Anda di halaman 1dari 16

PROJEK PENGANTAR SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

DISUSUN OLEH:

NAMA MAHASISWA : RENI BERLIAN SILALAHI

NIM :3203111030

KELAS : PPKN B/1

DOSEN PENGAMPU : Dr. YAKOBUS NDONA, SS, M.Hum

MATA KULIAH : PENGANTAR SOSIOLOGI DAN


ANTROPOLOGI

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
INDENTITAS SUKU BATAK

Batak adalah nama salah satu suku di Indonesia dan merupakan etnis dengan populasi
terbesar kedua setelah Suku Jawa. Suku Batak merupakan kelompok masyarakat yang
sebagian besar bermukim di Pantai Barat dan Pantai Timur provinsi Sumatera Utara.

Identitas Batak populer dalam sejarah Indonesia modern setelah di dirikan dan tergabungnya
para pemuda dari Angkola, Mandailing, Karo, Toba, Simalungun, Pakpak di organisasi yang
di namakan Jong Batak tahun 1926, tanpa membedakan Agama dalam satu kesepahaman:
Bahasa Batak kita begitu kaya akan Puisi, Pepatah dan Pribahasa yang mengandung satu
dunia kebijaksanaan tersendiri, Bahasanya sama dari Utara ke Selatan, tapi terbagi jelas
dalam berbagai dialek. Kita memiliki budaya sendiri, Aksara sendiri, Seni Bangunan yang
tinggi mutunya yang sepanjang masa tetap membuktikan bahwa kita mempunyai nenek
moyang yang perkasa, Sistem marga yang berlaku bagi semua kelompok penduduk negeri
kita menunjukkan adanya tata negara yang bijak, kita berhak mendirikan sebuah persatuan
Batak yang khas, yang dapat membela kepentingan kita dan melindungi budaya kuno itu

R.W Liddle mengatakan, bahwa sebelum abad ke-20 di Sumatra bagian utara tidak terdapat
kelompok etnis sebagai satuan sosial yang koheren. Menurutnya sampai abad ke-19, interaksi
sosial di daerah itu hanya terbatas pada hubungan antar individu, antar kelompok
kekerabatan, atau antar kampung. Dan hampir tidak ada kesadaran untuk menjadi bagian dari
satuan-satuan sosial dan politik yang lebih besar.[6] Pendapat lain mengemukakan, bahwa
munculnya kesadaran mengenai sebuah keluarga besar Batak baru terjadi pada zaman
kolonial.[7] Dalam disertasinya J. Pardede mengemukakan bahwa istilah "Tanah Batak" dan
"rakyat Batak" diciptakan oleh pihak asing. Sebaliknya, Siti Omas Manurung, seorang istri
dari putra pendeta Batak Toba menyatakan, bahwa sebelum kedatangan Belanda, semua
orang baik Karo maupun Simalungun mengakui dirinya sebagai Batak, dan Belandalah yang
telah membuat terpisahnya kelompok-kelompok tersebut. Sebuah mitos yang memiliki
berbagai macam versi menyatakan, bahwa Pusuk Buhit, salah satu puncak di barat Danau
Toba, adalah tempat "kelahiran" bangsa Batak. Selain itu mitos-mitos tersebut juga
menyatakan bahwa nenek moyang orang Batak berasal dari Samosir.

Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai macam marga, sebagian
disebabkan karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di Sumatra. Penelitian
penting tentang tradisi Karo dilakukan oleh J.H Neumann, berdasarkan sastra lisan dan
transkripsi dua naskah setempat, yaitu Pustaka Kembaren dan Pustaka Ginting. Menurut
Pustaka Kembaren, daerah asal marga Kembaren dari Pagaruyung di Minangkabau. Orang
Tamil diperkirakan juga menjadi unsur pembentuk masyarakat Karo. Hal ini terlihat dari
banyaknya nama marga Karo yang diturunkan dari Bahasa Tamil. Orang-orang dari Suku
Tamil yang menjadi pedagang di pantai barat, lari ke pedalaman Sumatra akibat serangan
pasukan Minangkabau yang datang pada abad ke-14 untuk menguasai Barus. Berikut adalah
indentitas dari suku saya yaitu BATAK TOBA

Nama suku : Suku Batak Toba

Agama yang dianut : Kristen protestan

Daerah persebaran : Sumatera Utara ,Aceh dll

Ciri khas : Ulos Sadum

Rumah adat suku Batak Toba : Rumah bolon

Bahasa : bahasa Batak Toba

Garis keturunan : patrilineal

Salam khas Batak Toba : Horas

KLASIFIKASI ATAU SUB SUKU BATAK

Suku Batak terbagi menjadi 6 sub suku atau rumpun, yaitu sebagai berikut

1. Suku Batak Toba


2. Suku batak Angkola
3. Suku Batak Karo
4. Suku Batak Mandailing
5. Suku Batak Pakpak
6. Suku Batak Simalungun.
7. Batak pesisir

Berikut penjelasan Mengenai sub suku Batak

(1) Karo yang mendiami suatu daerah induk yang meliputi dataran tinggi Karo langkat hulu,
deli hulu, serdang hulu dan sebagian dari dairi (menurut sensus 1930 mereka diperkirakan
terdiri dari 120.000).
(2) Simalungun yang mendiami daerah induk simalungun (50.000 orang menurut sensus
1930;)

(3) Pakpak yang mendiami daerah induk Dairi (22.000 menurut sensus 1930);

(4) Toba yang mendiami suatu daerah induk yang meliputi daerah tepi danau toba, pulau
Samosir, dataran tinggi toba, daerah asahan, silindung, daerah antara barus dan sibulga dan
daerah pegunungan pahai dan habin saran(jumlah mereka terbesar diantara sub suku-suku
bangsa batak,ialah 40.000 menurut sensus 1930).

(5) Angkola yang mendiami daerah induk angkola dan sipirok sebagaian dari sibolga dan
batang toru dan bagian utara dari padang lawas.

(6) Mandailing yang mendiami daerah induk mandailing, ulu, pakatan dan bagian selatan
dari padang lawas (bersama-sama dengan orang angkola mereka diperkiran berjumlah
160.000 orang menurut sensus 1930). Menurut cerita-cerita suci (tarombo) orang batak ,
terutama dari orang batak toba.semua sub suku-suku bangsa Batak itu mempunyai nenek
moyang yang satu yaitu Si Raja Batak.

ASAL USUL SUKU BATAK TOBA

Suku Batak adalah salah satu dari ratusan suku yang terdapat di Indonesia. Suku Batak
terdapat di wilayah Sumatera Utara. Menurut legenda yang dipercayai sebahagian masyarakat
Batak, bahwa Suku Batak berasal dari Pusuk Buhit daerah Sianjur Mula Mula sebelah barat
Pangururan di pinggiran Danau Toba.

Kalau versi ahli sejarah Batak mengatakan bahwa siRaja Batak dan rombongannya berasal
dari Thailand yang menyeberang ke Sumatera melalui Semenanjung Malaysia dan akhirnya
sampai ke Sianjur Mula mula dan menetap disana.

Sedangkan dari prasasti yang ditemukan di Portibi yang bertahun 1208 dan dibaca oleh Prof.
Nilakantisari seorang Guru Besar ahli Kepurbakalaan yang berasal dari Madras, India
menjelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan Cola dari India menyerang Sriwijaya dan
menguasai daerah Barus. Pasukan dari kerajaan Cola kemunggkinan adalah orang-orang
Tamil karena ditemukan sekitar 1500 orang Tamil yang bermukim di Barus pada masa itu.
Tamil adalah nama salah satu suku yang terdapat di India. siRajasiRaja Batak diperkirakan
hidup pada tahun 1200 (awal abad ke13)

Raja Sisingamangaraja ke-XII diperkirakan keturunan siRaja Batak generasi ke19 yang wafat
pada tahun 1907 dan anaknya si Raja Buntal adalah generasi ke 20.

Dari temuan diatas bisa diambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar leluhur dari siRaja
batak adalah seorang pejabat atau pejuang kerajaan Sriwijaya yang berkedudukan di Barus
karena pada abad ke-12 yang menguasai seluruh nusantara adalah kerajaan Sriwijaya di
Palembang.

Akibat dari penyerangan kerajaan Cole ini maka diperkirakan leluhur siRaja Batak dan
rombongannya terdesak hingga ke daerah Portibi sebelah selatan Danau Toba dan dari sinilah
kemungkinan yang dinamakan siRaja Batak mulai memegang tampuk pemimpin perang, atau
boleh jadi siRaja Batak memperluas daerah kekuasaan perangnya sampai mancakup daerah
sekitar Danau Toba, Simalungun, Tanah Karo, Dairi sampai sebahagian Aceh dan
memindahkan pusat kekuasaanya di daerah Portibi di sebelah selatan Danau Toba.

Pada akhir abad ke-12 sekitar tahun 1275 kerajaan Majapahit menyerang kerajaan Sriwijaya
sampai ke daerah Pane, Haru, Padang Lawas dan sekitarnya yang diperkirakan termasuk
daerah kekuasaan siRaja Batak.

Serangan dari kerajaan Majapahit inilah diperkirakan yang mengakibatkan siRaja Batak dan
rombonganya terdesak hingga masuk ke pedalaman di sebelah barat Pangururan di tepian
Danau Toba, daerah tersebut bernama Sianjur Mula Mula di kaki bukit yang bernama Pusuk
Buhit, kemudian menghuni daerah tersebut bersama rombongannya.

TerdesaknyaTerdesaknya siRaja Batak oleh pasukan dari kerajaan Majapahit kemungkinan


erat hubungannya dengan runtuhnya kerajaan Sriwijaya di Palembang karena seperti pada
perkiraan di atas siRaja Batak adalah kemungkinan seorang Penguasa perang di bawah
kendali kerajaan Sriwijaya.

SebutanSebutan Raja kepada siRaja Batak bukanlah karena beliau seorang Raja akan tetapi
merupakan sebutan dari pengikutnya atau pun keturunannya sebagai penghormatan karena
memang tidak ada ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan adanya sebuah kerajaan yang
dinamakan kerajaan Batak.
Suku Batak sangat menghormati leluhurnya sehingga hampir semua leluhur marga-marga
batak diberi gelar Raja sebagai gelar penghormatan, juga makam-makam para leluhur orang
Batak dibangun sedemikian rupa oleh keturunannya dan dibuatkan tugu yang bisa
menghabiskan biaya milyaran rupiah. Tugu ini dimaksudkan selain penghormatan terhadap
leluhur juga untuk mengingatkan generasi muda akan silsilah mereka.

Di dalam sistim kemasyarakatan suku Batak terdapat apa yang disebut dengan Marga yang
dipakai secara turun temurun dengan mengikuti garis keturunan laki-laki. Ada sekitar 227
nama Marga pada suku Batak.

DiDi dalam buku Tarombo Borbor Marsada dikatakan bahwa siRaja Batak memiliki 3 (tiga)
orang anak yaitu:

GURU TATEA BULAN (siRaja Lontung)

RAJA ISOMBAON (siRaja Sumba)

TOGA LAUT.

KetigaKetiga anak siRaja Batak inilah yang diyakini meneruskan tampuk pimpinan siRaja
Batak dan asal mula terbentuknya marga-marga pada suku Batak.

JEJAK-JEJAK TERKAIT ASAL USUL

Orang Batak adalah penutur bahasa Austronesia, tetapi tidak diketahui kapan nenek moyang
orang Batak pertama kali bermukim di Tapanuli dan Sumatra Timur. Bahasa dan bukti-bukti
arkeologi menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia dari Taiwan telah
berpindah ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar 2.500 tahun lalu, yaitu pada zaman batu
muda (Neolitikum).[2] Karena hingga sekarang belum ada artefak Neolitikum (Zaman Batu
Muda) yang ditemukan di wilayah Batak, maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak
baru bermigrasi ke Sumatra Utara pada zaman logam.

Pada abad ke-6, pedagang-pedagang Tamil asal India mendirikan kota dagang bernama
Barus, yang terletak di pesisir barat Sumatra Utara. Mereka berdagang kapur Barus yang
diusahakan oleh petani-petani di pedalaman. Kapur Barus dari tanah Batak bermutu tinggi
sehingga menjadi salah satu komoditas ekspor di samping kemenyan. Pada abad ke-10, Barus
diserang oleh Sriwijaya. Hal ini menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang Tamil dari
pesisir Sumatra[3]. Pada masa-masa berikutnya, perdagangan kapur Barus mulai banyak
dikuasai oleh pedagang Minangkabau yang mendirikan koloni di pesisir barat dan timur
Sumatra Utara. Koloni-koloni mereka terbentang dari Barus, Sorkam, hingga Natal[4].

Hingga saat ini, teori-teori masih diperdebatkan tentang asal usul dari Bangsa Batak. Mulai
dari Pulau Formosa (Taiwan), Indochina, Mongolia, Mizoram dan yang paling kontroversial
Sepuluh Suku yang Hilang dari Israel

Adapun suku yang terkait adalah suku Batak Pakpak, suku Batak Simalungun, suku Batak
Angkola, suku Batak Mandailing, suku Batak Karo.

CIRI-CIRI KHUSUS SUKU BATAK TOBA

1. Marga

Marga adalah ciri khas yang paling menonjol dalam suku Batak. Saat mendengar nama
Batak, semua pasti akan teringat tentang marga. marga sudah jadi tanda pengenal dari
mana mereka berasal. Marga yang sama menunjukkan kekerabatan mereka yang sangat
erat. Marga ini yang mempersatukan persaudaraan meskipun anggota sukunya tersebar di
seluruh Indonesia.Ada lebih dari 400 marga dalam suku Batak. Marga atau nama keluarga
adalah bagian nama yang merupakan pertanda dari keluarga mana ia berasal. Orang
Batak selalu memiliki nama Marga/keluarga. Nama / marga ini diperoleh dari garis
keturunan ayah (patrilinear) yang selanjutnya akan diteruskan kepada keturunannya
secara terus menerus. Dikatakan sebagai marga pada suku bangsa BatakToba ialah
marga-marga pada suku bangsa Batak yang berkampung halaman (marbona pasogit) di
daerah Toba. Sonak Malela yang mempunyai 3 (tiga) orang putera dan menurunkan 4
(empat) marga, yaitu:Simangungsong, Marpaung, Napitupulu, dan Pardede, merupakan
salah satu cotoh marga pada suku bangsa Batak Toba.

Beberapa contoh marga lain yg ada ada di batak Toba: Silalahi, Simanjuntak, Tobing ,
Hutagalung , Panggabean , simamora , Sihotang , Manullang, Simanungkalit, Sitompul
dll.

2. Rumah Adat

Nama rumah adat suku Batak Toba adalah Rumah Bolon atau dikenal juga Rumah Gorga.
Rumah Bolon biasanya dibangun cukup besar dan ditinggal lima hingga enam
keluarga.Di rumah ini kita bisa menemukan banyak ukiran khas Batak yang disebut
gorga. Ukiran-ukiran ini diyakini sebagai penolak bala atau penyakit.

Perbedaannya terletak pada ukuran dan bentuk rumah adat tersebut. Namun, semua
rumah memiliki persamaan pada bagian atapnya.Bagian depan atap rumah bolon lebih
tinggi dibanding bagian belakangnya. Berdasarkan kepercayaan masyarakat Batak,
bentuk atap ini turut mendoakan keturunan pemilik rumah jadi lebih sukses.

Gambar rumah adat suku Batak Toba :

3. Tarian Adat

Salah satu tarian dari suku Batak Toba adalah Tor-tor. Tarian ini berasal dari Batak Toba
dan sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Tarian ini memiliki makna sebagai bentuk
penghormatan kepada leluhur dan tamu yang tari Tor-Tor. Zaman dulu, tari Tor-Tor
biasanya ditampilkan dalam ritual yang sakral. Seperti upacara kematian, ritual

penyembuhan, dan panen. Tapi kini tarian ini juga ditampilkan untuk hiburan.Tari Sigale-
gale adalah salah satu tarian mistis yang berasal dari Samosir. Dalam tarian ini, para
penari menggerakkan boneka yang mirip manusia. Tarian ini digunakan sebagai
pengiring dalam upacara kematian.Masyarakat agraris batak juga punya tari tradisional
tersendiri. Namanya tari Tandok. Tari ini menceritakan kegiatan memanen yang
dilakukan ibu-ibu di ladang.

Gambar saat Melakukan tarian:


4. Makanan khas suku Batak Toba

Makanan khas Batak Toba dapat dengan mudah ditemui di Kabupaten Toba Samosir,
Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara,
sebagian Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Sibolga dan sekitarnya.
Seperti suku lainnya, Batak memiliki kuliner yang khas..

Tak seperti masakan Sumatera lainnya yang terpengaruh bangsa asing, masakan khas
batak lebih menampilkan tradisi memasak asli suku bangsa Austronesia. Makanan khas
Batak Toba merupakan salah satu kuliner yang begitu khas. Kuliner Batak, salah satunya
makanan khas Batak Toba dikenal dengan bumbu utamanya andaliman.

Andaliman inilah yang memberi cita rasa tersendiri pada makanan khas Batak Toba.
Beberapa makanan khas Batak Toba juga berbahan dasar ikan air tawar. Ikan ini biasa
didapat dari sungai atau Danau Toba. Makanan khas Batak Toba juga selalu hadir dalam
acara adat dan telah menjadi bagian dari tradisi masyarakat Batak Salah Satunya adalah
Ikan Mas Na Narsik atau ikan Arsik adalah kuliner tradisional khas Toba yang kaya
dengan bumbu dan rempah. Na Niarsik berarti di-marsik-kan atau dikeringkan. Ikan
Arsik berarti ikan yang dimasak terus-menerus sampai kuahnya kering, hingga bumbunya
menyerap ke ikan mas tersebut. Jika proses memasak benar, Na Niarsik dapat bertahan
dua hari tanpa basi.

NaNa Niarsik adalah makanan yang menjadi bagian dari adat Batak yang memiliki cerita
dari mulai kelahiran, perkawinan, hingga meninggal. Bumbu Na Niarsik sangat kaya dan
beragam. Ada 16 macam bumbu dari andaliman, bunga kecombrang dan bawang Batak.
Selain ikan mas, ikan laut seperti kembung dan kakap, dan daging juga dapat dijadikan
bahan arsik.

Berikut gambar makanan suku Batak yaitu ikan arsik


5. Tarombo atau Silsilah

Silsilah atau Tarombo merupakan suatu hal yang sangat penting bagi orang Batak. Bagi
mereka yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai orang Batak kesasar
(nalilu). Orang Batak diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya yang
menurunkan marganya dan teman semarganya (dongan tubu). Hal ini diperlukan agar
mengetahui letak kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau marga.

STUKTUR TUBUH SUKU BATAK TOBA

Stuktur tubuh orang Batak Toba pada umumnya sama dengan manusia pada umumnya
bentuk wajah nya segi empat tinggi badan yang relatif tinggi warna kulit sawo matang dan
lain-lainnya . berikut ini nama-nama organ tubuh dalam bahasa Batak Toba, yang sangat
halus dan pasaran, agar kiranya bisa diketahui generasi muda:

- Simanjujung, ulu = kepala

- Sitarupon, obuk = rambut

- Simanangi, sipareon, pinggol = kuping

- Simalolong, simanonggor, mata = mata

- Simangkudap, baba = mulut

- Sitalbeon, bibir = bibir

- Simarhuat, dila = lidah

- Simanganggo, igung = hidung

- Sitangkingon, abara = bahu, pundak

- Sipangido, tangan = tangan

- Sitairon, bagot = payudara wanita

- Siubeon, butuha = perut


- Siholtingon, gonting (dibaca: gotting) = pinggang

- Simangarudok, pamatang = daging, tubuh

- Siamburuk, tambon (dibaca: tabbon) = pantat

- Simanjojak, pat = kaki

- Situmeok, hamailaan = kemaluan (wanita)

- Situmorjok, hamailaan = kemaluan (laki-laki)

STRUKTUR ADAT SUKU BATAK TOBA

Falasafah adat Batak Toba dikenal dengan Dalihan Na Tolu artinya 3 adat yang harus
dipahami seorang keturunan batak. Dalihan Na Tolu ini sebagai modal keturunan batak
ketika akan merantau jauh dari bona pasogit. Seperti saya dan suami harus menjalankan
falsafah adat Batak Toba ini dimanapun kami berada.
1. Somba Marhula-hula
Hulahula/Mora adalah pihak keluarga dari isteri. Hula-hula ini menempati posisi yang paling
dihormati dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak (semua sub-suku Batak) sehingga kepada
semua orang Batak dipesankan harus hormat kepada Hulahula (Somba marhula-hula).
2. Manat Mardongan Tubu
Dongan Tubu/Hahanggi disebut juga Dongan Sabutuha adalah saudara laki-laki satu marga.
Arti harfiahnya lahir dari perut yang sama. Mereka ini seperti batang pohon yang saling
berdekatan, saling menopang, walaupun karena saking dekatnya kadang-kadang saling gesek.
Namun, pertikaian tidak membuat hubungan satu marga bisa terpisah. Diumpamakan seperti
air yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap bersatu. Namun demikian kepada
semua orang Batak (berbudaya Batak) dipesankan harus bijaksana kepada saudara semarga.
Diistilahkan, manat mardongan tubu.
3. Elek Marboru
Boru/Anak Boru adalah pihak keluarga yang mengambil isteri dari suatu marga (keluarga
lain). Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai ‘parhobas’ atau pelayan, baik dalam
pergaulan sehari-hari maupun (terutama) dalam setiap upacara adat. Namun walaupun
berfungsi sebagai pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena. Melainkan
pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan: Elek marboru.
Adat Istiadat Batak Toba yang harus dilaksanakan
Pertama, khusus anak pertama semenjak bayi dalam kandungan tujuh bulanan sudah
dibuatkan adat posesi bataknya. Supaya Ibu dan Anak sehat selalu sampai proses persalinan.
Si anak lahir supaya membawa rejeki, kebahagiaan dan berkat bagi keluarga.
Kedua, kelahiran anak pasti diadakan adat batak namanya "Makkaroani". Nah, pada saat
posesi ini si anak disahkan namanya dan diperkenalkan kepada seluruh keluarga dan kerabat.
Karena bagi adat batak anak pertama adalah pembawa nama keluarga. Dalam proses semua
adat batak nama anak pertama yang selalu disebut. Maka anak pertama sangat dinanti-
nantikan keluarga batak.Posesi Adat Kelahiran Anak
Ketiga, Pernikahan sangat panjang posesi adatnya. Pernikahan adalah merupakan suatu
peristiwa besar, mengundang hulahula, boru, dongan tubu serta dongan sahuta sebagai saksi
pelaksanan adat yang berlaku. Dalam adat Batak Toba pernikahan haruslah diresmikan secara
adat berdasarkan adat Dalihan Na Tolu, yaitu Somba marhula-hula, manat mardongan tubu,
elek marboru. Pernikahan Batak Toba sangat kuat sehingga tidak mudah untuk bercerai
karena dalam pernikahan tersebut banyak orang-orang yang terlibat dan bertanggung jawab
di dalamnya.
Keempat, Mamoholi disebut manomu-nomu yang maksudnya adalah menyambut kedatangan
(kelahiran) bayi yang dinanti-nantikan itu. Disamping itu juga dikenal istilah lain untuk
tradisi ini sebagai mamboan aek ni unte yang secara khusus digunakan bagi kunjungan dari
keluarga hula-hula/tulang.

Kelima, Kematian dalam tradisi Batak, orang yang meninggal akan mengalami perlakuan
khusus, terangkum dalam sebuah upacara adat kematian. Upacara adat kematian tersebut
diklasifikasi berdasar usia dan status yang meninggal. Untuk yang meninggal ketika masih
dalam kandungan (mate di bortian) belum mendapatkan perlakuan adat (langsung dikubur
tanpa peti mati). Tetapi bila meninggal ketika masih bayi (mate poso-poso), meninggal saat
anak-anak (mate dakdanak), meninggal saat remaja (mate bulung), dan meninggal saat sudah
dewasa tapi belum menikah (mate ponggol), keseluruhan kematian tersebut mendapat
perlakuan adat : mayatnya ditutupi selembar ulos (kain tenunan khas masyarakat Batak)
sebelum dikuburkan. Ulos penutup mayat untuk mate poso-poso berasal dari orang tuanya,
sedangkan untuk mate dakdanak dan mate bulung, ulos dari tulang (saudara laki-laki Mamak)
yang meninggal .
STUKTUR KEKERABATAN

Kekerabatan pada masyarakat Batak memiliki dua jenis, yaitu kekerabatan yang berdasarkan
pada garis keturunan atau geneologis dan berdasarkan pada sosiologis.Semua suku bangsa
Batak memiliki marga, inilah yang disebut dengan kekerabatan berdasarkan
geneologis.Sementara kekerabatan berdasarkan sosiologis terbentuk melalui perkawinan.
Sistem kekerabatan muncul di tengah-tengah masyarakat karena menyankut hukum antar satu
sama lain dalam pergaulan hidup.
Dalam tradisi Batak, yang menjadi kesatuan Adat adalah ikatan sedarah yang disebut
dengan marga. Suku bangsa Batak terbagi ke dalam enam kategori atau puak, yaitu Batak
Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.
Masing-masing puak memiliki ciri khas nama marganya. Marga ini berfungsi sebagai tanda
adanya tali persaudaraan di antara mereka.Satu puak bisa memiliki banyak marga.

Adapun Batak Toba, dikatakan sebagai marga ialah marga-marga pada suku bangsa
Batak yang berkampung halaman (marbona pasogit) di daerah Toba. Salah satu cotoh marga
pada suku bangsa Batak Toba yaitu Simangunsong, Marpaung, Napitupulu, Hutabarat, dll.
Pada suku Batak Pakpak, mereka diikat oleh struktur sosial yang dalam istilah setempat
dinamakan sulang silima yang terdiri dari lima unsur, yaitu Sinina tertua (Perisang-isang,
keturunan atau generasi tertua), Sinina penengah (Pertulan tengah, keturunan atau generasi
yang di tengah), Sinina terbungsu (perekur-ekur, keturunan terbungsu), Berru yakni kerabat
penerima gadis, dan Puang yakni kerabat pemberi gadis.

Kelima unsur ini sangat berperan dalam proses pengambilan keputusan dalam berbagai aspek
kehidupan terutama dalam sistem kekerabatan, upacara adat maupun dalam konteks
komunitas lebbuh atau kuta. Artinya ke lima unsur ini harus terlibat agar keputusan yang
diambil menjadi sah secara adat. Lalu pada Batak Simalungun terdapat empat marga asli suku
Simalungun yang populer dengan akronim SISADAPUR, yaitu Sinaga, Saragih, Damanik,
dan Purba.Keempat marga ini merupakan hasil dari HARUNGGUAN BOLON
(permusyawaratan besar) antara empat raja besar dari masing-masing raja tersebut, untuk
tidak saling menyerang dan tidak saling bermusuhan.

Sementara pada Batak Mandailing hanya dikenal beberapa marga saja, antara lain Lubis,
Nasution, Harahap, Pulungan, Batubara, Parinduri, Lintang, Hasibuan, Rambe, Dalimunthe,
Rangkuti, Tanjung, Mardia, Daulay, Matondang, dan Hutasuhut.

Kelompok kekerabatan Batak diambil dari garis keturunan laki-laki atau patrilineal.
Seorang Batak merasa hidupnya lengkap jika ia telah memiliki anak laki-laki yang
meneruskan marganya. Menurut buku “Leluhur Marga Marga Batak”, jumlah seluruh Marga
Batak sebanyak 416, termasuk marga suku Nias.

Untuk menentukan seorang bangsa Batak berasal garis keturunan mana, mereka
menggunakan Torombo.Dengan tarombo seorang Batak mengetahui posisinya dalam sebuah
marga.Orang Batak meyakini, bahwa kekerabatan menggunakan Torombo ini dapat diketahui
asal-usulnya yang berujung pada Si Raja Batak.
Bagi Batak Toba, Si Raja Batak adalah anak perempuan dari keturunan Debata Muljadi
Nabolon, Tuhan pencipta bumi dan isinya. Tuhan ini memerintah ibu Si Raja Batak untuk
menciptakan bumi, dan ibunya tinggal di daerah bernama Siandjurmulamula. Daerah
tersebut menjadi tempat tinggal Si Raja Batak dan keturunannya.Daerah ini adalah tanah
Batak, dimana tempat seluruh orang Batak berasal.

KETERKAITAN DENGAN SUKU-SUKU LAIN

Beberapa contoh suku yang memiliki keterkaitan dengan suku Batak

bangsa terkait

 Suku Alas
 Suku Nias
 Suku Melayu
 Suku Minangkabau
 Suku Rimba
 Suku Gayo
 Suku Singkil
 Suku Aceh

NILAI-NILAI YANG DIHAYATI BERSAMA

Kebudayaan adalah segenap perwujutan dan keseluruhan hasil pemikiran (logika),


perasaan (estetika) dan kemauan (etika) sebagai buah usaha budi dalam mengelola cipta,
rasa dan karsa untuk mewujudkan karya budaya dan interaksi budaya sipiritual dan
produk budaya yang bersifat material. Menurut para ahli bahwa setiap kebudayaan itu
pada umumnya paling sedikit terdiri dari tiga wujud yaitu : pertama wujud kebudayaan
suatu himpunan gagasan gagasan yang sering disebut kompleks gagasan .kedua, wujud
sebagai jumlah perilaku yang berpola yang di sebut kompleks aktifitas. Ketiga, wujud
kebudayaan sebagai kumpulan benda dan arti paks yang disebut karya budaya.

Nilai-nilai yang Budaya Yang Utama pada Masyarakat Batak Toba.


1. KEKERABATAN

Yang mencakup hubungan premordial suku, kasih sayang atas dasar hubungan darah,
kerukunan unsur-unsur Dalihan Na Tolu (Hula-hula, Dongan Tubu, Boru), Pisang Raut
(Anak Boru dari Anak Boru), Hatobangon (Cendikiawan) dan segala yang berkaitan
hubungan kekerabatan karena pernikahan, solidaritas marga dan lain-lain.

2. RELIGI

Mencakup kehidupan keagamaan, baik agama tradisional maupun agama yang datang
kemudian yang

mengatur hubungannya dengan Maha Pencipta serta hubungannya dengan manusia dan
lingkungan hidupnya.

3. HAGABEON

Banyak keturunan dan panjang umur. satu ungkapan tradisional Batak yang terkenal yang
disampaikan pada saat upacara pernikahan adalah ungkapan yang mengharapkan agar
kelak pengantin baru dikaruniakan putra 17 dan putri 16. Sumber daya manusia bagi
orang Batak sangat penting. Kekuatan yang tangguh hanya dapat dibangun dalam jumlah
manusia yang banyak. Ini erat hubungannya dengan sejarah suku bangsa Batak yang
ditakdirkan memiliki budaya bersaing yang sangat tinggi.

. HASANGAPON

Kemuliaan, kewibawaan, kharisma, suatu nilai utama yang memberi dorongan kuat untuk
meraih kejayaan. Nilai ini memberi dorongan kuat, lebih-lebih pada orang Toba, pada
jaman modern ini untuk meraih jabatan dan pangkat yang memberikan kemuliaan,
kewibawaan, kharisma dan kekuasaan.

. HAMORAON

Kaya raya, salah satu nilai budaya yang mendasari dan mendorong orang Batak,
khususnya orang Toba, untuk mencari harta benda yang banyak.

HAMAJUON

Kemajuan, yang diraih melalui merantau dan menuntut ilmu. Nilai budaya hamajuon ini
sangat kuat mendorong orang Batak bermigrasi keseluruh pelosok tanah air. Pada abad
yang lalu, Sumatra Timur dipandang sebagai daerah rantau. Tetapi sejalan dengan
dinamika orang Batak, tujuan migrasinya telah semakin meluas ke seluruh pelosok tanah
air untuk memelihara atau meningkatkan daya saingnya.

Anda mungkin juga menyukai