Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Adat adalah bagian dari pada Kebudayaan, berbicara kebudayaan dari suatu bangsa
atau suku bangsa maka adat kebiasaan suku bangsa tersebut yang akan menjadi perhatian,
atau dengan kata lain bahwa adat lah yang menonjol didalam mempelajari atau mengetahui
kebudayaan satu suku bangsa, meskipun aspek lain tidak kalah penting nya seperti
kepercayaan, keseniaan, kesusasteraan dan lain-lain. Batak adalah nama sebuah suku bangsa
di Indonesia. Suku ini kebanyakan bermukim di Sumatra Utara.Sebagian orang Batak
beragama Kristen dan sebagian lagi beragama Islam. Tetapi dan ada pula yang menganut
agama Malim (pengikutnya biasa disebut dengan Parmalim ) dan juga penganut kepercayaan
animisme (disebut Pelebegu atau Parbegu). Sejarah Kerajaan Batak didirikan oleh seorang
Raja dalam negeri Toba sila-silahi (silalahi) lua’ Baligi (Luat Balige), kampung Parsoluhan,
suku Pohan.Raja yang bersangkutan adalah Raja Kesaktian yang bernama Alang Pardoksi
(Pardosi).Masa kejayaan kerajaan Batak dipimpin oleh raja yang bernama.Sultan Maharaja
Bongsu pada tahun 1054 Hijriyah berhasil memakmurkan negerinya dengan berbagai
kebijakan politiknya. Suku bangsa Batak dari Pulau Sumatra Utara. Daerah asal kediaman
orang Batak dikenal dengan Daratan Tinggi Karo, Kangkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu,
Simalungun, Toba, Mandailing dan Tapanuli Tengah. Daerah ini dilalui oleh rangkaian Bukit
Barisan di daerah Sumatra Utara dan terdapat sebuah danau besar dengan nama Danau Toba
yang menjadi orang Batak. Dilihat dari wilayah administrative, mereka mendiami wilayah
beberapa Kabupaten atau bagaian dari wilayah Sumatra Utara. Yaitu Kabupaten Karo,
Simalungun, Dairi, Tapanuli Utara, dan Asahan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan geografis suku batak ?
2. Bagaimana sistem kepercayaan suku batak ?
3. Bagaimana sistem kekerabatan suku batak ?
4. Bagaimana sistem kesenian suku batak ?
5. Bagaimana sistem ekonomi suku batak ?
6. Bagaimana sistem politik suku batak ?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui kebudayaan suku batak dan juga memenuhi salah satu tugas mata
pelajaran IPS.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keadaan Geografis Suku Batak


Secara geografis daerah persebaran suku bangsa batak berada di wilayah bukit barisan
atau pegunungan Sumatra Utara, Wilayah Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran
rendah dan dataran tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur ditengah-tengah
dari Utara ke Selatan. Suku bangsa Batak dari Pulau Sumatra Utara. Daerah asal kediaman
orang Batak dikenal dengan Daratan Tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu,
Simalungun, Toba, Mandailing dan Tapanuli Tengah. Daerah ini dilalui oleh rangkaian Bukit
Barisan di daerah Sumatra Utara dan terdapat sebuah danau besar dengan nama Danau Toba
yang menjadi orang Batak. Dilihat dari wilayah administrative, mereka mendiami wilayah
beberapa Kabupaten atau bagaian dari wilayah Sumatra Utara. Yaitu Kabupaten Karo,
Simalungun, Dairi, Tapanuli Utara, dan Asahan. Suku bangsa Batak dari pulau Sumatera
Utara. Daerah asal kediaman orang batak dikenal dengan daratan tinggi Karo, Langkat Hulu,
Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, toba, Mandailing dan tapanuli tengah. Daerah ini
dilalui oleh rangkaian Bukit Barisan di daerah sumatera utara dan terdapat sebuah danau
besar dengan nama Danau Toba yang sangat terpenting untuk sumber mata pencaharian buat
masyarakat sekitarnya. Dilihat dari wilayah administrative, mereka mendiami wilayah
beberapa kabupaten atau bagian dari sumatera utara. Yaitu Kabupaten Karo, simalungun,
dairi, tapanuli utara dan dairi. Danau Toba dianggap sebagai simpul pemersatu areal tanah
yang didiami individu-individu maupun kelompok etnis Batak Toba ini, yang keadaannya
berada pada ketinggian 900 m di atas permukaan air laut. Danau ini terbentuk dari vulkanik
gunung merapi yang hasil letusannya membentuk sebuah bentuk danau, yang letusannya
berdampak menyemburkan kawah yang kemudian dipenuhi oleh debit air yang sangat besar.

B. Sistem Kepercayaan
Menurut sumber-sumber yang diperoleh, sebelum masuknya agama Kristen ke Tanah
Batak pengaruh agama Islam sudah terlebih dahalu masuk, terutama di daerah- daerah
pesisir. Oleh sebab itulah penginjil-penginjil mengambil lokasi penginjilannya pada daerah
yang belum dimasuki oleh agama Islam. Daerah Batak merupakan daerah pertama yang
dikunjungi oleh penginjilpenginjil Eropa maupun dari Amerika. Sebelum kehadiran kedua
agama tersebut, masyarakat Batak dulunya adalah memeluk kepercayaan animisme dan
dynamisme. Kepercayaan ini menganggap bahwa benda-benda tertentu mempunyai daya
kekuatan, oleh karena itu harus ditutupi dengan rasa takut, khidmat dan rasa terima kasih.
Saat ini aliran kepercayaan seperti ini sudah mulai menghilang dari tengah-tengah
masyarakat. Berbeda dengan masyarakat Batak Toba yang berdomisili di kota Medan. Sesuai
dengan data-data yang diperoleh, penyebaraN agama yang terjadi di kota Medan terlihat
secara merata. Kepercayaan yang dianut oleh masyarakat tradisional Batak Toba adalah
kepercayaan terhadap Mulajadi Na Bolon yang dipercayai oleh orang Batak sebagai dewa
tertinggi mereka: pencipta 3 (tiga) dunia: dunia atas (banua ginjang), dunia tengah (banua
tonga) dan dunia bawah (banuatoru). Manusia dipercaya hidup di tengah, tidak terpisah dari
alam, manusia satu dengan kosmos. Adat memimpin hidup manusia perseorangan,
sedangkan masyarakat adalah simbol ketertiban kosmos. Tiga golongan fungsional dalam
masyarakat adat Batak yang disebut Dalihan Na Tolu dipercaya sebagai refleksi kerjasama
ketiga dunia itu. Dalam sistem adat istiadat orang Batak dikenal adanya Dalihan na Tolu
yang berarti Tiga nan Satu. Tiga unsur penting dalam sistem kekerabatan masyarakat
berdasarkan asas Dalihan Na Tolu berlaku secara umum dalam semua sub suku walaupun
berbeda-beda dalam penamaannya, saling mendukung satu dengan yang lainnya. Dalihan Na
Tolu berasal dari kata ”dalihan” yang berarti tungku dan ”na tolu” artinya nantiga. Tungku
nan tiga melambangkan terdapat tiga buah batu sebagai tungku yang menopang kuali
(lambang kehidupan sehari-hari). Hal ini mencerminkan kehidupan sehari-hari orang Batak
Toba yang ditopang oleh prinsip Dalihan Na Tolu.
Sistem Dalihan Na Tolu menentukan kedudukan, hak dan kewajiban orang Batak
dalam lingkungannya. Dalam sistem masyarakat orang Batak Toba ketiga unsur ini
digambarkan sebagai Hula-hula, Dongan Sabutuha dan Boru. Prinsip Dalihan Na Tol
memiliki kaitan erat dengan sistem marga dan silsilah. Seorang anak harus mengetahui asal-
usul klan marga keluarganya dan juga urutan silsilahnya sehingga setiap orang dapat
menempatkan diri dengan baik dalam tatanan pergaulan di masyarakat. Salah satu contoh
penerapan prinsip Dalihan Na Tolu ini 4 dapat dilihat dalam penggunaan ulos yang erat
kaitannya dengan kehidupan adat orang Batak Toba maupun sub suku Batak Toba dan juga
lainnya. Dalam masyarakat Batak Toba pemberian ulos ditujukan sebagai perlambang yang
akan mendatangkan kesejahteraan jasmani dan rohani dan hanya digunakan pada upacara
khusus.
Kehidupan religi Masyarakat Batak dipengaruhi Beberapa agama. AGAMA ISLAM
telah masuk di daerah batak sekita awal abad ke-19 yang di bawa oleh orang Minangkabau,
dianut sebagian besar oleh suku bangsa batak di bagian selatan, seperti batak mandauiling
dan angola. Agama keristen di siarkan Ke daerah toba dan simalungunoleh organisasi
penyiar agama dari jerman dan belanda sekitar tahun 1863, terutama pada batak karo. Selain
kedua agam tersebut,orangbatak juga mempunyai kepercayaan kepada animisme. Orang
batak percaya bahwa alam dan seisinyadi ciptakan oleh Debata mulia Jadi, Na balon (toba)
atau di bata kaci kaci (karo) yang bertempat tinggal di langit. Masyarakat batak juga
mengenal tiga konsep jiwa dan roh yaitu :
1. Tondi Merupakan jiwa atau roh yangjuga merupakan kekuatan tondi di teima sewaktu
seseorang di dalam rahim ibu. Jika tondi keluar sementara, seseorang akan sakit dan
seterusnya mati.
2. Sahala, adalah kekuatan yang menentukan hidup seseorang yang di dapatkan bersama
Tondi sewaktu dalam Rahim ibu.
3. Begu, asalah Tondi yang Meniggal. Begu dapat bertingkah laku sebagaimana manusia,
adayang baik dan ada juga yang jahat. Supaya tida menggangu begu diberi sesajen.

C. Sistem Kekerabatan
Bentuk kekerabatan suku batak yakni berdasarkan garis keturunan (geneologi) dan
berdasarkan (sosiologi) sedangkan kekerabata teritorial tida ada bentuk kekerabatan
berdasarkan garis keturunan terlihat dari silsilah marga mulai dari si raja batak memiliki
marga.sedangkan kekerabatan menurut sosiologi terjadi melalui perjanjian (pandan antar
marga tertentu ) maupun perkawinan dalam perkawinan. Dalam tradisi batak, yang menjadi
kesatuan adat ialah ikatan sedarah dalam marga. Artinya misalnya harap, kesatuan adatnya
adalah marga harap vs marga lainya. Berhubung bahwa adat batak/tradisi batak sifatnya
dinamis yang seringkal di sesuaikan dengan waktu dan tempatberpengaruh terhadap
perbedaan corak tradisi antar daerah. Perkawinan pada orang batak merupakan suatu
perantara yang tida hanya meningkat seorang laki-laki dengan perempuan. Perkawinan juga
meningkatkan Kaum Kerabat si perempuan. Itulah sebabnya menurut adat lama seseorang
laki laki tida bebas memilih jodohnya. Perkawinan di anggap ideal apabila seorang laki laki
mengambil salah seorang putri saudara laki laki ibunya sebagai istri. Seorang peria atau
wanita tida boleh kawin dengan orang semangga, sistem kepercayaan ini disebut asimetik
konumbium.
Orang batak menghitung hubungan keturunan berdasarkan prinsip patrilineal, yaitu
suatu kelompok kekerabatan Berdasarkan satu ayah, satu kake dan satu nenek moyang .
Perhitungan hubungan berdasarkan satu ayah disebut sada bapa (bahasa karo) atau saama
(bahasa toba). Sistem kekerabatan memegang peranan penting dalam jalinan hubungan baik
antara individu dengan individu ataupun individu dengan masyarakat lingkungannya. Dari
sistem ini biasanya bersumber masalah lain dalam sistem kemasyarakatan, seperti sistem
daur hidup, kesatuan hidup setempat dan stratifikasi sosial. Kelompok kekerabatan suku
bangsa Batak Toba berdiam di daerah pedesaan yang disebut huta (kampung). Biasanya satu
Huta didiami oleh keluarga dari satu marga. Marga (klan) tersebut terikat oleh simbol-simbol
tertentu misalnya nama marga yang membentuk sebuah klan kecil. Klan kecil tadi
merupakan kerabat patrilineal (garis keturunan ayah) yang masih berdiam dalam satu
kawasan areal yang menciptakan sosial budaya. Sebaliknya klen besar yang anggotanya
sudah banyak hidup tersebar sehingga tidak saling kenal tetapi mereka dapat mengenali
anggotanya melalui nama marga yang selalu disertakan dibelakang nama kecilnya,
Stratifikasi sosial orang Batak didasarkan pada empat prinsip yaitu :
1. Perbedaan tigkat umur,
2. Perbedaan pangkat dan jabatan,
3. Perbedaan sifat keaslian dan
4. Status kawin.
Pada umumnya perkawinan Batak Toba adalah monogami. Tetapi karena faktor
keturunan laki-laki dianggap penting membawa garis keturunan, maka apabila sebuah
keluarga di dalam perkawinan belum mempunyai anak laki-laki sering sekali terjadi poligami
yang tujiuannya agar garis keturunan yetap berlanjut. Perkawinan sangat erat kaitannya
dengan keluarga, sedang perceraian sangat jarang terjadi dan sejauh mungkin diusahakan
jangan sampai terjadi. Hal ini terjadi karena adat.
Bila seorang istri yang diceraikan suaminya cenderung tidak akan Utara mempunyai
hubungan lagi dengan keluarga laki-laki baik anak sendiri, maupun keluarga lain.
Berpoligami sebenarnya sangat tidak diinginkan di dalam status sosial pada masyarakat
Batak Toba. Dalam kehidupan sehari- hari orang yang berpoligami itu selalu kurang
mendapat penghargaan dari masyarakat sekitar dan juga status sosialnya dianggap kurang
baik. Pandangan masyarakat Batak Toba bahwa anak (laki-laki dan perempuan) merupakan
harta yang paling berharga baginya di dalam keluarga. Hal ini dapat di lihat dari semboyan di
masyarakatnya yaitu anakhonki do hamoraon di au (anak adalah kekayaan yang dimiliki).
Keturunan-keturunan dari orang yang berpoligami dalam kenyataannya lebih banyak
menderita karena percekcokan antara anak pihak istri yang pertama dengan pihak istri kedua.
Dengan demikian pada prinsipnya masyarakat Batak Toba tidak menginginkan adanya
poligami dari pihak suami , kecuali jika tidak ada keturunan, apalagi tidak mempunyai
keturunan laki-laki yang dianggap anak lakilaki merupakan penerus kesinambungan secara
genetika.
D. Sistem Kesenian
Memiliki ciri khas diantaranya adalah:
1. Seni bangunan Rumah adat batak disebut rumah jabu (bahasa toba), merupakan
kombinasi dari seni pahat dengan seni ukir serta kerajinan.
2. Seni tari Seni tari Yang terkenal Adalah tortor.jenis-jenisnya adalah
a. Pangurdot, anggota badan yang bergerak hanya tumit dan bahu.
b. Pengeal, anggota badan yang bergerak hanya pinggang, tulang punggung hingga bahu.
c. Pandenggal, anggota badan yang bergerak hanya lengan, telapak tangan, hingga jari
jari tangan.
c. Siangkupa, anggota badan yang bergerak hanyaleher.
d. Hampunana, anggota badan yang bergerak hanya Wajah.
3. Seni musi
Seni musik bangsa batak ialah ogung sabangunan yangterdiri dari empat buah
gendang (ogung), Lima buah taganing (sejenis gamelan batak) Dan sebuah serunai.
Gendang tersebut memiliki nama nama, yaitu : Oloan, ihutan, doal, dan jeret. Jika musik
ini dibunyikan secara serentak dan teratur serta cermat akan mengahsilkan miusik yang
indah dan digunakan untuk mengiringi taria otor.
4. Seni kerajinan
Terkenal dengan kain ulosnya. Ulos adalah kerajinan hasil tenun tradisioal yang
biasa digunakan Hula- hula terhadap boru sebagai lambang harapan agar penerima ulos
hangat tubuh dan jiwanya.
[

E. Sistem Ekonomi
Kebanyakan tanam padi di sawah dengan irigasi. Tetapi ada juga yang masih
bercocok tanam di ladang seperti : Orang karo, Simalungun, dan pakpak. Alat yang
digunakan untuk bercocok tanam adalah : cangkul, bajak (tenggala =bahasa karo, luku =
bahasa toba ), tongkal tunggal.
Selain bercocok tanam, peternakan merupakan mata pencaharian penting pada orang
batak. Misalnya memelihara kerbau, sapi kambing, ayam , dan bebek. Didaerah tepi danau
toba dan di pulau samosir pekerjaan menangkap ikan di lakukan secara intensif dengan
perahu (shoe). Ikan di jual ke pasar kemudian di bawa ke kota balige.
F. Sistem Politik
1. Kepeminpinan di bidang adat Meliputi :
Perkawinan dan penceraian, kematian warisan, penyelesaian penyelisihan,
kelahiran, dan sebagainya. Kepeminpinan pada bidang adt ini tida berada dalam tangan
tokoh, teapi merupakan musyawarah dalihan no tolu (toba), sangkep sitelu (karo), dalam
pelaksanaan musyawarah adat I, sidang di pinpin oleh suhut. Suhut iala yang
mengundang para pihak kerabat dongan sobutha na tolu. Keputusannya berupa hasil
musyawarah dari kerabat tersebut.
2. Kepeminpinan dibidang keagamaan Pada agama islam di pegang ole kyai atau ustadz,
agama keristen katolik dan protestan dipegang oleh pendeta atau pastor. Pada sebagian
masyarakat batak di pedalaman, kepeminpinan dipegang oleh dukun atau datu. Jabatan
datu bukanlah turun- temurun, tetapi berganti ganti. Sering terjadi perang tanding dalam
segi mistik antara satu datu dengan datu yang lain untuk mencari popularitas.
3. Kepeminpinan di bidang pemerintahan Orang yang dipilih di anggap oleh masyarakat
mampu mengatasi segala persoalan dan kepentingan masyarakat. Selain itu juga di
pertimbangkan faktor turunan tertua, faktor tradisi dan kharisma seorang peminpin dan
harus mendapat kepercayaan dari masyarakat setempat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Daerah Sumatra Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk
adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri atas beberapa suku,
seperti Melayu, Nias, Batak Toba, Pakpak, Karo, Simalungun, Tapanuli Tengah, Tapanuli
Selatan (meliputi Sipirok, Angkola, Padang Bolak, dan Mandailing); serta penduduk
pendatang seperti Minang, Jawa dan Aceh yang membawa budaya serta adat-istiadatnya
sendiri-sendiri. Daerah ini memiliki potensi yang cukup baik dalam sektor pariwisata, baik
wisata alam, budaya, maupun sejarah.
Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat, tari
daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa daerah masing-
masing. Keragaman budaya ini sangat mendukung dalam pasar pariwisata di Sumater Utara.
Walaupun begitu banyak etnis budaya di Sumatera Utara tidak membuat perbedaan antar
etnis dalam bermasyarakat karena tiap etnis dapat berbaur satu sama lain dengan memupuk
kebersamaan yang baik. kalau di lihat dari berbagai daerah bahwa hanya Sumatera Utara
yang memiliki penduduk dengan berbagai etnis yang berbeda dan ini tentunya sangat
memiliki nilai positif terhadap daerah sumatera utara.
B. Saran
Kebudayaan yang dimiliki suku Batak ini menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia yang perlu tetap dijaga kelestariannya.Dengan membuat makalah
suku Batak ini diharapkan dapat lebih mengetahui lebih jauh mengenai kebudayaan suku
Batak tersebut dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan yang pada kelanjutannya
dapat bermanfaat dalam dunia kependidikan
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebudayaan
Batak” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan oleh guru mata pelajaran IPS.
Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam
hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Kebudayaan Batak. Memang makalah ini masih
jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan
menuju arah yang lebih baik.

Penulis
...........
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... .ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... ........... 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................ .2
BAB II PEMBAHASAN
A. Keadaan Geografis Suku Batak............................................................................. 3
B. Sistem Kepercayaan............................................................................................. 4
C. Sistem Kekerabatan............................................................................................. 6
D. Sistem Kesenian................................................................................................. .8
E. Sistem Ekonomi...................................................................................................8
F. Sistem Politik..................................................................................................... .9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. ........ 10
B. Saran................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAK
DAFTAR PUSTAKA

1. http://triyatiyayat.blogspot.co.id/2014/12/suku-batak.html
2. http://www.agusridwan67.com/2012/06/budaya-batak.html
MAKALAH
TENTANG ADAT BATAK

DISUSUN OLEH :
Kelas : X. 2

Nama Kelompok:
1. KHOPIFA ATALIE MAZZAYA
2. DELA AFRIANTI
3. AGNES SEFTIANI
4. ILHAM KURNIANSYAH
5. M AKIANDRO
6. MELDA ETRIA PUTRI

Guru Pembimbin
ZULHENDRI M.Pd

SMA NEGERI 1 TANJUNG AGUNG


TAHUN AJARAN 2024-2025

Anda mungkin juga menyukai