Anda di halaman 1dari 10

SUKU JAWA

Asal usul suku jawa adalah dari kerajaan kuno yang ada di
tanah Sunda dan nama Kerajaan Sunda tersebut adalah
kerajaan Salaka Nagara yang diyakini oleh para pakar sejarah
sebagai kerajaan pertama di Nusantara yang berbasis di BogorBekasi.
Kerajaan Salaka Nagara sendiri telah ada sejak abad ke-2
dengan Jaya Singawarman sebagai pendiri sekaligus Raja
pertama. Anak-cucu dan keturunan orang-orang dari zaman
kerajaan Salaka Nagara - zaman Kerajaan Taruma Nagara,
sampai zaman Kerajaan Sunda-Galuh kemudian menyebar ke
wilayah Jawa bagian tengah dan timur. Salah satunya adalah
Raden Wijaya, beliau merupakan orang Sunda yang mendirikan
kerajaan Majapahit yang berpusat di Trowulan, Mojokerto.
Suku Jawa (Jawa ngoko: wong Jawa krama: tiyang Jawi )
merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia yang berasal
dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Setidaknya
41,7% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa. Selain di
ketiga provinsi tersebut, suku Jawa banyak bermukim di
Lampung, Banten, Jakarta, dan Sumatera Utara. Di Jawa Barat
mereka banyak ditemukan di Kabupaten Indramayu dan
Cirebon. Suku Jawa juga memiliki sub-suku, seperti suku Osing,
orang Samin, suku Bawean/Boyan, Naga, Nagaring, suku
Tengger, dan lain-lain. Selain itu, suku Jawa ada pula yang
berada di negara Suriname, Amerika Tengah karena pada masa
kolonial Belanda suku ini dibawa ke sana sebagai pekerja dan
kini suku Jawa di sana dikenal sebagai Jawa Suriname.
Suku bangsa Jawa sebagian besar menggunakan bahasa
Jawa dalam bertutur sehari-hari. Dalam sebuah survei yang
diadakan majalah Tempo pada awal dasawarsa 1990-an, kurang
lebih hanya 12% orang Jawa yang menggunakan bahasa

Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari, sekitar 18%


menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara campur, dan
selebihnya hanya menggunakan bahasa Jawa saja.
Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan
intonasi berdasarkan hubungan antara pembicara dan lawan
bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek
kebahasaan ini memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam
budaya Jawa, dan membuat orang Jawa biasanya sangat sadar
akan status sosialnya di masyarakat.
Suku bangsa jawa adalah suku bangsa terbesar di
indonesia. Jumlahnya mungkin ada sekitar 90 juta atau lebih.
Mereka berasal dari pulau jawa dan terutama ditemukan di
provinsi jawa tengah dah jawa timur, tetapi di provinsi jawa
barat banyak ditemukan suku jawa, terutama dikabupaten
indramayu dan cirebon yang mayoritas masyarakatnya
merupakan orang-orang jawa yang berbahasa dan berbudaya
jawa. Dan di wilayah-wilayah lain juga terdapat populasi
mereka. Suku jawa juga memiliki sub-suku, yaitu seperti osing
dan tengger
bahasa jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonasi
berdasarkan hubungan antara pembicara dan lawan bicara
yang biasa dikenal dengan ungguh-ungguh. Hal tersebutlah
yang membedakan antara bahasa jawa yang dianggap kasar
dan halus.
Sedangkan kepercayaan suku jawa yaitu sebagian besar
menganut agama islam. Tetapi yang menganut agama
protestan dan khatolik juga banyak. Mereka juga terdapat di
daerah pedesaan. Selain itu juga ada penganut agama buddha
dan hindu, ada pula agama kepercayaan suku jawa yang
disebut sebagai agama kejawen. Kepercayaan ini terutama
berdasarkan kepercayaan animisme. Sedangkan profesi suku
jawa di indonesia mempunyai pekerjaan disegala bidang,
terutama pegawai negri sipil dan militer. Orang jawa agak
lemah dalam bidang bisnis dan industri, dan tidak asing lagi
masyarakat jawa lebih menonjol di bidang pertanian sebagai

petani.

Orang jawa memiliki stereotipe sebagai suku bangsa yang


sopan dan halus, akan tetapi mereka juga terkenal sebagai
suku bangsa yang tertutup dan tidak mau terus terang. Ini
disebabkan karena mereka tidak ingin terjadi konflik. Karena
itulah mereka justru cenderung diam dan tidak membantah bila
terjadi perbedaan pendapat. Namun tidak semua orang jawa
memiliki sikap tertutup, banyak juga terdapat masyarakat suku
jawa yang memiliki watak lugas, terbuka, terus terang, apa
adanya, dan tidak suka basa-basi.
Masyarakat jawa juga terkenal akan pembagian golongangolongan sosialnya. Pada tahun 1960-an seorang pakar
antropologi amerika yg bernama Clifford Geertz membagi
masyarakat jawa menjadi tiga kelompok yaitu kaum santri,
abangan dan priyayi. Kelompok santri adalah penganut islam
yang taat, sedangkan kelompok abangan adalah kelompok
penganut islam secara nominal atau penganut kejawen, dan

kaum priyayi adalah kaum bangsawan atau yang sering kita


sebut sebagai kaum darah biru.
Orang jawa juga terkenal dengan budaya seninya
terutama dipengaruhi oleh agama hindu-buddha, yaitu
pementasan wayang. Repertoar cerita wayang atau lakon
sebagian besar berdasarkan wiracarita ramayana dan
mahabrata. Tetapi pengaruh islam dan dunia barat ada pula.

Budaya Jawa adalah budaya yang berasal dari Jawa dan


dianut oleh masyarakat Jawa khususnya di Jawa Tengah, DIY
dan Jawa Timur. Budaya Jawa secara garis besar dapat dibagi
menjadi 3 yaitu budaya Banyumasan, budaya Jawa Tengah-DIY
dan budaya Jawa Timur. Budaya Jawa mengutamakan
keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam kehidupan
sehari hari. Budaya Jawa menjunjung tinggi kesopanan dan

kesederhanaan. Budaya Jawa selain terdapat di Jawa Tengah,


DIY dan Jawa Timur terdapat juga di daerah perantauan orang
Jawa yaitu di Jakarta, Sumatera dan Suriname. Bahkan budaya
Jawa termasuk salah satu budaya di Indonesia yang paling
banyak diminati di luar negeri. Beberapa budaya Jawa yang
diminati di luar negeri adalah Wayang Kulit, Keris, Batik dan
Gamelan. Di Malaysia dan Filipina dikenal istilah keris karena
pengaruh Majapahit. LSM Kampung Halaman dari Yogyakarta
yang menggunakan wayang remaja adalah LSM Asia pertama
yang menerima penghargaan seni dari AS tahun 2011.
Gamelan Jawa menjadi pelajaran wajib di AS, Singapura dan
Selandia Baru. Gamelan Jawa rutin digelar di AS-Eropa atas
permintaan warga AS-Eropa. Sastra Jawa Negarakretagama
menjadi satu satunya karya sastra Indonesia yang diakui
UNESCO sebagai Memori Dunia. Menurut Guru Besar Arkeologi
Asia Tenggara National University of Singapore John N. Miksic
jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera dan
Singapura bahkan Thailand yang dibuktikan dengan pengaruh
kebudayaan, corak bangunan, candi, patung dan seni. Budaya
Jawa termasuk unik karena membagi tingkat bahasa Jawa
menjadi beberapa tingkat yaitu Ngoko, Madya Krama.
Orang Jawa sebagian besar secara nominal menganut
agama Islam. Tetapi ada juga yang menganut agama Protestan
dan Katolik. Mereka juga terdapat di daerah pedesaan.
Penganut agama Buddha dan Hindu juga ditemukan pula di
antara masyarakat Jawa. Ada pula agama kepercayaan suku
Jawa yang disebut sebagai agama Kejawen. Kepercayaan ini
terutama berdasarkan kepercayaan animisme dengan
pengaruh Hindu-Buddha yang kuat. Masyarakat Jawa terkenal
akan sifat sinkretisme kepercayaannya. Semua budaya luar
diserap dan ditafsirkan menurut nilai-nilai Jawa sehingga
kepercayaan seseorang kadangkala menjadi kabur.
Mayoritas masyarakat Jawa berprofesi sebagai petani.
Sedangkan di perkotaan mereka berprofesi sebagai pegawai
negeri sipil, karyawan, pedagang, usahawan, dan lain-lain.
Masyarakat Jawa juga banyak yang bekerja di luar negeri,

masyarakat Jawa mendominasi tenaga kerja Indonesia di luar


negeri terutama di negara Malaysia, Singapura, Filipina, Jepang,
Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Taiwan, Amerika
Serikat, dan Eropa. Orang Jawa juga banyak yang menjadi
pengusaha Jawa terutama di Jateng, DIY dan Jatim.
Masyarakat Jawa juga terkenal akan pembagian golongangolongan sosialnya. Pakar antropologi Amerika yang ternama,
Clifford Geertz, pada tahun 1960-an membagi masyarakat Jawa
menjadi tiga kelompok: kaum santri, abangan, dan priyayi.
Menurutnya kaum santri adalah penganut agama Islam yang
taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara nominal
atau penganut Kejawen, sedangkan kaum Priyayi adalah kaum
bangsawan. Tetapi dewasa ini pendapat Geertz banyak
ditentang karena ia mencampur golongan sosial dengan
golongan kepercayaan. Kategorisasi sosial ini juga sulit
diterapkan dalam menggolongkan orang-orang luar, misalkan
orang Indonesia lainnya dan suku bangsa non-pribumi seperti
orang keturunan Arab, Tionghoa, dan India.
Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang
terutama dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yaitu
pementasan wayang. Repertoar cerita wayang atau lakon
sebagian besar berdasarkan wiracarita Ramayana dan
Mahabharata. Selain pengaruh India, pengaruh Islam dan Dunia
Barat ada pula. Seni batik dan keris merupakan dua bentuk
ekspresi masyarakat Jawa. Musik gamelan, yang juga dijumpai
di Bali memegang peranan penting dalam kehidupan budaya
dan tradisi Jawa.

Rumah Adat Joglo


Sebelum mengupas tentang arsitektur rumah adat Jawa
Tengah, penulis merasa kurang pede karena begitu kental dan
panjang campur tangan sejarah yang ada pada tanah Jawa
yang mempengaruhi bentuk, macam dan falsafah dari rumah
tradisional orang Jawa ini.
Penulis hanya dapat mengupas kulit dari rumah adat jawa
tengah ini secara global tidak mendetail, pada umumnya
rumah adat di Jawa sangat banyak fariasinya karena begitu
luasnya wilayah Jawa, tapi mereka mempunyai pakem bentuk
yang hampir sama pada dasarnya, mulai dari rumah adat jawa
barat, jawa tengah sampai jawa timur.
Kali ini kita membahas global dari arsitektur rumah adat
Jawa Tengah termasuk Derah Istimewa Jogjakarta.
Ilmu yang mempelajari seni bangunan oleh masyarakat
Jawa biasa disebut Ilmu Kalang atau disebut juga Wong
Kalang
Berdasarkan sejarah panjang tanah Jawa, bentuk rumah tinggal
orang jawa dapat dikategorikan menjadi 5 macam, ini untuk
arsitektur tradisonal yaitu:

*bentuk Panggangpe = bangunan hanya dengan atap


sebelah sisi.
*bentuk Kampung = bangunan dengan atap 2 belah sisi,
sebuah bubungan di tengah saja.
*bentuk Limasan = bangunan dengan atap 4 belah sisi,
sebuah bubungan di tengahnya.
*bentuk Joglo atau Tikelan = bangunan dengan Soko Guru
dan atap 4 belah sisi, sebuah bubungan di tengahnya.
*Tajug = bangunan dengan Soko Guru atap 4 belah sisi, tanpa
bubungan, jadi meruncing.
Dibanding bentuk lainnya, rumah joglo lebih familier untuk
masyarakat pada umumnya.
dari 5 macam kategori tersebut berfungsi untuk membedakan
bentuk, ukuran dan fungsi dari bangunan tersebut.
Jadi tidak mungkin orang jawa membangun rumah tinggalnya
berbentuk Tajug, karena bentuk Tajug hanya digunakan untuk
bangunan yang disucikan semisal bangunan Masjid, tahtah Raja
atau Makam orang yang disucikan.
Untuk penerapan bentuk bangunan rumah tradisional
Jawa tengah secara lengkap dapat di lihat dari:
Pintu gerbang biasa menggunakan bentuk kampung
Tempat tinggal atau biasa disebut pendopo menggunakan
bentuk joglo
Pringgitan berbentuk limasan
Di daerah bagian pesisir bentuk rumah mengalami
modifikasi sedikit dengan penggunaan kaki atau rumah yang
tidak menempel tanah alias mempunyai kolong, ini
diperuntukkan untuk jaga-jaga jika laut pasang atau banjir.

Soko Guru

BUDAYA ADAT SUKU JAWA

Nama

: Fitri Badriyatul Istiqomah

Nim

: 1310201001

Fakultas : SOSPOL

Anda mungkin juga menyukai