Anda di halaman 1dari 11

Makalah Lintas Minat Sosiologi

‘Kearifan Lokal & Budaya Suku Jawa’

Disusun Oleh:
Ica Nadia Nurazizah – XII MIPA 2

SMA ISLAM TERPADU RAFLESIA


Jl. Mahkota Raya No.32B, Tugu, Kec. Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat 16451

Tahun Ajaran 2022/2023


LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH
KEARIFAN LOKAL & BUDAYA SUKU JAWA

Penyusun

Ica Nadia Nurazizah

Mengetahui dan menyetujui,

Guru Mata Pelajaran Sosiologi Wali Kelas

Suhendi, S.Sos,M.Pd Suhendi, S.Sos,M.Pd


IDENTITAS DIRI DAN TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH

DATA DIRI
Nama : Ica Nadia Nurazizah
Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 13 Agustus 2005
Tahun Ajaran : 2022/2023
Hobi : menonton film dan membaca novel
Kelas : XII MIPA 2

Orang Tua
 Ayah : Aep Saepul Azis
 Ibu : Wiwin Ernawaty

Jenjang Pendidikan
TK : TK Bhayangkari 61 (2009-2011)
SD : SDN Pasir Gunung Selatan 3 (2011-2017)
SMP : SMPN 8 Depok (2017-2020)
SMA : SMAIT Raflesia Depok (2020-sekarang)

Tujuan Pembuatan Makalah


1. Melengkapi nilai portofolio/penugasan akhir mata pelajaran Lintas Minat
Sosiologi di kelas XII
2. Mejelaskan dengan lebih rinci mengenai kearifan lokal dan kebudayaan suku
Jawa
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Swt. Atas segala rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini diajukan untuk
memenuhi syarat tugas akhir nilai mata pelajaran Lintas Minat Sosiologi.
Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik
dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena
itu, saya dengan rendah hati menerima saran serta kritik dari pembaca agar saya
dapat memperbaiki makalah ini.
Saya berharap semoga makalah yang saya susun ini memberikan manfaat
dan bisa dijadikan referensi bagi pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat
dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal biasanya diwariskan secara
turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut. Kearifan
lokal sebagai suatu pengetahuan yang ditemukan oleh masyarakat lokal tertentu melalui
kumpulan pengalaman dalam mencoba dan diintegrasikan dengan pemahaman terhadap
budaya dan keadaan alam suatu tempat.

Suku Jawa merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah,
Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jwa Barat, dan Banten. Suku ini terkenal akan
tatakrama, lemah lembut, dan sopan. Mayoritas orang Jawa adalah umat Islam, dengan
beberapa minoritas yaitu Kristen, Kejawen, Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Di dalam Suku
Jawa terdapat beberapa Sub suku antara lain Jawa arekan, Jawa mataraman, Jawa
Bojonegaran, Jawa banyumasan, Jawa tengger, Jawa oasing, Jawa padhalungan, Jawa
suriname, Jawa madagaskar, Jawa serang, Jawa lampung, Jawa cirebonan, Jawa bali, dll.

Kebudayaan merupakan suatu kekayaan yang sangat bernilai karena selain merupakan
ciri khas dari suatu daerah juga menjadi lambang dari kepribadian suatu bangsa atau
daerah. Karena kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu daerah, maka
menjaga, memelihara dan melestarikan budaya merupakan kewajiban dari setiap individu,
dengan kata lain kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh
setiap suku bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kearifan Lokal Suku Jawa


Pulau Jawa sangat kaya akan budaya karena banyaknya suku yang mendiami pulau ini.
Sejarah juga mencatat ada banyak wilayah Pulau Jawa yang pernah menjadi pusat kerajaan-
kerajaan besar di Indonesia. Sejak zaman Kerajaan Majapahit hingga saat ini, Jawa masih
menjadi pusat bagi negara Indonesia. Mayoritas penduduk Pulau Jawa merupakan etnis Jawa,
tetapi banyak pula para pendatang. Banyaknya etnis yang mendiami pulau ini menjadikan
budaya di Pulau Jawa menjadi makin beragam, mulai dari bahasa, prinsip kehidupan seni,
hingga keragaman makanan. Keragaman tersebut ternyata mengandung banyak nilai yang
bisa dikembangkan, seperti kebersamaan, ketelitian, kegotongroyongan, keselamatan, dan
religiositas. Salah satu wilayah di Pulau Jawa yang sarat dengan kebudayaan uniknya adalah
Jawa Tengah.

2.2 Kebudayaan dan Tradisi Suku Jawa


Suku Jawa merupakan suku yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah. Suku Jawa adalah
salah satu suku yang memiliki berbagai kebudayaan daerah, diantaranya pakaian tradisional,
kesenian tradisional, bahasa daerah, dan lain sebagainya.
Dari sekian banyak kebudayaan daerah yang dimiliki oleh Suku Jawa diantaranya sebagai
berikut:
1. Pakaian Adat/Khas Jawa Tengah
Suku Jawa mempunyai pakaian adat/tradisional yang sangat terkenal, yaitu kebaya.
Kebaya merupakan pakaian khas Jawa Tengah yang sangat terkenal, sehingga kini
kebaya bukan hanya menjadi pakaian khas Jawa saja tetapi sudah menjadi pakaian adat
nasional.
2. Kesenian Tradisional Jawa Tengah
 Kethoprak
Ketoprak merupakan bentuk teater tradisional yang dipentaskan di atas panggung.
Cerita yang dipentaskan berlatar belakang kisah kerajaan, dongeng, babad, legenda,
sejarah, dan cerita rakyat. Kesenian ini berawal dari permainan orang-orang desa
yang sedang menghibur diri. Mereka menabuh lesung secara berirama saat waktu
bulan purnama (gejog). Kemudian, ditambah dengan tembang, gendang, terbang, dan
suling, lahirlah ketoprak lesung (1887).

 Wayang Kulit
Wayang kulit merupakan bentuk teater tradisional yang menggunakan boneka
wayang sebagai pemainnya. Sarana pertunjukan lainnya, meliputi kelir (layar), batang
pohon pisang, blencong sebagai alat penerangan, kotak sebagai penyimpan wayang,
dan cempolo sebagai alat untuk memukul kotak. Selain itu, juga diiringi dengan
seperangkat gamelan beserta para penabuh dan penyanyinya (sinden). Seni
pewayangan ini juga sering disebut wayang kulit purwa. Sumber cerita berasal dari
kitab Mahabharata dan Ramayana. Wayang kulit biasanya dipergelarkan semalam
suntuk (sedalu natas).
3. Tradisi di Jawa Tengah
 Tradisi Wetonan
Wetonan dalam bahasa Jawa memiliki arti keluar. Tradisi wetonan adalah upacara
yang dilakukan guna menyambut bayi yang baru lahir. Tradisi wetonan ini dilakukan
supaya nantinya bayi tersebut akan terhindar dari bahaya serta bisa mendapatkan
rezeki serta keberuntungan yang lebih.

 Tradisi Brobosan
Tradisi brobosan adalah tradisi di mana ketika ada saudara atau kerabat yang
meninggal, maka kita harus menerobos melewati bawah jenazah. Jadi, nantinya
jenazah harus diangkat dengan tandu atau peti matinya harus diangkat tinggi.
Kemudian, anak dan cucu dari orang yang sudah meninggal tersebut diharuskan
untuk menerobos ke bawah kolong melewati jenazah. Hal ini harus dilakukan
sebanyak tiga kali. Tujuannya adalah guna menghormati kepergian jenazah dan
mengikhlaskan kepergiannya.
 Upacara Tingkeban
Upacara tingkeban adalah upacara yang dilakukan usia kandungan baru berusia tujuh
bulan. Tradisi Jawa Tengah ini dilakukan dengan cara memandikan Ibu, lalu
kemudian membacakan doa yang bisa memberikan keberkahan pada sang jabang
bayi. Pada saat memandikan, akan ada acara pengguyuran yang harus dilakukan oleh
tujuh orang tua atau sesepuh yang dituakan.

 Upacara Tedak Siten


Upacara Tedak Siten adalah tradisi yang dilakukan oleh orang tua saat anaknya sudah
menginjak usia 7 bulan. Upacara ini juga dikenal dengan nama upacara turun tanah
karena bertujuan untuk mengenalkan anak tanah yang ia pijak. Upacara ini dilakukan
di pagi hari sesuai dengan tanggal dan hari kelahiran anak. Tradisi tedak siten selalu
dilengkapi dengan aneka kuliner yang disajikan seperti nasi kuning, jenang boro-
boro, dan lain sebagainya.
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN

Anda mungkin juga menyukai