik mugkin.

Demikian pula dengan makalah ini yang masih jauh dari sempurna, kami mohon maaf jika

terdapat kesalahan dalam makalah ini, karena keterbatasan penulis sabagai manusia biasa yang

tak luput dari kesalahan. oleh karena itu saran dan kritik yang barsifat  membangun tetap kami

nantikan dan kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

 Yogyakarta, Mei 2014

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN       

1.1  LATAR BELAKANG

1.2  TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

     2.1 Adat istiadat suku jawa saat pernikahan

     2.2 Adat istiadat suku jawa saat kehamilan

     2.3 Adat istiadat suku jawa saat kematian

BAB III PENUTUP

     3.1 Penutup

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Kebudayaan, suatu istilah yang mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Istilah yang

berasal dari bahasa sansakerta “buddhayah” yang berarti budi atau akal. Sementara kebudayaan

itu sendiri kurang lebih memiliki makna semua hasil dari karya, rasa, dan cita-cita masyarakat.

Indonesia adalah negeri yang sangat kaya, dengan 17.548 pulau yang membentang membuat

Indonesia memiliki sumber daya alam yang begitu melimpah ruah baik dari darat maupun dari

laut.

Dengan jumlah pulau yang begitu banyak yang dipisahkan dengan lautan yang begitu luas,

tidak heran Indonesia juga kaya akan kebudayaan yang begitu beraneka ragam dari budaya Aceh

hingga budaya Papua. Suku Jawa, sebagai salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia dengan

jumlah mencapai hampir seratus juta, dan juga kebudayaanya yang telah lahir selama berabad-

abad, memiliki kebudayaan yang begitu beraneka ragam, dan pasti membuat takjub orang yang

melihatnya. dan budaya itu masih tetap lestari karena diwariskan kepada generasi selanjutnya.

1.2  Maksud dan Tujuan

Karena menjaga, memelihara dan melestarikan kebudayaan merupakan kewajiban setiap

individu, maka dalam realisasinya saya mencoba menyusun makalah yang berjudul Kebudayaan

Jawa Tengah yang didalamnya mengulas tentang berbagai kebudayaan tradisional Jawa Tengah.

Penyusunan makalah yang berjudul Budaya Jawa Tengah ini bertujuan agar pembaca

mengetahui bahwa Jawa Tengah merupakan daerah yang kaya akan budaya serta menyadari

bahwa menjaga dan melestarikan kebudayaan daerah merupakan kewajiban dari setiap orang.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Asal-Usul Budaya Jawa

Dalam catatan Yunani, yang ditulis Claucius Ptolomeus (tahun 165 M) istilah labadiou

(jawadwipa) digunakan untuk menyebut pulau Jawa, yang mana kurang lebih artinya adalah

sebuah pulau yang jauh terletak di tenggara yang kaya akan beras .

Njowo digunakan sebagai sebuah ungkapan untuk mendefinisikan tingkah laku seseorang,

atau dengan kata lain njowo itu adalah mengerti; paham; beretika sesuai dengan (budaya) Jawa .

Di pulau jawa masih banyak terdapat  budaya baik dari jawa tengah,jawa barat,jawa

timur,dan daerah istimewa yogyakarta.Budaya budaya tersebut masih lestari sampai saat

ini.Salah satu budaya yang masih lestari adalah adat istiadat dari suku jawa itu sendiri.

 Adat istiadat suku jawa masih sering di gunakan dalam berbagai kegiatan

masyarakat.Misalnya mulai masa masa kehamilan hingga kematian ada istiadat ini digunakan

dan diterapkan dalam hidupnya.Masyarakat suku jawa merupakan masyarakat dengan jumlah

populasi terbesar di Indonesia.

Suku jawa berasal dari provinsi jawa tengah,jawa timur,jawa barat,dan daerah istimewa

yogyakarta.Suku jawa tidak pernah lepas dari adat istiadat yang memang sudah sangat di

percayai sejak dulu.Adat istiadat adalah sebuah budaya dan kebiasaan yang telah turun temurun 

dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Jawa.Bahkan di masyarakat seakan terdapat keharusan

untuk melakukannya,bagi sebagian orang yang tidak melakukan atau mulai meninggalkan adat

istiadat ini di anggap sebagai orang yang tidak wajar bahkan sering menerima gunjingan dari

masyarakat sekitar.Kebanyakan adat istiadat yang ada bersumber dari kepercayaan nenek
moyang terlebih dahulu dari masyarakat jawa dan tidak bersumber dari agama terutama agama

islam sebagai agama yang banyak di peluk oleh sebagian besar masyarakat.

Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa pelaksanaan adat istiadat suku jawa ini terdapat

dalam banyak aspek kehidupan manusia.Adat istiadat ini dimulai dari hamilanya seorang wanita

yang mengandung  bayi,saat seorang memulai sebuah kehidupan baru dalam bahtera pernikahan

sampai dalam hal kematian,adat istiadat ini selalu mengikuti.

2.2 Adat istiadat suku jawa saat upacara pernikahan

Adat istiadat suku jawa juga sering dilaksanakan saat upacara pernikahan.Masyarakat jawa

percaya akan adanya hari yang baik untuk melaksanakan pernikahan.Hal ini biasanya berpatokan

pada buku primbon jawa,jadi tidak semua hari dapat di laksanakan acara pernikahan.Hari dan

tanggal pernikahan dilaksanakan dan ditentukan berdasarkan hitungan weton antara kedua calon

mempelai pngantin.Ada hari dan bulan tertentu yang tidak boleh dilakukan acara pernikahan

karena dipercaya apabila pada hari dan blan tersebut dilakukan upacara pernikahan maka akan

memberikan pengaruh pengaruh yang buruk terhadap kehidupan pernikahan yang telah di

bangun.

Sebelum acara upacara pernikahan kedua calon mempelai pengantin tidak boleh bertemu

selama 2 sampai 1 minggu ritual ini disebut juga dengan pingitan.Ritual pingitan ini ditunjukkan

untuk mempersiapkan fisik dan mental si gadis yang akan memasuki jenjang pernikahan.

Sehari sebelum acara pernikahan berlangsung,calon mempelai wanita kembali melakukan

ritual.Kali ini ritual berupa siraman.Siraman menggunakan air dari tujuh sumur dan di campur

dengan bunga,air tersebut selain untuk mandi juga dipergunakan untuk wudhu bagi yang

beragama islam.
Kemudian malam harinya diadakan acara ritual midodoreni .Ritual ini biasanya juga

menjadi acara pertemuan sebelum pernikahan antara kedua keluarga mempelai.Saat pernikahan

berlangsung ritual adat istiadat suku jawa yang dilakukan lebih banyak adalah lempar sirih,dan

membasuh kedua kaki mempelai pria oleh mempelai wanita yang menyimbolkan bahwa

nantinya istri akan selalu menjaga dan menerima baik dan buruknya suami.Satu hal lagi bagi

anak yang pertama ketika berlangsungnya acara pernikahan yaitu memecahkan kendi dan

masyarakat percaya supaya adik adiknya nantinya dapat menyusul dan mudah mendapatkan

jodoh.

2.3 Adat istiadat suku jawa saat kehamilan

Saat seorang wanita suku jawa mengandung ia akan benar benar di jaga agar tidak terjadi

hal hal yang buruk yang menimpanya.Untuk merefleksinya hal ini,masyarakat suku jawa

mengadakan slametan.Slametan ini di lakukan dua kali selama masa kehamilan.Yang pertama

saat usia kandungan mencapai usia tiga bulan dan yang kedua saat kandungan mencapai umur

tujuh bulan.Slametan tiga bulan disebut neloni atau dalam bahasa indonesia berarti hal

ketiga.Sedangkan slametan saat usia kandungan sudah mencapai tujuh bulan biasa disebut

mitoni.Pada ritual kedua neloni dan mitoni ini di jalankan dengan membuat beberapa jenis

makanan tertentu yang kemudian di bagikan pada orang orang terdekat yang ada atau di sebut

juga dengan tetangga.

Terdapat jenis makanan tertentu yang di buat misalnya jenang blawok yaitu kue yang

dibuat dari tepung terigu yang dibungkus dengan daun nangka.Trancam yaitu makanan yang di

terbuat dari cacahan mentimun,tempe goreng,kacang toro dan dicampur dengan parutan

kelapa.Jenis makanan ini memang ini memang harus dibuat dan tidak boleh di tinggalkan.
          Pada ritual ini wanita yang telah mengundang dimandikan menggunakan campuran

air dan bunga,kain yang digunakan sebagai kemben jumlahnya harus tujuh dan dipakai secara

bergantian saat acara tingkeban berlangsung.Ketika bayi yang dikandung telah lahir suku jawa

juga memiiki ritual khusus untuk menyambut sijabang bayi dan ritual ini memiliki harapan dari

orang tua si bayi supaya jabang bayi diberi keselamatan dan terhindar dari hal hal yang buruk.

Ritual penyambutan sijabang bayi di sebut dengan istilah brokohan.Dalam acara brokohan

pun mempunyai jenis makanan yang dibuat seperti bubur merah dan bubur putih,kdua bubur itu

selalu ada dalam acara brokohan.Makanan makanan yang telah dibuat  dibagikan ke tetangga

terdekat.

2.4 Adat istiadat suku jawa saat upacara kematian

Ketika salah satu masyarakat suku jawa meninggal,ritual adat istiadatpun tidak lepas

mengiringi.Ritual ini dimaksutkan agar orang yang meninggal bisa mendapatkan tempat yang

baik di akhirat.Sebelum jenazah di bawa ke tempat pemakaman adat ritual yang khusus yang

dilakukan oleh seluruh anggota keluarga yang meninggal.Ritual yang biasa dilakukan adalah

brobosan yaitu melintasi dibawah jenazah yang sudah ditandu dengan cara berjongkok ritual ini

berharap supaya keluarga dapat ikhlas dan menerima takdir.

  Ritual adat istiadat belum selesai sampai situ.Ritual yang menyertai kematian ini juga di

sebut dengan istilah slametan ,slametan ini dilakukan berturut turut selama tujuh hari dan

dilakukan pada malam hari.Pada setiap malam dibuat aneka jenis makanan yang nantinya dibagi

pada orang orang yang datang.Bentuk acaranya di sebut tahlilan.Ritual ini memiliki tujuan untuk

mendoakan jenazah yang tlah meninggal.Slametan tidak hanya sampai tujuh hari tapi masih ada

slametan slametan yang lain seperti empat puluh hari,seratus hari,mendak satu,mendak dua,dan

seribu hari.
Semua slametan dilakukan oleh pihak keluarga dengan membuat aneka jenis makanan yang

nantinya dibagikan kepada tetangga terdekat atau saudara dari orang yang telah meninggal

tersebut.Hanya saja dalam melakukan slametan ini membutuhkan biaya yang tidak

sedikit,mungkin bagi sebagian orang yang memiliki harta yang berlebih mlakukan aneka

slametan ini bukanlah suatu masalah,justru slametan dilaksanakan dengan sangat meriah sama

halnya dengan acara pernikahan yaitu dibuat aneka jenis makanan dengan jumlah yang banyak

untuk dinikmati dan dibagikan kepada saudara dan tetangga.Namun kadang bagi sebagian orang

yang kurang dalam hal ekonominya untuk melakukan slametan ini bukanlah hal yang mudah dan

murah untuk dilakukan.

Namun karena mereka memahami slametan adalah sebuah keharusan yang memang harus

dilaksanakan bagaimanapun keadaan ekonomi dan keluarga yang ditinggalkan,maka ada

sebagian dari keluarga yang justru berhutang untuk melaksanakan acara slametan ini.Demikin

adat istiadat suku jawa yang dilakukan kepada orang orang yang hamil,melahirkan,menikah

hingga meninggal.Semuanya adalah kebiasaan yang telah dilakukan secara turun

menurun.Sebagai orang yang beriman kita harus pandai memilih dan memilah mana yang

memang diperbolehkan oleh syariat untuk dilakukan atau tidak.

BAB III

PENUTUP

Dengan mengetahui dan memahami budayanya, maka masyarakat akan tergerak hatinya

untuk mencintai dan menjaga budaya mereka. Jika rasa memiliki telah tumbuh, maka mereka

tidak akan pernah mau kehilangan budayanya. Sehingga mereka akan berusaha dengan keras
untuk menjaga budayanya tersebut dari segala hal yang mengancam keberadaan budaya tersebut

dan mereka akan selalu berusaha untuk melestarikannya.

Kita harus berupaya keras untuk mencari jalan keluar dari  permasalahan ini, sehingga kita

semua dapat terus menjaga kelestariannya. Dengan demikian generasi penerus kita masih dapat

menikmati budaya yang elok ini.

Sehingga kekhasanahan budaya bangsa ini juga akan tetap terjaga hingga akhir nanti.

Karena menjaga budaya daerah sama halnya dengan nenjaga budaya negeri ini. Dan hal ini

adalah salah satu perwujudan kecintaan kita kepada tanah air.

Anda mungkin juga menyukai