Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

Orang-orang Jawa sebagai Pemangku Adat Jawa


Mata Kuliah Islam dan Budaya Lokal

Di susun oleh :
Amtsal Murthosi (2104026078), Nurul Fitri Hanifah (2104026157),
Neilil Khabibah (2104026159), Lukman Khakim (2104026195)

Dosen Pengampu : Bapak Saiful Mujab Sulaiman

Mahasiswa Ilmu Al-Quran dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora


Universitas Islam Negri Walisongo Semarang

Pendahuluan

Indonesia merupakaan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki
berbagai macam suku bangsa, bahasa, dan adat istiadat yang sering disebut dengan kebudayaan.
Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesia
merupakan negara yang kaya akan budaya. Tidak bisa kita pungkiri bahwa kebudayaan daerah
merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan yang lebih global. Yang bisa disebut sebagai
kebudayaan nasional, maka atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan daerah akan sangat
berpengaruh terhadap budaya nasional , begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional yaang
bersumber dari kebudayan daerah, akan sangat berpengaruh pula terhadap kebudayaan daaerah /
kebudayaan lokal.

Kebudayaan merupakan suatu kekayaaan sangat bernilai karena selain merupakan ciri
khas dari suatu daerah juga menjadi lambang dari kepribadian suatu bangsa atau daerah.
Kebudayaan merupakan bentuk kekayaaan serta ciri khas suatu daerah, oleh karena itu menjaga,
memelihara dan melestarikan budaya merupakan kewajiban dari setiap individu masyarakat
Indonesia, dengan kata lain kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan
oleh setiap suku bangsa.

Menjaga, memelihara dan melestarikan kebudayaan merupakan kewajiban setiap


individu, oleh karena itu maklah ini disusun guna untuk mengulas berbagai macam kebudayaan
tadisional Jawa. Penyusunan makalah ini bertujuan agar pembaca mengetahui bahwa orang-
orang Jawa merupakan suku yang kaya akan budaya serta menyadari bahwa menjaga dan
melestarikan kebudayaan daerah merupakan kewajiban dari setiap orang.

Asal Usul Terbentuknya Adat Jawa

Budaya merupakan sebuah nilai yang berasal dari gagasan-gagasan dari suatu proses
keberlangsungan hidup. Maka dari itu, lahirnya sebuah budaya tidak akan jauh beda dengan
kondisi lingkungan dimana gagasan tersebut dibuat.

Salah satu wujud kebudayaan yang ada di Indonesia adalah kebudayaan Jawa. Orang
Jawa adalah satu kelompok etnik yang mempunyai kebudayaan dan nilai-nilai maupun kebiasaan
tentang sesuatu, yaitu kebudayaan Jawa. Menurut Koentjaraningrat (1985), masyarakat atau suku
bangsa Jawa adalah suku bangsa terbesar di Indonesia dan jumlahnya mencapai lebih dari
separuh warga negara Indonesia. Masyarakat Jawa berasal dari pulau Jawa dan terutama
ditemukan di Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Peradaban jawa termasuk maju, ini dibuktikan dengan adanya kerajaan-kerajaan besar
yang berada di tanah jawa beserta warisannya yang masih dapat dilihat hingga kini. Contohnya
adalah kerajaan Mataram, Majapahit dan sebagainya, lalu ada candi Borobudur, Prambanan,
Mendut dan lain-lain. Asal-usul terbentuknya suku jawa sendiri memiliki beberapa sudut teori
diantara sebagai berikut :

1. Babad Tanah Jawa

Sejarah Masyarakat jawa menurut Babad Tanah Jawa yaitu berasal dari kerajaan Kling.
Pada masa itu kerajaan Kling sedang berada dalam situasi yang kacau akibat dari perebutan
kekuasaan. Kemudian salah satu pangeran Kling yang tersisih pergi meninggalkan kerajaan
tersebut bersama dengan para pengikutnya yang setia. Pangeran Kling mengembara hingga ia
menemukan sebuah pulau terpencil yang belum berpenghuni. Mereka bahu-membahu
membangun pemukiman, dan akhirnya mereka juga mendirikan sebuah kerajaan yang diberi
nama Javacekwara. Keturunan pangeran inilah yang dianggap sebagai  nenek moyang suku jawa
menurut Babad Tanah Jawa.

2. Surat Kuno Keraton Malang

Menurut surat kuno ini menyebutkan bahwa asal-usul penduduk jawa berasal dari
kerajaan Turki pada tahun 450 SM. Sang Raja mengirim rakyatnya untuk mengembara dan
membangun daerah kekuasaan mereka yang belum dihuni. Migrasi ini dilakukan secara
bergelombang selama beberapa waktu. Akhirnya utusan raja tersebut sampai di sebuah tanah
yang subur, banyak ditemukan aneka bahan pangan. Tidak sulit untuk beradaptasi dan
membangun pemukiman di sana. Semakin lama semakin banyak gelombang migrasi yang
datang. Pulau asing tersebut akhirnya diberi nama Tanah jawi oleh orang-orang yang datang,
karena disana banyak ditemukan tanaman jawi.

3. Tulisan Kuno India

Berdasarkan tulisan kuno India menyebutkan bahwa pada jaman dulu beberapa pulau di
kepulauan Nusantara menyatu dengan daratan Asia dan Australia. Pada suatu waktu terjadilah
musibah sehingga menyebabkan meningkatnya permukaan air laut. Beberapa daratan terendam
air hingga akhirnya memisahkan pulau-pulau tersebut dari daratan utama.

Dalam tulisan kuno tersebut juga menyebutkan seorang pengembara yang bernama Aji Saka. Ia
mengembara ke beberapa penjuru dan akhirnya menemukan pulau Jawa. Menurut tulisan kuno
ini, Aji Saka adalah orang pertama yang menginjakkan kaki di bumi Jawa. Ia dan pengikutnya
dianggap sebagai nenek moyang suku jawa saat ini.

4. Pendapat Arkeolog

Menurut ahli arkeologi asal-usul penduduk jawa tak terlepas dari asal-usul orang
Indonesia itu sendiri. Para arkeolog yakin bahwa nenek moyang suku jawa berasal dari penduduk
pribumi. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya fosil manusia purba Pithecanthropus Erectus
dan juga Homo Erectus. Eugene Dubois yang merupakan seorang ahli anatomi yang berasal dari
Belanda menemukan sebuah fosil Homo erectus. Penemuan tersebut bertempat di daerah Trinil
pada tahun 1891. Fosil Homo erectus tersebut lebih dikenal dengan sebutan manusia Jawa.
Kemudian dilakukan perbandingan antara DNA pada fosil manusia kuno tersebut dengan suku
jawa pada masa kini. Hasil yang didapat cukup menarik, bahwa DNA tersebut tidak memiliki
perbedaan yang jauh satu sama lain. Hal tersebut akhirnya dipercayai oleh beberapa ahli
arkeologi sebagai teori asal-usul keberadaan suku jawa.

5. Pendapat Sejarawan

Para sejarawan memiliki pendapat berbeda mengenai asal-usul suku jawa. Von Hein
Geldern menyebutkan bahwa telah terjadi migrasi penduduk dari daerah Tiongkok bagian selatan
atau yang biasa disebut Yunan di kepulauan Nusantara. Migrasi ini terjadi dimulai dari jaman
neolitikum 2000 SM sampai jaman perunggu 500 SM secara besar-besaran dan bertahap
menggunakan perahu cadik.

Menurut Dr.H.Kern yang mengungkapkan penelitiannya pada tahun 1899, menyebutkan


bahwa bahasa daerah di Indonesia mirip satu sama lain. Kemudian ia menarik kesimpulan jika
bahasa tersebut berasal dari akar rumpun yang sama yaitu rumpun Austronesia. Hal inilah yang
menguatkan Geldern tentang teorinya mengenai asal-usul suku jawa dan bangsa Indonesia.

KARAKTERISTIK BUDAYA JAWA

Budaya Jawa dapat diartikan sebagai suatu budaya yang dimiliki oleh penduduk asli
Pulau Jawa. Mulai dari Bahasa, agama, tradisi atau ritual, dan kesenian. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata budaya mempunyai arti sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang
sukar untuk diubah. Kebiasaan-kebiasaan dan norma adat ini bisa membentuk sebuah
karakteristik dari sebuah kebudayaan. Secara garis besar, budaya Jawa dapat dibagi menjadi tiga,
diantaranya adalah Budaya Jawa Tengah, Banyumas, DIY, dan Jawa Timur. Masing-masing
daerah tersebut memiliki perbedaan, namun dasar dari semuanya masih tetap sama, yaitu
keseimbangan, keselarasan atau keserasian dalam kehidupan manusia. Budaya Jawa sangat
menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan dan kesederhanaan dalam hidup. Sistem norma atau nilai
dalam masyarakat Jawa juga dibentuk berdasarkan kebudayaan Jawa. Kebiasaan-kebiasaan dan
norma adat ini bisa membentuk sebuah karakteristik dari sebuah kebudayaan.
Budaya Jawa memiliki beberapa karakteristik yang kuat dan kental dengan kehidupan
orang Jawa, mulai dari Bahasa, Aksara, dan Agama. Dari segi Agama, Jawa memiliki beberapa
tahapan pengenalan Agamanya, mulai dari Pra Hindu-Budha, Masa Hindu-Budha, dan Masa
Kerajaan Islam. Semua masa tersebut menciptakan sebuah budaya yang berbeda. Misalkan pada
masa Hindu-Budha, mulai banyak tumbuh arca-arca dan candi-candi yang keberadaanya tersebar
diseluruh Pulau Jawa. Pada Masa Kerajaan Islam, kesenian mulai disalurkan untuk
menyampaikan dakwah-dakwah ajaran Agama Islam. Salah satu media yang digunakan untuk
menyalurkan dakwah tersebut adalah wayang kulit. Oleh karena itu wayang kulit begitu melekat
dengan orang Jawa

Karakteristik budaya Jawa yang selanjutnya adalah menggunakan Bahasa Jawa.


Sehingga, beberapa budaya Jawa, menggunakan Bahasa Jawa. Dalam implementasinya, Bahasa
Jawa memiliki tiga strata atau yang disebut dengan unggah-ungguh. Penggunaannya pun
berbeda-beda, tergantung dengan siapa kita berbicara, unggah-ungguh tersebut diantaranya
adalah Bahasa Jawa Ngoko, Bahasa Jawa Madya, dan Bahasa Jawa Krama. Beberapa lagu dalam
Bahasa Jawa kebanyakan menggunakan Bahasa Jawa Krama. Sementara untuk Aksara, beberapa
budaya Jawa menggunakan aksara Jawa, yang terdiri dari 20 karakter huruf. Aksara Jawa ini
banyak digunakan dalam penulisan-penulisan pada arca atau candi dan juga tempat-tempat
peninggalan kerajaan yang ada di Jawa.

Selain itu tidak hanya budayanya saja yang memiliki khas karakteristik yang terkenal di
seluruh penjuru Nusantara, namun sikap dan karakteristik orang-orang jawa pun sangat mudah
untuk di identifikasi oleh orang-orang penghuni pulau lainnya, karena Karakter orang Jawa yang
gemar merantau juga menjadi penyebab tersebarannya adat jawa yang begitu luas ke berbagai
tempat. Ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari kebiasaan, karakter, adat, hingga budaya
orang Jawa diantaranya :

1. Menjaga Sopan Santun


Orang Jawa pada umumnya pandai menjaga sopan santun. Baik dengan orang yang lebih tua,
sesama umur, hingga yang lebih muda. Mereka tahu bagaimana caranya bersikap. Misalnya
ketika sedang bertamu hingga sebagai tuan rumah.
2. Ramah tetapi sungkan menyapa (pemalu)
Jangan heran jika berpapasan dengan orang Jawa akan melihat sebagian besar mereka suka
sedikit menundukkan pandangan. Hal tersebut sebenarnya wajar karena karakter mayoritas orang
Jawa memang pemalu. Namun meskipun pemalu, sebenarnya mereka ingin mulai percakapan
atau mengobrol. Hanya saja mereka malu untuk memulainya. Namun jika sudah mulai
mengobrol dengan orang Jawa, anda akan merasakan betapa asik dan kentalnya percakapan.

3. Pekerja Keras

Pemalas bukanlah image orang Jawa. Sudah sangat terkenal hingga ke luar negeri bahwa
orang Jawa lekat dengan karakter pekerja kerasnya. Mereka akan mengerjakan apa yang
semestinya dikerjakan. Bahkan ketika tidak mendapat pekerjaan, kebanyakan tidak akan tinggal
diam. Selain itu ketika menerima gaji, mayoritas karakter orang Jawa bukanlah tipe pemboros.
Mereka senang menyisihkan sedikit uangnya untuk ditabung atau dikirim ke kampung halaman
(jika hidup di tanah rantau).

4. Nrimo

Nrimo maksudnya adalah menerima, bisa juga diartikan dengan istilah menerima apa
adanya. Orang Jawa tidak suka macam-macam. Misalnya ketika mendapati masakan di rumah
adanya tempe, si anak tidak meminta macam-macam dan memakan apa yang ada. Sejujurnya,
karakter dan kebiasaan satu ini mulai memudar, namun bukan berarti kita sulit mendapatinya.
Nrimo juga bisa pada contoh kehidupan berumahtangga yang mampu menerima keadaan
pasangan apapun itu.

5. Memegang Erat Tradisi dan Budaya

Orang-orang Jawa begitu erat memegang budayanya. Di sejumlah kota, tradisi-tradisi


Jawa masih sangat kental. Meskipun orang Jawa tidak berada di kampung halamannya.
Memegang tradisi memang sudah menjadi tabiat kuat mereka. Selain itu, di era modern seperti
sekarang, budaya-budaya di keraton Yogyakarta dan sejumlah daerah Jawa lainnya juga masih
dipegang erat. Hal ini membuktikan kuatnya tabiat orang Jawa dalam memegang tradisi dan
budayanya.
6. Tata Bahasa sebagai Nilai Kesopanan

Meskipun zaman semakin berkembang, pengetahuan akan bahasa lain makin mudah
diakses, namun orang Jawa tetap menjaga norma dalam bertutur kata. Hingga saat ini, banyak
dijumpai orang Jawa yang berbicara berdasarkan hirarki usia atau dengan siapa mereka
berbicara. Hal ini bisa kita lihat dalam struktur bahasa Jawa. Dimana ada bahasa Jawa ngoko
(bahasa sehari-hari), hingga krama inggil yang digunakan untuk meninggikan derajat lawan
bicara. Krama inggil merupakan bahasa halus yang umumnya ditujukan kepada yang lebih tua,
lebih dihormati, atau orang asing.

Kesimpulan

Dengan mengetahui dan memahami budayanya maka masyarakat akan tergerak hatinya
untuk mencintai dan menjaga budaya mereka. Salah satunya melestarikan adat Jawa yang kental
di lingkungan masyarakat daerah Jawa. Yang asal usul terbentuknya adat Jawa memiliki sudut
pandang yang berbeda. Melestarikan Budaya Adat Jawa merupakan bukti upaya menjaga
keaneka ragaman suku bangsa ini. Jika rasa memiliki telah tumbuh maka tidak akan pernah mau
kehilangan budayanya. Sehingga berupaya akan berusaha dengan keras untuk menjaga
budayanya dari segala hal yang mengancam keberadaan budaya tersebut dan akan selalu
berusaha untuk melestarikannya.

Bersikeras untuk mencari jalan keluar dari permasalahan ini sehingga dapat terus
menjaga kelestariannya. Dengan demikian generasi penerus bangsa masih dapat menikmati
budaya yang indah ini.Sehingga kekhasanahan budaya Bangsa ini juga akan tetap terjaga hingga
akhir nanti. Karena menjaga budaya daerah sama halnya dengan menjaga budaya negeri ini.Dan
hal ini adalah salah satu bentuk perwujudan kecintaan kepada tanah air Indonesia.

Daftar Pustaka

https://manjakan.com/budaya-jawa/

https://journals.ums.ac.id/index.php/indigenous/article/view/1653/1176

https://lezgetreal.com/suku-jawa/#!

Anda mungkin juga menyukai