Anda di halaman 1dari 18

BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA

WARISAN JATI DIRI MASA LALU, KINI, DAN KELAK


SURABAYAN DIALECT OF JAVANESE:
CULTURAL HERITAGE FORMTHEPAST, PRESENT AND FUTURE

Endang K. Trijanto

Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta,


Rawamangun - Jakarta Timur 13220, endangkt@plasa.com

Tanggal naskah masuk: 15 Agustus 2012


Tanggal revisi terakhir: 20 Oktober 2012

Abstract

Javanese as one of the Austronesian languages coversseveral dialects. One of the dialects is
Surabayan dialect. The speakers of Surabayan dialect exist not only in Surabaya but also in other
parts of Indonesia such as in Borneo. Nowadays, Surabayan dialect is consideredas one of the
cultural heritagesof the past, present and future. In this study, some philosophical sciences such as
Ontology, Epistemology and Axiologyare used to describe the cultural heritage – Surabayan dialect.
To analyzethe Surabayan dialect and its cultural heritage, the theory of descriptive linguistic,
especially Sociolinguistic is applied.
The term‘heritage’, in this study, refers to cultural aspects. Specifically,language could not
be separated from its cultural root. In this study, the epistemological approach is used to study
‘Ludruk’, as a conserved oral tradition of Surabaya. Then, Sociolinguistic approach is used to
analyze the Surabayan dialect during the communication between the clothing sellers and their
customersat Pasar Turi, Surabaya, and at Berita Suroyoan Pojok Kampung JTV.

Keywords: cultural heritage, language, Surabayan dialect.

Abstrak

Sebagai bagian dari bahasa Austronesia bahasa Jawa terdiri atas beberapa dialek, salah
satunya ialah dialek Surabaya.Penutur dialek Surabaya tidak hanya berada di Surabaya tetapi juga
tersebar di berbagai wilayah di Indonesia termasuk Borneo.Kini dialek Surabaya dianggap sebagai-
bagian dari warisan jatidiri masa lalu, kini, dan kelak.Berbagai aspek dalam ilmu Filsafat seperti
Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi di gunakan untuk membahas tentang warisan jatidiri tersebut.
Selanjutnya teori linguistik deskriptif, khususnya Sosiolinguistik, digunakan untuk mengkaji dialek
surabaya dan warisan jatidirinya.
Istilah warisan dalam hal ini dimaksudkan sebagai aspek budaya.Secara khusus, bahasa tidak
dapat dipisahkan dari akar budayanya.Dalam kajian ini, pendekatan Epistemologi digunakan untuk
memahami budaya lisan atau ungkapan.Pendekatan ini kemudian digunakan untuk mengkaji ludruk
sebagai salah satu kesenian daerah Surabaya yang dilestarikan.Pendekatan Sosiolinguistik juga
digunakan untuk menganalisis Bahasa Jawa Dialek Surabaya dalam interaksi antara pembeli dan
penjual sandang di Pasar Turi Surabaya dan Berita Suroyoan Pojok kampung JTV.

Kata kunci: warisan jatidiri, bahasa, dialek Surabaya

31
32| Mabasan, Vol. 6 No. 1, Januari—Juni 2012

1. Pendahuluan Jawa, bahkan juga di luar Indonesia,


Tulisan yang dipersembahkan antara lain di negara Suriname, New
dalam kesempatan ini merupakan Caledonia, juga negara tetangga
kajian ringan dari sisi Filsafat Ilmu dan Indonesia. Bahasa Jawa yang
Kebahasaan. Untuk itu kajian tentang berkembang di wilayah Jawa memiliki
jati diri warisan bahasa Jawa dialek ragam, dialek, dan variasi pemakaian,
Surabaya pada masa lalu, masa kini, misalnya bahasa Jawa dialek
dan kelak akan diulas melalui aspek Yogyakarta, bahasa Jawa dialek Tuban,
ontologis, epistemologis, aksiologis, bahasa Jawa dialek Banyumas, dan
dan kebahasaan, disertai dengan seterusnya.
contoh budaya serta kesenian yang Luasnya pemakaian bahasa
menggunakan bahasa Jawa dialek Jawa memungkinkan terjadinya
Surabaya secara lisan. perbedaan pemakaian dan menciptakan
Sebagai bagian dari bahasa berbagai dialek geografis3. Penyebutan
Austronesia, bahasa Jawa adalah dialek geografis didasarkan pada lokasi
bahasa yang dimiliki oleh orang Jawa, digunakannya bahasa tersebut,
yaitu orang yang menggunakan bahasa misalnya bahasa Jawa yang digunakan
Jawa sebagai bahasa ibunya1. Pada di Surabaya disebut bahasa Jawa
awalnya mereka mendiami wilayah Surabaya. Penyebutan dialek geografis
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun cenderung mengabaikan batasan antara
mereka kemudian menyebar ke dialek, ragam, dan variasi.
berbagai daerah melalui peristiwa Bahasa Jawa Surabaya atau
sejarah, serta kebijakan pemerintah, dalam tulisan ini disebut dengan
baik pada masa penjajahan maupun Bahasa Jawa Dialek Surabaya
setelah merdeka; di Lampung, di (selanjutnya disingkat dengan BJDS),
Sulawesi Utara, di Kalimantan dan memiliki perbedaan dengan Bahasa
sebagainya. Jawa Standar yaitu bahasa Jawa yang
Bahasa Jawa sebagai salah satu digunakan di Solo dan Yogyakarta.
bahasa di antara 706 bahasa di Perbedaan tersebut terletak pada ciri
Indonesia, digunakan oleh 75.5 juta struktur, dan leksikon BJDS, juga lafal.
penutur. Dari 6.703 bahasa di dunia, Dalam perkembangannya, BJDS lebih
bahasa Jawa berada pada urutan ke-11 diwarnai oleh sifat budaya masyarakat
untuk kategori banyaknya jumlah Surabaya yang egaliter, atau dalam
penutur2. Sebagaimana telah bahasa Jawa disebut blatér. Sebagai
diutarakan, bahasa Jawa juga daerah pesisir, BJDS juga mewarisi
digunakan oleh masyarakat di luar budaya dan bahasa pesisiran sebagai
Bahasa Jawa Dialek Surabaya … (Endang K. Trijanto)|33

bahasa transisi dari bahasa Jawa makhluk halus yang berasal dari
Majapahitan ke bahasa Jawa Baru Jawa leluhur mereka yang sudah mati, dan
Tengahan. Oleh karena itu, ada kesan mereka juga percaya akan kekuatan
bahwa BJDS sedikit kasar dan kurang sakti di dalam alam. Tingkah laku
mengindahkan Bahasa Jawa Standar. religius inilah yang melahirkan
BJDS yang egaliter terkesan jenaka, bermacam upacara atau ritual.
sehingga membuat suasana akrab“ Hinduisme di Jawa Timur berbeda
kemraket ”, ramah“ grapyak ”, dan dengan Hinduisme di India. Dogmatik
menyenangkan“semanak”. Dengan telah dicampur dengan kebudayaan
demikian, BJDS adalah bahasa yang asli. Pada waktu pengaruh Islam
lugas, spontan, dan berkarakter. masuk ke Jawa Timur, memang bagian
Sebagaimana telah disinggung terbesar orang di Jawa Timur memeluk
di awal, tulisan atau artikel ini akan agama Islam, tapi kepercayaan lama
membahas peran BJDS pada masa lalu, tetap kuat bertahan. Masuknya
masa kini, dan kelak. Untuk itu, pengaruh agama Kristen di Jawa
pembahasan akan dilakukan dengan Timur, keadaannya sama seperti Islam,
menggunakan kajian filsafat ilmu, yaitu yaitu unsur-unsur kepercayaan lama
dari aspek ontologis, epistemologis, masih ada, dan dijalankan, sekali pun
dan aksiologis, sedang kajian orang menjalani agama yang
kebahasaan bertujuan untuk diwajibkan.
mempertegas peran BJDS tersebut Selain merujuk pada agama dan
sesuai perannya pada masa lalu, kini, kepercayaan lama tersebut, apabila
dan kelak. orang ingin hidup tanpa gangguan,
perlu dilakukan: puasa, pantang,
1. Pembahasan semedi, berdoa, bersaji, dan
1.1 Kajian Filsafat Ilmu mengadakan selamatan. Macam-
1.1.1 Aspek Ontologis macam upacara atau selamatan tersebut
Bahasa Jawa, demikian juga antara lain: (1) Upacara atau selamatan
Bahasa Jawa Dialek Surabaya (BJDS) dalam rangka lingkaran hidup
pada dasarnya merunut pada budaya seseorang, tingkepan yaitu upacara
Jawa, yaitu mengenal unggah-ungguh tujuh bulan kehamilan, babaran atau
atau tata krama. Orang Surabaya, juga upacara kelahiran bayi, sepasaran atau
umumnya orang Jawa, percaya bahwa upacara umur bayi seminggu, tedak siti
akar hidup atau mikro kosmos beserta atau upacara bayi menginjak bumi,
segala aspeknya terkait dengan bancakan, sunatan, pertunangan,
kehidupan, tak lepas dari sejarah atau perkawinan, dan kematian. (2)Upacara
hubungan gaib di sekitarnya, dan atau selamatan sehubungan dengan
lingkungan alamnya atau makro pemujaan kepada leluhur: adalah
kosmos. Mereka percaya akan adanya peringatan ketiga, ketujuh,
34| Mabasan, Vol. 6 No. 1, Januari—Juni 2012
keempatpuluh, keseratus, setahun, Homo Mojokertensis4, dan menurut
keseribu hari meninggalnya keluarga. prasasti Dinoyo 908M5, kerajaan
(3) Upacara atau selamatan yang terkait Kanjuruhan berada di daerah Dinoyo-
dengan pertanian: bubak bhumi yaitu Malang, serta perpindahan pusat
pencangkulan awal, nyebar atau kerajaan Mataram kuno dari Jawa
menabur benih, tandur (tanam), Tengah ke Jawa Timur dengan rajanya
nyusumi, keleman (tanaman mulai yaitu Raja Sindok, yang bergelar Sri
dewasa dan berbunga) yang disebut Işana Tunggawijaya. Dinasti Sindok
dengan tingkepe mbok Sri, wiwit runtuh tahun 1222 akibat serangan Ken
(upacara permulaan potong padi). Juga Arok. Setelah Sindok raja-raja yang
ada selamatan dari nelayan kepada Nyi terkenal di Jawa Timur adalah:
Roro Kidul, yaitu dengan upacara Dharmawangsa, Airlangga, Kertajaya,
komasan. (4) Upacara bersih desa. (5) Kertanegara, Jayakatwang, Raden
Upacara berdasarkan siklus agama, Wijaya atau Hayam Wuruk.
misalnya pada (a) agama Islam : 1 Sekilas tentang kerajaan
Muharam, Maulud Nabi, Isra Miraj, Singosari yang diperintah oleh
permulaan puasa, Idul fitri, Idul Adha. Kertanegara; kerajaan ini mencapai
(b) Kristen: Natal, Wafat Isa Almasih, kejayaannya tahun 1275, dengan antara
Kenaikan Isa Almasih (c) Hindu dan lain melakukan ekspedisi sampai ke
Budha: Nyepi, Pager Wesi, Galungan, Selat Malaka. Oleh karena kiprahnya
Kuningan, Saraswati. (6) Selain terkait itu, Kaisar Mongolia Khubilai Khan,
upacara keagamaan, upacara-upacara raja yang terkenal di Asia Tenggara,
tradisional tersebut hari berniat menaklukkan Kertanegara.
pelaksanaannya mempergunakan Namun sebelum niat itu terlaksana,
petungan, primbon, dan pembagian kerajaan Singosari pada tahun 1292
kosmos. telah dikalahkan oleh Kediri yang
memberontak dipimpin Jayakatwang.
1.1.2 Aspek Epistemologis Dengan demikian kerajaan Singosari
Bila sebelum ini diungkapkan runtuh, sedangkan Raden Wijaya,
persamaan bahasa dan budaya Jawa menantu Kertanegara, karena
Timur-Surabaya dengan budaya Jawa berperilaku baik, oleh Jayakatwang
pada umumnya, perlu juga diperkenankan membuka hutan ‘tarik’.
diungkapkan perbedaan perkembang- Di kemudian hari hutan tarik menjadi
annya. Perbedaan tersebut bersumber pusat kerajaan Majapahit dengan
pada lintasan sejarah yang dikandung rajanya Hayam Wuruk yang
daerah Jawa Timur-Surabaya berikut: mempunyai patih bernama Gajah
Daerah Jawa Timur sudah dihuni Mada. Pada tahun 1335, patih Gajah
manusia sejak satu juta tahun lalu, Mada mengucapkan sumpah yang
yaitu dengan diketemukannya fosil dikenal dengan ‘Sumpah Palapa’, yaitu
Bahasa Jawa Dialek Surabaya … (Endang K. Trijanto)|35

sumpah untuk tidak memakan palapa pemogokan para kelasi bangsa


yaitu rempah dan garam, sebelum Indonesia di Morokrembangan-
menyatukan Nusantara di bawah Surabaya pada tanggal 3 Februari 1933.
Majapahit. 1357 ‘Perang Bubat’ yaitu Pada tanggal 8 Maret 1942 Jepang
peperangan yang terjadi karena mendarat di Surabaya dan
kesalahfahaman tentang prosedur mencanangkan Gerakan Tiga A, yaitu
perkawinan antara Hayam Wuruk Jepang Pemimpin Asia, Jepang
dengan Dyah Pitaloka putri kerajaan Pelindung Asia, dan Jepang Cahaya
Padjadjaran, dalam pertempuran di Asia, salah satu dampaknya yaitu
Bubat - Sri Baduga Maharaja dari munculnya PETA atau Pembela Tanah
Padjadjaran dengan Dyah Pitaloka Air di Blitar 1945.
terbunuh. 1364 Gajah Mada meninggal Merujuk pada Bibit Kaitane
dan 1389 Hayam Wuruk meninggal. Kutho Suroboyo6, babad adalah suatu
Setelah Hayam Wuruk meninggal kisah sejarah yang pernah terjadi.
pengaruh kerajaan di Jawa Timur juga Lazimnya babad disampaikan dari
mulai melemah, sekali pun masih ada mulut ke mulut, kuping ke kuping, juga
perlawanan-perlawanan dan cerita- Babad Tanah Jawi serta Babad
cerita, legenda yang heroik. Surabaya Suroboyo yang ditulis oleh Carik Bajra
atas anjuran ‘Sunan Giri’ mengakui (1677-1743). Sementara itu, menurut
Mataram sebagai atasannya, sikap ini HG von Faber7, kompleks pemakaman
diikuti oleh daerah-daerah lainnya, Mbah Bungkul di Jalan Raya Darmo
seperti Pasuruan dan Malang. sudah ada sejak zaman Hindu. Hal ini
Abad 17 Belanda mulai terlihat dari gaya arsitektur Hindu Jawa
menguasai beberapa daerah di pada zaman Majapahit. Di tempat itu
Indonesia, kehadiran Belanda ini abu jenazah para prajurit Kertanegara
menimbulkan perlawanan - juga di yang tewas tahun 1270 disemayamkan,
Jawa Timur, di antaranya Surapati, sedangkan di Jalan Demak terdapat
Amangkurat III. Surapati gugur 1706, Klenteng Sam Poo Tay Djien, dan di
dan Amangkurat III menyerah. 1743 dalam klenteng terdapat patung
Daerah Bang Wetan atau Jawa Timur Laksamana Cheng Hoo yang juga
dikuasai Belanda. Bang Wetan dikenal sebagai Sam Poo Kong, atau
merupakan basis gerakan anti Belanda. masyarakat sekitar klenteng
Pusat perlawanan terletak di Pasuruan, menyebutnya dengan Mbah Ratu.
Blambangan, dan Lumajang. Pada abad Lebih lanjut HG von Faber menuliskan
18, 19, dan 20, VOC mulai tentang awal daerah pemukiman di
menebarkan sayapnya di Indonesia, Soerabaia adalah di Pulau Domas, di
Pulau Jawa dibagi dalam 20 sekitar Terminal Joyoboyo.
keresidenan. Kesulitan ekonomi yang Pemukiman pertama ini terjadi pada
melanda Eropa juga menyulut saat berdirinya kerajaan Mataram
36| Mabasan, Vol. 6 No. 1, Januari—Juni 2012
Hindu pada abad ke-9, dan setelah itu membantu Raden Wijaya di Ujung
muncul perkampungan-perkampungan Galuh pada tahun 1293 mengalahkan
di sekitarnya, dengan rata-rata nama tentara Tar-Tar dari Tiongkok.
perkampungan yang berbau air, Selain lintasan sejarah
misalnya: Kedungdoro, Kedungrukem, sebagaimana diutarakan - masih
Kedungklinter, Tambak Sari, Tambak tegaknya candi-candi kuno di daerah
Bening, Tambak Boyo, Tambakmadu, Malang, adalah sebagai petunjuk nilai
Tambakrejo, Tambakgringsing, budaya yang masih dapat dicermati di
Asemrowo, Banyu Urip, Kalimas, Jawa Timur. Juga masyarakat
Kalianak, Kalianyar, Kalibokor, tradisional Tengger yang tinggal di
Kalidami, Kalikepiting, dan daerah lereng Gunung Bromo.
seterusnya.. Akulturasi kebudayaan sudah terjadi
Kisah Banyu Urip, dalam sejak masuknya kebudayaan Hindu,
Soerabaia-Beld van een Staad8 Budha, Islam, dan Kristen. Ditambah
diceritakan bahwa, seribu tahun lalu dengan datangnya para pendatang dari
Banyu Urip terletak di pinggir pantai, luar Pulau Jawa yang juga membawa
dan tahun 850 M Sungai Brantas masih kebudayaannya, muncullah di Jawa
terletak di selatan kawasan Timur dua kelompok pendukung
Wonokromo sekarang. Terkait dengan kebudayaan Jawa dan pendukung
Wonokromo, kala itu masih bernama kebudayaan Madura.
WonoeKromo yang berarti hutan Dari sisi kebahasaan umumnya
perkawinan dengan legenda bahasa Jawa mengenal 10 tingkatan
Sawunggaling. Bupati Jayengrana bahasa yaitu (1) basa Ngoko Lugu, (2)
adalah orang yang gemar berburu, kala basa Ngoko Andap, (3) basa Madya
itu daerah perburuannya di daerah Ngoko, (4) basa Madya Krama, (5)
Kranggan, namun pada suatu saat basa Madyantara, (6) basa Muda
beliau berburu sampai ke hutan Krama, (7) basa Kramantara, (8) basa
Wiyung, dan di sana beliau jatuh cinta Krama Inggil, (9) basa Krama Desa,
pada seorang wanita, dari hasil (10) basa Bagongan9, sedangkan
perselingkuhan tersebut lahir seorang menurut ‘Serat Warna Sari Jawi’10
anak bernama Sawunggaling. Suatu tercatat beberapa dialek bahasa Jawa
ketika Jayengrana kalah adu ayam Timur, diantaranya dialek bahasa
melawan Sawunggaling. Namun Madiun, Malang, Banyuwangi atau
legenda Sawunggaling ini banyak bahasa Osing yaitu campuran bahasa
versinya, ada yang menceriterakan Jawa, Madura, dan Bali, juga dialek
bahwa Sawunggaling hidup di zaman Gresik, Bojonegoro, dan Tuban. Selain
Kompeni, ada juga yang mengaitkan bahasa Jawa, orang juga berbahasa
dengan Raden Wijaya di zaman Madura.
Majapahit, yaitu dalam rangka
Bahasa Jawa Dialek Surabaya … (Endang K. Trijanto)|37

Dari peristiwa sejarah di atas, penduduk Jawa Timur, khususnya


secara epistemologis dapat disimak Surabaya yang terkenal sebagai suku
perkembangan bahasa Jawa dialek bangsa Jawa yang mempunyai adat
Jawa Timur atau lebih tepatnya BJDS istiadat yang keras, kasar dalam tutur
yang sangat terkait erat dengan katanya, tetapi mereka merupakan
perkembangan sejarahnya. Lintasan pekerja yang bersungguh-sungguh dan
sejarah sejak abad 9 sampai dengan suka berterusterang12. Meskipun adat
abad 20, begitu mempengaruhi budaya istiadat Jawa Timur keras dan kasar
dan bahasa di Jawa Timur. Namun dalam tutur kata, namun perkembangan
demikian dalam menerapkan kebudayaannya melalui cipta, rasa,
kebudayaannya, baik yang abstrak, karsa, dan karya, telah melahirkan
batiniah maupun lahiriah, mereka tetap berbagai kesenian, diantaranya
melaksanakan dan menjadikan Ludruk, Reog Ponorogo, Tari Remo,
segalanya itu sebagai cipta, rasa, karsa, Tari Gandrung Banyuwangi, Tari
dan karya di dalam berkehidupan Pecut, Karapan Sapi.
bermasyarakat. Salah satu cara Ludruk adalah teater tradisional
penerapannya antara lain dengan tetap yang dahulu keseluruhan pemainnya
menerapkan ajaran yang berasal dari laki-laki. Kisah yang dibawakan adalah
“Serat Wulangreh”11. Selain kisah kepahlawanan, misalnya
melaksanakan dan mengamalkan Sawunggaling, serta legenda-legenda
“Serat Wulangreh” dalam kehidupan dan cerita rakyat tentang kepahlawanan
sehari-harinya, masyarakat Jawa dan keperkasaan serta heroik yang
termasuk Jawa Timur dan Surabaya, muncul dalam lintasan sejarah Jawa
juga tunduk pada filsafat Jawa. Kajian Timur, sedangkan dialog yang
filsafat Jawa itu diantaranya bertumpu digunakan adalah bahasa Jawatimuran
pada (1) sistem kepercayaan, (2) sistem terutama bahasa Jawa Dialek Surabaya
pengetahuan, (3) sistem sosial ( BJDS).
kemasyarakatan, (4) sistem Reog Ponorogo adalah
kebahasaan, (5) sistem kesenian, (6) sendratari tradisional dari daerah
sistem mata pencaharian, (7) sistem Ponorogo, dengan dadak merak yang
lingkungan hidup, (8) etika. Kajian indah dan gamelan yang
filsafat Jawa ini penyampaiannya pada membangkitkan semangat serta irama
generasi penerus dilakukan secara lisan lagu dengan daya tarik tersendiri.
maupun tulisan. Biasanya pertunjukkan reog didukung
Dari lintasan sejarah, kekuatan mistik, dan grup reog
kekerasan demi kekerasan melawan dipimpin seorang warok atau jagoan.
ketidakadilan mengalir dalam budaya Tari Remo adalah tarian Jawa
dan bahasa di Jawa Timur, hal tersebut Timur yang menggambarkan
juga berdampak langsung pada seorangkesatria yang sedang mabuk
38| Mabasan, Vol. 6 No. 1, Januari—Juni 2012
asmara. Di saat sedang bercinta, tugas tersebut adalah sebagai titik acuan
Negara memanggil sehingga dalam dalam menjalani hidup.
penampilannya tergambar antara tugas Sebagaimana telah diungkap-
dan cinta. Tari ini adalah tari selamat kan, bahwa budaya Jawa termasuk
datang dan ada dalam setiap acara Jawa Timur telah berakulturasi dengan
masyarakat Jawa Timur. budaya lain, di antaranya budaya
Selain kesenian di atas, ada juga Hindu, Budha, Islam, dan akulturasi itu
Tari Gandrung Banyuwangi, Tari tetap mempunyai identitas Jawa.
Pecut, Karapan Sapi, Tari Dhungkrek, Namun bagi anak Jawa yang modern,
Kiprah Glipang, dan lainnya. Juga yang menggunakan bahasa Indonesia
legenda-legenda dan cerita-cerita sebagai bahasa ibu dan mengadaptasi
rakyat Jawa Timur yang nilai-nilai dari dunia modern sebagai
menggambarkan tentang kejantanan akibat dari dinamika kehidupan global;
dan keperkasaan, keuletan serta anak Jawa modern itu cenderung dan
semangat pengabdian tokoh utamanya. seakan-akan terasing dari nilai budaya
Jawa. Untuk itu perlu etika filsafati
1.1.3 Aspek Aksiologis dikembangkan pada latar penghayatan
Terkait dengan kajian moral, antara lain dengan menghayati
aksiologis, untuk apakah misalnya mistik kejawen yang mengandung
etika Jawa itu diterapkan pada unsur kebijakan.
masyarakat di Jawa Timur, khususnya Penerapan Etika yang juga
di Surabaya. Pengetahuan dan adalah filsafat bidang moral pada
penerapan Etika Jawa itu pada masa generasi muda, berarti penerapan
kini13 masih diperlukan oleh generasi keseluruhan norma atau penilaian
muda.Dengan mengetahui Etika Jawa, bagaimana seharusnya manusia
diharapkan generasi muda dapat menjalani hidupnya. Untuk itu struktur
memahami filsafat Jawa, dan dengan dan rasional etika Jawa perlu
melakukan analisis filosofis pada disesuaikan dengan kehidupan nyata
sistem moral secara konkret, agar terlihat manfaatnya, karena
diharapkan juga bahwa generasi muda dengan semakin ketat etika diterapkan,
dapat meneladani bibit-bibit kebajikan ia akan dapat membantu mencegah
yang disesuaikan dengan konstruksi frustasi, selain itu etika akan melandasi
teoretis yang terungkap dalam berbagai kerangka dasar kehidupan untuk
tulisan tentang etika Jawa, sedangkan mencapai hakikat realitas.
konstruksi teoretis yang dimaksudkan Dalam kaitannya dengan
adalah pola ideal di dalam berperilaku landasan kerangka dasar kehidupan,
dan berkehidupan orang Jawa, selain memahami dan menjalani etika,
sehingga bagi masyarakat Jawa pola perlu dicermati juga “kaidah dasar
kehidupan masyarakat Jawa”.
Bahasa Jawa Dialek Surabaya … (Endang K. Trijanto)|39

Masyarakat Jawa itu cenderung (1) Melindungi keselarasan melalui


menjalani hidup yang rukun. Jadi tuntutan masyarakat, dengan demikian
kerukunan sangat dijunjung tinggi oleh semua pihak harus menguasai diri, dan
masyarakat Jawa, contoh konkret menjunjung (2) Keutamaan, artinya
adalah praktik gotong royong, membangun disposisi kehendak dengan
hubungan baik antaranggota menjauhi konflik, cara yang diterapkan
masyarakat, bersedia bantu membantu, adalah dengan menunjukkan hormat,
namun hidup tetap nyaman. membatasi diri atau ’sepi ing pamrih’,
Dengan demikian, kegunaan namun memenuhi kewajiban atau
Etika dan Moral Jawa bagi masyarakat ’rame ing gawe’. Dengan mencegah
Jawa: Etika adalah untuk menjaga konflik, berarti bahwa orang hidup
keselarasan dengan keseluruhan harus melakukan penyesuaian dengan
kekuatan gaib dan alam; Caranya yaitu lingkungan.
dengan mempunyai “Rasa” atau sikap
hidup yang berwujud pengertian. 1.2 Kajian Kebahasaan
“Rasa” ini bersumber dari (a) “dalam” Sesuai fungsinya Bahasa Jawa
dan terdiri atas kepercayaan, Dialek Surabaya atau BJDS digunakan
kehangatan, keakraban, keamanan, oleh masyarakat Surabaya dan
dan dari (b) “luar” terdiri atas: sekitarnya untuk berkomunikasi,
hormat, malu, sungkan, jarak, dan berbagai contoh akan diuraikan untuk
bahagia. mendukung penggunaan dan penerapan
Di sisi lain, moral adalah BJDS, di antaranya Ludruk, adalah
sebagai proses untuk mencapai kesenian yang menggunakan BJDS
perkembangan kematangan. Untuk dalam pementasannya, selanjutnya
mencapai hasil akhir diperlukan “rasa Peristiwa Tutur BJDS14 adalah sebagai
yang betul” yaitu yang “selaras dengan salah satu alat untuk berkomunikasi
realitas”. Jadi untuk menjalani proses antara penjual dan pembeli sandang di
perkembangan kematangan tersebut Pasar Turi. Untuk itu kajian
perlu pemenuhan kewajiban, sehingga sosiolinguistik, bilingualisme, diglosia,
dalam mencapai moral yang komponen tutur dan tingkat tutur, serta
digariskan, bukan hanya etika saja, alih kode telah mendukung hasil
tetapi perlu dilakukan aksi dari etika penelitian tersebut, dan (3) penggunaan
dan sekaligus moral yang BJDS dalam berita Suroboyoan Pojok
melandasinya. Kampung JTV.
Untuk lebih memperjelas dan
mendalami permasalahan ini, “Etika 1.2.1 Ludruk
Jawa” adalah sama dengan “Etika Ludruk atau Leuk En Druk
Pengertian”, karena yang dianut adalah adalah salah satu kesenian di Jawa
“norma moral dasar”. Etika Jawa itu Timur, lebih tepatnya teater tradisional
40| Mabasan, Vol. 6 No. 1, Januari—Juni 2012
yang lahir dan berkembang di tengah- hiburan, seni pertunjukan ini fungsinya
tengah rakyat serta bersumber pada untuk mengungkapkan kehidupan
spontanitas kehidupan rakyat. Ludruk masyarakat pendukungnya, dan
disampaikan melalui penampilan dialognyapun menggunakan BJDS
dengan bahasa yang mudah dicerna dibumbui pantun atau parikan:
masyarakat. Selain berfungsi sebagai

Contoh-contoh parikan:

Parikan BJDS Terjemahan bebas Bahasa Indonesia


(1) Abot-abote wong mikul jambe Berat sekali mikul buah pinang
Lugur siji gelundhungan Jatuh satu menggelinding lagi
Abot-abote wong nyambut gawe Sesulit apapun orang bekerja
Tak rewangi dodol kidungan 15 Saya jalani dengan jualan nyanyian

Asal kata ludruk16 atau Leuk En gedrak-gedruk = menggeleng-


Druk – yaitu (1) molo-molo = gelengkan kepala dan gedrak-gedruk
memuntahkan kata-kata dengan saat ngremo, (3) anak-anak muda Indo
gedrak-gedruk atau menghentak- yang menyukai tontonan ini
hentakkan kaki, (2) gela-gelo dan mengatakan – mari kita Leuk En Druk.

Parikan BJDS Terjemahan bebas bahasa Indonesia


(2) Gak kurang ketan, gak kurang klopo, Tidak ada ketan, tidak ada kelapa,
Onok piring ijo dikurepno. Ada piring hijau ditelungkupkan.
Gak kurang prawan, gak kurang rondo, Ada banyak gadis, ada banyak janda,
Sing duwe bojo, sing ….. dikarepno. 17 Yang punya suami, yang diinginkan.
(3) Pegupon omahe doro, Pegupon rumah burung dara,
Urip melu Nippon tambah sengsoro.18 Hidup ikut Nippon tambah sengsara.

Lakon ludruk pada dasarnya Pak Sakerah, Sarip Tambak Yoso,


bersumber pada: (a) dongeng, legenda, Raden Mas Brajangkawat, Nyai
epos, dan cerita sejarah, antara lain: Dasimah, serta (e) lakon baru.
Ciung Wanara, Lutung Kasarung, 2.2.2 Peristiwa Tutur
Damar Wulan – Menak Jinggo, Berbeda dengan ulasan ludruk
Pangeran Diponegoro, Sawunggaling, di atas, bagian berikut ini BJDS yang
Untung Surapati. Atau (b) Kisah digunakan pada masa kini dengan
sehari-hari, misalnya: Lahar Blitar, kajiansosiolinguistik, bilingualisme,
Peningset, Poniran Edan, juga (c) lakon diglosia, komponen tutur dan tingkat
hiburan dan bernilai humor: Segara tutur, serta alih kode terkait dengan
Madu, Dukun Tiban, Lenga Jebat interaksi antara pembeli dan penjual
Kesturi, dan (d) Lakon yang bersumber sandang di Pasar Turi Kota Surabaya19.
dari epos rakyat atau kepahlawanan: Sosiolinguistik mempelajari hubungan
Bahasa Jawa Dialek Surabaya … (Endang K. Trijanto)|41

dan saling pengaruh antara perilaku dialek itu mempunyai peran yang
bahasa dan perilaku sosial. Hal ini berbeda23. Komponen tutur adalah
mendukung definisi Hymes20, bahwa keberlangsungan interaksi dalam satu
kajian sosiolinguistik meliputi tiga hal, atau lebih ujaran yang melibatkan
yaitu bahasa, masyarakat dan hubungan penutur dan lawan tutur, dengan satu
antara bahasa dan masyarakat21. pokok tuturan; sementara tingkat tutur
Bilingualisme adalah penggunaan dua menunjuk kepada suatu sistem kode
bahasa oleh penutur dalam penyampaian rasa kesopanan yang di
pergaulannya dengan orang lain secara dalamnya terdapat unsur kosakata
bergantian, dan penguasaan dua bahasa tertentu, aturan sintaksis tertentu,
itu tidak perlu sama baiknya22, aturan morfologi dan fonologi tertentu.
sedangkan diglosia adalah pemakaian Terakhir adalah alih kode, batasan alih
dua variasi bahasa juga pemakaian kode merupakan pemakaian secara
dua bahasa atau lebih, atau dua dialek bergantian dua bahasa atau lebih,
dalam masyarakat bahasa yang hidup variasi-variasi bahasa dalam bahasa
berdampingan dalam suatu masyarakat juga gaya bahasa yang sama dalam
tutur, dan masing-masing bahasa atau suatu masyarakat tutur bilingual24.

Gambar-1: Pasar Turi (Pasar Grosir) di Surabaya


Sumber: http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/p_musa/2007/07/29/pasar-turi-game-over/
Diunduh 29.07.2007

Peristiwa Tutur di Pusat Sandang Pasar Turi25


Pembeli BJDS Terjemahan bebas Bhs. Indonesia
atau penjual
Pembeli Bu sing hongkong wernane biru Bu yang hongkong warna biru tua
tuwek anak? ada?’
Penjual Anak, ukurane apa? Tripel L Ada, ukurannya apa? Apa tripel L?
apa?
Pembeli: Sing iki ukuran apa? Yang ini ukuran apa?
42| Mabasan, Vol. 6 No. 1, Januari—Juni 2012
Anak sing L ta? Ada yang L kah?
Penjual Anak tapi sak ukuran sak M. Ada tapi sama dengan ukuran M.
Iki gelem? Larang tapi. Seket Ini mau? Mahal tapi. Lima lima.
lima.
Pembeli : He, papat lima? He, empat lima?
Penjual: Apik kaine. Bagus kainnya.
Pembeli: Singabang anak? Yang merah ada?
Penjual: Sik, engkok tak jukukna. Sebentar, nanti saya ambilkan.
Iki lho apik. Ini lho bagus.

Pembeli: Ya wis, regane ajak sak mono Ya sudah, harganya jangan segitu
lho. lho.
Penjual: Njaluk pira? Minta berapa?
Pembeli: Papat lima. Empat lima.
Penjual: Tak potong limang ewulah, Saya potong lima ribulah,
langganan dewe. pelanggan sendiri.
Pembeli: Niki Bu, pas ya. Ini Bu, pas ya.
Penjual: Maturnuwun Mbak. Terima kasih Mbak.
Pembeli: Sami-sami, mangga Bu. sama-sama, mari Bu.
Penjual: Nggih. Ya.

Gambar -2: Suasana di Pasar Grosir Pasar Turi Surabaya


Sumber: http://www.eastjava.com/tourism/surabaya/pasar-turi.html
Diunduh 29.07. 2007

Ulasan Pengamatan dan merasa status sosialnya lebih tinggi


Peristiwa Tutur di satu Kios Sandang dari penjual. Kemungkinan pembeli
Pasar Turi Surabaya: Tingkat tutur adalah orang kaya, pendidikannya lebih
ngoko mendominasi tuturan pada tinggi, dan pekerjaannya lebih
peristiwa tutur. Pembeli berusia jauh terhormat sehingga menganggap status
lebih muda dari penjual, dan pembeli sosialnya lebih tinggi dari seorang
menggunakan tingkat tutur ngoko. Hal pedagang baju. Pembeli menggunakan
ini kemungkinan karena pembeli tingkat tutur ngoko, dengan demikian
Bahasa Jawa Dialek Surabaya … (Endang K. Trijanto)|43

penjual juga menyesuaikan diri dengan menggunakan bahasa Jawa tingkat


menggunakan tingkat tutur ngoko, tutur ngoko yaitu, Tak potong limang
sekalipun usianya jauh lebih tua dari ewulah, langganan dewe yang
pembeli. maknanya ‘Saya potong lima ribulah,
Bila pada awal tuturan, tingkat pelanggan sendiri’ melakukan alih
tutur ngoko dipergunakan secara kode ke bahasa Jawa tingkat tutur
konsisten, namun di akhir percakapan, krama yaitu Maturnuwun Mbak yang
pembeli tidak lagi menggunakan maknanya ‘Terima kasih Mbak’.
tingkat tutur ngoko, dan mengawali Dengan peristiwa tutur ini terjadi alih
dengan penggunaan tingkat tutur kode yang dilakukan oleh pembeli dan
madya, ketika menyerahkan uang yang penjual untuk menunjukkan rasa
harus dibayarkan kepada penjual, dan gembira.
penjual pun membalasnya dengan
menggunakan tingkat tutur krama. 2.2.3 Penggunaan BJDS dalam
Oleh karena penjual menggunakan Berita Suroboyoan Pojok
tingkat tutur krama pembeli pun Kampung JTV
beralih kode menggunakan tingkat JTV (Jawa Timur Televisi)
tutur krama pula. Tuturan krama ini sebagai salah satu stasiun televisi lokal
digunakan sampai peristiwa tutur di Surabaya memiliki kepedulian yang
berakhir. tinggi terhadap BJDS. Untuk
Pembeli dan penjual melakukan melestarikan BJDS, JTV menayangkan
alih kode dari bahasa yang berstatus program berita Pojok Kampung yang
rendah ke bahasa yang berstatus tinggi ditayangkan setiap hari Senin – Sabtu
untuk menunjukkan rasa gembira. pukul 13.00 – 13.30 WIB dan 21.00 –
Pembeli merasa gembira karena 21.30 WIB. Leksikon-leksikon BJDS
mendapat potongan harga dari penjual, yang digunakan dalam berita Pojok
sehingga ia yang sebelumnya Kampung banyak menimbulkan pro
menggunakan kode bahasa Jawa dan kontra, karena ada yang
tingkat tutur ngoko, yaitu papat lima menganggap bahwa bahasa yang
yang maknanya ‘empat lima’ digunakan terlalu kasar dan vulgar,
melakukan alih kode ke tingkat tutur tetapi ada pula yang berpendapat biasa
madya yaitu, Niki Bu, pas ya yang saja, menarik dan lucu26.
maknanya ‘Ini Bu, pas ya’ ketika Sisi kebahasaan yang dianalisis
menyerahkan uang yang harus dalam berita Suroboyoan Pojok
dibayarkan kepada penjual. Demikian Kampung JTV adalah leksikon, yang
juga dengan penjual, oleh karena dibedakan atas wujud, medan makna,
barang dagangannya laku, penjual dan variasi pelafalan. Dari wujudnya,
melakukan alih kode untuk menyatakan leksikon khas suatu bahasa dapat
rasa gembiranya. Ia yang sebelumnya disebut sebagai leksikon baru, misalnya
44| Mabasan, Vol. 6 No. 1, Januari—Juni 2012
leksikon gak atau‘tidak’, dalam bahasa leksikon variasi itu misalnya terdapat
Jawa Standar (BJS) tidak ada kata gak. pada leksikon kuping ‘telinga’ yang
Untuk mengungkapkan makna ‘tidak’, dalam BJS dilafalkan [kupiŋ] dalam
BJS mempunyai leksikon ora. BJDS dilafalkan [kUpiŋ]. Pada
Dari segi medan makna27, pelafalan leksikon kuping tersebut
leksikon yang memiliki makna yang terjadi perubahan bunyi /u/ dalam BJS
berbeda dengan makna aslinya, menjadi /o/ yang dilafalkan [U] dalam
sekalipun wujudnya sama – disebut BJDS.
dengan leksikon ubahan atau Selain tiga hal yang telah
28
Mehrdeutigkeit . Dalam BJDS yang disebut di atas, BJDS dalam
termasuk leksikon ubahan, misalnya Suroboyoan Pojok Kampung JTV juga
kata mari yang mempunyai arti ‘selesai mengandung desfemia29, yaitu gejala
melakukan sesuatu’. Pemaknaan ini pengasaran yang berupa suatu
berbeda dengan BJS, karena kata mari ungkapan, kata, atau gaya bahasa yang
digunakan untuk memaknai ‘sembuh bermakna lebih kasar dari makna biasa.
dari sakit’. Contohnya penggunaan kata mbadhok
Dari segi pelafalan, leksikon ‘makan’ yang berasosiasi kasar untuk
yang mempunyai wujud dan makna menggantikan kata mangan ‘makan’
sama, tetapi pelafalan berbeda dapat yang berasosiasi halus.
disebut leksikon variasi. Dalam BJDS

Rekaman langsung dari JTV –direkam dengan pita rekaman USB-PlayTV


Diunduh tanggal 10 Juli 2008

2. Penutup kajian kebahasaan, dapat dirunut hal


Berbagai ulasan telah dilakukan berikut:
terkait dengan Warisan Jati Diri Bahasa BJDS itu tumbuh dan
Jawa Dialek Surabaya (BJDS), pada berkembang sejak lama, secara tertulis
masa lalu, masa kini dan kelak, yang sejak abad ke-9 sampai dengan
ditinjau dari kajian filsafat ilmu serta sekarang. Keberkembangan BJDS itu
Bahasa Jawa Dialek Surabaya … (Endang K. Trijanto)|45

selaras dengan kiprah perkembangan dengan membatasi diri namun


sejarah dan budaya yang melatar memenuhi kewajiban, atau ‘sepi ing
belakanginya. Secara ontologis BJDS pamrih’ tetapi ‘rame ing gawe’.
juga mengenal mikro kosmos dan Warisan jati diri masyarakat
makro kosmos, yaitu agar supaya hidup yang ber- BJDS, pada masa lalu telah
tanpa gangguan perlu dilakukan terukir melalui lintasan sejarah,
upacara dan selamatan yang terkait sedangkan pada masa kini,
dengan lingkaran hidup, pemujaan ke sebagaimana tertuang dalam sekilas
pada leluhur, serta upacara-upacara contoh, kesenian ludruk, penggunaan
yang terkait dengan kehidupan BJDS dalam interaksi pembeli dan
pertanian, nelayan, keagamaan, dan penjual sandang, dan dalam satu acara
semua itu ada ‘petungan’ –nya. di televisi swasta di Surabaya,
Dari aspek epistemologis yaitu sedangkan pada masa kelak,
bagaimana mengenal masyarakat ber- diharapkan BJDS tetap dapat
BJDS, hal itu berpijak pada lintasan memenuhi etika dan moral yang
sejarah, yaitu diawali dengan tertuang dalam etika dan moral orang
penemuan fosil homo mojokertensis, Jawa. Harapan ini masih dapat dirunut
selanjutnya dari prasasti Dinoyo, dari hasil klipping yang dilakukan
dinasti Sindok juga kerajaan-kerajaan penulis, tentang keikutsertaan siswa
pada abad 12, 13, dan seterusnya, sekolah dalam lomba tari ngremo, serta
kedatangan VOC, perlawanan- kepedulian siswa SMAN V di kota
perlawanan pada abad 17 sampai 20, Surabaya pada tahun 2005 dalam
sampai dengan perang kemerdekaan, mempelajari kesenian ludruk sebagai
sedangkan dari aspek aksiologis, untuk pelajaran muatan lokal di sekolah.
apa etika Jawa diterapkan pada Harapan penulis yaitu bahwa BJDS
masyarakat yang ber-BJDS. Penerapan sebagai warisan jati diri akan selalu
etika Jawa perlu bagi generasi muda, berkiprah di segala jaman. Amin!
karena diharapkan generasi muda dapat endangkt@yahoo.de
memahami filsafat Jawa, dan dapat *) Catatan: Artikel ini adalah bagian
melakukan penghayatan moral secara dari makalah yang penulis sajikan di
konkret, antara lain dengan menghayati Seminar Internasional dengan judul
mistik kejawen yang mengandung “Seminar Antara Bangsa Dialek-Dialek
unsur kebajikan. Masyarakat Jawa itu Austronesia di Nusantara III”
cenderung menjalani hidup yang rukun (SADDAN III) Universiti Brunei
dan menjauhi konflik. Caranya yaitu Darussalam, Januari 2008.
46| Mabasan, Vol. 6 No. 1, Januari—Juni 2012

DAFTAR PUSTAKA
1
Sabarti AMK. 2004. Ajaran Moral Jawa. Makalah disajikan dalam Forum Filsafat
Ilmu – Universitas Negeri Jakarta, Maret 2004
2
Laksono dalam Tri Winiasih. 2004. Laporan Penelitian: Leksikon Khas Bahasa
Jawa Surabaya dalam Berita – Suroboyoan Pojok Kampung JTV -
.Departemen Pendidikan Nasional Pusat Bahasa – Balai Bahasa
Surabaya
3
Sudaryanto (Ed.). 1992. Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa. Yogyakarta: DutaWacana
University Press
4
Profil Propinsi Republik Indonesia:Jawa Timur. 1992. Jakarta: Penerbit Yayasan
Bhakti
5
Profil Propinsi Republik Indonesia: Jawa Timur. 1992. Jakarta: Penerbit Yayasan
Bhakti
6
Widodo, Dukut Imam. 2002. Soerabaia Tempo Doeloe – Buku 1. Surabaya: Dinas
Pariwisata Surabaya
7
Widodo, Dukut Imam. 2002. Soerabaia Tempo Doeloe – Buku 1. Surabaya: Dinas
Pariwisata Surabaya
8
Widodo, Dukut Imam. 2002. Soerabaia Tempo Doeloe – Buku 1. Surabaya: Dinas
Pariwisata Surabaya
9
‘Reringkesaning Paramasastra Jawi’ dalam Monografi Daerah Jawa Timur Jilid 2,
1977.Monografi Daerah Jawa Timur Jilid 2.1977.
Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
10
‘Reringkesaning Paramasastra Jawi’ dalam Monografi Daerah Jawa Timur Jilid 2,
1977.Monografi Daerah Jawa Timur Jilid 2.1977.
Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
11
Sabarti AMK. 2004. Ajaran Moral Jawa. Makalah disajikan dalam ForumFilsafat
Ilmu – Universitas Negeri Jakarta, Maret 2004
12
Trijanto, Endang K. 2004. Budaya Jawa Timur - Surabaya. Makalah disajikan
dalam Forum Filsafat Ilmu–Universitas Negeri Jakarta, Desember
2004
13
Semiawan, Conny. 2005. Etika Jawa. Makalah disajikan dalam Forum FilsafatIlmu
– Universitas Negeri Jakarta, Juni 2005
Bahasa Jawa Dialek Surabaya … (Endang K. Trijanto)|47

14
Laporan Penelitian Tri Winiasih, 2003. Laporan Penelitian: Alih Kode Masyarakat
Tutur Bilingual dan Diglosia dalam Wacana Jual Beli Sandang Di
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pasar Turi Kota
Surabaya.Departemen Pendidikan Nasional Pusat Bahasa – Balai
Bahasa Surabaya
15
Widodo, Dukut Imam. 2002. Soerabaia Tempo Doeloe – Buku 1. Surabaya: Dinas
Pariwisata Surabaya
16
Widodo, Dukut Imam. 2002. Soerabaia Tempo Doeloe – Buku 1. Surabaya: Dinas
Pariwisata Surabaya
17
Widodo, Dukut Imam. 2002. Soerabaia Tempo Doeloe – Buku 1. Surabaya: Dinas
Pariwisata Surabaya
18
Widodo, Dukut Imam. 2002. Soerabaia Tempo Doeloe – Buku 1. Surabaya:
Dinas Pariwisata Surabaya
19
Tri Winiasih. 2003. Laporan Penelitian: Alih Kode Masyarakat Tutur Bilingual
dan Diglosia dalam Wacana Jual Beli Sandang di Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD) Pasar Turi Kota Surabaya. Departemen
Pendidikan Nasional Pusat Bahasa – Balai Bahasa Surabaya
20
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta
21
Löffler, Heinrich. 1985. Germanistische Soziolinguistik. Berlin : Erich Schmidt
22
Löffler, Heinrich. 1985. Germanistische Soziolinguistik. Berlin : Erich Schmidt
23
Löffler, Heinrich. 1985. Germanistische Soziolinguistik. Berlin : Erich Schmidt
24
Brandt, Patrick, Rolf-Albert Dietrich dan Georg Schön. 2006. Sprachwissen-schaft:
Ein roter Faden für das Studium der deutschen Sprache. Köln:
Böhlau Verlag
25
Tri Winiasih, 2003. Laporan Penelitian: Alih Kode Masyarakat Tutur Bilingual
Dan Diglosia dalam Wacana Jual Beli Sandang di Unit
PelaksanaTeknis Daerah (UPTD) Pasar Turi Kota Surabaya.
Departemen Pendidikan Nasional Pusat Bahasa – Balai Bahasa
Surabaya
26
Tri Winiasih, 2004.Laporan Penelitian: Leksikon Khas Bahasa Jawa Surabaya
dalam Berita – Suroboyoan Pojok Kampung JTV -
DepartemenPendidikan Nasional Pusat Bahasa – Balai Bahasa
Surabaya

27a
Breckle, Herbert E. 1972. Semantik: Eine Einführung in die Sprachwissen-
schaftliche Bedeutungslehre. München: Wilhelm Fink
48| Mabasan, Vol. 6 No. 1, Januari—Juni 2012

27b
Lyons, John. 1977. Semantics: Volume 1. CUP/ Cambridge University Press
28
Heringer, Hans-Jürgen. 1977. Einführung in die praktische Semantik: 1.Auflage.
Heidelberg: UTB / Uni Taschenbücher
29
Tri Winiasih, 2004.Laporan Penelitian: Leksikon Khas Bahasa Jawa Surabaya
dalam Berita – Suroboyoan Pojok Kampung JTV -
DepartemenPendidikan Nasional Pusat Bahasa – Balai Bahasa
Surabaya

Anda mungkin juga menyukai