Anda di halaman 1dari 11

PENDIDIKAN PANCASILA

POKOK PEMBAHASAN

“PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA”

SUB POKOK PEMBAHASAN

“PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA”

DISUSUN OLEH :
NAURAH RAYYANI SADLY
PO714221231023
D-IV/1.A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN SANITASI LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI D-IV
TINGKAT 1.A
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat,hidayah
dan dininayahnya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan dan
semampunya.
Makalah individu yang saya buat yakni berjudul “ASAL USUL
PERSEBARAN NENEK MOYANG DI INDONESIA” . Makalah ini di
susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan. Makalah ini bersumberkan dari berbagai sumber baik
dari media cetak maupun internet.
Tujuan saya membuat tugas makalah ini agar saya dapat lebih mengenal
tentang asal usul persebaran nenek moyang di Indonesia.
Dalam pembuatan ini juga saya mengucapkan terima kasih atas waktu
yang telah diberikan oleh bapak DRS MUHAMMAD NASIR
M.PD,M.PD sebagai dosen Mata kuliah pendidikan kewarganegaraan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya
maupun yang mendengarkannya. Sebagai seorang mahasiswa yang masih
dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak
kekurangannya , Maka dari itu kami berharap kepada teman teman
sekalian tak lupa memberi kritik dan saran yang bersifat positif bagi
penulis, guna penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang
akan datang.
Harapan penulis, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi
kesadaran tersendiri bagi generasi muda bahwa kita juga harus mengetahui
Asal Usul dan Perkembangan nenek moyang kita di Indonesia .
Makassar, 14 Agustus 2023

Penulis

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perjalanan panjang sejarah Bangsa Indonesia sejak era sebelum dan selama
penjajahan ,dilanjutkan era merebut dan mempertahankan kemerdekaan sampai
dengan mengisi kemerdekaan,menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda-
beda sesuai dengan zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda-beda diharap
bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai kejuangan bangsa yang
dilandasi jiwa,tekad dan semangat kebangsaan. Semangat perjuangan bangsa yang
tidak mengenal menyerah harus dimiliki oleh setiap warga negara Republik
Indonesia. Semangat perjuangan.

Bangsa mengalami pasang surut sesuai dinamika perjalanan kehidupan yang


disebabkan antara lain pengaruh globalisasi yang ditandai dengan pesatnya
perkembangan IPTEK, khususnya di bidang informasi, Komunikasi dan
Transportasi, sehingga dunia menjadi transparan yang seolah-olah menjadi
kampung sedunia tanpa mengenal batas Negara.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk yang sangat
banyak, tetapi banyak masyarakat yang tidak tahu akan nenek moyang bangsa
Indonesia sendiri. Dengan semakin berkembangnya zaman, semakin banyak
masyarakat yang tidak perduli akan sejarah nenek moyangnya sendiri . Hal ini
mengakibatkan Sumber Daya Manusia di Indonesia masih di ragukan. berangkat
dari permasalahan ini, kami ingin membahas tentang Asal Usul Nenek Moyang Di
Indonesia .

PEMBAHASAN
ASAL USUL DAN PERSEBARAN NENEK MOYANG BANGSA
INDONESIA
Menurut penyelidikan para ahli, nenek moyang bangsa Indonesia bukan
asli dari Indonesia. Hasil penyelidikan Von Hiene Geldern tentang
penyebaran kapak persegi, menyimpulkan bahwa jenis manusia Homo
Sapiens bukan asli dari Indonesia. Nenek moyang bangsa Indonesia
berasal dari daerah Campa, Cochin China, Kamboja, dan daerah-daerah di
sepanjang pantai di Teluk Tonkin. Sementara itu, kalau dilihat dari
pangkal kebudayaannya, mereka berasal dari wilayah Yunnan di Tiongkok
Selatan. Mereka termasuk rumpun bangsa Austronesia. Rumpun bangsa
Austronesia terdiri atas dua subspesies/ras, yaitu ras Mongoloid dan ras
Austro Melanesoid.
1. Ras Mongoloid
Ras ini berasal dari daerah Asia Tengah (Mongoloid). Persebaran ras
tersebut ditempuh melalui jalar darat sebab saat itu bagian barat Indonesia
masih bersatu dengan benua Asia Tenggara. Khususnya seperti Sumatra,
Kalimantan dan Jawa, daratan yang menjadi lautan disebut paparan sunda.
Dengan arus persebaran sebagai berikut.
Dari Mongolia menuju ke daerah- daerah dia Asia Tenggara seperti
Vietnam, Laos, Thailand, Malaysia, Singapura, baru menuju ke Indonesia
bagian barat.
2. Ras Austroloid
Ras ini berpusat di Australia dan menyebar ke Indonesia bagian Timur
khususnya wilayah Papua/Irian Jaya. Persebaran ke daerah ini pun
dilakukan melalui darat sebab saat itu papua masih bersatu dengan benua
Australia perkembangannya daratan yang menjadi lautan disebut paparan
sahul.
Sementara itu daerah di zone Wallacea seperti Sulawesi, Nusa Tenggara,
dan Maluku merupakan daerah penyaringan bagi migrasi manusia dan
fauna dari paparan sunda ke paparan sahul maupun sebaliknya sehingga
sangat terbatas sekali ras yang dapat masuk ke wilayah ini.
Jadi awalnya ras nenek moyang bangsa Indonesia adalah ras Mongoloid
dan ras Austroloid. Perkembangan selanjutnya pada tahun 2000 SM mulai
terjadi migrasi/ perpindahan ras dari berbagai daerah ke Indonesia, yaitu :
a) Migrasi pertama, Ras Negroid
Ciri dari ras berkulit hitam, bertubuh tinggi, dan berambut keriting.
Ras ini datang ini dari Afrika. Di Indonesia ras ini sebagian besar
mendiami daerah Papua.
Keturunan ras ini terdapat di Riau (pedalaman) yaitu suku Siak (Sakai),
serta suku Papua melanesoid mendiami Pulau Papua dan Pulau Melanesia.
b) Migrasi kedua, Ras Weddoid
Ciri ras ini adalah berkulit hitam, bertubuh sedang, dan berambut
keriting.
Ras ini datang dari India bagian selatan.
Keturunan ras ini mendiami kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara Timur
(Kupang).
c) Migrasi Ketiga, Ras Melayu Tua (Proto Melayu)
Ciri ras ini adalah berkulit sawo matang, bertubuh tidak terlalu tinggi,
dan berambut lurus. Ras ini termasuk dalam Ras Mongoloid (sub ras
Malayan Mongoloid) berasal dari daerah Yunan (Asia Tengah) masuk ke
Indonesia melalui Hindia Belakang (Vietnam)/ Indo Cina baru selanjutnya
ke Indonesia.
Di Indonesia Ras ini menyebar melalui 2 Jalur sesuai dengan jenis
kebudayaan Neolithikum yang dibawanya, yaitu:
Jalur pertama, melalui jalur barat dan membawa kebudayaan berupa
kapak
persegi. Dengan menempuh jalur darat dari Yunan mereka menuju ke
Semenanjung Melayu melalui Thailand selanjutnya menuju ke Sumatra,
Jawa, Bali, ada pula yang menuju Kalimantan dan berakhir di Nusa
Tenggara. Sehingga di daerah tersebut banyak ditemukan peninggalan
berupa kapak persegi/ beliung persegi.
Keturunan Proto Melayu yang melalui jalur ini adalah masyarakat/
Suku Batak , Nias(Sumatra Utara), Mentawai (Sumatra Barat), Suku
Dayak (Kalimantan), dan Suku Sasak (Lombok).
Jalur kedua, melalui jalur timur dan membawa kebudayaan berupa
kapak lonjong. Dengan menempuh jalur laut dari Yunan (Teluk Tonkin)
menyusuri Pantai Asia Timur menuju Taiwan, Filipina, kemudian ke
daerah Sulawesi, Maluku, ke Irian selanjutnya sampai ke Australia.
Peninggalan kapak lonjong banyak ditemukan di Papua. Keturunan Proto
Melayu yang melalui jalur ini adalah suku Toraja (Sulawesi Selatan), Suku
Papua (Irian), Suku Ambon, Ternate, Tidore (Maluku).
d) Migrasi Keempat, Ras Melayu Muda (Deutro Melayu)
Sekitar 500 SM datang migrasi dari ras Deutro Melayu dari daerah
Teluk Tonkin, Vietnam selanjutnya mendesak keturunan ras Proto Melayu
yang telah menetap lebih dahulu dan masuk Indonesia menyebar
keberbagai daerah baik di pesisir pantai maupun pedalaman. Mereka
masuk membawa kebudayaan yang relatif lebih maju yaitu kebudayaan
logam terutama benda-benda dari Perunggu, seperti nekara, moko, kapak
corong, dan perhiasan. Hasil kebudayaan ras ini sangat terpengaruh
dengan kebudayaan asalnya dari Vietnam yaitu Budaya Dongson. Tampak
dengan adanya kemiripan antara artefac perunggu di Indonesia dengan di
Dongson.
Keturunan dari Deutro Melayu yaitu suku Minang (Sumatra barat),
Suku Jawa, dan Suku Bugis (Sulawesi Selatan). Ras ini pada
perkembangannya mampu melahirkan kebudayaan baru yang selanjutnya
menjadi kebudayaan bangsa Indonesia sekarang.
Migrasi dari berbagai macam ras tersebut perkembangannya saling
berbaur/bercampur hingga menghasilkan berbagai macam suku dengan
beraneka ragam cirinya. Keanekaragaman tersebut disebabkan karena
perbedaan keadaan alam (letak geografis, iklim), Makanan(nutrisi), dan
terjadi perkawinan campur.
Sehingga secara umum ciri fisik masyarakat Indonesia adalah sebagai
berikut:
Tinggi badan berkisar antara 135-180 cm, Berat badan berkisar antara
30-75 kg, Warna kulit berkisar antara kuning langsat dan coklat hitam,
Warna rambut antara coklat dan hitam, Bentuk rambut antara lurus dan
keriting.

 Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia


Nenek moyang bangsa Indonesia adalah para pelaut ulung. Sejak 2000
SM hingga 50 SM, terjadi gelombang perpindahan penduduk dari bagian
Asia (Yunan) ke wilayah nusantara. Pendapat ini dikuatkan dengan adanya
kesamaan hasil kebudayaan yang ditemukan berupa beliung atau kapak
persegi di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi bagian barat. Alat
berupa kapak persegi atau beliung ini juga ditemukan di Siam, Malaka,
Burma, Vietnam, Kamboja, dan terutama di Yunnan.
Penduduk dari Yunnan bergerak ke arah selatan sampai ke wilayah
Vietnam. Sebagian menetap di wilayah ini, sebagian lagi melanjutkan
perjalanan berlayar untuk mencari tempat tinggal yang baru. Dengan
menggunakan perahu bercadik mereka secara bergelombang berlayar
akhirnya sampai ke Kepulauan Nusantara. Tersebarlah orang-orang dari
Yunnan itu ke nusantara. Mereka kemudian menetap dan mengembangkan
kebudayaan di Indonesia.

Gambar Peta Persebaran Nenek Moyang Indonesia


Ternyata, kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia tidak serempak.
Mereka datang secara bergelombang yang secara garis besar terbagi dalam
dua gelombang.

Gambar perahu bercadik

1.) Gelombang Pertama


Gelombang pertama diperkirakan datang sekitar tahun 2000 SM–1500
SM. Dari Vietnam ini, rombongan orang-orang dari Yunnan terbagi
menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama meneruskan perjalanan
dan berlayar sampai ke Malaka, Sumatra, Jawa, Bali, dan tempat-tempat
lain, seperti di Kalimantan Barat. Kemudian, kelompok yang lain
(kelompok kedua) berlayar ke arah perairan Laut Cina Selatan, terus ke
Kepulauan Filipina, Sulawesi, Maluku sampai ke Irian.
Kelompok pertama yang berlayar ke wilayah Malaka, Sumatra, Jawa,
Bali, dan tempat-tempat lain, seperti di Kalimantan Barat termasuk ras
Mongoloid. Mereka inilah yang membawa dan menyebarkan beliung atau
kapak persegi ke berbagai daerah tersebut. Kapak persegi adalah alat yang
sangat mendukung untuk mengerjakan sawah (untuk kegiatan pertanian).
Daerah-daerah yang dilewati dan ditempati ras Mongoloid, seperti Malaka,
Jawa, dan Sumatra merupakan daerah perkembangan pertanian.
Kelompok kedua yang bergerak dan berlayar sampai ke Sulawesi,
Maluku, Irian, dan sekitarnya adalah orang-orang Ras Austro Melanesoid.
Mereka inilah yang membawa dan menyebarkan kapak lonjong. Kapak
lonjong ini umumnya menyebar di Indonesia bagian timur. Kapak lonjong
banyak digunakan untuk bekerja di ladang, perkebunan, atau hutan.

2.) Gelombang Kedua


Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia gelombang kedua
diperkirakan terjadi sekitar tahun 500 SM. Pada waktu itu, orang-orang
Austronesia bergerak dari Tonkin, terus melewati Malaka (Malaysia)
Barat. Mereka menyebar ke Sumatra, Jawa, Madura, Bali, Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan, dan sekitarnya. Dengan demikian, dapat
ditegaskan bahwa kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia gelombang
kedua ini hanya satu kelompok besar, yaitu orang-orang Austronesia.
Mereka menyebar ke Indonesia melalui Indonesia bagian barat.
Orang-orang Yunnan ataupun Tonkin yang termasuk rumpun bangsa
Austronesia, baik itu Ras Mongoloid maupun Austro Melanesoid, baik
yang datang pada gelombang pertama maupun yang datang pada
gelombang kedua, menetap di Kepulauan Indonesia. Mereka bercampur
dan berpadu membentuk komunitas di Kepulauan Indonesia. Merekalah
yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia. Dengan demikian, nenek
moyang bangsa Indonesia bukanlah mereka yang dikenal dengan
Pithecantrhopus atau Meganthropus, melainkan orang-orang dari Yunnan
yang datang secara bergelombang ke Indonesia.
Mengapa nenek moyang kita melakukan perjalanan sejauh itu? c.
Karena dorongan untuk maju itulah, nenek moyang rela melakukan
perjalanan jauh dengan peralatan sederhana. Padahal, mereka menghadapi
rintangan yang ganas dan sulit.
PENUTUP

Kesimpulan
Ras nenek moyang bangsa Indonesia bukan asli dari Indonesia.
Melainkan ras nenek moyang bangsa kita adalah ras Mongoloid dan ras
Austroloid yang merupakan penduduk dari bagian Asia (Yunan) yang
berpindah menuju ke wilayah nusantara.
Penduduk dari Yunnan bergerak ke arah selatan sampai ke wilayah
Vietnam. Sebagian menetap di wilayah ini, sebagian lagi melanjutkan
perjalanan berlayar untuk mencari tempat tinggal yang baru. Dengan
menggunakan perahu bercadik mereka secara bergelombang berlayar
akhirnya sampai ke Kepulauan Nusantara. Tersebarlah orang-orang dari
Yunnan itu ke nusantara. Mereka kemudian menetap dan mengembangkan
kebudayaan di Indonesia.
Mereka datang secara bergelombang yang secara garis besar terbagi
dalam dua gelombang. Gelombang pertama diperkirakan datang sekitar
tahun 2000 SM–1500 SM. Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia
gelombang kedua diperkirakan terjadi sekitar tahun 500 SM.
DAFTAR PUSTAKA
Warto, Warto. "Revitalisasi kesenian Kethek Ogleng untuk mendukung
pengembangan pariwisata di kabupaten Wonogiri." Paramita:
Historical Studies Journal 24.1 (2014).

Suryadi, Andi. "Berpikir Kronologis, Sinkronik, Diakronik, Ruang dan Waktu


dalam Sejarah." Deepening of Indonesian History Material PPG in
Position, Kemenristekdikti (2018): 10.

Dien, Zukhrufa Ken Satya. "Interaksi Budaya Antara Austronesia Dengan Non
Austronesia Memengaruhi Perkembangan Teknologi Di Masa
Austronesia." Prosiding Balai Arkeologi Jawa Barat (2020): 167-
174.

Darmadi, Hamid. "Dayak Asal-Usul dan Penyebarannya di Bumi Borneo


(1)." Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial 3.2 (2016): 322-340.

Anda mungkin juga menyukai