PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
- Kepadatan 88 jiwa/km2
Demografi
- Kode area telepsson 0384
Pembagian administratif
- Kecamatan 9 Kecamatan
- Kelurahan -
Simbol khas daerah
Kabupaten Ngada adalah sebuah kabupaten di bagian tengah pulau Flores, provinsi Nusa
Tenggara Timur, Indonesia. Ibu kota kabupaten adalah Bajawa. Luas wilayah 1.621 km²
dengan jumlah penduduk 142.254 jiwa.
http://www.ngadakab.go.id.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan Kabupaten Ngada.
2. Menjelaskan sejarah singkat Kabupaten Ngada.
3. Menjelaskan sistem mata pencaharian.
4. Menjelaskan sistem kekerabatan masyarakat.
5. Menjelaskan sistem perkawinan.
6. Menjelaskan sistem kesenian.
7. Menjelaskan bahasa.
8. Menjelaskan sistem kepercayaan.
9. Menjelaskan sistem pendidikan.
10. Menjelaskan sistem teknologi.
11. Menjelaskan sistem transportasi
C. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang
diajukan pada rumusan masalah dengan mendeskripsikan profil Kab.Ngada dan
menjelaskan unsur-unsur yang terkandung.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kabupaten Ngada
Kabupaten Ngada adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Timur yang
terletak di sebelah timur dari Pulau Flores, dengan ibukota kabupaten adalah Bajawa. Secara
administratif Kabupaten Ngada berbatasan langsung dengan Kabupaten Manggarai dan
Kabupaten Ende serta Kabupaten Sikka. Kota-kota tersebut dihubungkan oleh transportasi
jaringan jalan arteri primer yang berhubungan antara ibukota Kabupaten Ende, Kota Ruteng
(ibukota kabupaten Manggarai), dan Kota Maumere (ibukota Kabupaten Sikka). Sedangkan
untuk mencapai Kabupaten Ngada dari luar Pulau Flores dapat menggunakan jalur laut
melalui Pelabuhan Aimere dan jalur pesawat di bandara So’a.
www.ngadakab.go.id
05 Oktober 2017
07 September 2017
https://ngadakab.bps.go.id.
3
B. Sejarah Singkat Kabupaten Ngada.
1. Ngada Bawa
2. Wogo
3. Inerie I
4. Inerie II
5. Naru
6. Langa
7. Mangulewa
8. Soa
9. Susu
10. Kombos
1. Boawae
2. Deru Rowa
3. Raja
4. Dhawe
5. Munde
4
6. Riti
7. Tonggo
8. Wolowae
9. Lejo
10. Kelimado
11. Maukeli
12. Ndora
13. Munde
14. Keo Tengah
15. Pautola
16. Nataia
17. Sawu
18. Rendu
1. Riung
2. Tadho
3. Lengkosambi
Keberadaan 3 buah Swapraja dengan 33 buah hamente dengan jumlah dan penyebaran
penduduk di atas wilayah dengan kondisi geografis yang bergunung dan lembah turut
membentuk pola dan perilaku masyarakat atau penduduk Kabupaten Ngada sangat heterogen.
Keadaan yang demikian heterogen baik menyangkut manusia, pola dan tingkah lakunya,
keadaan tanah dan kesuburan serta keadaan sosial budaya, memberikan dan membutuhkan
pola dan warna tersendiri dalam pelaksanaan dan berbagai pendekatan pelayanan
kepemerintahan.
Selanjutnya dengan keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur
tanggal 20 Mei 1963 Nomor Pem. 66/1/32 tentang Pemekaran Kecamatan Keo menjadi
Kecamatan Mauponggo dan Kecamatan Nangaroro, maka jumlah Kecamatan dalam Daerah
Kabupaten Ngada menjadi 7 buah, dan dengan keputusan yang sama terdapat perubahan
nama kecamatan dalam Daerah Tingkat II Ngada yaitu :
5
1) Kecamatan Ngada Utara menjadi Kecamatan Bajawa.
2) Kecamatan Ngada Selatan menjadi Kecamatan Aimere.
3) Kecamatan Nage Tengah menjadi Kecamatan Boawae.
4) Kecamatan Nage Utara menjadi Kecamatan Aesesa
[http:www.ngadakab.go.id/sejarah-ngada]
Suku Nagekeo
Suku Bajawa
Suku Riung
6
https://www.kompasiana.com/fajarbaru/mengenal-kebudayaan-bajawa-sekilas-
pandang_550d4d3e8133111422b1e3b8
Secara tradisisonal pola bercocok tanam sejak dahulu berkebudayaan Kea Kala (tebas
bakar), yang ditandai dengan menebas hutan dengan pohon-pohon besar yang rindang dan
tinggi.
Pekerjaan lebih mudah karena rumput yang tumbuh dibawahnya lembab dan mudah
dibersihkan. Dalam mencari lahan yang lebih subur, masyarakat Bajawa mengenal ungkapan
“gae semu nu oe lina”. Rangkaian upacara pertanian di tandai dengan beberapa situs. Secara
tradisional memilih tempat yang cocok untuk berladang, bersawah yang memiliki
serangkaian acara dengan mengorbankan darah hewan. Hal ini karena membuka hutan baru,
menebang pohon-pohon perlu mendapat ijin dari penguasa hutan. Ritus upacara pertanian di
dahului oleh satu acara memohon datangnya hujan yaitu “Enga ae uza”, kemudian di acara
“Ghoro Nio” (tarik kelapa) dan “Kela Nio” (belah kelapa) untuk memberi makan bumi,
membuat dingin tanah, disusul dengan acara “Bu siu” (mengikuti suara burung), upacara ini
bertujuan untuk membutakan mata burung supaya tidak melihat biji-bijian yang di tanam.
Semua pekerjaan pertanian dapat dilakukan bergotong-royong, waktu bekerja kebun baik
sebelum sampai dengan sesudah menanam, rangakaian pekerjaan dilakukan dengan gotong
royong mengenal istilah “ Kabho tawo ne’e sozo wozo” (kerja sama dalam penggarapan
tani). Bentuk gotong-royong lainnya seperti :
7
1. Rau Zo, Leza Kaba :
Seluruh rakyat dapat diijinkan menanam penanaman pertama dan pemetikkan hasil
panen untuk padi dan jagung secara simbolis tetap dilakukan oleh wanita karena
merka jugalah yang menentukan bibit terbaik dari padi dan jagung.
2. Moni Uma/Doko Uma/Anakola :
Acara perayaan ladang sesudah panen, hasil diikat dalam simpul-simpul dan di
masukan dalam lumbung.
http://tentangflobamorata.blogspot.com/2013/04/letak/geografis-dan-
matapencaharian11.hmtl.
Semua anggota keluarga diharuskan taat juga kepada kepala keluarga dengan satu prinsip
yang disebut “Ulu sa’o lie ne’e teda toko sipolali” dan klen besar dari rumah-rumah klen inti
itu membentuk klen kecil atau “Woe” misalnya Woe ngadhu. Secara tradisional rumah adat
Bajawa sejak dulu ditandai dengan “Weti” ukiran ragam motif. Ukiran-ukiran di buat dalam
sebilah papan dan diletakkan pada dasar dinding panggung. Bentuk ukiran sangat bervariasi
dari yang paling sederhana sampai yang bertaraf atas misalnya “Sa’o, sa’o keka, sa’o lipi
wisu, sa’o dawu ngongo”. Rumah-rumah itu bergabung dalam pola perkampungan yang
letaknya dibukit-bukit keliling kampung di pagari benteng batu seperti di baghi, watu api.
Sistem/pelapisan sosial di sebut “ata/riwu ga’e” yang memiliki hak-hak khusus dalam
persekutuan adat, mengambil bagian pokok dalam upacara adat, seperti urusan konsumsi,
kebersihan lingkungan pesta, akomodasi dan perlengkapan. Lapisan menengah
disebut ,,”Ga’e kisa,,” yang menjadi penengah/jembatan antara lapisan atas dan
terbawah. Lapisan terbawah adalah “ho’o”, yaitu orang-orang kecil atau budak.
“Mori lengi” atau “Mori nua” (mereka di hormati karena mereka adalah suku atau orang
tertua yang mendirikan kampung induk), “Mori wesu tana” (tuan tanah), “Mori wesu
sudu” (menetapkan saat di adakan tinju), “Mori sobhi” (pemegang kalender adat), “Mori
sudu” (menetapkan saat di adakan tinju), “Mori sobhi” (pemegang kalender adat), “Mori
sao saka puu” (kepala rumah adat).
8
Disamping penggolongan masyarakat berdasarkan pelapisan, maka masyarakat Ngada
(Bajawa) juga mengenal beberapa organisasi sosial yang berfungsi gotong royong, sebagai
contoh perkumpulan “kee kaka” (kerja sama menyumbangkan nasi yang empunya hajat).
Organisai sosial tersebut dibentuk berdasarkan pengelompokan fungsi dalam bidang
pertanian (rau zo) untuk kerja bergilir, kelompok menyumbangkan tenaga, materil “suu papa
suru” atau “sa’a papa laka”.
http://tentangflobamorata.blogspot.com/2013/04/sistem-sosial-masyarakat-bajawa.html?m=1
E. Sistem perkawinan
Ritus perkawinan atau zeza/tu ngawu di bajawa nampaknya sama bagi semua kultur.
Perbedaan hanya pada tatacara perminangan, pembayaran belis dan upacara perkawinan,
tetapi tahap-tahapnya sama, di setiap kampung memiliki perbedaan sistem perkawinan.
Sistem perkawinan di Bajawa antara lain :
a. Kawin masuk
b. Kawin keluar
Tahap ini merupakan tahap mencari jodoh yang dilakukan sendiri oleh sang pria. Hasil
temuanya disampaiakn kepada orang tuanya untuk diproses lebih lanjut dengan tata urusan
yang mulai melibatkan keluarga besar dan anggota suku. Pada tahap ini ada beberapa sub-
tahap yang harus dilewati.
Beku Mebhu Tana Tigi (hancurnya dedaunan di sepanjang jalan dan padatnya
tanah yang sering dilalui). Tahap yang bukan dilakukan pemuda kepada pacarnya
tapi oleh ibunya. Ibu sang pemudalah yang aktif ke rumah calon besannya untuk
menyaksikan perilaku dan sifat gadis idamannya untuk anaknya dan mendapatkan
kepastian yang sungguh-sungguh.
Bere Tere Oka Pale (meletakan tempat untuk sekapur sirih). Pihak laki-
lakimengutus Mosa Laki atau sudara kandungnya dan wanita lainnya yang
dianggap layak dan mampu bersekapur-sirih dengan pihak gadis pinangan dan
keluarganya. Acara ini dilakukan dengan penuh persaudaraan dan keakraban
sebagai suatu kerabat yang saling menerima dala satu ikatan.
9
Nasa, berarti, kedua calon suami-istri menjalankan pencocokan tingkah laku atau
tahap penyamaan persepsi, visi dan misi, sebelum menikah secara adat. Masa ini di
sebut sebagai masa pertunanganan.
Zeza, yang merupakan upacara peresmian atau pengesahan perkawinan secara adat.
Dalam upacara zeza ini dilakukan beberapa tirus:
Zia Ura Ngana. Pada ritus ini babai dan beras diletakkan pada tempat yang
sama lalu di doakan oleh tua adat kemudian dimasak untuk dimakan dalam
acara tersebut.
Pengurapan darah babi pada pengantin. Darah babi yang dioleskan di dahi
merupakan penegasan seorang laki-laki memasuki rumah wanita.
Tota Ura Ngana. Untuk membaca kehendak penguasa langit dan bumi para
leluhur guna membimbing, melindungi pengantinsesuai dengan
permohonan yang diharapkan dalam pengucapan doa.
Bau Gae. Persembahan atau penyajian yang suci kepada penguasa langit
dan bumi dan para leluhur sekaligus memohon perlindungan dan naungan
itu.
Zeza. Pemberian makan makanan utama berupa daging babi dan nasi yang
disucikan kepada pengantin lelaki sebagai sujud untuk sudah boleh hidup
bersama.
Ritus Penutup. Acara penutup sering disebut dengan “ka toka inu sobhe,
lese dhe peda pawe”. Yang merupakan makan bersama penutup bagi semua
yang hadir pada upacar tersebut.
http://derosaryebed.blogspot.com/2011/12/perkawinan-adat-masyarakat-ngada-flores.html?
m=1
F. Sistem Kesenian
Tarian tradisional bajawa-kabupaten ngada :
Soka, adalah sebuah tarian yang sering dilakukan pada acara-acara adat. Jenis-jenis
soka yaitu:
Soka Sa’o
Soka Ngadhu
Soka Bhaga
Soka Golo
Soka Jura Langa
Teke, adalah jenis tarian dan nyanyian adat yang berisikn pantun-pantun ajaran
yang diwariskan dari leluhur yang sering dipentaskan pada tahapan-tahapan
tertentu dalam pembuatan rumah adat Ngadha.
Lea Manu, jenis tarian yang dipentaskan pada acara Ka Sa’o yang diiringi dengan
Go Laba.
Wuga Ngusu
Jai Laba Go, pada saat acara pembuatan Ngadhu, Bhaga, Peo, Ture dan upacara-
upacara penting.
10
Sedo/O...wi, adalah sebuah tarian masal yang sering dipentaskan pada acara Reba
(Tahun Baru Adat).
Sago Alu/ Kadhi Dhoga, merupakan tarian yang menguji ketangkasan untuk
melompat di antara mainan atau pukulan bambu yang saling menjepit.
Kegiatan seni:
Foy Doa ini merupakan alat musik jenis tiup seperti seruling. Alat
musik ini juga dibuat dari dari bambu dengan beberapa lubang di
bagian atasnya. Bedanya dengan seruling biasa adalah Foy Doa
dianggap seruling ganda karena terdiri dari dua seruling atau lebih yang
diikat sejajar menjadi satu. Dahulu alat musik ini merupakan alat musik
sindiran yang biasa dimainkan pada pagi hari. Tujuannya, untuk
membangunkan makhluk hidup dari tidur. Ketika salah satu rumah
membunyikan Foy Doa, maka akan menyindir rumah-rumah lain, yang
penghuninya masih terlelap. Sindiran tersebut bermaksud baik, untuk
berlomba bangun di pagi hari. Sindiran atau dalam bahasa Bajawa
menyebut” papa neke “ berupa lagu yang dialunkan bunyi foi doa,
sesuai selera. Yang paling penting foi doa dibunyikan.
11
Gong Ngada
Gong Ngada terdiri dari lima buah dan umumya berukuran kecil
(Doa yaitu dua buah gong yang dimainkan seara silih berganti, Dhere
yaitu terdiri dari satu gong, Uto-uto yang juga hanya satu gong, Wela
yaitu gong yang paling tinggi suaranya.
(Floresbangkit.com.)
http://guidorudy.blogspot.com/2013/11/ragam-kesenian-di-daerah-bajawa-ngada.html?m=1
G. Bahasa
Bahasa yang digunakan pada masyarakat Kabupaten Ngada pada umumnya menggunakan
bahasa daerah akan tetapi, sekarang sudah digabungkan dengan bahasa pemersatu yaitu
bahasa indonesia.
H. Sistem Kepercayaan.
Pada zaman dahulu masyarakat Kabupaten Ngada masih terikat oleh kepercayaan
animisme dan dinamisme. Akan tetapi dengan adanya berbagai agama yang lahir dan tumbuh
berkembang didunia masyarakat Ngada bermayoritas sebagai penganut Agama Khatolik dan
memiliki sistem kepercayaan kepada Allah yang satu yaitu Tuhan Allah Yang Maha Esa.
Akan tetapi masyarakat Ngada masih percaya kepada leluhur atau nenek moyang atau
’’ine ebu’’ yang sudah lama mendahului dengan cara memberi makan kepada mereka di
dalam rumah adat ‘’sa’o’’.
Sistem kepercayaan animisme yaitu kepercayaan kepada roh- roh orang yang telah
meninggal dan kepercayaan kepada benda- benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib
misalnya batu- batu besar, dan pohon- pohon.
Sistem kepercayaan dinamisme yaitu percaya kepada dewa – dewa atau kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
I. Sistem Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat penting , karena dengan pendidikan
setiap orang bisa mencapai kualitas dalam hidupnya dan dengan pendidikan pula dapat
menciptakan manusia yang beraklak baik dan cerdas . Di Kabupaten Ngada sudah tersedia
banyak sekolah – sekolah dari tingkat TK, SD, SMP,SMA, dan perguruan tinggi dengan
fasilitas yang sudah cukup memadai sehingga proses pendidikannya dapat berjalan dengan
baik.
Masyarakat Kabupaten Ngada paling tinggi berpendidikan SMA ,akan tetapi sekarang
masyarakat Kabupaten Ngada banyak mengenyam pendidikan sampai ketingkat perguruan
tinggi sehingga banyak sekali masyarakat Kabupaten Ngada yang sarjana.
12
Masyarakat Ngada beranggapan bahwa pndidikan sangat penting bagi anak-anak karena
mereka berpikir bahwa anak-anak merupakan penerus generasi. Orang tua sangat mendukung
anak-anaknya untuk mengenyam pendidikan agar kelak bisa menjadi orang yang berguna
bagi masyarakat, nusa , dan bangsa.
1.Cara belajar
Cara belajar murid pada masa lampau masih menggunakan papan tulis dan kapur untuk
menjelaskan materi – materi yang diberikan oleh guru sedangkan murid menggunakan pena ,
pensil, dan buku untuk menerima materi yang diberikan oleh guru dan pendidikan yang
diajarkan pada saat ini masih tentang nilai- nilai kehidupan pada seorang anak manusia dan
misi utama lembaga pendidikan adalah mengajarkan budi perketi, etika , saling menghargai
dan mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Akan tetapi, seiring
perkembangan zaman dan kemajuan teknologi cara belajar sudah mulai meningkat karena
adanya alat – alat teknologi yang digunakan seperti infokus, dan laptop untuk mempermudah
guru dalam memberi materi – materi kepada murid. Pendidikan sekarang lebih berorientasi
pada bagaimana meningkatkan kecerdasan , prestasi , ketrampilan , dan bagaimana
menghadapi persaingan.
Zaman dahulu berita atau informasi dan ilmu disalurkan dengan sangat lambat para murid
hanya dapat memperoleh pengetahuan dengan membaca buku dan bertanya kepada guru
tetapa, sekarang dengan adanya media komunikasi yang berkembang dengan cepat dalam
kehidupan terutama pada dunia pendidikan murid sudah bisa mendapatkan informasi sendiri
dengan menggunakan internet.
J. Sistem Teknologi.
Pada zaman dahulu. Teknologi yang digunakan untuk untuk menyampaikan suatu masalah
atau berita duka masuh menggunakan surat menyurat, masyarakat tidak mengenal adanya
penerangan atau listrik tetapi mereka lebih mengenal dengan sebutan “PELITA”, belim
mengenal adanya Make Up, dan alat untuk membajak sawah masyarakat dulu lebih
menggunakan kerbau dan sekarang sudah mengenal dengan alat membajak sawah yaitu
“Traktor”.
K. Sistem Transportasi
Alat transportasi yang umum dipakai di Ngada yaitu :
13
Alat transportasi ini dimodifikasi dari kayu yang kuat, dalamnya berupa speaker
untuk musik, tempat duduk panjang yang terbuat dari kayu, dan di samping kiri
dan kanan ada tempat untuk menikmati pemandangan di luar dan merasakan
hembusan angin.
Oto bemo
Oto bemo hampir mirip dengan oto kayu, hanya oto bemo tidak pernah atau
hampir menaikkan binatang sebagai penumpangnya. Pada oto bemo kita akan
melihat lukisan-lukisan yang tertempel dari depan kaca mobil, yang berupa
boneka dan stiker-stiker lainnya.
Ojek
Alat transportasi ini sangat berbeda dengan oto bemo, karena ojek ini dapat
mengantar kita sampe ke tempat tujuan dengan tarif yang lebih berbeda dengan
oto bemo.
Pesawat
Alat transportasi ini lebih cepat dari transportasi lain melalui jalur darat dengan
tarif yang lebih mahal dari alat transportasi lainnya.
Alat transportasi ini di gunakan untuk mengangkut barang dan manusia yang tidak
terlalu banyak dan penumpangnya dibatasi.
Kuda
14
Kuda ini digunakan sebagai alat transportasi untuk melakukan aktifitas keseharian.
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan, Kabupaten Ngada adalah
kabupaten di bagian tengah pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur,
Indonesia. Ibu kota kabupaten adalah Bajawa. Luas wilayah 1.621 km2 dengan
jumlah penduduk 142.254 jiwa. Kabupaten Ngada memiliki tiga suku besar, yaitu
Suku Nagekeo, Suku Bajawa dan Suku Riung. Masing-masing suku ini
mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri yang masih dipertahankan sampai saat ini,
seperti rumah adat, bahasa yang berbeda satu sama lainnya, tarian, pakaian adat
dan lain-lain. Bahasa utama di daerah Ngada adalah bahasa Ngada.
Dengan jumlah penduduk mencapai 142.254 jiwa yang hidup pada umumya
adalah petani, kabupaten Ngada merupakan salah satu kabupaten di Flores, Nusa
Tenggara Timur yang memiliki adat budaya yang sangat unik karena pada
kabupaten ini setiap kecamatan memiliki adat yang berbeda-beda antara satu sama
lainnya, contohnya dalam hal berbahasa antara kecamatan satu dan lainnya
mempunyai bahasa yang berbeda-beda.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ngadakab.go.id
https://ngadakab.bps.go.id.
www.ngadakab.go.id
http:www.ngadakab.go.id/sejarah-ngada
https://www.kompasiana.com/fajarbaru/mengenal-kebudayaan-bajawa-sekilas-
pandang_550d4d3e8133111422b1e3b8
http://tentangflobamorata.blogspot.com/2013/04/letak/geografis-dan-matapencaharian11.hmtl
http://tentangflobamorata.blogspot.com/2013/04/sistem-sosial-masyarakat-bajawa.html?m=1
http://derosaryebed.blogspot.com/2011/12/perkawinan-adat-masyarakat-ngada-flores.html?
m=1
http://guidorudy.blogspot.com/2013/11/ragam-kesenian-di-daerah-bajawa-ngada.html?m=1
17