PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
Bertitik tolak pada subbab sebelumnya, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
2
BAB II
ISI PEMBAHASAN
3
masuk ke dalam bahasa bahasa Suku Melayu Pegunungan antara lain ke dalam Bahasa
Batak. Istilah istilah seperti ; Debata, Singa, Surgo, Batara, Mangaraja dan lain lain.
Masyarakat Suku Melayu Pegunungan yang aslinya adalah orang orang
pegunungan tentu tidak merasa nyaman berada di daerah pinggiran mengingat banyaknya
ancaman dari pengaruh luar yang bisa datang mempengaruhi. Sangat jauh berbeda dari
kebiasaan mereka yang suka menutup diri di pegunungan dari pengaruh luar. Akhirnya
kelompok ini terpecah. Suku Bangsa Bontok, Igorot dan suku Suku Melayu Pegunungan
lain yang kecil sangat banyak pergi ke daerah Filiphina dan membentuk kelompok baru
(seperti Bangsa Tagalog) dan hingga kini masih berada disana dan menolak masuknya
agama luar.
Suku Bangsa Tayal pergi ke puncak puncak gunung gunung di Taiwan
(Formosa). Sejak 3.000 tahun hingga sekarang tidak terpengaruh oleh perebutan tanah di
daerah pesisir dan tanah datar Taiwan oleh bangsa bangsa dari Tiongkok, Belanda dan
Jepang. Namun setelah Perang Dunia kedua, mereka dikristenkan oleh pendeta dari
Kanada yang datang membawa modern medical science .
Suku Bangsa Toraja mendarat di Sulawesi. Dan disana mereka berbaur dengan
suku suku bangsa Bugis dan Makasar hingga sekarang. Agama islam sendiri sudah ada
disini sejak 400 tahun sebelumnya namun suku bangsa Toraja dengan gigih menolak
pengaruh islam. Pada abad ke-20 Agama Kristen masuk ke Toraja oleh Pendeta pendeta
yang datang dari Belanda membawa modern medical science . Lain pula dengan Suku
Bangsa Karen yang tetap bertahan di Pegunungan Burma. Hingga sekarang kabarnya
masih sering bersengketa dengan suku bangsa lainnya yang sudah membentuk Republik
Burma. Suku Bangsa Karen tetap menolak agama Budha yang menjadi agama mayoritas
di Burma yang kemudian pada abad ke-19 di Kristenkan oleh Pendeta Pendeta Inggris.
Suku bangsa Ranau mendarat di Sumatera Selatan dan mengurung diri dari
pengaruh luar di sekitar Danau Ranau selama kurang lebih 2500 tahun. Lepas dari segala
pengaruh Kerajaan Sriwijaya, Darmasraya dan kerajaan- kerajaan lain yang silih berganti
muncul dan lenyap di Sumatera Selatan. Banyak dari suku Ranau dibunuh oleh
Kesultanan Banten yang membutuhkan sekitar Danau Ranau untuk penanaman merica
untuk di ekspor.
Suku Bangsa Meo juga sama seperti Suku Karen yang memilih bertahan di
pegunungan. Mereka terdesak ke seberang lautan dan secara tak terduga menjadi terkenal
disana oleh bisnis candu yang memang tumbuh subur di daerah itu. Candu ini kemudian
dijual ke hampir seluruh penjuru dunia. Namun tetap terisolir dari pengaruh modernisasi.
Sementara untuk suku Wajo mereka memilih lautan. Mereka menetap disana dan menjadi
Sea-Nomads. Orang orang Wajo tersebar di lautan mulai dari Lingga Archipelago
sampai ke Filiphina.
Suku Bangsa Batak mendarat di Pantai Barat Pulau Andalas. Disana suku Batak
sudah segera terpecah menjadi beberapa bagian sebagai berikut :
4
pendalaman Aceh. Inilah yang kemudian menjadi Suku Batak Gayo dan Batak
Alas. Walau berada di wilayah Aceh namun kelompok ini tidak pernah
terpengaruh oleh Aceh. Tulisan dan Bahasa tetaplah Batak.
3. Kelompok Ketiga mendarat di Muara Sungai Sorkam (antara Barus dan Sibolga).
Masuk ke pendalaman mencari daerah yang terisolir dan bermukim di kaki gunung
Pusuk Buhit. Inilah yang akhirnya menjadi cikal bakal orang Batak sekarang.
Suku Batak di Tanah Batak mendirikan permukiman yang pertama di tepi Danau
Toba di kaki Gunung Pusuk Buhit yang bernama Sianjur Sagala Limbong Mulana .
Tempat ini sangat terjamin dimana jika dilihat dari segi geografisnya sendiri, permukiman
ini berada di ketinggian 900 meter berada jauh dari pinggir danau Toba dan memiliki
sumber air untuk irigasi yang sangat banyak.
A. Bahasa
Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang Batak menggunakan beberapa
logat, ialah:
B. Pengetahuan
Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok
tanam. Dalam bahasa Karo aktivitas itu disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal
itu disebut Marsiurupan. Sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama
mengerjakan tanah dan masing-masing anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan
satu pranata yang keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiri tergantung kepada
persetujuan pesertanya.
C. Teknologi
Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana yang
dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak
(tenggala dalam bahasa Karo), tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-
sabi) atau ani-ani. Masyarakat Batak juga memiliki senjata tradisional yaitu, piso surit
(sejenis belati), piso gajah dompak (sebilah keris yang panjang), hujur (sejenis tombak),
podang (sejenis pedang panjang). Unsur teknologi lainnya yaitukain ulos yang merupakan
kain tenunan yang mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak.
D. Organisasi Sosial
5
Adapun organisasi sosial suku batak adalah sebagai berikut:
1. Perkawinan
Pada tradisi suku Batak seseorang hanya bisa menikah dengan orang Batak yang
berbeda klan sehingga jika ada yang menikah dia harus mencari pasangan hidup dari
marga lain selain marganya. Apabila yang menikah adalah seseorang yang bukan dari
suku Batak maka dia harus diadopsi oleh salah satu marga Batak (berbeda klan). Acara
tersebut dilanjutkan dengan prosesi perkawinan yang dilakukan di gereja karena mayoritas
penduduk Batak beragama Kristen. Untuk mahar perkawinan-saudara mempelai wanita
yang sudah menikah.
2. Kekerabatan
Kelompok kekerabatan suku bangsa Batak berdiam di daerah pedesaan yang
disebut Huta atau Kuta menurut istilah Karo. Biasanya satu Huta didiami oleh keluarga
dari satu marga.Ada pula kelompok kerabat yang disebut marga taneh yaitu kelompok
pariteral keturunan pendiri dari Kuta. Marga tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu
misalnya nama marga. Klen kecil tadi merupakan kerabat patrilineal yang masih berdiam
dalam satu kawasan. Sebaliknya klen besar yang anggotanya sdah banyak hidup tersebar
sehingga tidak saling kenal tetapi mereka dapat mengenali anggotanya melalui nama
marga yang selalu disertakan dibelakang nama kecilnya.
Stratifikasi sosial orang Batak didasarkan pada empat prinsip yaitu :
E. Mata Pencaharian
Pada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Lahan
didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap kelurga mandapat tanah tadi tetapi
tidak boleh menjualnya. Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan.
Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan kerbau,
sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk
disekitar danau Toba. Sektor kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan,
ukiran kayu, temmbikar, yang ada kaitanya dengan pariwisata.
F. Religi
Pada abad 19 agama islam masuk daerah penyebaranya meliputi batak selatan .
Agama kristen masuk sekitar tahun 1863 dan penyebaranya meliputi batak utara.
Walaupun d emikian banyak sekali masyarakat batak didaerah pedesaan yang masih
mmpertahankan konsep asli religi pendduk batak. Orang batak mempunyai konsepsi
bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan oleh Debeta Mula Jadi Na Balon dan
bertempat tinggal diatas langit dan mempunyai nama-nama sesuai dengan tugasnya dan
kedudukanya . Debeta Mula Jadi Na Balon : bertempat tinggal dilangit dan merupakan
maha pencipta; Siloan Na Balom: berkedudukan sebagai penguasa dunia mahluk halus.
Dalam hubungannya dengan roh dan jiwa orang batak mengenal tiga konsep yaitu :
6
Tondi: jiwa atau roh;
Sahala : jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang;
Begu : Tondinya orang yang sudah mati.
Orang batak juga percaya akan kekuatan sakti dari jimat yang disebut Tongkal.
G. Kesenian
Seni Tari yaitu Tari Tor-tor (bersifat magis); Tari serampang dua belas (bersifat
hiburan). Alat Musik tradisional : Gong; Saga-saga. Hasil kerajinan tenun dari suku batak
adalah kain ulos. Kain ini selalu ditampilkan dalam upacara perkawinan, mendirikan
rumah, upacara kematian, penyerahan harta warisan, menyambut tamu yang dihormati dan
upacara menari Tor-tor. Kain adat sesuai dengan sistem keyakinan yang diwariskan nenek
moyang.
Tarian adat: gerakan tangan Ukiran: corak hitam, merah dan putih
7
Dari Parapat sendiri ada pelabuhan feri yang melayani perhubungan air ke Pulau
Samosir tepatnya ke pelabuhan Ajibata. Bila tidak melalui Parapat, maka untuk mencapai
Pulau Samosir lewat perhubungan darat seseorang harus mengitari tepian Danau Toba
sampai ke Pangururan karena di sanalah Pulau Samosir berhubungan dengan daratan
Pulau Sumatera.
Parapat sangat terkenal dengan keindahan danau tobanya. Kota ini menjadi objek
wisata terkenal di Sumatera Utara . Bahkan, di era 1990-an, tepatnya sebelum tahun 1997,
kota ini menjadi destinasi favorit para turis-turis luar negeri, terutama berasal dari
Belanda, Malaysia, Singapura , Jerman , Jepang, Korea, bahkan ada juga yang berasal dari
Amerika.
8
Saat berjalan ke arah tebing di tepi Danau Toba, tiba-tiba ia terperosok ke dalam
sebuah lubang batu besar hingga masuk ke dasarnya. Dan, karena berada di dasar lubang
yang sangat gelap, membuat gadis cantik itu menjadi takut dan berteriak minta tolong
kepada anjing kesayangannya. Namun karena Si Toki hanyalah seekor binatang, maka ia
tidak dapat berbuat apa-apa kecuali terus-menerus menggonggong di sekitar mulut lubang.
Akhirnya gadis itu pun semakin putus asa dan berkata dalam hati, Ah, lebih baik
aku mati saja.
Setelah berkata seperti itu, entah mengapa dinding-dinding lubang tersebut mulai
merapat. Parapat! Parapat batu! seru Seruni agar dinding batu semakin merapat dan
menghimpit tubuhnya.
Melihat kejadian itu Si Toki langsung berlari ke rumah untuk meminta bantuan.
Sesampainya di rumah Si Toki segera menghampiri orang tua Seruni yang kebetulan
sudah berada di rumah. Sambil menggonggong, mencakar-cakar tanah dan mondar-mandir
di sekitar majikannya, Si Toki berusaha memberitahukan bahwa Seruni dalam keadaan
bahaya.
Sadar akan apa yang sedang diisyaratkan oleh si anjing, orang tua Seruni segera
beranjak menuju ladang. Keduanya berlari mengikuti Si Toki hingga sampai ke tepi
lubang tempat anak gadis mereka terperosok. Ketika mendengar jeritan anaknya dari
dalam lubang, sang Ibu segera membuat obor sebagai penerang karena hari telah senja.
Sementara sang Ayah berlari kembali menuju desa untuk meminta bantuan para tetangga.
Tak berapa lama kemudian, sebagian besar tetangga telah berkumpul di rumah
ayah Seruni untuk bersama-sama menuju ke lubang tempat Seruni terperosok. Mereka ada
yang membawa tangga bambu, tambang, dan obor sebagai penerangan.
Sesampainya rombongan di ladang, sambil bercucuran air mata Ibu Seruni berkata
pada suaminya, Pak, lubangnya terlalu dalam dan tidak tembus cahaya. Saya hanya
mendengar sayup-sayup suara anak kita yang berkata: parapat, parapat batu
Tanpa menjawab pertanyaan isterinya, Ayah Seruni segera melonggok ke dalam
lubang dan berteriak, Seruniii! Serunii!
Serunianakku! Kami akan menolongmu! sang Ibu ikut berteriak.
Beberapa kali mereka berteriak, namun tidak mendapat jawaban dari Seruni.
Hanya suara Seruni terdengar sayup-sayup yang menyuruh batu di sekelilingnya untuk
merapat dan menghimpitnya.
Warga yang hadir di tempat itu juga berusaha untuk membantu dengan
mengulurkan seutas tambang hingga ke dasar lubang, namun sama sekali tidak disentuh
atau dipegang oleh Seruni.
Merasa khawatir, sang Ayah memutuskan untuk menyusul putrinya masuk ke
dalam lubang, Bu, pegang obor ini! Saya akan turun menjemput anak kita!
Jangan gegabah, Pak. Lubang ini sangat berbahaya! cegah sang istri.
Benar Pak, lubang ini sangat dalam dan gelap, sahut salah seorang tetangganya.
Setelah ayah Seruni mengurungkan niatnya, tiba-tiba terdengar suara gemuruh dan
bumi pun berguncang dahsyat yang membuat lubang secara perlahan merapat dan tertutup
dengan sendirinya. Seruni yang berada di dalam lubang akhirnya terhimpit dan tidak dapat
diselamatkan.
Beberapa saat setelah gempa berhenti, di atas lubang yang telah tertutup itu
muncullah sebuah batu besar yang menyerupai tubuh seorang gadis yang seolah-olah
menggantung pada dinding tebing di tepi Danau Toba. Orang-orang yang melihat kejadian
itu mempercayai bahwa batu itu adalah penjelmaan dari Seruni dan kemudian
menamainya sebagai Batu Gantung.
9
Dan, karena ucapan Seruni yang terakhir didengar oleh warga hanyalah parapat,
parapat, dan parapat, maka daerah di sekitar Batu Gantung kemudian diberi nama
Parapat. Kini Parapat telah menjelma menjadi salah satu kota tujuan wisata di Provinsi
Sumatera Utara.
10
bukti tentang adanya kehidupan di bawah timbunan abu Gunung Toba. Padahal sumber
letusan berjarak 3.000 mil, dari sebaran abunya.
Selama tujuh tahun, para ahli dari oxford University tersebut meneliti projek
ekosistem di India, untuk mencari bukti adanya kehidupan dan peralatan hidup yang
mereka tinggalkan di padang yang gundul. Daerah dengan luas ribuan hektare ini ternyata
hanya sabana (padang rumput). Sementara tulang belulang hewan berserakan. Tim
menyimpulkan, daerah yang cukup luas ini ternyata ditutupi debu dari letusan gunung
berapi purba.
Penyebaran debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan hampir di seluruh
dunia. Berasal dari sebuah erupsi supervolcano purba, yaitu Gunung Toba. Dugaan
mengarah ke Gunung Toba, karena ditemukan bukti bentuk molekul debu vulkanik yang
sama di 2100 titik. Sejak kaldera kawah yang kini jadi danau Toba di Indonesia, hingga
3000 mil, dari sumber letusan. Bahkan yang cukup mengejutkan, ternyata penyebaran
debu itu sampai terekam hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli, betapa
dahsyatnya letusan super gunung berapi Toba kala itu.
Jika anda sudah sampai di Parapat, sayang sekali jika Anda tidak mengunjungi
Tomok, sebuah desa kecil di pesisir timur Pulau Samosir. Sebagai gerbang timur Pulau
Samosir, banyak atraksi dan keelokan Tomok yang menjadi potensi wisata dan menarik
perhatian wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Banyaknya makam dan benda-benda
11
peninggalan dari zaman megalitikum dan zaman purba menjadikan lokasi ini sebagai salah
satu situs kebudayaan Batak yang sudah cukup terkenal di kalangan wisatawan.
Jika perjalanan dari Medan menuju Parapat memakan waktu sekitar 4 5 jam,
maka dari Parapat menuju Tomok sendiri akan menempuh waktu kurang lebih 1 jam
untuk menyeberang ke pesisir Pulau Samosir ini. Bila Anda membawa kendaraan roda
empat, Anda bisa menyeberang ke Pulau Samosir menggunakan ferry. Sedangkan yang
berencana berkeliling dengan berjalan kaki atau hendak menyewa motor nantinya, Anda
bisa menumpang kapal dengan cukup membayar Rp 5.000,- saja (2014). Lokasi di mana
Tomok berada sangat mudah dijangkau karena posisinya berada di tepi dermaga. Dari
dermaga ini, Anda cukup berjalan sebentar untuk menemukan Desa Tomok.
Turun dari kapal penumpang dan berhasil menjejakkan kaki di tanah Samosir,
Anda akan memasuki Desa Tomok. Memasuki gerbang Desa Tomok, Anda harus
membayar tiket masuk sebesar beberapa ribu rupiah saja. Tidak perlu merogoh kocek
terlalu dalam. Beberapa langkah dari pintu masuk, sebuah tugu putih berdiri kokoh
menyambut kedatangan para pengunjung. Spot yang bagus untuk mengabadikan
kedatangan Anda di gerbang Pulau Samosir ini. Dibaliknya, terdapat bangunan besar
beratapkan khas rumah Batak Selamat Datang di Tomok.
12
Setelah mampir dan melihat-lihat rumah adat Batak beserta patung legendaris
Sigale-gale, Anda bisa mengunjungi makam raja kuno Sidabutar. Ketika memasuki
kompleks makam, terlihat beberapa batu berukirkan kepala manusia. Batu tersebut
merupakan peti atau kubur yang tidak dimasukkan ke dalam tanah, melainkan berada di
permukaan tanah. Di dalam peti tersebut telah dimakamkan raja-raja keturunan Sidabutar.
Di sinilah letak keunikan dari makam tersebut yang menarik untuk diketahui lebih jauh
lagi.
Setelah mengunjungi makam raja kuno Sidabutar, Anda bisa melanjutkan wisata
sejarah dan budaya di Desa Tomok ini dengan menuju ke Museum Batak. Museum ini
dibangun menyerupai rumah adat Batak. Museum ini memiliki sejumlah koleksi
diantaranya adalah beberapa peninggalan seperti senjata, pakaian adat, dan alat rumah
tangga orang Batak kuno. Jika Anda ingin mengabadikan gambar sebagai kenang-
kenangan, Anda diperkenankan memakai pakaian adat Batak yang tersedia. Untuk
mengunjungi museum ini, Anda tidak akan dipungut biaya apa pun.
Pada bagian kanan kirinya, ada bentukan 2 cecak yang berhadapan dan
ditengahnya ada 4 buah dada wanita:
13
Tapi jangan berpikiran negatif dahulu. Hiasan itu adalah hiasan khas Batak yang
penuh makna.
Buah dada itu adalah lambang dari seorang Ibu, lambang kasih sayang, lambang
kehidupan, sekaligus lambang kesuburan. Untuk itulah orang Batak selalu menjunjung
dan mengikuti apapun kata Ibunya. Karena itulah dulu wanita idaman pria Batak (konon)
berpinggul & buah dada besar. Wanita seperti itu, disebut TOMOK, alias denok, alias
bahenol, alias semok.
Sedangkan cicak adalah simbol Batak. Orang Batak diharapkan bisa seperti Cicak,
mampu hidup di rumah manapun ia berada, mampu menempel, melekat dan merayap.
Dalam keadaan genting tetap mampu menyelamatkan diri dengan mengecoh musuh
memanfaatkan kecerdasannya dan ada dimana-mana.
Untuk memasuki objek wisata sejarah ini, pertama-tama Anda harus mengenakan
ulos. Ulos adalah sebuah kain dengan corak khas etnis Batak. Ya, memakai ulos di
kawasan ini adalah pertanda kesopanan bahwasanya setiap wisatawan yang masuk ke
kawasan ini harus menghormati dan menghargai leluhur etnis Batak. Cara memakainya
adalah dengan menyelempangkannya di bahu secara silang.
Ulos tersebut sudah disediakan oleh keluarga keturunan dari Raja Sidabutar bagi
para wisatawan yang akan berkunjung ke objek wisata sejarah ini, tepat berada di depan
gerbang pintu masuk. Kemudian ulos tersebut harus dikembalikan setelah selesai
berkunjung ke objek wisata sejarah yang terdapat di kawasan ini.
Namun jangan khawatir, untuk memasuki kawasan objek wisata sejarah di Tomok
ini sama sekali tidak dikenakan retribusi ataupun biaya untuk kain ulos, sebab pihak
pengelola sudah membuka objek wisata sejarah ini secara gratis untuk para wisatawan.
Sekilas cara seperti ini hampir sama ketika masuk Candi Borobudur di Magelang, dimana
wisatawan wajib menggunakan sarung batik yang telah di sediakan oleh pihak pengelola.
Diantara makam-makam yang terdapat di Pulau Samosir, ada sebuah makam yang
cukup populer karena merupakan makam dari seorang tokoh masyarakat Batak yang
pernah berkuasa di sekitar Pulau Samosir, tepatnya di daerah Tomok. Makam tersebut
adalah Makam Raja Sidabutar, yang kini telah dijadikan objek wisata sejarah di Tano
Batak oleh Dinas Pariwisata.
14
Menurut catatan sejarah, Raja Sidabutar adalah orang pertama yang bermukim di
Tomok dari Gunung Pusuk Buhit, yang dikenal oleh masyarakat sebagai daerah asalnya
nenek moyang etnis Batak. Raja Sidabutar mulai membangun pemukiman di daerah ini
sekitar ratusan tahun yang lalu dan seiring dengan berjalannya waktu pemukiman di
daerah Tomok ini pun semakin luas dengan perkembangan generasi-generasinya.
Menurut informasi, dahulunya Raja Sidabutar juga merupakan seorang penguasa
di daerah Tomok, namun daerah kekuasaannya tidaklah sebesar Raja-Raja di daerah
lainnya. Sebab dalam adat Batak, kekuasaan seseorang yang bergelar Raja diibaratkan
seperti seorang kepala desa ataupun seorang pemuka adat yang cukup terpandang,
sehingga Raja Sidabutar tidak mempunyai kekuasaan yang absolut seperti raja-raja pada
umumnya.
Kini, daerah Tomok sendiri masih dipadati oleh pemukiman masyarakat beretnis
Batak maupun masyarakat pendatang dari berbagai daerah di Sumatera Utara, bahkan
beberapa generasi dari keturunan dari Raja Sidabutar pun masih sering dijumpai di daerah
ini.
Sekedar informasi, di kawasan ini antara satu situs sejarah dengan situs sejarah
lainnya letaknya memang sangat berdekatan. Dan untuk mempermudah wisatawan yang
berkunjung, kawasan ini juga dijadikan sebuah kompleks wisata sejarah di Pulau Samosir.
Namun, diantara semua objek wisata tersebut tampak Makam Raja Sidabutar memang
paling mencolok selain Batu Parsidangan dan Ruma Batak.
Tentunya Anda tidak perlu menjelajah terlalu jauh dari satu lokasi ke lokasi
lainnya seperti yang terdapat di beberapa situs sejarah yang lainnya, sebab di kawasan ini
Anda sudah dapat melihat semua situs sejarah tersebut. Bahkan apabila Anda ingin
mengetahui lebih jelas tentang cerita dari situs sejarah tersebut, Anda juga dapat
menggunakan jasa pemandu perjalanan yang terdapat di sekitar Pulau Samosir. Bahkan
para pemandu perjalanan pun juga mengetahui cerita-cerita tentang sejarah raja-raja Batak
yang pernah berkuasa di Pulau Samosir dan sekitarnya.
Makam Raja Sidabutar bentuknya memang cukup unik dengan petinya yang
terbuat dari batu pahatan berupa sarkofagus. Namun batu tersebut terlihat menyambung
antara satu sama lain, sebab batu yang digunakan untuk membuat peti tersebut memang
bentuknya sangat besar.
Di bagian depan peti batu terdapat pahatan wajah Raja Sidabutar, pahatan tersebut
pun tampak menyambung dengan peti batu. Di atas peti tersebut terdapat sebuah pita yang
berwarna merah, putih dan hitam yang menghiasinya, bahkan pita-pita tersebut juga
terlihat di beberapa situs sejarah lainnya di kawasan ini.
Tak hanya itu, di sebelah makam Raja Sidabutar juga terdapat makam dari
beberapa orang keluarga Raja Sidabutar, seperti Raja Tomok kedua yang bentuk petinya
hampir menyerupai peti batu Raja Sidabutar, hanya saja ornamennya sedikit berbeda. Dan
kemudian terdapat makam Raja Tomok ketiga yang bernama Solompoan Sidabutar, yang
letaknya persis di sebelah makam Raja Sidabutar.
Namun uniknya, makam Solompoan Sidabutar ini berbeda dengan makam-makam
lainnya yang memiliki ornamen berupa pahatan wajah, sebab di salah satu bagian peti dari
Solompoan Sidabutar terdapat ornamen berbentuk salib yang diyakini masyarakat sekitar
bahwa Solompoan Sidabutar telah memeluk agama Kristen.
15
2.8. Sejarah Tor-Tor Sigale-Gale
16
menceritakan niatnya agar tukang ukir kayu tersebut dapat mengukir sebuah patung
manusia yang menyerupai anaknya dalam waktu selama tiga hari saja, sang tukang ukir
kayu ini pun dapat menyanggupi permintaan sang raja. Dalam pencariannya, sang kudun (
tukang ukir kayu ) ini melihat sebatang pohon yang tidak bercabang dan tidak berdaun dan
besarnya sebesar tubuh manusia di dalam hutan, sang dukun pun menebang kayu tersebut
karena sesuai dengan pesanan sang raja, lalu sang dukun melukis pohon itu dan
mengukirnya berbentuk manusia, seolah olah seperti manusia yang hidup dan
bentuknyapun bertambah cantik setelah diberi berpakaian lengkap dengan perhiasannya.
Alangkah gembiranya hati sang raja Rahat setelah melihat patung itu, karena benar
benar mirip dengan anaknya yang sudah meninggal, rasa sedih hati sang raja pun dapat
terobati maka dilaksanakanlah acara adat pemberangkatan dengan menabuh gendang
untuk memberangkatkan anaknya ke pekuburan untuk dikebumikan, dan patung tersebut
digerak gerakkan tukang ukir kayu inilah sambil menari nari dengan mengikuti irama
gendang ( ogung ) tadi, Usai acara penguburan anaknya, sang raja Rahat pun berpesan
kepada penduduk yang menyaksikan acara penguburan anaknya itu, dan Raja Rahat
mengatakan apabila suatu saat nanti saya telah meninggal dunia, patung yang kalian ukir
inilah teman kalian untuk menari nari di dekat saya, karena saya tidak memiliki anak
lagi, dan patung ini saya beri nama SIGALE GALE , dan seluruh harta yang saya
miliki ini dapat dihabiskan semuanya untuk makan dan minum warga, dan kalaupun ada
seperti saya ini agar sigale gale inilah untuk disuruh menari nari dan dapat
menghabiskan hartanya, agar jangan ada lagi kejadian seperti ini di kampung kita ini
untuk di kemudian hari. Ujar sang raja.
Beberapa tahun kemudian, meninggallah raja Rahat ini tampa memiliki keturunan
lagi, sehingga para warga sekampung berembuklah untuk melaksanakan pesan ( tona )
sang raja semasih hidupnya kepada penduduk kampung, maka diputuskanlah untuk
melaksanakan acara pemakaman seperti yang dipesankan sang raja. Dan Sigale gale pun
di mainkanlah dengan menari nari oleh sang dukun dan seluruh harta sang raja di
habiskan untuk membeli makanan dan minuman, usai acara adat dilaksanakan maka
diantarkanlah sang raja Rahat bersama Sigale gale ke pekuburan untuk di kebumikan
bersama sama. Demikianlah kisah / legenda Sigale gale dibuat menjadi patung yang
diukir menyerupai manusia, bagi masyarakat suku batak kisah ini merupakan pesan atau
tona berupa permohonan kepada Ompu Mulajadi Nabolon ( Tuhan Yang Maha Esa ) agar
warga masyarakat suku batak yang membentuk rumah tangga baru dapat dikaruniai
keturunan dan diberi kehidupan yang lebih baik, Horas.
17
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Daerah Sumatra Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam terutama
budaya batak. Semua suku batak memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat
istiadat, salam khas yang digunakan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa
masing-masing. Keragaman budaya ini sangat mendukung dalam pasar pariwisata di
Sumater Utara. Walaupun begitu banyak keanekaragaman suku batak yang ada di Sumatra
Utara tidak membuat perbedaan antar suku dalam bermasyarakat karena tiap suku dapat
berbaur satu sama lain dengan memupuk kebersamaan yang baik.
Daerah Sumatra Utara juga memiliki potensi yang cukup baik dalam sektor
pariwisata, baik alam, budaya maupun sejarah. Diantaranya kota parapat yang memiliki
keindahan panorama yang menakjubkan, Danau toba dengan sejarah, Pulau Samosir,
makam Raja Sidabutar, Kampung Tomok, Batu Gantung, Patung Sigale-Gale dan masih
banyak lagi.
3.2. Saran
Setelah melakukan perjalanan dan pengamatan, saya memberikan saran sabagai berikut.
1. Menjaga kelestarian peninggalan sejarah agar tidak dimakan oleh perkembangan zaman.
2. Menanamkan keyakinan terhadap norma yang baik yang berlaku dalam adat istiadat
daerah setempat dalam rangka menjaga kelangsungan tatanan kehidupan budaya setempat.
3. Lebih menjolokan sikap saling menghargai dan cinta tanah air terutama pada daerah-
daerah wisata.
4. Menciptakan lingkungan yang serasi dan selaras dengan menaati dan menjalankan
peraturan yang ada pada stiap lokasi peninggalan sejarah.
18
DAFTAR PUSTAKA
usul-legenda-danau-toba.html : internet
batu-gantung.html : internet
sidabutar : internet
sigale-gale : internet
19