Anda di halaman 1dari 10

PRAKATA

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan kami Allah SWT yang telah
memberikan rahmad serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
foklor tentang makanan rakyat ini dengan harapan baik dan benar. Tidak terkira rasa
bahagia penulis rasakan atas terselesaikannya makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa
penulis sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
membantu penulis dalam proses penulisan makalah ini, dosen-dosen pengampu mata
kuliah foklor yang dengan kemurahan hatinya sudah memberikan kemudahan kepada
penulis dalam memberikan materi-materi tentang foklor.

Tidak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian. Terima kasih.

Semarang, 19 Juni 2014

Penulis

1|Makanan Rakyat
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Masyarakatnya terdiri dari
berbagai suku bangsa. Setiap daerahnya memiliki adat dan tradisi yang berbeda-beda.
Wilayahya terbentang dari berbagai kepulauan yang menjadi satu kesatuan yaitu Republik
Indonesia. Tidak salah apabila Indonesia disebut sebagai negeri yang kaya. Dari
keragaman itulah tercipta berbagai jenis foklor yang berbeda di setiap daerah. Begitu juga
dengan makanan rakyat. Makanan rakyat merupakan bentuk foklor bukan lisan yang
diturunkan secara turun menurun dari satu masa ke masa setelahnya. Namun tidak banyak
yang mempelajari atau mengkajinya. Dikarenakan masyarakat umum menganggap
makanan hanya sebagai apa yang bisa dimakan. Sebagai sesuatu yang dapat
mengenyangkan perut. Namun tidak banyak yang tahu tentang makna yang terkandung di
dalam makanan rakyat itu sendiri. Terlebih pada makanan rakyat yang disajikan pada
upacara-upacara adat maupun festival ataupun karnaval yang diselenggarakan oleh
masyarakat di suatu daerah tertentu.
Berdasarkan hal-hal yang telah diutarakan di atas, kami akan mengkaji mengenai
makanan rakyat yang terdapat pada upacara rakyat maupun karnaval yang diselenggarakan
oleh masyarakat, agar pembaca dapat lebih memahami dan mengetahui tentang tradisi
yang berkembang di daerahnya terutama mengenai makanan rakyat. Salah satu wujud dari
makanan rakyat yang akan dikaji oleh penulis adalah sesaji Rewanda yang terdapat dalam
upacara Rewanda.
1.2 Rumusan Masalah
1) Seperti apakah yang disebut makanan rakyat ?
2) Bagaimanakah sejarah terciptanya sesaji Rewanda ?
3) Bagaimanakah wujud dan makna yang terkandung dalam sesaji Rewanda ?
4) Apa sajakah fungsi yang terdapat dalam sesaji Rewanda?
1.3 Tujuan
1) Mendefinisikan kepada pembaca tentang makanan rakyat.
2) Menjelaskan kepada pembaca tentang sejarah terciptanya sesaji Rewanda.

2|Makanan Rakyat
3) Mendeskripsikan kepada pembaca mengenai wujud dan makna yang terkandung
dalam sesaji Rewanda.
4) Memberitahukan kepada pembaca mengenai fungsi-fungsi yang terdapat dalam
sesaji Rewanda.

3|Makanan Rakyat
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Makanan Rakyat

Berdasarkan bentuknya, foklor dibedakan menjadi tiga macam yaitu foklor lisan,
sebagian lisan, dan foklor bukan lisan. Salah satu contoh foklor bukan lisan adalah
makanan rakyat. Dari sudut antropologi atau foklor makanan merupakan fenomena
kebudayaan, oleh karena itu makan bukanlah sekadar produksi organisme dengan
kualitas-kualitas biokimia, yang dapat dikonsumsi oleh organisasi hidup, termasuk
juga untuk mempertahankan hidup mereka: melainkan bagi anggota setiap kolektif,
makanan selalu ditentukan oleh kebudayaannya masing-masing. Secara garis besar
cara memperoleh makanan rakyat dapat digolongkan menjadi dua yaitu langsung
mengambilnya dari alam seperti meramu, berburu dan menangkap ikan atau binatang
laut lainnya; dan dengan memproduksinya.

Lѐvi-Srauss mengatakan bahwa makanan manusia secara keseluruhan dapat


digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu: melalului proses pemasakan; melalui proses
peragian (fermentation); dan makanan yang masih mentah, dalama arti bebas dari
salah satu cara pengolahan. Makanan yang dimasak adalah makanan yang sebelum
dihidangkan diolah dahulu dengan mempergunakan panasnya api secara langsung
maupun tidak langsung. Cara pengolahan peragian atau disebut juga fermentasi adalah
dengan menularkan spora-spora ragi pada bahan makanan tertentu, agar terjadi
perubahan secara kemikal. Fermentasi dapat dilakukan di dalam sebuah wadah yang
terbuat dari tembikar, gelas, batu, kayu, plastik, maupun kulit buah tertentu (gourd),
bahkan juga binatang seperti luak.

Cara penyajian makanan dapat bersifat sederhana, tetapi dapat juga bersifat megah.
Tujuan penyajian makanan dapat untuk orang hidup, tetapi dapat juga untuk roh orang
mati, roh pribadi yang masih hidup, roh lelujur, roh halus lainnya, dewa, Tuhan,
maupun roh jahat. Cara penyajian makanan untuk sehari-hari adalah sederhana,
sedangkan untuk pesta atau upacara adalah lebuh rumit, bahkan sering kali juga lebih

4|Makanan Rakyat
sedap untuk dipandang daripada dimakan. Dari cara menyajikan makanan dapat juga
dijadikan ukuran megenai taraf perkembangan dari kebudayaan suatu suku bangsa.

Makanan rakyat memiliki makna simbolik, yaitu mempunyai arti sosial, agama, dan
lain-lain. Arti sosial maksudnya adalah makanan rakyat mempunyai fungsi
kemasyarakatan seperti untuk kesatuan desa, memperkukuh kedudukan golongan
tertentu dalam masyaraka, membedakan status golongan berdasarkan perbedaan seks,
usia, kasta, dan lain-lain. Untuk memperkuat arti simbolik itu, fungsi dari makanan
rakyat sering dihubungkan dengan suatu kepercayaaan, keyakinan, atau takhayul. Dan
untuk menunjangnya sering ada sanksinya baik yang berupa hukuman konkret maupun
gaib. Selain penting untuk kehidupan biologis , makanan rakyat juga penting demi
hubungan sosial. Menurut Foster dan Anderson secara simbolis makanan sedikitnya
dapat berupa empat ungkapan, yaitu a) ikatan sosial, b) solidaritas kelompok, c)
makanan dan ketegangan jiwa, d) simbolisme.

Makanan rakyat di Indonesia banyak sekali ragamnya. Setiap daerah memiliki


makanan khas yang berbeda dengan daerah lain. Keragaman tersebut dapat disebabkan
karena faktor kebutuhan yang berbeda-beda di setiap daerah. Namun tidak
memungkinkan adanya persamaan bentuk, nama, maupun rasa dari jenis-jenis
makanan yang ada di setiap daerah.

2.2 Sejarah Sesaji Rewanda

Rewanda merupakan salah satu upacara adat Semarang yang dilaksanakan di Tempat
Wisata Goa Kreo. Upacara adat sesaji Rewanda ini dirintis oleh Kasmani semenjak
tahun 1996 berdasarkan petunjuk dari Mbah Joyo Mungkiran. Upacara ini diadakan
setiap bulan syawal dan dulu diadakan pada tanggal 3, sekarang upacara ini diadakan
pada hari ke-7 bulan Syawal atau satu minggu setelah Hari Raya Idul Fitri.
Berdasarkan adat istiadat yang sudah diadakan secara turun temurun, dahulu upacara
atau ritual warga Talun Kacang diadakan secara kecil-kecilan seperti Nyadran Guo,
Sedekah Bumi, Nyadran Kali, Nyadran Kubur, dan masih banyak lagi, kemudian
sampel-sampel ritual tersebut dijadikan satu dan dinamakanlah Upacara Adat Sesaji
Rewanda.

Upacara ini dirintis tidak lain adalah untuk memberi makan kepada monyet-monyet
yang telah menjaga Goa Kreo dan menjadi sumber penghasilan masyarakat Talun

5|Makanan Rakyat
Kacang, karena yang menjadi daya tarik dari objek wisata Goa Kreo adalah monyet
dan Goa itu sendiri. dilakukan dengan arak-arakan sesaji yang dimulai dari Masjid Al-
Mabrur menuju halaman Goa Kreo atau yang biasanya dipakai sebagai tempat
penitipan kendaraan.

2.3 Wujud dan Makna yang Terkandung dalam Sesaji Rewanda

Dalam upacara adat Sesaji Rewanda, terdapat berbagai macam tumpengan yang
disusun sedemikian rupa.

1. Tumpeng Sesaji

Tumpeng sesaji ini terdiri dari bubur merah putih, timun, kacang, jagung, dan
degan yang diletakkan di atas batu yang bernama batu Tenger. Tumpeng sesaji ini
merupakan salah satu sesaji selain tumpeng buah-buahan yang dibawa hingga ke atas
dan tidak dibagikan untuk warga. Tumpeng sesaji ini dibawa oleh para santri dan
beberapa Kiai ke atas batu tenger untuk kemudian diadakan tahlil bersama setelah
serangkaian acara yang ada di bawah selesai.

2. Tumpeng Buah-buahan

Tumpeng ini berasal dari berbagai macam buah-buahan yang disusun keatas seperti
rumah joglo. Karena berat, tumpeng ini dibawa atau diusung oleh orang banyak.
Buah-buahan yang dibuat tumpeng Hasil panen dari warga masyarakat seharusnya ada
dalam susunan tumpeng buah-buahan ini, tetapi saat lebaran warga menggunakan
buah-buahan hasil panen yang ada saja. Cara lain bisa dilakukan dengan membeli
buah-buahan yang tidak ada karena musim kemarau seperti jagung, sehingga harus
mencarinya ke pasar. Yang terpenting adalah warga dapat menyajikan buah-buahan
kepada monyet-monyet yang masih hidup, yang telah lama menjaga Goa Kreo.

3. Nasi Bungkus

Nasi bungkus di sini disebut juga dengan nama Nasi Kethek atau Nasi Tunuk. Nasi
merupakan sempel atau contoh dari salah satu tradsi warga kampung Talun Kacang
yang bernama Nyadran Guo, yaitu tradisi petilasan Sunan Kalijaga yang menyajikan
nasi buntel dengan lauk gudangan dan telur dadar. Sebelum Gua Kreo dibuka menjadi
objek wisata, Nyadran Guo merupakan upacara sakral, dilakukan setiap malam Selasa

6|Makanan Rakyat
Kliwon pada bulan Besar. Sekarang untuk mengurangi pengeluaran dana masyarakat
yang besar, maka dijadikan satu pada saat hari raya Idul Adha. Selamatan yang diberi
nama Nyadran Guo ini dilakukan sore hari sebelum paginya dilakukan sholat Ied.
Pada saat Nyadran Guo, masing-masing masyarakat membawa tiga nok nasi dan
makanan lain sebagai wujud partisipasi mereka.

4. Nasi Kuning

Keberadaan nasi kuning dalam sesaji rewanda ini tidak lain adalah sebagai lambang
penghormatan warga masyarakat mengingat Upacara Rewanda ini tidak hanya dihadiri
oleh warga masyarakat setempat, melainkan seluruh warga masyarakat Gunung Pati
termasuk pejabat-pejabat dan orang-orang terkemuka di daerah Gunung Pati.

5. Ketupat Lepet

Mengingat bahwa upacara Rewanda ini diselenggararakan pada bulan syawal yaitu
setelah Hari Raya Idul Fitri, maka tidak lengkap rasanya jika Ketupat Lepet tidak
disajikan dalam upacara ini. Semua warga masyarakat baik kelompok maupun
individu pasti mempunyai kesalahan atau kekeliruan sehingga salah satu wujud saling
memafkan. Sehingga ketupat lepet ini dapat disimbolkan sebagai ucapan Minal ‘Aidin
wal-Faizin yang artinya "Semoga kita semua tergolong mereka yang kembali (ke
fitrah) dan berhasil (dalam latihan menahan diri)".

6. Tumpeng Hasil Bumi

Terdiri dari singkong, kelapa, gori, kacang yang dikemas atau disusun seperti
tumpeng. Hasil bumi tersebut melambangkan bahwa warga desa masih menekuni
bidang pertanian. Selain itu tumpeng ini juga melambangkan rasa syukur warga Talun
Kacang kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui sesaji dan mengeluarkan sedekah
dalam bentuk hasil bumi.

2.4 Fungsi Sesaji Rewanda

“Barang siapa yang ingin mendapat berkah, bisa mengambil dan berebut sesaji yang
telah disediakan untuk masyarakat.” Begitulah petunjuk yang dikatakan oleh Pak
Kasmani selaku perintis dari terselenggarakannya Upacara Adat Sesaji Rewanda.

7|Makanan Rakyat
Selain berkah, sesaji Rewanda memiliki fungsi-fungsi lain, terutama bagi kehidupan
masyarakat yang tinggal di sekitar Goa Kreo.

Fungsi sesaji ini bagi warga Talun Kacang yaitu meningkatkan pendapatan warga,
dengan semakin banyaknya masyarakat luar desa yang datang untuk menyaksikan
upacara sesaji Rewanda maka penghasilan meraka akan bertambah. Dengan
menyelenggarakan upacara sesaji Reawanda ini maka masyarakat telah melestarikan
Seni dan Budaya tradisional yang hidup di Talun Kacang dan sekitarnya. Sementara
fungsi bagi masyarakat umum yaitu mereka bisa melihat keindahan serta salah satu
tradisi yang ada di Semarang sehingga menambah wawasan. Masyarakat Umum bisa
mendapatkan berkah dengan mengambil atau berebut sesaji yang telah disediakan
untuk umum.

8|Makanan Rakyat
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Sekarang sudah banyak bahkan ribuan orang yang datang untuk melihat proses
upacara sesaji Rewanda ini. Dahulu sekitar enam atau tujuh tahun yang lalu, uapacara
ini cukup dihadiri oleh satu RW daerah itu saja, sekarang tradisi ini sudah diakui oleh
Walikota Semarang. Sudah dua tahun terakhir upacara sesaji Rewanda dihadiri oleh
pejabat-pejabat seperti Walikota dan SKPD serta DPR Semarang. Itu membuktikan
bahwa sekarang tradisi ini sudah diakui menjadi salah satu tradisi di kota Semarang.
Dan itu membuktikan bahwa masyarakat sudah banyak yang sadar akan budaya.

9|Makanan Rakyat
DAFTAR PUSTAKA

Argo Wisata Kandri. Wisata Semarang. 11 April 2013. 04.20PM

Danandjaja, James. 2002. Foklor Indonesia : Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-Lainnya.
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

http://mediasemarang.blogspot.com/2010/11/sesaji-rawenda_11.html (diakses pada tanggal 19


Juni 2014 pukul 06.24)

Pak Kasmani ( Pemandu Objek Wisata Goa Kreo )

10 | M a k a n a n R a k y a t

Anda mungkin juga menyukai