Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SUKU JAWA

Disusun Oleh :

Suci Ramadhani

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG


DINAS PENDIDIKAN
SATUAN PENDIDIKAN NON FORMAL (SPNF)
SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB)
JL. SMEA Desa Duku Ulu Kec Curup Timur Kode Pos 39125

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafaatnya di akhirat nanti.
Kami ucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penyusun mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada guru kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Penulis juga menekankan bahwa makalah ini tidak bertujuan
untuk menyudutkan salah satu pihak dan murni semata-mata untuk mengkaji mengenai isu
yang berkembang di tengah masyarakat tersebut. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Curup, 7 Maret 2024

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dalam wilayah negara Republik Indonesia
yang terletak di bagian timur Pulau Jawa, Indonesia. Dengan luas wilayah 47.922 km², dan
jumlah penduduk 37.070.731 jiwa (2005), menjadikan Jawa Timur merupakan wilayah
terluas di antara 6 provinsi di Pulau Jawa, dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di
Indonesia. Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Bali di timur, Samudra
Hindia di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di barat.

Budaya masyarakat di Provinsi Jawa Timur memiliki keunikan tersendiri. Tidak


seperti Jawa Tengah yang merupakan pusat budaya Jawa dan Jawa Barat dan Banten yang
dihuni oleh etnis yang berbeda, sebagian besar populasi Jawa Timur adalah orang Jawa
seperti di Jawa Tengah, tetapi memiliki ciri-ciri yang berbeda. Etnis Jawa yang tinggal di
Jawa Timur sangat bervariasi, yang secara umum bisa digolongkan menjadi orang Jawa
“Kulon/Kilen” dan Jawa “Etan/Wetan.” Suku Jawa menyebar hampir di seluruh wilayah
Jawa Timur daratan. Di samping itu, ada etnis dan sub etnis lain yang tinggal di Jawa Timur.
Sebagai contoh ada Suku Madura mendiami di Pulau Madura dan daerah Tapal Kuda (Jawa
Timur bagian timur), terutama di daerah pesisir utara dan selatan.

Keberagaman budaya yang ada dipengaruhi faktor historis Jawa Timur yang dahulu
merupakan pusat kerajaan-kerajaan besar yang pernah ada di Tanah Jawa. Nama raja-raja
besar dalam sejarah nasional, seperti Airlangga, Jayabaya, Kertanegara, Ken Arok dan
Hayam Wuruk merupakan nama besar dalam sejarah Jawa Timur yang mempunyai perspektif
nasional. Jawa Timur juga menjadi pusat penyebaran agama Islam. Para penyiar Islam atau
biasa disebut Wali/Sunan sebagian besar mendiami wilayah Jawa Timur.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Suku
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), suku diartikan sebagai golongan
bangsa sebagai bagian dari bangsa yang besar.
Sementara suku bangsa adalah kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan sosial
lain berdasarkan kesadaran identitas perbedaan kebudayaan, khususnya bahasa..
Berdasarkan buku "Suku Bangsa Dunia dan Kebudayaannya" oleh Pram, Suku bangsa
didefinisikan sebagai suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya
mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya.
Biasanya, mereka melihatnya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas
suku pun ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut dan
oleh kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku, atau ciri-ciri biologis.
Ada bermacam-macam suku bangsa yang ada di Indonesia. Beragam suku bangsa
tersebut tentunya memiliki perbedaan satu dan yang lainnya, mulai dari agama atau
kepercayaan, bahasa hingga adat istiadat.

B. Suku Jawa
Suku Jawa adalah salah satu suku di Indonesia yang banyak memiliki keunikan
seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun perhubungan-
perhubungan sosial sehari-hari mereka berbahasa Jawa, pada waktu mengucapkan bahasa
daerah ini seseorang harus memperhatikan dan membedabedakan keadaan orang yang
diajak berbicara, usia, maupun status sosialnya. Penduduk pulau Jawa khususnya Jawa
Tengah merupakan sebuah masyarakat yang kompleks dan homogen dan telah
menghasilkan pula kebudayaan masyarakat Jawa Tengah yang bersifat spesifik dan
membedakannya dengan kebudayaan lain di Indonesia. Adapun yang dimaksud dengan
orang Jawa adalah orang yang menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa ibu dalam
kehidupan sehari-hari. Jadi orang Jawa adalah penduduk asli bagian tengah dan timur
pulau Jawa yang berbahasa Jawa. Di zaman sekarang banyak etnis Jawa yang hidup di luar
pulau Jawa, baik sebagai pegawai, anggota ABRI, ahli teknik, guru dan transmigran
sebagian besar dari mereka, masih tetap mempertahankan budayanya (Frans Magnis
Suseno. 1985: 11).

4
Suku Jawa merupakan suku terbesar yang berada di Indonesia. Suku ini terkenal
akan tatakrama, lemah lembut, dan sopan.
Masyarakatnya tidak hanya berada di Jawa saja, melainkan tersebar ke seluruh pelosok
Indonesia. Hal ini karena penduduk Pulau Jawa ikut program transmigrasi saat pemerintahan
Orde Baru.

Kebesaran suku Jawa tak bisa dilepaskan dari sejarahnya yang panjang. Hasil
kebudayaan berupa peradaban suku Jawa menjadi salah satu yang paling maju.

Hal ini dibuktikan dengan adanya kerajaan-kerajaan adidaya yang berdiri di tanah
Jawa beserta beragam warisannya yang masih dapat dilihat hingga saat ini. Misalnya kerajaan
Mataram dan Majapahit, serta candi-candi seperti Borobudur atau Prambanan, menjadi bukti
besarnya kekuatan yang pernah berjaya di suku Jawa.Selain itu sebagian besar suku Jawa
juga masih mempercayai mitos-mitos leluhurnya.

3. Kebudayaan Suku Jawa

1. Menurut Arkeolog

Teori mengenai asal-usul suku Jawa pertama kali dikemukakan oleh para arkeolog.
Mereka meyakini bahwa nenek moyang suku Jawa adalah penduduk pribumi yang tinggal
jutaan tahun yang lalu di pulau ini.
Berdasarkan berbagai penelitian, arkeolog menemukan beberapa fosil manusia purba yang
dipercaya sebagai asal-usul suku Jawa seperti Pithecanthropus Erectus dan Homo Erectus.
Fosil tersebut dilakukan tes DNA dengan suku Jawa pada masa kini, hasil DNA tersebut
menyatakan tidak ada perbedaan yang jauh satu antara lain. Hal ini akhirnya dipercayai oleh
ahli arkeolog sebagai asal-usul keberadaan suku Jawa.

2. Menurut Sejarawan

Berbeda dengan kesimpulan dari arkeolog. Sejarawan meyakini bahwa asal-usul suku Jawa
berasal dari orang-orang yunan, di negara China. Sejarawan asal Belanda, Prof Dr.H.Kern
mengungkapkan penelitiannya pada tahun 1899. Dia menyebutkan bahwa bahasa daerah di
Indonesia mirip satu sama lain.Kemudian ia menarik kesimpulan jika bahasa tersebut berasal
dari akar rumpun yang sama yaitu rumpun Austronesia. Hal itu yang menyakini sejarawan

5
sebagai asal-usul terbentuknya Suku Jawa.

3. Babad Tanah Jawa

Diceritakan bahwa masyarakat Jawa berasal dari Kerajaan Keling atau Kalingga yang berada
di daerah India Selatan. Salah satu Pangeran Kerajaan Keling yang tersisih akibat perebutan
kekuasaan pergi meninggalkan kerajaan dan diikuti dengan para pengikutnya.
Pangeran Keling pergi sangat jauh dari kerajaan. Akhirnya Pangeran Keling menemukan
sebuah pulau kecil yang belum berpenghuni dan melakukan gotong royong untuk
membangun pemukiman bersama pengikutnya, yang kemudian pulau ini diberi nama
Javacekwara. Hal tersebut menjadikan keturunan pangeran dan para pengikutnya dianggap
sebagai nenek moyang suku Jawa.

4. Surat Kuno Keraton Malang

Surat kuno ini bercerita mengenai asal-usul penduduk Jawa yang berasal dari
kerajaan Turki pada tahun 450 SM. Raja Turki mengirim rakyatnya untuk mengembara dan
membangun daerah kekuasaan mereka yang belum berpenghuni.

Akhirnya mereka menemukan tanah yang subur dan memiliki aneka bahan pangan.
Semakin lama semakin banyak migrasi yang datang ke pulau ini dan akhirnya pulau tersebut
diberi nama tanah jawi karena terdapat banyak tanaman jawi.

5. Tulisan Kuno India

Asal-usul suku Jawa kali ini menyebutkan bahwa pada zaman dahulu beberapa
pulau di kepulauan Nusantara menyatu dengan daratan Asia dan Australia. Hingga terjadi
musibah yang menyebabkan meningkatnya permukaan air laut yang merendam beberapa
daratan dan memisahkan pulau-pulau tersebut dari daratan dan memunculkan pulau-pulau
baru seperti Pulau Jawa.

Menurut tulisan kuno India ini, Aji Saka menjadi orang pertama yang menemukan
dan menginjakkan kakinya di tanah Jawa pertama kali, sehingga Aji Saka beserta para
pengawal juga pengikutnya dianggap sebagai nenek moyang suku Jawa.

6
Selain sejarah, adapula kebudayaan yang terdapat pada Suku Jawa yang dipercaya
sebagai peninggalan dari nenek moyang, antara lain:

1. Wayang Kulit

Wayang kulit sudah menjadi ikon suku Jawa. Pertunjukan wayang kulit dilakukan
selama semalam suntuk, wayang kulit juga dimainkan dengan cerita khas suku jawa seperti
Mahabharata atau Ramayana.
Sebagai pelengkap pertunjukan wayang kulit dimainkan oleh dalang dan diiringi dengan
musik gamelan khas jawa serta nyanyian dari sinden ditambah dengan lampu sorot. Wayang
kulit juga dipercaya sebagai ciptaan dan disebarluaskan oleh Wali Songo. Wali Songo adalah
tokoh ulama yang menyebar Islam di pulau Jawa. Wali Songo memerlukan media dakwah
yang dapat menjangkau seluruh kalangan.

2. Senjata Tradisional

Suku Jawa dikenal juga dengan senjatanya yang memiliki berbagai makna dan
bentuk yang unik. Salah satu senjata khas Jawa yaitu keris. Keris merupakan alat pusaka yang
sangat penting yang juga dipercaya memiliki kesaktian. Keris dibuat oleh para Mpu yang
ditempa serta diberi mantra-mantra.Salah satu keris yang melegenda ialah keris Mpu
Gandring dalam cerita Ken Arok karena mampu menjadikannya sebagai penguasa kerajaan
Singasari.

3. Tarian Tradisional

Beberapa tarian Jawa yang cukup populer hingga saat ini seperti sintren, bedhaya, kuda
lumping, dan reog memiliki gerakan yang beraneka ragam dari mulai yang lemah-gemulai
hingga cepat. Tarian tersebut biasa dimainkan saat ada upacara adat atau kegiatan lain seperti
penyambutan tamu.

4. Alat Musik Tradisional

Alat musik tradisional Suku Jawa adalah gamelan, semua musik jawa diciptakan dari
bunyi-bunyi yang dihasilkan dari gamelan. Gamelan merupakan gabungan dari beberapa alat

7
musik seperti kendang, gong, kenong, bonang, kempul, gambang, slenthem dan lain-lain.
Gamelan digunakan oleh Wali Songo pada zaman dahulu untuk menyebarkan agama Islam.

Suku Jawa memiliki bahasa dan aksara yang sudah ada sejak ratusan tahun yang
lalu. Bahasa jawa juga memiliki beberapa tingkatan untuk berkomunikasi sehari-hari.
Tingkatan tersebut yaitu ngoko yang merupakan bahasa sedikit kasar yang digunakan kepada
seseorang yang tingkatannya berada di bawah, kemudian krama madya yaitu bahasa Jawa
yang digunakan kepada orang yang sederajat, dan krama inggil yaitu bahasa yang digunakan
kepada orang yang lebih tua atau dihormati.

Sedangkan aksara Jawa memiliki 20 huruf yaitu ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha,
ja,ya, nya, ma, ga, ba, tha, nga. Artinya adalah ada dua utusan yang setia saling bertarung
sama-sama saktinya dan sama-sama matinya.

6. Budaya Kejawen

Budaya Kejawen merupakan budaya yang cukup terkenal dan melekat pada suku
Jawa. Budaya kejawen ini mengajarkan tentang gabungan dari adat istiadat, budaya,
pandangan sosial, dan filosofis orang Jawa. Ajaran kejawen hampir mirip seperti agama yang
mengajarkan spiritualitas masyarakat Jawa kepada penciptanya.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebudayaan memiliki pengertian yang luas sebagian pengertian didasarkan oleh
tingkah laku manusia dalam wujud kehidupannya. Kebudayaan memiliki wujud yang
beragam mulai dari sistem ide, aktivitas, dan peninggalan. Unsur-unsur kebudayaan turut
menjadi salah satu faktor dalam ruang lingkup kebudayaan seperti sistem Bahasa,
pengetahuan, organisasi, peralatan penunjang hidup atau teknologi, kebutuhan dan
ekonomi, religi atau keagamaan, serta kesenian. Keberagaman budaya di Jawa Timur
sangat bermacam-macam dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti latar belakang
historis, geografis, dan keterbukaan. Berbagai macam kebudayaan sangat berharga dan
dapat dianggap sebagai identitas nasional bangsa Indonesia.
B. Saran

Kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia yaitu warga negara Indonesia harus terus
menjaga kebudayaan yang masih ada hingga saat ini. Kita harus terus memperjuangkan
keberadaan keanekaragaman kebudayaan agar terus lestari dan tidak musnah. Meskipun
saat ini adalah era teknologi modern hal itu memungkinkan untuk kita melupakan jati diri
kita dan terus maju dengan memasang ingatan baru yang mengakibatkan identitas bangsa
menjadi menciut sampai beberapa tahun yang akan datang. Oleh karena itu marilah kita
juga saling menghargai dan memanfaatkan teknologi untuk menunjukan pada dunia bahwa
kebudayaan Indonesia dengan keanekaragamannya sangatlah indah untuk diketahui
sampai dipelajari dengan tujuan identitas nasional bangsa terus lestari.

9
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Ribut. 2010. "Negosiasi Identitas dan Kekuasaan Dalam Wayang Kulit Jawa
Timuran". dalam: (http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/132053-D%2000917-Negosiasi
%20identitas-Pendahuluan.pdf), diakses 18 November 2020.

Koentjaraningrat. 1987. Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: Penerbit PT.


Gramedia.
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. 1978. Sejarah Daerah Jawa Timur.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Jakarta. 313 hal.

Purwanto, Antonius. 2020. "Provinsi Jawa Timur". dalam:


(https://kompaspedia.kompas.id/baca/profil/daerah/provinsi-jawa-timur), diakses 19
November 2020.

Sutarto, Ayu. 2006. "Sekilas Tentang Masyarakat Tengger". dalam:


(https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbyogyakarta/sekilas-tentang-masyarakat-
tengger/), diakses 19 November 2020.

Yuliatik, Eka dan Sofiya Puji R. 2014. "Suku Osing". dalam: https://sipadu.isi-
ska.ac.id/mhsw/laporan/laporan_3422141203232733.pdf, diunduh 17 November
2020.

Mina. 2012. "Tradisi Samin". dalam: (https://www.inibaru.id/tradisinesia/begini-tradisi-


sedulur-sikep-samin-jelang-bulan-suro), diunduh 17 November 2020.

Tony. 2014. "Nilai-Nilai dan Sejarah Masyarakat Samin". dalam:


(https://www.researchgate.net/publication/330526748_MASYARAKAT_SAMIN_D
ITINJAU_DARI_SEJARAH_DAN_NILAI-NILAI_PENDIDIKAN_KARAKTER),
diunduh 18 November 2020.

Saputra. 2011. "Perkawinan Adat Samin". dalam:


(https://media.neliti.com/media/publications/58769-ID-perkawinan-masyarakat-
adat-samin-di-desa.pdf), diunduh 19 November 2020.

Saleh, Mat. 2013. “KEBUDAYAAN MASYARAKAT KANGEAN DENGAN CIRI


KHAS YANG DIMILIKINYA”, dalam:
(https://kangeantour.wordpress.com/budaya-kangean/), diakses 27 November 2020

10

Anda mungkin juga menyukai