Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN

HASIL EVALUASI PEMBERDAYAAN KEARIFAN LOKAL


“TRADISI LOMPAT BATU (FAHOMBO) DI PULAU NIAS”

Diajukan untuk memenuhi tugas praktek mata pelajaran Sosiologi

Disusun oleh :
Nama : Gio Sandirah
Kelas : XII IPS 4

SMA NEGERI 1 TUKDANA

Jl. KRN III, Karangkerta, Kec. Tukdana, Kab. Indramayu, Jawa Barat 45272

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya,
sehingga kami telah melaksanakan penelitian dan dapat menyelesaikan Laporan Hasil Evaluasi
Pemberdayaan Kearifan Lokal yang berjudul “Tradisi Lompat Batu (Fahombo) Di Pulau Nias”
ini tepat pada waktu yang ditentukan.

Kami berharap dengan laporan ini, semakin menajamkan kemampuan berbahasa kami,
khususnya keterampilan menulis fenomena suatu kearifan lokal dan budaya yang dimiliki oleh
berbagai provinsi yang ada di Indonesia.

Laporan penelitian ini dapat diselesaikan atas bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung ataupun tidak
langsung telah membantu kami menyelesaikan laporan ini.

Kami berharap dengan terselesaikannya laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat
dan wawasan terhadap pembaca khususnya siswa-siswi SMA Negeri 1 Tukdana.

Akhirnya kami menyadari, bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh
sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.

Tukdana, 17 Februari 2024

Gio Sandirah
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebudayaan Indonesia bisa diartikan seluruh ciri khas suatu daerah yang ada sebelum
terbentuknya nasional Indonesia, yang termasuk kebudayaan Indonesia itu. adalah seluruh
kebudayaan lokal dari seluruh ragam suku-suku di Indonesia. Kebudayaan Indonesia walau
beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar
lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab.
Tetapi dalam hal ini Penulis membahas mengenai budaya Nias yang lebih spesifiknya
pada Tradisi Lompat Batu (hombo Batu) Nias. Nias terletak ± 85 mil laut dari Sibolga
(daerah Provinsi Sumatera Utara). Nias merupakan daerah kepulauan yang memiliki pulau-
pulau kecil sebanyak 27 buah. Banyaknya pulau-pulau kecil yang dihuni oleh penduduk
adalah sebanyak 11 buah, dan yang tidak dihuni ada sebanyak 16 buah. Luas Pulau Nias
adalah sebesar 3.495,40 km2 (4,88% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara), sejajar dan
berada di sebelah barat Pulau Sumatera serta dikeliling oleh Samudera Hindia. Pulau ini
terbagi atas empat kabupaten dan satu kota, Terdiri atas kabupaten Nias, Nias Selatan, Nias
Utara, Nias Barat dan kotamadya Gunungsitoli Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang
hidup di pulau Nias.
Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono =
anak/keturunan; Niha manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö tanah). Suku Nias
adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi.
Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö yang mengatur segala segi kehidupan mulai
dari kelahiran sampai kematian.
Masyarakat Indonesia yang plural dan majemuk membuat budayanya beragam dan
memiliki ciri khasnya masing-masing. Salah satunya adalah tradisi Lompat Batu di Nias.
Tradisi yang berasal dari Suku Nias yang tinggal di Pulau Nias sebelah barat Pulau Sumatera
ini memang terbilang unik. Lompat batu atau yang dikenal dengan nama "fahombo batu"
sudah menjadi ciri khas masyarakat Nias. Tradisi melompati batu yang disusun hingga
mencapai ketinggian 2 m dan ketebalan 40 cm ini hanya dilakukan oleh kaum laki-laki.
Tidak semua masyarakat Suku Nias melakukan Tradisi ini. Hanya mereka yang berada di
Nias Selatan khususnya di daerah Teluk Dalam yang melakukan tradisi akrobatik ini. Hal
tersebut disinyalir karena perbedaan budaya nenek moyang atau leluhur masyarakat Nias.
Terlepas dari aspek pariwisata sehingga tradisi Lompat Batu menjadi begitu terkenal,
tradisi ini juga menunjukan kekuatan dan ketangkasan para pemuda yang melakukannya.
Seseorang yang berhasil melakukan tradisi ini dianggap heroik dan prestisius. Tidak hanya
bagi individu yang melakukannya, melainkan juga bagi keluarga orang tersebut, bahkan
seluruh masyarakat desa. Oleh karena itu biasanya setelah anak laki-laki berhasil melakukan
tradisi ini, akan diadakan syukuran sederhana dengan menyembelih ayam atau hewan
lainnya. Orang yang berhasil melakukan tradisi ini juga akan dianggap matang dan menjadi
pembela kampungnya jika ada konflik dengan warga desa lain.
Hal-hal seperti ini merupakan bagian dari kajian Antropologi, lebih spesifiknya disebut
sebagai antropologi sosial. Antropologi mulai dengan suatu defenisi kebudayaan,
sebagaimana diusulkan oleh Edward B. Tailor, Bohanan dan Glazer yang memandang
kebudayaan sebagai totalitas pengalaman manusia. "kebudayaan atau peradaban, diambil
dalam pengertian etnografi yang luas adalah keseluruhan komples yang meliputi
pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kapabilitas dan kebiasaan-
kebiasaan lainnya yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Karena begitu tingginya tingkat prestisius dari tradisi ini, maka setiap pemuda dalam
masyarakat Nias melakukan latihan sejak berumur 7 tahun. Sesuai pertumbuhan anak
tersebut, mereka akan terus berlatih melompati tali dengan ketinggian yang terus bertambah
sesuai usia. Akhirnya, latihan tersebut akan dibuktikan pada tradisi Lompat Batu ini. Jelas
tidak mudah untuk melakukan tradisi ini. Terbukti tidak semua pemuda dapat melakukan
tradisi lompat batu ini, meskipun sudah berlatih sejak lama. Banyak orang yang percaya
bahwa selain latihan, ada unsur magis dimana seseorang yang berhasil melompati batu
dengan sempurna, maka mereka telah diberkati oleh roh leluhur dan para pelompat batu
sebelumnya yang sudah meninggal.
Belum jelas darimana dan mengapa tradisi ini berasal, namun beberapa masyarakat
setempat menggambarkan bahwa tradisi ini berawal dari zaman dahulu saat ketangkasan
melompat batu sangat dibutuhkan oleh Suku Nias. Dahulu setiap desa dipagar dan dibentengi
oleh batu sebagai pertahanan. Oleh karena itu dibutuhkan keahlian ini untuk melarikan diri
atau dapat memasuki desa sasaran. Selain mengangkat derajat seseorang yang telah berhasil
melompat batu, pemuda yang berhasil melakukan tradisi ini akan dianggap dewasa dan
matang secara fisik. Oleh karena itu hak dan kewajiban sosial mereka sebagai manusia
dewasa sudah bisa dijalankan. Cara ini juga terkadang dilakukan untuk mengukur
kematangan seseorang untuk menikah. Tradisi Lompat Batu ini memang cukup unik dan
menarik dan menjadi ciri khas Suku Nias. Tidak hanya itu, tradisi Lompat Batu ini juga
menjadi kebanggan Indonesia karena merupakan keunikan dan kekayaan yang bersemayam
di bumi pertiwi ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas pada
laporan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud tradisi lompat batu atau Fahombo di Nias?
2. Bagaimana sejarah tradisi lompat batu atau Fahombo di Nias?
3. Apa fungsi dan makna dari tradisi lompat batu atau Fahombo di Nias?
4. Kapan waktu dan tempat

Anda mungkin juga menyukai