PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Adat adalah bagian dari pada Kebudayaan, berbicara kebudayaan dari suatu bangsa atau
suku bangsa maka adat kebiasaan suku bangsa tersebut yang akan menjadi perhatian, atau
dengan kata lain bahwa adat lah yang menonjol didalam mempelajari atau mengetahui
kebudayaan satu suku bangsa, meskipun aspek lain tidak kalah penting nya seperti
kepercayaan, keseniaan, kesusasteraan dan lain-lain.
Dalam matakuliah ISBD kami di tunjuk untuk menjelaskan tentang suku batak, dari adat
istiadat, agama, bahasa, ilmu pengetahuan, teknologi, sistem kemasyarakatan dan mata
pencarian.
Batak adalah nama sebuah suku bangsa di Indonesia. Suku ini kebanyakan bermukim di
Sumatra Utara.Sebagian orang Batak beragama Kristen dan sebagian lagi beragama Islam.
Tetapi dan ada pula yang menganut agama Malim (pengikutnya biasa disebut dengan
Parmalim ) dan juga penganut kepercayaan animisme (disebut Pelebegu atau Parbegu).
Sejarah Kerajaan Batak didirikan oleh seorang Raja dalam negeri Toba sila-silahi
(silalahi) lua’ Baligi (Luat Balige), kampung Parsoluhan, suku Pohan.Raja yang bersangkutan
adalah Raja Kesaktian yang bernama Alang Pardoksi (Pardosi).Masa kejayaan kerajaan
Batak dipimpin oleh raja yang bernama.Sultan Maharaja Bongsu pada tahun 1054 Hijriyah
berhasil memakmurkan negerinya dengan berbagai kebijakan politiknya.
1. Suku bangsa Batak dari Pulau Sumatra Utara. Daerah asal kediaman orang Batak
dikenal dengan Daratan Tinggi Karo, Kangkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu,
Simalungun, Toba, Mandailing dan Tapanuli Tengah. Daerah ini dilalui oleh
rangkaian Bukit Barisan di daerah Sumatra Utara dan terdapat sebuah danau besar
dengan nama Danau Toba yang menjadi orang Batak. Dilihat dari wilayah
administrative, mereka mendiami wilayah beberapa Kabupaten atau bagaian dari
wilayah Sumatra Utara. Yaitu Kabupaten Karo, Simalungun, Dairi, Tapanuli
Utara, dan Asahan.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, kami akan membahas
unsur-unsur kebudayaan suku Batak diantaranya :
1. Bagaimana sejarah Batak?
2. Apa yang terdapat pada unsur budaya Batak?
1.3.Tujuan
Batak merupakan satu istilah yang digunakan untuk kumpulan suku yang terdapat
di daratan tertinggi di Sumatera Utara, Suku Batak berasal dari keturunan Raja Batak. Suku
batak termasuk suku bangsa melayu tua yang berasal dari indocina atau hindia belakang,
nenek moyang orang batak berasal dari utara berpindah ke Filipina dan berpindah lagi ke
Sulewesi Selatan, berlayar hingga akhirnya menetap di pelabuhan barus, kemudian bergeser
ke pedalaman dan menetap dikaki gunung pusuk buhit, di tepi pulau samosir, tempat asal usul
peradaban suku batak.
Keturunan suku batak berasal dari hindia muka (india), pindah ke burma, kemudian
ke tanah genting Kera di Utara Malaysia. Berlayar sampai ke tanjung balai batubara dan di
pangkalan brandan atau kuala simpang di aceh dari sana naik ke pedalaman danau toba. Suku
batak termasuk dalam rumpun proto-melayu yang berasal dari Asia selatan yakni dari
burmayang berlayar sampai malaysia, menyeberang dan menghuni daerah sekitar danau toba.
2.2 Unsur-unsur kebudayaan
A. Realigi
a. Kepercayaan Asli Suku Batak
Kepercayaan yang dianut suku batak sebelum mengenal agama protestan dan islam adalah
kepercayaan bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan oleh Debata Mula Jadi Na Bolon
dan bertempat tinggal diatas langit, bahkan pada masyarakat daerah pedesaan belum
meninggalkan kepercayaan tercebut. mereka mempunyai system kepercayaan dan religi
tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan diatas langit dan pancaran kekuasaan-
Nya terwujud dalam Debata Natolu.
· Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak Toba mengenal tiga konsep, yaitu :
1) Debata Mula Jadi Na Bolon : bertempat tinggal diatas langit dan merupakan maha
pencipta;
2) Siloan Na Bolon : berkedudukan sebagai penguasa dunia makhluk halus. Dalam
hubungannya dengan roh dan jiwa.
Orang Batak mengenal tiga konsep yaitu :
a) Tondi (adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi
memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan. Bila
tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka
diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.)
b) Jiwa
c) Roh
3) Sahala : jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang, semua orang memiliki tondi,tetapi
tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang
dimiliki para raja atau hula-hula.
4) Begu : tondinya orang yang sudah mati, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku
manusia, hanya muncul pada waktu malam. Orang batak juga percaya akan kekuatan sihir
dari jimat yang disebut tongkal.
b. Parmalim
Istilah Parmalim merujuk kepada penganut agama Malim. Agama Malim yang dalam
bahasa Batak disebut Ugamo Malim adalah bentuk moderen agama asli suku Batak. Agama
asli Batak tidak memiliki nama sendiri, tetapi pada penghujung abad kesembilan belas
muncul sebuah gerakan anti kolonial. Pemimpin utama mereka adalah Guru Somalaing
Pardede. Agama Malim pada hakikatnya merupakan agama asli Batak, namun terdapat
pengaruh agama Kristen, terutama Katolik, dan juga pengaruh agama Islam.
Agama ini tidak mengenal Surga atau sejenisnya, sepeti agama umumnya, selain Debata
Mula jadi Na Bolon (Tuhan YME) dan Arwah-arwah leluhur, belum ada ajaran yang pasti
reward atau punisnhment atas perbuatan baik atau jahat, selain mendapat berkat atau dikutuk
menjadi miskin dan tidak punya turunan. Tujuan upacara agama ini memohon berkat
Sumangot dari Debata Mula jadi Na bolon (Tuhan YME), dari Arwah-arwah leluhur, juga
dari Tokoh-tokoh adat atau kerabat-kerabat adat yang dihormati, seperti Kaum Hula-hula
(dari sesamanya). Agama ini lebih condong ke paham Animisme. Agama ini bersifat tertutup,
masih hanya untuk suku Batak, karena upacara ritualnya memakai bahasa Batak, dan setiap
orang harus punya marga, tidak beda dengan agama-agama suku-suku animisme dibelahan
bumi lainnya, sifatnya tidak universal.
Tuhan dalam kepercayaan Malim adalah "Debata Mula Jadi Na Bolon" (Tuhan YME)
sebagai pencipta manusia, langit, bumi dan segala isi alam semesta yang disembah oleh
"Umat Ugamo Malim" ("Parmalim"). Agama Malim terutama dianut oleh suku Batak Toba di
provinsi Sumatera Utara. Sejak dahulu kala terdapat beberapa kelompok Parmalim namun
kelompok terbesar adalah kelompok Malim yang berpusat di Huta Tinggi, Kecamatan Lagu
Boti, Kab. Toba Samosir. Hari Raya utama Parmalim disebut Si Pahasada (yaitu '[bulan]
Pertama') serta Si Pahalima (yaitu '[bulan] Kelima) yang secara meriah dirayakan di
kompleks Parmalim di Huta Tinggi.
d. Misionaris Kristen
Agama Kristen masuk sekitar tahun 1863 dan penyebarannya meliputi batak utara. Pada
tahun 1824, dua misionaris baptis asal Inggris, Richard Burton dan Nathaniel Ward berjalan
kaki dari Sibolga menuju pedalaman Batak. Setelah tiga hari berjalan, mereka sampai di
dataran tinggi Silindung dan menetap selama dua minggu di pedalaman. Dari penjelajahan
ini, mereka melakukan observasi dan pengamatan langsung atas kehidupan masyarakat
Batak. Pada tahun 1834 kegiatan ini diikuti oleh Henry Lyman dan Samuel Manson dari
dewan komisaris Amerika untuk misi luar negeri.
Pada tahun 1850, dewan Injil Belanda menugaskan Herman Neubronner Van Der Tuuk
untuk menerbitkan buku tata bahasa dan kamus bahasa Batak-Belanda. Hal ini bertujuan
untuk memudahkan misi-misi kelompok Kristen Belanda dan Jerman berbicara dengan
masyarakat Toba dan Simalungun yang menjadi sasaran pengkristenan mereka.
Misionaris pertama asal Jerman tiba di lembah sekitar Danau Toba pada tahun 1861
dan sebuah misi pengkristenan dijalankan pada tahun 1881 oleh Dr. Ludwig Ingwer
Nommensen. Kitab Perjanjian Baru untuk pertama kalinya diterjemahkan ke bahasa Batak
Toba oleh Nommensen pada tahun 1869 dan penerjemahan Kitab Perjanjian Lama
diselesaikan oleh P.H. Johannsen pada tahun 1891. Teks terjemahan tersebut dicetak dalam
huruf latin di Medan pada tahun1893. Menurut H.O. Voorma, terjemahan ini tidak mudah
dibaca, agak kaku dan terdengar aneh dalam bahasa Batak.
Masyarakat Toba dan Karo menyerap agama Kristen dengan cepat dan pada awal
abad ke-20 telah menjadikan Kristen sebagai identitas budaya. Pada masa ini merupakan
periode kebangkitan kolonialisme Hindia-Belanda, dimana banyak orang Batak sudah tidak
melakukan perlawanan lagi dengan pemerintahan colonial. Perlawanan secara gerilya yang
dilakukan oleh orang-orang Batak Toba berakhir pada tahun 1907, setelah pemimpin
kharismatik mereka, Sisingamangaraja XII wafat.
e. Gereja HKBP
Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) telah berdiri di Balige pada bulan
September 1917. Pada akhir tahun 1920-an, sebuah sekolah perawat memberikan pelatihan
keperawatan kepada bidan-bidan disana. Kemudian pada tahun 1941. Gereja Batak Karo
Protestan (GBKP) didirikan.
B. Sistem bahasa
Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang batak menggunakan beberapa
logat, ialah : logat karo (yang dipakai oleh orang Karo), logat pakpak (yang dipakai oleh
Pakpak), logat simalungun (yang dipakai oleh Simalungun), logat toba ( Yang dipakai oleh
orang Toba, Angkola dan Mandailing).
Berdasarkan ketiga tingkatan adat tersebut diatas.Adat yang sekarang dilakoni orang
Batak adalah Adat tingkat kedua.Namun dibeberapa bagaian kelompok Batak sudah
mendekati tingkat ketiga.Meskipun ini terjadi sadar atau tidak sadar dilakukan.
Oleh karena itu Adat kebiasaan atau “Adat Batak”, sesuatu yang sangat penting didalam
kehidupan bermasyarakat bagi suku Batak maka perlu dikhayati maka petuah petuah
dibawahini:
Adat do ugari, Sinihathon ni mulajadi. Siradotan manipat ari, salaon di si ulubalang
arai.Ia adat ido ugari, Ale guru saingganon. Radotan manipat ari, Salaon di ahason.´
Artinya:
Adat ialah aturan, ditetapkan oleh Tuhan yang dituruti sepanjang hari tampak
dalamkehidupan.
Maksudnya: bahwa Adat itu adalah hukum tidak tertulis yang di siratkan oleh Tuhan yang
MahaKuasa kepada nenek moyang terdahulu sehingga merupakan suatu ikatan bagi
yangmenganutnya.
Jikalau adat itu sudah merupakan hukum maka sesuai dengan prinsip-prinsip hukum
akan berlaku kepadanya, seperti pelanggaran terhadap adat tersebut maka akan dikenakan
sanksi adatkepada sipelanggar sesuai dengan aturan main, seperti hukum acaranya.
Namun karena ada tBatak itu tidak tertulis karena dia merupakan adat kebiasaan yang
turun-temurun. Dan keputusannya tidak tertulis atau ter arsip namun jika eksekusi telah
terlaksana akan bergulir kesegala penjuru dan diwariskan turun temurun hasil keputusan adat
sehingga terkadangmerupakan pengikat yang kuat atas keputusan adat tersebut.yang terasa
terasa sampai kini .
Jadi adat adalah aturan hukum yang mengatur kehidupan manusia sehingga bisa
menciptakanketerarturan, ketentraman dan keharmonisan, dan adat ditrapkan didalam
kehidupan sehari-harioleh orang Batak, terutama didalam sistem kekarabatan dengan
pedoman prinsip Dalihan Natolu,disamping aturan adat yang lain.
Adat salah satu dari budaya, dan penguraian tentang adat sangat komplek, karena didalam
semuaaspek kehidupan bermasyarakat orang Batak selalu terikat didalam tata cara yang telah
diatur sejak nenek moyang orang Batak, oleh karena itu ukuran terhormat suatu keluarga
selalu diukur dari kemampuan keluarga tersebut mengimplementasi-kannya (adat) didalam
bermasyarakat.
Namun suatu hal yang tidak dapat dimungkiri bahwa perilaku pelaksanaan adat (budaya)
Batak sudah banyak disusupi dengan unsur-unsur dari luar termasuk pengaruh dari Agama
yang banyak merobah pola berpikir suku bangsa Batak. Meskipun demikian pada saat-saat
situasi sulit umumnya masyarakat tradisional akan kembali pada nilai-nilai budaya
Tradisional, hal ini nampak jelas pada suku Batak, bagai manapun ketat aturan yang
dikeluarkan gereja dalam pelaksanaan adat, sadar atau tidak sadar pelaksanaan adat
tradisional dilakukan juga, seperti margondang dengan Gondang sabangunan (bukan dengan
alat musik modern).
b. Sistem Kesenian
Seni Tari khas Suku Batak yaitu: Tari Tor-Tor (bersifat magis), Tari Serampang dua
belas (bersifat hiburan). Alat musik khas Suku Batak yaitu: Musik gondang.
Orang Batak dikenal dengan sebagai masyarakat pecinta seni dan musik. Hampir semua
sub suku memiliki jenis kesenian yang unik dan berbeda dari sub suku lainnya. Kesenian
orang Batak Toba sendiri cukup beragam mulai dari tarian, alat musik dan jenis-jenis
nyanian. Tarian yang menjadi ciri khas orang Batak Toba adalah tari Tor-tor dengan berbagai
jenis nama tari untuk berbagai jenis kegiatan yang berbeda-beda. Tor-tor atau tari-menari
merupakan salah satu kebudayaan Batak yang tertua.Dahulu kala seni tari-menari
duhubungkan dengan kepercayaan animisme yang dapat mendatangkan kuasa-kuasa
magis.Acara tari-menari diadakan untuk memohon kemenangan, kesehatan, dan kehidupan
sejahtera kepada dewa-dewa.Acara tari-menari juga diadakan bilamana ada orang yang lahir,
akil balig dan diterima sebagai anggota suku, pada saat menikah, dan pada waktu sudah
mati.Namun sekarang tarian tersebut tidak lagi bersifat animisme, tetapi lebih dimaksudkan
untuk mempererat hubungan kekerabatan dalam Dalihan Na Tolu.
· Tari Tor-Tor Khas Suku Batak
Tor-tor adalah tarian seremonial yang disajikan dengan musik gondang. Walaupun
secara fisik tortor merupakan tarian, namun makna yang lebih dari gerakan-gerakannya
menunjukkan tor-tor adalah sebuah media komunikasi, dimana melalui gerakan yang
disajikan terjadi interaksi antara partisipan upacara.Tor-tor dan musik gondang ibarat koin
yang tidak bisa dipisahkan.
Seni tari Batak pada zaman dahulu merupakan sarana utama pelaksanaan upacara
ritual keagamaan. Juga menari dilakukan juga dalam acara gembira seperti sehabis panen,
perkawinan, yang waktu itu masih bernapaskan mistik (kesurupan).Acara pesta adat yang
membunyikan gondang sabangunan (dengan perangkat musik yang lengkap), erat
hubungannya dengan pemujaan para Dewa dan roh-roh nenek moyang (leluhur) pada zaman
dahulu.Tetapi itu dapat dilaksanakan dengan mengikuti tata cara dan persyaratan
tertentu.umpamanya sebelum acara dilakukan terbuka terlebih dahulu tuan rumah (hasuhutan)
melakukan acara khusus yang dinamakna Tua ni Gondang, sehingga berkat dari gondang
sabangunan. Dalam pelaksanaan tarian tersebut salah seorang dari hasuhutan (yang
mempunyai hajat )akan meminta permintaan kepada penabuh gondang dengan kata-kata yang
sopan dan santun sebagai berikut:
Setiap selesai satu permintaan selalu diselingi dengan pukulan gondang dengan ritme
tertentu dalam beberapa saat. Setelah ketiga permintaan atau seruan tersebut dilaksanakan
dengan baik maka barisan keluarga suhut yang telah siap manortor (menari) mengatur
susunan tempat berdirinya untuk memulai menari. Kembali juru bicara dari hasuhutan
memintak jenis gondang, satu persatu jenis lagu gondang, ( ada 7 jenis lagu Gondang) yang
harus dilakukan Hasuhutan untuk mendapatkan (tua ni gondang). Para melakukan tarian
dengan semangat dan sukacita. Adapun jenis permintaan jenis lagu yang akan dibunyikan
adalah seperti : permohonan kepada Dewa dan pada ro-roh leluhur agar keluarga suhut yang
mengadakan acara diberi keselamatan kesejahteraan, kebahagiaan, dan rezeki yang berlimpah
ruah, dan upacara adat yang akan dilaksanakan menjadi sumber berkat bagi suhut dan seluruh
keluarga, serta para undangan.Sedangkan gondang terakhir yang dimohonkan adalah
gondang hasahatan. Didalam Menari banyak pantangan yang tidak diperbolehkan, seperti
tangan sipenari tidak boleh melewati batas setinggi bahu keatas, bila itu dilakukan berarti
sipenari sudah siap menantang siapapun dalam bidang ilmu perdukunan, atau adu pencak
silat, atau adu tenaga batin dan lain lain. Selain menari orang Batak juga sangat senang
menyanyi, baik secara perorangan, maupun berkelompok. Lagu-lagu yang dinyanyikan
bercerita tentang pemujaan terhadap kampung halaman, keindahan negeri dan panorama yang
indah permai. Sedangkan andung atau ratapan adalah salah satu jenis nyanyian yang secara
khusus dinyanyikan pada acara dukacita atau menggambarkan suasana hati yang sedang
berduka dan sedih. Sebagai contoh,alat musik Batak Toba yang digunakan untuk mengiringi
tarian tor-tor dan nyanyian juga beranekaragam. Alat musik ini ada yang terbuat dari bahan
perunggu, kulit, kayu, dan bambu. Alat musik berbahan perunggu seperti ogung atau gong.
Ogung merupakan instrumen 4 jenis gendang yang berlainan bunyi/nada, yaitu oloan, ihutan,
doal, dan panggora. Sedangkan alat musik dari bahan kulit, kayu dan bambu meliputi
tagading, hesek, hasapi (kecapi), saga-saga, garantung, suling (seruling), sordam dan salohat.
Alat musik tagading merupakan seperangkat instrumen yang terdiri dari 1 gondang sebagai
bas, 1 odap-odap dan 5 tagading. Orang Batak Toba juga membedakan peralatan musik ini
dalam dua golongan besar yaitu Gondang Bolon (terdiri dari gordang(gendang besar),
taganing(gendang ukuran sedang) dengan lima lempeng kayu, odap-odap(gendang kecil)
yang kadang-kadang diganti dengan lempengan logam, gong dari tembaga ditambah empat
gong perunggu, dan sarune(seruling)) dan Gondang Hasapi (terdiri dari 2 buah hasapi, sarune
kecil, suling(seruling), garantung(bumbung kecil) dengan lima lempeng kayu sebagai
pengganti taganing).
· Alat Musik Margondang Khas Suku Batak
1. Margondang Pada Masa Purba
Yang dimaksud dengan Masa purba adalah masa dimana sebelum masuknya pengaruh agama
Kristen ketanah batak, dimana pada saat itu masih menganut aliran kepercayaan yang bersifat
polytheisme.Pada masa purba penggunaan gondang dalam konteks hiburan maupun
pertunjukan belum didapati masyarakat . Keseluruhan kegiatan di tujukan untuk upacara adat
maupun upacara religi yang bersifat sakral. Oleh karena itu upacara margondang pada masa
purba dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu :
1) Margondang adat, yaitu suatu upacara yang menyertakan gondang, merupakan akualisasi
dari aturan-aturan yang dibiasakan dalam hubungan manusia dan manusia (hubungan
horizontal), misalnya : gondang anak tubu (upacara anak yang baru lahir), gondang manape
goar (upacara pemberian nama/ gelar boru kepada seseorang), gondang pagolihan anak
(mengawinkan anak), gondang mangompoi huta (peresmian perkampungan baru), gondang
saur matua (upacara kematian orang yang sudah beranak cucu) dan sebagainya.
Gambar 3 : Gondang Sembilan , alat yang dipakai saat Margondang
2) Margondang religi, yaitu upacara yang menyertakan gondang, merupakan akualisasi dari
suatu kepercayaan tau keyakinan yang dianut dalam hubungan manusia dengan tuhan-nya
atau yang disembahnya (hubungan vertikal), misalnya : gondang saem (upacara untuk
meminta rejeki), gondang mamele, (upacara pemberian sesajen kepada roh), gordang
papurpur sapata (upacara pembersihan tubuh/ buang sial) dan sebagainya.
Walaupun upacara margondang masa purba dibagi ke dalam dua bagian, namun hubungan
dengan adat dan religi dalam suatu upacara selalu kelihatan dengan jelas. Hal tersebut dapat
dilihat dari tata cara yang dilakukan pada setiap upacara adat yang selalu menyertakan unsur
religi dan juga sebaiknya pada setiap upacara religi yang selalu menyertakan unsur adat.
Unsur religi yang terdapat dalam upacara adat dapat dilihat dari beberapa aspek yang
mendukung upacara tersebut, misalnya : penyertaan gondang, dimana dalam setiap
pelaksanaan gondang selalu diawali dengan membuat tua ni gondang ( memainkan inti dari
gondang), yaitu semacam upacara semacam meminta izin kepada mulajadi nabolon dan juga
kepada dewa-dewa yang dianggap sebagai pemilik gondang tersebut. Sedangkan unsur adat
yang terdapat dalam upacara religi dapat dilihat dari unsur dalihan na tolu yang selalu
disertakan dalam pada setiap upacara. Menurut Manik, bahwa pada mulanya agama dan adat
etnik Batak Toba mempunyai hubungan yang erat, sehingga tiap upacara adat sedikit
banyaknya bersifat keagamaan dan tiap upacara agama sedikit banyaknya diatur oleh adat
(1977: 69).
Walaupun hubungan dari kedua adat dan religi selalu kelihatan jelas dalam pelaksanaan suatu
upacara, perbedaaan dari kedua upacara tersebut dapat dilihat dari tujuan utama suatu upacara
dilaksanakan. Apabila suatu upacara dilaksanakan untuk hubungan manusia yang
disembahnya, maka upacara tersebut di klasifikasikan kedalam upacara religi. Apabila suatu
upacara dilakukan untuk hubungan manusia dengan manusia, maka upacara tersebut dapat di
klasifikasikan ke dalam upacara adat.
2. Margondang pada Zaman Sekarang
Gambar 4 : ” Margondang pada zaman sekarang “
Margondang pada masa sekarang merupakan perkembangan dari cara berpikir
masyarakat setelah pengaruh gereja sudah sangat kuat pada masyarakat Batak Toba.Dalam
ajaran Kristiani, gereja hanya mengakui satu Tuhan yang harus disembah yaitu Tuhan Yesus
Kristus, apabila ada anggota gereja masih melakukan penyembahan terhadap roh roh nenek
moyang dan kepercayaan mereka yang lama, maka orang tersebut aka dikeluarkan dari
anggota gereja tersebut. Oleh karena itu,muncul beberapa masalah yang bersifat problematic
tentang penggunaan gondang batak dalam kegiatan adat maupun keagamaan .
Di satu pihak orang Batak ingin mempraktikkan dan menghayati gondang itu menurut
visi dan tradisi yang sudah sangat mendarah daging, dilain sisi ada kelompok yang menolak
gondang untuk dipergunakan dalam upacara adat maupun keagamaan, karena mereka melihat
unsur-unsur animism pada gondang tersebut , ada ketakutan mereka mempelajari sejarah
batak dan menghidupi unsur-unsur kebudayaannya. Ketakutan ini timbul karena adanya
predikat yang kurang baik sepeti kafir, kolot da tuduhan lain yang diberikan penganut
kebudayaan tersebut. Pada bagian yang lain ada juga kelompok agama tradisional pada
masyarakat Batak Toba yang menentang ajaran Kristen.
· Konsep Margondang pada masa sekarang dapat dibagidalam tiga bagian besar, yaitu :
a) Margondang pesta, suatu kegiatan yang menyertakan gondang dan merupakan suatu
ungkapan kegembiraan dalam konteks hibuan atau seni pertunjukkan, misalnya : gondang
pembangunan gereja, gondang naposo, gondang mangompoi jabu (memasuki rumah) dsb.
b) Margondang adat, suatu kegiatan yang menyertakan gondang, merupakan aktualisasi dari
system kekerabatan dalihan na tolu, misalnya : gondang mamampe marga (pemberian
marga), gondang pangolin anak (perkawinan), gondang saur matua (kematian), kepada orang
diluar suku Batak Toba, dsb.
Gambar 5 : Tari Tortor dan Margondang saat pesta pernikahan
c) Margondang Religi, upacara ini pada saat sekarang hanya dilakukan oleh organisasi
agamaniah yang masih berdasar kepada kepercayaan batak purba. Misalnya parmalim,
parbaringin, parhudamdam Siraja Batak. Konsep adat dan religi pada setiap pelaksanaan
upacara oleh kelompok ini masih mempunyai hubungan yang sangat erat karena titik tolak
kepercayaan mereka adalah mulajadi na bolon dan segala kegiatan yang berhubungan dengan
adat serta hukuman dalam kehidupan sehari-hari adalah berdasarkan tata aturan yang
dititahkan oleh Raja Sisingamangaraja XII yang diaggap sebagai wakil mulajadi na bolon.
Beberapa jenis ulos yang dikenal dalam adat Batak adalah sebagai berikut:
- Ulos Ragidup
Ragi berarti corak, dan Ragidup berarti lambang kehidupan. Dinamakan demikian karena
warna, lukisan serta coraknya memberi kesan seolah-olah ulos ini benar-benar hidup. Ulos
jenis ini adalah yang tertinggi kelasnya dan sangat sulit pembuatannya. Ulos ini terdiri atas
tiga bagian; dua sisi yang ditenun sekaligus, dan satu bagian tengah yang ditenun tersendiri
dengan sangat rumit. Ulos Rangidup bisa ditemukan di setiap rumah tangga suku batak di
daerah-daerah yang masih kental adat bataknya. Karena dalam upacara adat perkawinan, ulos
ini diberikan oleh orang tua pengantin perempuan kepada ibu pengantin lelaki.
- Ulos Ragihotang
Hotang berarti rotan, ulos jenis ini juga termasuk berkelas tinggi, namun cara pembuatannya
tidak serumit ulos Ragidup. Dalam upacara kematian, ulos ini dipakai untuk mengafani
jenazah atau untuk membungkus tulang belulang dalam upacara penguburan kedua kalinya.
- Ulos Sibolang
Disebut Sibolang sebab diberikan kepada orang yang berjasa dalam mabolang-bolangi
(menghormati) orang tua pengantin perempuan untuk mangulosi ayah pengantin laki-laki
pada upacara pernikahan adat batak. Dalam upacara ini biasanya orang tua pengantin
perempuan memberikan Ulos Bela yang berarti ulos menantu kepada pengantin laki-laki.
Mengulosi menantu lelaki bermakna nasehat agar ia selalu berhati-hati dengan teman-
teman satu marga, dan paham siapa yang harus dihormati; memberi hormat kepada semua
kerabat pihak istri dan bersikap lemah lembut terhadap keluarganya. Selain itu, ulos ini juga
diberikan kepada wanita yang ditinggal mati suaminya sebagai tanda penghormatan atas
jasanya selama menjadi istri almarhum. Pemberian ulos tersebut biasanya dilakukan pada
waktu upacara berkabung, dan dengan demikian juga dijadikan tanda bagi wanita tersebut
bahwa ia telah menjadi seorang janda. Ulos lain yang digunakan dalam upacara adat adalah
Ulos Maratur dengan motif garis-garis yang menggambarkan burung atau banyak bintang
tersusun teratur. Motif ini melambangkan harapan agar setelah anak pertama lahir akan
menyusul kelahiran anak-anak lain sebanyak burung atau bintang yang terlukis dalam ulos
tersebut.
Dari besar kecil biaya pembuatannya, ulos dapat dibedakan menjadi dua bagian:
Pertama, Ulos Na Met-met; ukuran panjang dan lebarnya jauh lebih kecil daripada ulos jenis
kedua. Tidak digunakan dalam upacara adat, hanya untuk dipakai sehari-hari.
Kedua, Ulos Na Balga; adalah ulos kelas atas. Jenis ulos ini pada umumnya digunakan dalam
upacara adat sebagai pakaian resmi atau sebagai ulos yang diserahkan atau diterima.
Biasanya ulos dipakai dengan cara dihadanghon; dikenakan di bahu seperti selendang
kebaya, atau diabithon; dikenakan seperti kain sarung, atau juga dengan cara dililithon;
dililitkan dikepala atau di pinggang.
Kain ini selalu ditampilkan dalam upacara perkawinan, mendirikan rumah, upacara
kematian, penyerahan harta warisan, menyambut tamu yang dihormati dan upacara Tor-tor.
Kain adat sesuai dengan sistem keyakinan yang diwariskan nenek moyang.
o Bagian rumah adat Batak berupa tiang biasanya dekat dengan pintu. Tiang ini memepunyai
bentuk yang bulat panjang, yang dimaksudkan untuk menyangga bagian atas atau lantai dua.
o Balok digunakan untuk menghubungkan semua tiang yang disebut juga dengan rassang.
Balok bentuknya lebih tebal daripada papan Balok ini bisa menyatukan tiang-tiang depan,
belakang, samping kanan dan kiri rumah, dan dipegang oleh solong-solong (pengganti paku).
o Terdapat pintu di kolong rumah untuk jalan masuk kerbau supaya bisa masuk ke dalam
kolong.
o Rumah adat suku Batak mempunyai atap rumah yang terbuat dari ijuk. Ijuk ini terdiri atas 3
lapisan. Tuham-tuham merupakan lapisan pertama, sedangkan lapisan kedua disebut lalubak
dan kemudian dilanjutkan dengan lapisan ketiga.
o Tangga rumah adat suku Batak ada dua macam, yaitu:
- Pertama adalah tangga jantan (balatuk tunggal). Tangan jantan terbuat dari beberapa
potongan pohon. Jenis pohon yang bisa dijadikan tangga tidak sembarang. Pohon ini biasanya
disebut sibagure, merupakan jenis pohon yang mempunyai batang kuat.
- Kedua disebut tangga betina (balatuk boru-boru). Jenis tangga ini merupakan paduan
beberapa potong kayu yang keras dan biasanya terdiri atas anak tangga dengan hitungan yang
ganjil.
e) Ciri Khas Rumah Adat Suku Batak
Ada beberapa ciri khas yang dapat dijumpai pada rumah adat suku Batak. Diantaranya
adalah:
- Bentuk bangunan merupakan perpaduan dari tiga macam hasil seni, yaitu seni pahat, seni
ukir, serta hasil seni kerajinan.
- Bentuk rumah adat dari suku Batak pada umumnya melambangkan “Kerbau berdiri tegak
- Menghias bagian atap dengan tanduk kerbau.
- Bangunan dibuat berdasarkan musyawarah dan saran-saran dari para orang tua.
d) Senjata Tradisional
Tunggal Panaluan adalah senjata tradisional bagi suku bangsa Batak Toba.
Senjata ini sebenarnya adalah wujud tongkat berukir dan pangkalnya berwujud kepala
manusia lengkap dengan rambutnya yang terbuat dari bulu kuda.
e) Upacara
Upacara dalam masyarakat Sumatra Utara, khususnya bagi masyarakat Batak adalah
merupakan upacara religius dan sakral.
Contoh upacara adat Suku Batak:
D. Sistem IPTEK
Sistem teknologi dalam orang Batak Toba cukup unik dengan adanya rumah batak yang
menjadi arsitektur kebanggaan mereka. Ruma Batak ini dibangun dari bahan-bahan alami
seperti ijuk, kayu, dan batu. Terdapat pengaturan hierarki ruang dalam ruma batak ini
menurut kepentingan ruang dan penamaannya berdasarkan jenis ruangan tersebut.
Selain itu juga terdapat hirarki pembentukan sebuah kampung atau huta yang dimulai
dari kelompok terkecil yaitu klan keluarga, huta, kemudian bius sebagai kelompok yang
terbesar. Orang Batak memiliki kegemaran dan keahlian mengukir sejak lama.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa contoh bentuk peninggalan perhiasan yang ditemukan
oleh para ahli. Material yang diukir adalah kayu dan juga logam. Perhiasan tersebut biasanya
digunakan oleh para tetua atau keluarga pemimpin.
Peninggalan perhiasan seperti ini juga dapat menunjukkan tingginya kemampuan
teknologi yang telah berkembang pada masa itu. Selain perhiasan, masyarakat orang Batak
juga menggunakan ukiran dari kayu yang disebut sebagai Gorga. Masing-masing gorga
memiliki nama dan makna tersendiri serta bentuk yang khas. Penggunaan gorga ini mengikuti
aturan-aturan tertentu yang telah ada sejak lama. Aturan tersebut menyangkut ketepatan
pemaknaan dan penggunaan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hingga sekarang orang
Batak juga masih tetap menekuni kegemaran mengukir seperti ini namun jumlah peminat dan
yang memiliki keahlian untuk mengukir sudah sangat terbatas jumlahnya.
E. Organisasi Masyarakat
a. Falsafah Dan Sistem Kemasyarakatan
Ada falsafah dalam perumpamaan dalam bahasa Batak Toba yang berbunyi : jonok
dongan partubu jonokan do dongan parhundul, merupakan suatu filosofi agar kita senantiasa
menjaga hubungan baik dengan tetangga, karena merekalah teman terdekat. Namun dalam
pelaksanaan adat, yang pertama dicari adalah yang satu marga, walaupun pada dasarnya
tetangga tidak boleh dilupakan dalam pelaksanaan adat.
Masyarakat Batak memiliki falsafah, azas sekaligus struktur dan system dalam
kemasyarakatannya yakni yang dalam bahasa Batak Toba disebut Dalihan na Tolu. Berikut
penyebutan Dalihan na Tolu dalam enam puak Batak.
- Dalihan Na Tolu (Toba) : somba marhula-hula, manat mardongan tubu dan elek marboru.
- Dalian Na Tolu (Mandailing dan Angkola) : hormat Marmora, manat markahanggi dan
elek maranak boru.
- Tolu Sahundulan (Simalungun) : martondong ningon hormat sombah, marsanina ningon
pakkei manat dan marboru ningon elek pakkei.
- Rakut Sitelu (Karo) : nembah man kalimbubu, mehamat man sembuyak dan nami-nami
man anak beru.
- Daliken Sitelu (Pakpak) : sembah merkula-kula, manat merdengan tubuh dan elek
marberru.
- Hula-hula atau mora : adalah pihak keluarga dari istri. Hula-hula ini menempati posisi
yang paling dihormati dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak (semua sub suku Batak)
sehingga kepada semua orang Batak dipesankan harus hormat kepada Hula-hula (Somba
Marhula-hula).
- Dongan tubu atau hahanggi : disebut juga Dongan Sabutuha adalah saudara laki-laki satu
marga. Arti harfiahnya lahir dari satu perut yang sama. Mereka ini seperti batang pohon yang
saling berdekatan, saling menopang, walaupun karena terlalu dekatnya kadang-kadang saling
bergesekan. Namun, pertikaian tidak membuat hubungan satu marga bisa terpisah.
Diumpamakan seperti air yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetap bersatu. Namun
kemudian kepada semua orang Batak (berbudaya Batak) dipesankan harus bijaksana kepada
saudara semarga. Diistilahkan Manat Mardongan Tubu.
- Boru atau anak boru : adalah pihak keluarga yang mengambil istri dari suatu marga
(keluarga lain). Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai parhobas atau pelayan, baik
dalam pergaulan sehari-hari maupun (terutama) dalam setiap upacara adat. Namun walaupun
berfungsi sebagai pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena. Melainkan
pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan Elek Marboru.
Namun bukan berarti ada kasta dalam sistem kekerabatan Batak. Sistem kekerabatan
Dalihan Na Tolu adalah bersifat kontekstual. Sesuai konteksnya, semua masyarakat Batak
pasti pernah menjadi hula-hula, juga sebagai dongan tubu juga sebagai boru. Jadi setiap orang
harus menempatkan posisinya secara kontekstual.
Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang Batak harus berprilaku raja. Raja dalam
tata kekerabatan Batak bukan berarti orang yang berkuasa, tetapi orang yang berprilaku baik
sesuai dengan tata krama dalam sistem kekerabatan Batak. Maka dalam setiap pembicaraan
adat selalu disebut raja ni hula-hula, raja ni dongan tubu dohot raja ni boru.
b. Sistem politik
Secara umum, kepemimpinan pada masyarakat Batak terbagi dalam tiga bidang, yaitu
kepemimpinan adat, pemerintah, dan agama. Kepemimpinan dalam bidang adat meliputi
persoalan perkawinan, perceraian, kematian, warisan, penyelesaian perselisihan, kelahiran
anak, dan sebagainya. Kepemimpinan di bidang adat tidak berada dalam tangan seorang
tokoh, tetapi merupakan suatu musyawarah dari sangkep sitelu.
Kepemimpinan di bidang pemerintahan dipegang oleh salah satu dari turunan tertua
merga taneh. Kepala huta disebut penghulu, kepala urungdisebut raja urung dan sibayak
untuk bagian kerajaan. Kedudukan tersebut merupakan jabatan turun-temurun dan yang
berhak adalah anak laki-laki tertua (situa) atau si bungsu (sinuda). Anak-anak yang lain
(sitengah) tidak mempunyai hak menjadi pemimpin. Selain menjalankan pemerintaha,
mereka juga menjalankan tugas peradilan, yaitu penghulu mengetuai sidang di balehuta dan
raja urung. Pengadilan teretinggi adalah bale raja berompat yang merupakan sidang kelima
sibayak yang ada di Karo.
Masyarakat Karo tidak mengenal pimpinan keagamaan asli karena konsepsi tentang
kekuatan gaib dan kepercayaan lain tidak seragam. Namun, pada suku bangsa Batak yang
menganut agama islam, tokoh dalam agam islam (para mualim) sangat besar peranan dan
pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat. Jabatan ini tidak turun-temurun, seperti dukun
guru sibaso yang menjadi dukun karena pengalaman tertentu. Demikian pula pemilihan
pendeta dan ulama, mereka dipilih karena pengetahuan agama, pengabdian, dan
keteladanannya.
G. Ilmu pengetahuan
Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Dalam
bahasa Karo aktivitas itu disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut
Marsiurupan. Sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan
tanah dan masing-masing anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan satu pranata yang
keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiri tergantung kepada persetujuan
pesertanya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Daerah Sumatra Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk
adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri atas beberapa suku,
seperti Melayu, Nias, Batak Toba, Pakpak, Karo, Simalungun, Tapanuli Tengah, Tapanuli
Selatan (meliputi Sipirok, Angkola, Padang Bolak, dan Mandailing); serta penduduk
pendatang seperti Minang, Jawa dan Aceh yang membawa budaya serta adat-istiadatnya
sendiri-sendiri. Daerah ini memiliki potensi yang cukup baik dalam sektor pariwisata, baik
wisata alam, budaya, maupun sejarah
Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat, tari daerah,
jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa daerah masing-masing.
Keragaman budaya ini sangat mendukung dalam pasar pariwisata di Sumater Utara.
Walaupun begitu banyak etnis budaya di Sumatera Utara tidak membuat perbedaan antar
etnis dalam bermasyarakat karena tiap etnis dapat berbaur satu sama lain dengan memupuk
kebersamaan yang baik. kalau di lihat dari berbagai daerah bahwa hanya Sumatera Utara
yang memiliki penduduk dengan berbagai etnis yang berbeda dan ini tentunya sangat
memiliki nilai positif terhadap daerah sumatera utara.
3.2. SARAN
Kebudayaan yang dimiliki suku Batak ini menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia yang perlu tetap dijaga kelestariannya.Dengan membuat makalah suku
Batak ini diharapkan dapat lebih mengetahui lebih jauh mengenai kebudayaan suku Batak
tersebut dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan yang pada kelanjutannya dapat
bermanfaat dalam dunia kependidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, RajaMalem . 2005. Budaya Batak Dalam Perubahan Multidimensi, Bandung :
ITB Press. (Sebuah Makalah).
Ningrat, Kountjara. 2004. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta :Djambatan.
Salomo, Mangaradja. 1938. Memilih dan Mengangkat Radja di Tanah Batak menurut
Adat Asli.. Sibolga: Rapatfonds Tapanuli.
Nn. 2012. kebudayaan suku batak (online). file:///H:/KEBUDAYAAN%20SUKU
%20BATAK%20DAN%20HALAMANNYA/HALAMAN%20BATAK/pendidikan
%20%20kebudayaan%20suku%20batak.html(diakses tgl 14 April 2014)