Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lambang Kabupaten Ngada


Moto: -

Peta lokasi Kabupaten Ngada


Koordinat: -
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Dasar hukum UUD 1945
Tanggal Peresmian -
Pemerintahan
- Bupati Marianus Sae
- DAU Rp. 350.219.646.000.-(2013)[1]
Luas 1.621 km²
Populasi
- Total 142,254 jiwa 2010

1
- Kepadatan 88 jiwa/km2
Demografi
- Kode area telepsson 0384
Pembagian administratif
- Kecamatan 9 Kecamatan
- Kelurahan -
Simbol khas daerah

Kabupaten Ngada adalah sebuah kabupaten di bagian tengah pulau Flores, provinsi Nusa
Tenggara Timur, Indonesia. Ibu kota kabupaten adalah Bajawa. Luas wilayah 1.621 km²
dengan jumlah penduduk 142.254 jiwa.

http://www.ngadakab.go.id.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan Kabupaten Ngada.
2. Menjelaskan sejarah singkat Kabupaten Ngada.
3. Menjelaskan sistem mata pencaharian.
4. Menjelaskan sistem kekerabatan masyarakat.
5. Menjelaskan sistem perkawinan.
6. Menjelaskan sistem kesenian.
7. Menjelaskan bahasa.
8. Menjelaskan sistem kepercayaan.
9. Menjelaskan sistem pendidikan.
10. Menjelaskan sistem teknologi.
11. Menjelaskan sistem transportasi

C. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang
diajukan pada rumusan masalah dengan mendeskripsikan profil Kab.Ngada dan
menjelaskan unsur-unsur yang terkandung.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kabupaten Ngada
Kabupaten Ngada adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Timur yang
terletak di sebelah timur dari Pulau Flores, dengan ibukota kabupaten adalah Bajawa. Secara
administratif Kabupaten Ngada berbatasan langsung dengan Kabupaten Manggarai dan
Kabupaten Ende serta Kabupaten Sikka. Kota-kota tersebut dihubungkan oleh transportasi
jaringan jalan arteri primer yang berhubungan antara ibukota Kabupaten Ende, Kota Ruteng
(ibukota kabupaten Manggarai), dan Kota Maumere (ibukota Kabupaten Sikka). Sedangkan
untuk mencapai Kabupaten Ngada dari luar Pulau Flores dapat menggunakan jalur laut
melalui Pelabuhan Aimere dan jalur pesawat di bandara So’a.

Kabupaten Ngada ini mengandalkan sektor pertanian, pertambangan dan penggalianserta


industri sebagai sektor penggerak perkembangannya. Kabupaten Ngada memiliki kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu (kapet) Mbay, sehingga memungkinkan kawasan ini
berkembang menjadi pusat produksi, pengolahan dan perdagangan hasil-hasil pertanian
mengingat posisi strategis dan dukungan sumber daya alam yang dimilikinya. Kehadiran
Kapet Mbay pada wilayah ini merupakan penggerak ekonomi yang sangat berharga bagi
perekonomian Ngada secara keseluruhan. Permasalahan yang sering timbul adalah
penyediaan masalah prasarana dan sarana serta sumber daya manusia yang belum memadai.

www.ngadakab.go.id

Badan pusat statistik Kabupaten Ngada.

05 Oktober 2017

 September 2017 Nusa Tenggara Timur Inflasi 0,37 persen.


 Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Bintang dan Angkutan
Udara Agustus 2017.
 Nilai Tukar Petani (NTP) September 2017 sebesar 103,00.
 Perkembangan Ekspor dan Impor NTT Bulan Agustus 2017.

07 September 2017

 Perkembangan Ekspor dan Impor NTT Bulan Juli 2017.


 Nilai Tukar Petani (NTP) Agustus 2017 sebesar 102,33.
 Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Bintang dan Angkutan
Udara Juli 2017

https://ngadakab.bps.go.id.

3
B. Sejarah Singkat Kabupaten Ngada.

Rumah adat di wilayah Ngada. (Foto: Ist)

Kabupaten Ngada terbentuk pada tahun 1958, melalaui Undang-undang No. 69


Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam wilayah Daerah
Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Kabupaten ini
merupakan gabungan 3 (tiga) buah Swapraja yaitu Swapraja Ngadha, Swapraja Nagekeo
dan Swapraja Riung sehingga corak budaya dan ragam sosial yang dimiliki sangat
bervariasi yang juga memberikan ciri dan corak khusus pada perilaku masyarakatnya.
Dari aspek historis pemerintahan, sebelum pembentukan Desa-desa gaya baru, wilayah
jenjang pemerintahan di Kabupaten Ngada dikenal Swapraja dengan membawahi
beberapa hamente sebagai berikut:

a. Swapraja Ngada terdiri dari 10 Hamente :

1. Ngada Bawa
2. Wogo
3. Inerie I
4. Inerie II
5. Naru
6. Langa
7. Mangulewa
8. Soa
9. Susu
10. Kombos

b. Swapraja Nagekeo terdiri dari 18 Hamente :

1. Boawae
2. Deru Rowa
3. Raja
4. Dhawe
5. Munde

4
6. Riti
7. Tonggo
8. Wolowae
9. Lejo
10. Kelimado
11. Maukeli
12. Ndora
13. Munde
14. Keo Tengah
15. Pautola
16. Nataia
17. Sawu
18. Rendu

c. Swapraja Riung terdiri dari 3 Hamente :

1. Riung
2. Tadho
3. Lengkosambi

Keberadaan 3 buah Swapraja dengan 33 buah hamente dengan jumlah dan penyebaran
penduduk di atas wilayah dengan kondisi geografis yang bergunung dan lembah turut
membentuk pola dan perilaku masyarakat atau penduduk Kabupaten Ngada sangat heterogen.
Keadaan yang demikian heterogen baik menyangkut manusia, pola dan tingkah lakunya,
keadaan tanah dan kesuburan serta keadaan sosial budaya, memberikan dan membutuhkan
pola dan warna tersendiri dalam pelaksanaan dan berbagai pendekatan pelayanan
kepemerintahan.

Sejarah pembentukan Kecamatan di Kabupaten Ngada berdasarkan Keputusan Gubernur


Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur tanggal 28 Pebruari 1962, Nomor :
Pem.66/1/2 tentang Pembentukan 64 buah Kecamatan dalam Propinsi Nusa Tenggara
Timur, maka daerah Kabupaten Ngada dibagi atas 6 kecamatan yaitu :

a) Kecamatan Ngada Utara


b) Kecamatan Ngada Selatan
c) Kecamatan Nage Utara
d) Kecamatan Nage Tengah
e) Kecamatan Keo
f) Kecamatan Riung

Selanjutnya dengan keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur
tanggal 20 Mei 1963 Nomor Pem. 66/1/32 tentang Pemekaran Kecamatan Keo menjadi
Kecamatan Mauponggo dan Kecamatan Nangaroro, maka jumlah Kecamatan dalam Daerah
Kabupaten Ngada menjadi 7 buah, dan dengan keputusan yang sama terdapat perubahan
nama kecamatan dalam Daerah Tingkat II Ngada yaitu :

5
1) Kecamatan Ngada Utara menjadi Kecamatan Bajawa.
2) Kecamatan Ngada Selatan menjadi Kecamatan Aimere.
3) Kecamatan Nage Tengah menjadi Kecamatan Boawae.
4) Kecamatan Nage Utara menjadi Kecamatan Aesesa

Demi kelancaran jalannya roda pemerintahan serta memperhatikan keinginan


masyarakat setempat, maka dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa
Tenggara Timur tanggal 6 Juli 1967 Nomor Pem. 66/1/32, maka dari sebagian wilayah
Kecamatan Bajawa dan Kecamatan Aimere dibentuk sebuah Kecamatan yang bernama
Wogo Mangulewa. Sehingga dari dua Kecamatan tersebut (Kecamatan Bajawa dan
Kecamatan Aimere) menjadi 3 buah Kecamatan yaitu Kecamatan Bajawa, Kecamatan
Aimere, dan Kecamatan Wogo Mangulewa. Dengan penambahan sebuah kecamatan
tersebut, maka jumlah kecamatan dalam Kabupaten Daerah Tingkat II Ngada menjadi 8
buah. Kecamatan Wogo Mangulewa ini diresmikan pada tanggal 17 Agustus 1967.

Dalam perkembangan selanjutnya terjadi perubahan yakni melalaui keputusan Bupati


Kepala Daerah Tingkat II Ngada Nomor 3 tahun 1970 nama Kecamatan Wogo Mangulewa
ini lebih disingkat dengan sebutan Kecamatan Golewa. Berdasarkan keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur tanggal 7 Pebruari 1970 Nomor 19 tahun
1970, terbentuklah Koordinasi Pemerintahan Kota (Kopeta)Bajawa dalam Kabupaten
Daerah Tingkat II Ngada, yang berpusat di Bajawa dengan scope wilayah yang meliputi
Desa Bajawa, Djawameze, Kisanata, Tanalodu, Ngedukelu dan Trikora. Koordinator
pemerintahan kota Bajawa ditingkatkan statusnya menjadi kecamatan penuh dengan nama
Kecamatan Ngada Bawa (definitif) sesuai dengan PP Nomor 29 Tahun 1992 tentang
pembentukan 6 kecamatan di Wilayah Propinsi NTT.

2011-2013 Website Pemerintahan Kabupaten Ngada

[http:www.ngadakab.go.id/sejarah-ngada]

Suku-suku yang ada di Kabupaten Ngada.

Kabupaten Ngada memiliki tiga suku besar, yaitu :

 Suku Nagekeo
 Suku Bajawa
 Suku Riung

6
https://www.kompasiana.com/fajarbaru/mengenal-kebudayaan-bajawa-sekilas-
pandang_550d4d3e8133111422b1e3b8

C. Sistem Mata Pencaharian.


Ada beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa masing-masing kesatuan adat istiadat
di Bajawa (Ngada) mempunyai pranata ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya
antara lain :

1. Masyarakat di Kecamatan So’a merupakan pendukung kebudayaan parawitu


( kebudayaan berburu).
2. Masyarakat di Bajawa khususnya Naru, Watujaji, Mangulewa, Aimere, Bou-bou,
Boripo, Nua Lima Zua, Langa, merupakan pendukung kebudayaan Reba
( kebudayaan tahun baru dan panen).
3. Pendukung kebudayaan bertani dalam arti luas ialah pendukung Ngadhu/Peo, yang
terjadi pada sebagian adat Bajawa (Ngada) dan Kecamatan Riung.

Secara tradisisonal pola bercocok tanam sejak dahulu berkebudayaan Kea Kala (tebas
bakar), yang ditandai dengan menebas hutan dengan pohon-pohon besar yang rindang dan
tinggi.

Pekerjaan lebih mudah karena rumput yang tumbuh dibawahnya lembab dan mudah
dibersihkan. Dalam mencari lahan yang lebih subur, masyarakat Bajawa mengenal ungkapan
“gae semu nu oe lina”. Rangkaian upacara pertanian di tandai dengan beberapa situs. Secara
tradisional memilih tempat yang cocok untuk berladang, bersawah yang memiliki
serangkaian acara dengan mengorbankan darah hewan. Hal ini karena membuka hutan baru,
menebang pohon-pohon perlu mendapat ijin dari penguasa hutan. Ritus upacara pertanian di
dahului oleh satu acara memohon datangnya hujan yaitu “Enga ae uza”, kemudian di acara
“Ghoro Nio” (tarik kelapa) dan “Kela Nio” (belah kelapa) untuk memberi makan bumi,
membuat dingin tanah, disusul dengan acara “Bu siu” (mengikuti suara burung), upacara ini
bertujuan untuk membutakan mata burung supaya tidak melihat biji-bijian yang di tanam.

Semua pekerjaan pertanian dapat dilakukan bergotong-royong, waktu bekerja kebun baik
sebelum sampai dengan sesudah menanam, rangakaian pekerjaan dilakukan dengan gotong
royong mengenal istilah “ Kabho tawo ne’e sozo wozo” (kerja sama dalam penggarapan
tani). Bentuk gotong-royong lainnya seperti :

7
1. Rau Zo, Leza Kaba :
Seluruh rakyat dapat diijinkan menanam penanaman pertama dan pemetikkan hasil
panen untuk padi dan jagung secara simbolis tetap dilakukan oleh wanita karena
merka jugalah yang menentukan bibit terbaik dari padi dan jagung.
2. Moni Uma/Doko Uma/Anakola :
Acara perayaan ladang sesudah panen, hasil diikat dalam simpul-simpul dan di
masukan dalam lumbung.

http://tentangflobamorata.blogspot.com/2013/04/letak/geografis-dan-
matapencaharian11.hmtl.

D. Sistem Kekerabatan Masyarakat


Arti keluarga dalam masyarakat Bajawa umumnya selain terdekat dalam bentuk
keluaraga inti “Sa’o (rumah), maka keluarga yang lebih luas ialah se pendukung satu simbol
pemersatu (Satu peo, Satu ngadhu, Satu bhaga). Ikatan nama membawa hak-hak dan
kewajiban tertentu, sebagai contoh sebagai anggota kekerabatan dari kesatuan adat istiadat
harus taat kepada kepala suku terutama atas tanah. Atas kenyataan ini maka masyarakat
pendukung suku mempunyai sebuah rumah pokok (adat) dengan seorang yang mengepalai
bagian pangkal “Ngadhu ulu sa’o saka pu’u”.

Semua anggota keluarga diharuskan taat juga kepada kepala keluarga dengan satu prinsip
yang disebut “Ulu sa’o lie ne’e teda toko sipolali” dan klen besar dari rumah-rumah klen inti
itu membentuk klen kecil atau “Woe” misalnya Woe ngadhu. Secara tradisional rumah adat
Bajawa sejak dulu ditandai dengan “Weti” ukiran ragam motif. Ukiran-ukiran di buat dalam
sebilah papan dan diletakkan pada dasar dinding panggung. Bentuk ukiran sangat bervariasi
dari yang paling sederhana sampai yang bertaraf atas misalnya “Sa’o, sa’o keka, sa’o lipi
wisu, sa’o dawu ngongo”. Rumah-rumah itu bergabung dalam pola perkampungan yang
letaknya dibukit-bukit keliling kampung di pagari benteng batu seperti di baghi, watu api.

Sistem/pelapisan sosial di sebut “ata/riwu ga’e” yang memiliki hak-hak khusus dalam
persekutuan adat, mengambil bagian pokok dalam upacara adat, seperti urusan konsumsi,
kebersihan lingkungan pesta, akomodasi dan perlengkapan. Lapisan menengah
disebut ,,”Ga’e kisa,,” yang menjadi penengah/jembatan antara lapisan atas dan
terbawah. Lapisan terbawah adalah “ho’o”, yaitu orang-orang kecil atau budak.

Para istri setiap lapisan terutama pelapisan atas dan menengah


disebut ,,’inegae/finegae,,’ dengan tugas utama menjadi kepala rumah yang memutuskan
segala sesuatu di rumah mulai pemasukan dan pengeluaran. Disamping struktur-struktur
tersebut, maka di kenal pula

“Mori lengi” atau “Mori nua” (mereka di hormati karena mereka adalah suku atau orang
tertua yang mendirikan kampung induk), “Mori wesu tana” (tuan tanah), “Mori wesu
sudu” (menetapkan saat di adakan tinju), “Mori sobhi” (pemegang kalender adat), “Mori
sudu” (menetapkan saat di adakan tinju), “Mori sobhi” (pemegang kalender adat), “Mori
sao saka puu” (kepala rumah adat).

8
Disamping penggolongan masyarakat berdasarkan pelapisan, maka masyarakat Ngada
(Bajawa) juga mengenal beberapa organisasi sosial yang berfungsi gotong royong, sebagai
contoh perkumpulan “kee kaka” (kerja sama menyumbangkan nasi yang empunya hajat).
Organisai sosial tersebut dibentuk berdasarkan pengelompokan fungsi dalam bidang
pertanian (rau zo) untuk kerja bergilir, kelompok menyumbangkan tenaga, materil “suu papa
suru” atau “sa’a papa laka”.

http://tentangflobamorata.blogspot.com/2013/04/sistem-sosial-masyarakat-bajawa.html?m=1

E. Sistem perkawinan

Ritus perkawinan atau zeza/tu ngawu di bajawa nampaknya sama bagi semua kultur.
Perbedaan hanya pada tatacara perminangan, pembayaran belis dan upacara perkawinan,
tetapi tahap-tahapnya sama, di setiap kampung memiliki perbedaan sistem perkawinan.
Sistem perkawinan di Bajawa antara lain :

a. Kawin masuk
b. Kawin keluar

Tahap perkenalan dan pacaran (Papa Tei Tewe Moni Neni)

Tahap ini merupakan tahap mencari jodoh yang dilakukan sendiri oleh sang pria. Hasil
temuanya disampaiakn kepada orang tuanya untuk diproses lebih lanjut dengan tata urusan
yang mulai melibatkan keluarga besar dan anggota suku. Pada tahap ini ada beberapa sub-
tahap yang harus dilewati.

 Beku Mebhu Tana Tigi (hancurnya dedaunan di sepanjang jalan dan padatnya
tanah yang sering dilalui). Tahap yang bukan dilakukan pemuda kepada pacarnya
tapi oleh ibunya. Ibu sang pemudalah yang aktif ke rumah calon besannya untuk
menyaksikan perilaku dan sifat gadis idamannya untuk anaknya dan mendapatkan
kepastian yang sungguh-sungguh.
 Bere Tere Oka Pale (meletakan tempat untuk sekapur sirih). Pihak laki-
lakimengutus Mosa Laki atau sudara kandungnya dan wanita lainnya yang
dianggap layak dan mampu bersekapur-sirih dengan pihak gadis pinangan dan
keluarganya. Acara ini dilakukan dengan penuh persaudaraan dan keakraban
sebagai suatu kerabat yang saling menerima dala satu ikatan.

9
 Nasa, berarti, kedua calon suami-istri menjalankan pencocokan tingkah laku atau
tahap penyamaan persepsi, visi dan misi, sebelum menikah secara adat. Masa ini di
sebut sebagai masa pertunanganan.
 Zeza, yang merupakan upacara peresmian atau pengesahan perkawinan secara adat.
Dalam upacara zeza ini dilakukan beberapa tirus:
 Zia Ura Ngana. Pada ritus ini babai dan beras diletakkan pada tempat yang
sama lalu di doakan oleh tua adat kemudian dimasak untuk dimakan dalam
acara tersebut.
 Pengurapan darah babi pada pengantin. Darah babi yang dioleskan di dahi
merupakan penegasan seorang laki-laki memasuki rumah wanita.
 Tota Ura Ngana. Untuk membaca kehendak penguasa langit dan bumi para
leluhur guna membimbing, melindungi pengantinsesuai dengan
permohonan yang diharapkan dalam pengucapan doa.
 Bau Gae. Persembahan atau penyajian yang suci kepada penguasa langit
dan bumi dan para leluhur sekaligus memohon perlindungan dan naungan
itu.
 Zeza. Pemberian makan makanan utama berupa daging babi dan nasi yang
disucikan kepada pengantin lelaki sebagai sujud untuk sudah boleh hidup
bersama.
 Ritus Penutup. Acara penutup sering disebut dengan “ka toka inu sobhe,
lese dhe peda pawe”. Yang merupakan makan bersama penutup bagi semua
yang hadir pada upacar tersebut.

http://derosaryebed.blogspot.com/2011/12/perkawinan-adat-masyarakat-ngada-flores.html?
m=1

F. Sistem Kesenian
Tarian tradisional bajawa-kabupaten ngada :

 Soka, adalah sebuah tarian yang sering dilakukan pada acara-acara adat. Jenis-jenis
soka yaitu:
 Soka Sa’o
 Soka Ngadhu
 Soka Bhaga
 Soka Golo
 Soka Jura Langa
 Teke, adalah jenis tarian dan nyanyian adat yang berisikn pantun-pantun ajaran
yang diwariskan dari leluhur yang sering dipentaskan pada tahapan-tahapan
tertentu dalam pembuatan rumah adat Ngadha.
 Lea Manu, jenis tarian yang dipentaskan pada acara Ka Sa’o yang diiringi dengan
Go Laba.
 Wuga Ngusu
 Jai Laba Go, pada saat acara pembuatan Ngadhu, Bhaga, Peo, Ture dan upacara-
upacara penting.

10
 Sedo/O...wi, adalah sebuah tarian masal yang sering dipentaskan pada acara Reba
(Tahun Baru Adat).
 Sago Alu/ Kadhi Dhoga, merupakan tarian yang menguji ketangkasan untuk
melompat di antara mainan atau pukulan bambu yang saling menjepit.

Kegiatan seni:

 Menganyam : Wanita Ngada banyak melakukan kegiatan anyam-anyam yang


biasa disebut “SUBI NANA”. Bahan dasarnya ialah “ZEA” (daun lontar)
kecuali tikar (TE’E) menggunakan daun pandan. Jenis anyaman antara lain:
Bere(tempat siri pinang dan kapur untuk pria), Ripe Oka(tempat siri pinang
dan kapur untuk wanita), Wati (piring anyaman), Te’e (tikar).
 Seni musik/seni suara : Beberapa alat musik dari Ngada,
 Foy doa

Foy Doa ini merupakan alat musik jenis tiup seperti seruling. Alat
musik ini juga dibuat dari dari bambu dengan beberapa lubang di
bagian atasnya. Bedanya dengan seruling biasa adalah Foy Doa
dianggap seruling ganda karena terdiri dari dua seruling atau lebih yang
diikat sejajar menjadi satu. Dahulu alat musik ini merupakan alat musik
sindiran yang biasa dimainkan pada pagi hari. Tujuannya, untuk
membangunkan makhluk hidup dari tidur. Ketika salah satu rumah
membunyikan Foy Doa, maka akan menyindir rumah-rumah lain, yang
penghuninya masih terlelap. Sindiran tersebut bermaksud baik, untuk
berlomba bangun di pagi hari. Sindiran atau dalam bahasa Bajawa
menyebut” papa neke “ berupa lagu yang dialunkan bunyi foi doa,
sesuai selera. Yang paling penting foi doa dibunyikan.

11
 Gong Ngada
Gong Ngada terdiri dari lima buah dan umumya berukuran kecil
(Doa yaitu dua buah gong yang dimainkan seara silih berganti, Dhere
yaitu terdiri dari satu gong, Uto-uto yang juga hanya satu gong, Wela
yaitu gong yang paling tinggi suaranya.
(Floresbangkit.com.)

Lagu rakyat, yaitu:

 O Uwi (lagu untuk menyongsong tahun baru)


 Lea Nore (mendirikan Ngadhu/Peo)

http://guidorudy.blogspot.com/2013/11/ragam-kesenian-di-daerah-bajawa-ngada.html?m=1

G. Bahasa
Bahasa yang digunakan pada masyarakat Kabupaten Ngada pada umumnya menggunakan
bahasa daerah akan tetapi, sekarang sudah digabungkan dengan bahasa pemersatu yaitu
bahasa indonesia.

H. Sistem Kepercayaan.
Pada zaman dahulu masyarakat Kabupaten Ngada masih terikat oleh kepercayaan
animisme dan dinamisme. Akan tetapi dengan adanya berbagai agama yang lahir dan tumbuh
berkembang didunia masyarakat Ngada bermayoritas sebagai penganut Agama Khatolik dan
memiliki sistem kepercayaan kepada Allah yang satu yaitu Tuhan Allah Yang Maha Esa.
Akan tetapi masyarakat Ngada masih percaya kepada leluhur atau nenek moyang atau
’’ine ebu’’ yang sudah lama mendahului dengan cara memberi makan kepada mereka di
dalam rumah adat ‘’sa’o’’.

Sistem kepercayaan animisme yaitu kepercayaan kepada roh- roh orang yang telah
meninggal dan kepercayaan kepada benda- benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib
misalnya batu- batu besar, dan pohon- pohon.

Sistem kepercayaan dinamisme yaitu percaya kepada dewa – dewa atau kepada Tuhan
Yang Maha Esa.

I. Sistem Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat penting , karena dengan pendidikan
setiap orang bisa mencapai kualitas dalam hidupnya dan dengan pendidikan pula dapat
menciptakan manusia yang beraklak baik dan cerdas . Di Kabupaten Ngada sudah tersedia
banyak sekolah – sekolah dari tingkat TK, SD, SMP,SMA, dan perguruan tinggi dengan
fasilitas yang sudah cukup memadai sehingga proses pendidikannya dapat berjalan dengan
baik.

Masyarakat Kabupaten Ngada paling tinggi berpendidikan SMA ,akan tetapi sekarang
masyarakat Kabupaten Ngada banyak mengenyam pendidikan sampai ketingkat perguruan
tinggi sehingga banyak sekali masyarakat Kabupaten Ngada yang sarjana.

12
Masyarakat Ngada beranggapan bahwa pndidikan sangat penting bagi anak-anak karena
mereka berpikir bahwa anak-anak merupakan penerus generasi. Orang tua sangat mendukung
anak-anaknya untuk mengenyam pendidikan agar kelak bisa menjadi orang yang berguna
bagi masyarakat, nusa , dan bangsa.

Perbedaan pendidikan zaman dahulu dengan sekarang

1.Cara belajar

Cara belajar murid pada masa lampau masih menggunakan papan tulis dan kapur untuk
menjelaskan materi – materi yang diberikan oleh guru sedangkan murid menggunakan pena ,
pensil, dan buku untuk menerima materi yang diberikan oleh guru dan pendidikan yang
diajarkan pada saat ini masih tentang nilai- nilai kehidupan pada seorang anak manusia dan
misi utama lembaga pendidikan adalah mengajarkan budi perketi, etika , saling menghargai
dan mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Akan tetapi, seiring
perkembangan zaman dan kemajuan teknologi cara belajar sudah mulai meningkat karena
adanya alat – alat teknologi yang digunakan seperti infokus, dan laptop untuk mempermudah
guru dalam memberi materi – materi kepada murid. Pendidikan sekarang lebih berorientasi
pada bagaimana meningkatkan kecerdasan , prestasi , ketrampilan , dan bagaimana
menghadapi persaingan.

2. Sumber pengetahuan dan informasi

Zaman dahulu berita atau informasi dan ilmu disalurkan dengan sangat lambat para murid
hanya dapat memperoleh pengetahuan dengan membaca buku dan bertanya kepada guru
tetapa, sekarang dengan adanya media komunikasi yang berkembang dengan cepat dalam
kehidupan terutama pada dunia pendidikan murid sudah bisa mendapatkan informasi sendiri
dengan menggunakan internet.

J. Sistem Teknologi.
Pada zaman dahulu. Teknologi yang digunakan untuk untuk menyampaikan suatu masalah
atau berita duka masuh menggunakan surat menyurat, masyarakat tidak mengenal adanya
penerangan atau listrik tetapi mereka lebih mengenal dengan sebutan “PELITA”, belim
mengenal adanya Make Up, dan alat untuk membajak sawah masyarakat dulu lebih
menggunakan kerbau dan sekarang sudah mengenal dengan alat membajak sawah yaitu
“Traktor”.

K. Sistem Transportasi
Alat transportasi yang umum dipakai di Ngada yaitu :

 Oto Kayu atau Bis Kayu

13
Alat transportasi ini dimodifikasi dari kayu yang kuat, dalamnya berupa speaker
untuk musik, tempat duduk panjang yang terbuat dari kayu, dan di samping kiri
dan kanan ada tempat untuk menikmati pemandangan di luar dan merasakan
hembusan angin.
 Oto bemo

Oto bemo hampir mirip dengan oto kayu, hanya oto bemo tidak pernah atau
hampir menaikkan binatang sebagai penumpangnya. Pada oto bemo kita akan
melihat lukisan-lukisan yang tertempel dari depan kaca mobil, yang berupa
boneka dan stiker-stiker lainnya.
 Ojek
Alat transportasi ini sangat berbeda dengan oto bemo, karena ojek ini dapat
mengantar kita sampe ke tempat tujuan dengan tarif yang lebih berbeda dengan
oto bemo.
 Pesawat
Alat transportasi ini lebih cepat dari transportasi lain melalui jalur darat dengan
tarif yang lebih mahal dari alat transportasi lainnya.

Alat transportasi zaman dulu :


 Becak

Alat transportasi ini di gunakan untuk mengangkut barang dan manusia yang tidak
terlalu banyak dan penumpangnya dibatasi.
 Kuda

14
Kuda ini digunakan sebagai alat transportasi untuk melakukan aktifitas keseharian.

15
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan, Kabupaten Ngada adalah
kabupaten di bagian tengah pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur,
Indonesia. Ibu kota kabupaten adalah Bajawa. Luas wilayah 1.621 km2 dengan
jumlah penduduk 142.254 jiwa. Kabupaten Ngada memiliki tiga suku besar, yaitu
Suku Nagekeo, Suku Bajawa dan Suku Riung. Masing-masing suku ini
mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri yang masih dipertahankan sampai saat ini,
seperti rumah adat, bahasa yang berbeda satu sama lainnya, tarian, pakaian adat
dan lain-lain. Bahasa utama di daerah Ngada adalah bahasa Ngada.

Dengan jumlah penduduk mencapai 142.254 jiwa yang hidup pada umumya
adalah petani, kabupaten Ngada merupakan salah satu kabupaten di Flores, Nusa
Tenggara Timur yang memiliki adat budaya yang sangat unik karena pada
kabupaten ini setiap kecamatan memiliki adat yang berbeda-beda antara satu sama
lainnya, contohnya dalam hal berbahasa antara kecamatan satu dan lainnya
mempunyai bahasa yang berbeda-beda.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://www.ngadakab.go.id

https://ngadakab.bps.go.id.

www.ngadakab.go.id

2011-2013 Website Pemerintahan Kabupaten Ngada.

http:www.ngadakab.go.id/sejarah-ngada

https://www.kompasiana.com/fajarbaru/mengenal-kebudayaan-bajawa-sekilas-
pandang_550d4d3e8133111422b1e3b8

http://tentangflobamorata.blogspot.com/2013/04/letak/geografis-dan-matapencaharian11.hmtl

http://tentangflobamorata.blogspot.com/2013/04/sistem-sosial-masyarakat-bajawa.html?m=1

http://derosaryebed.blogspot.com/2011/12/perkawinan-adat-masyarakat-ngada-flores.html?
m=1

http://guidorudy.blogspot.com/2013/11/ragam-kesenian-di-daerah-bajawa-ngada.html?m=1

17

Anda mungkin juga menyukai