Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

CULTURE DAN BUDAYA


DAERAH SUMATERA UTARA

Disusun Untuk : Memenuhi Tugas seni budaya

FENNY OCTAVIA
Absen No. 09

SMA 01 CIAMPEA
2023

1
DAFTAR ISI
Daftar
Isi……………………………………………………………………….i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
……………………………………………………..1
1.2 RUMUSAN
MASALAH………………………………………….............2
1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH……………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 SEJARAH SUMATERA UTARA……………………………... ……..3
2.2 LETAK GEOGRAFIS SUMATERA UTARA ……………………………
3
2.3 DEMOGRAFI SUMATERA UTARA ………………………………..
…..4
2.4 MUSIK …………………………………………………..………………5
2.5 SENI BUDAYA …………………………………………………………..6
2.6 TARIAN …………………………………………………………………..7
2.7 MAKANAN KHAS ………………………………………………………8
2.8 KERAJINAN KHS………………………………………………………..8

BAB
IIIKESIMPULAN…………………………………………………….9

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kemajemukan


penduduk yang berdasarkan suku bangsa, budaya, ras dan agama. Kemajemukan
yang ada pada bangsa Indonesia menjadi kekayaan tersendiri dalam mewujudkan
persatuan dan kesatuan dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Kemajemukan
ini menjadikan berbagai perbedaan kebiasaan masyarakat-masyarakatnya, namun
berpotensi menimbulkan berbagai macam masalah sosial. Salah satunya perbedaan
pandangan suatu suku atau budaya terhadap budaya lain, perbedaan pandangan ini
dapat memicu perselisihan dan konflik. Pada dasarnya perbedaan perbedaan ini
tidak semata hanya berpotensi menimbulkan konflik sosial dan desintregrasi
sosial, namun juga dapat memberikan hal baik pada komunitas masyarakat yang
berbeda, seperti halnya ikatan religi, mengembangkan silaturahmi, melahirkan
kesadaran untuk saling bekerja sama sebagai unsur bangsa, kesadaran untuk saling
menghormati, bertoleransi, pengendalian diri, yang menjadi dasar tumbuhnya
semangat kebangsaan yang disebut dengan nasionalisme.
Kemajemukan inilah yang membuat Negara Indonesia memiliki keunikan
tersendiri di mata dunia. Berdasarkan kondisi tersebut, maka Masyarakat
Indonesia dapat dikatakan sebagai masyarakat majemuk. Indonesia dikenal dengan
kemajemukan masyarakatnya, baik dari sisi etnisitas maupun budaya serta agama
dan kepercayaannya. Kemajemukan juga menjangkau pada tingkat kesejahteraan
ekonomi, pandangan politik serta kewilayahan, yang semua itu sesungguhnya
memiliki arti dan peran strategis bagi masyarakat Indonesia. Meski demikian,
secara bersamaan kemajemukan masyarakat itu juga bersifat dilematis dalam
kerangka penggalian, pengelolaan, serta pengembangan potensi bagi bangsa
Indonesia untuk mencapai tujuan nasionalnya.
Kemajemukan ini adalah kekayaan bangsa Indonesia yang merupakan asset
yang tidak dimiliki oleh bangsa lain . mekajemukan itu meliputi Agama, Bahasa,
adat istiadat, suku, budaya dan sebagainya .
Dalam makalah ini penulis akan mengangkat tentang Wilayah Sumatera
Utara yang didalmnya terdapat culture atau budaya dan bahasa yang berbeda
dengan daerah lain yang ada di Indonesia.

3
1.2 PERMASALAHAN
Permasalahan dalam makalah ini adalah :
1. Bagaiamana Sejarah sumatera utara ?
2. Bagaimana Letak Geografis Sumatera Utara ?
3. Bagaimana Keadaan Demografi Sumatera Utara ?
4. Apa Nama Musik yang ada di sumatera Utara ?
5. Bagaimana Seni Budaya di Sumatera Utara ?
6. Tarian apa yang menjadi ciri khas Sumater Utara?
7. Kerajinan apa yang dihasilkan oleh Sumatera Utara ?
8. Makanan apa yang menjadi ciri khas Sumatera Utara ?

1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH


Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
1. Sejarah sumatera utara
2. Letak Geografis Sumatera Utara
3. Keadaan Demografi Sumatera Utara
4. Apa Nama Musik yang ada di sumatera Utara
5. Bagaimana Seni Budaya di Sumatera Utara
6. Tarian apa yang menjadi ciri khas Sumater Utara
7. Nama Kerajinan menjadi ciri khas Sumatera Utara
8. Kerajinan apa yang dihasilkan oleh Sumatera Utara

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH SUMATERA UTARA


Pada zaman pemerintahan Belanda, Sumatera Utara merupakan suatu
pemerintahan yang bernama Gouvernement van Sumatra dengan wilayah meliputi
seluruh pulau Sumatera, dipimpin oleh seorang Gubernur yang berkedudukan di kota
Medan.
Setelah kemerdekaan, dalam sidang pertama Komite Nasional Daerah (KND),
Provinsi Sumatera kemudian dibagi menjadi tiga sub provinsi yaitu: Sumatera Utara,
Sumatera Tengah, dan Sumatera Selatan. Provinsi Sumatera Utara sendiri merupakan
penggabungan dari tiga daerah administratif yang disebut keresidenan yaitu:
Keresidenan Aceh, Keresidenan Sumatera Timur, dan Keresidenan Tapanuli.

2.2 LETAK GEOGRAFIS SUMATERA UTARA

Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1°–4° Lintang Utara dan 98°–100°
Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 72.981,23 km².

Sumatera Utara pada dasarnya dapat dibagi atas:

 Pesisir Timur
 Pegunungan Bukit Barisan
 Pesisir Barat
 Kepulauan Nias
Pesisir timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat
perkembangannya karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap
daripada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang relatif
padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya.

Pada masa kolonial Hindia Belanda, wilayah ini termasuk residentie


Sumatra's Oostkust bersama provinsi Riau. Di wilayah tengah provinsi
berjajar Pegunungan Bukit Barisan. Di pegunungan ini terdapat beberapa wilayah
yang menjadi kantong-kantong konsentrasi penduduk. Daerah di sekitar Danau
Toba dan Pulau Samosir, merupakan daerah padat penduduk yang menggantungkan
hidupnya kepada danau ini.

5
Pesisir barat merupakan wilayah yang cukup sempit, dengan komposisi
penduduk yang terdiri dari masyarakat Batak, Minangkabau, dan Aceh.

Adapun batas wilayah Provinsi Sumatera Utara ialah:


Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh
Timur berbatasan dengan Selat Malaka dan Malaysia

Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau, dan Provinsi Sumatera Barat,

Barat Berbatasan denganSamudera Hindia

2.3 DEMOGRAFI SUMATERA UTARA


2.3.1 PENDUDUK
Sumatera Utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah
penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa
Tengah. Jumlah penduduk sumatera utara sejumlah 15. 115. 206 Jiwa

2.3.2 SUKU BANGSA

Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis


dengan Batak, Nias, Siladang, Melayu sebagai penduduk asli wilayah ini.
Daerah pesisir timur Sumatera Utara, pada umumnya dihuni oleh orang-
orang Melayu. Pantai barat dari Barus hingga Natal, banyak bermukim
orang Minangkabau. Wilayah tengah sekitar Danau Toba, banyak dihuni
oleh Suku Batak yang sebagian besarnya beragama Kristen. Suku
Nias berada di kepulauan sebelah barat. Sejak dibukanya
perkebunan tembakau di Sumatra Timur, pemerintah kolonial Hindia
Belanda banyak mendatangkan kuli kontrak yang dipekerjakan di
perkebunan. Pendatang tersebut kebanyakan berasal dari
etnis Jawa dan Tionghoa. Di pesisir pantai timur seperti Langkat dan Deli
Serdang terdapat etnis Banjar yang sudah ada sejak abad ke-19. Ada juga
etnis India (terutama Tamil) dan Arab yang beradu nasib di Sumatera
Utara.

Mayoritas penduduk Sumatera Utara adalah orang Batak yakni


44,75%, sudah termasuk semua sub suku Batak, yakni Batak
Toba, Karo, Angkola, Simalungun, Mandailing, dan Pakpak.
Kemudian Jawa, Nias, Melayu, Tionghoa, Minang, Aceh, Banjar, India,
dan lain-lain.

2.3.4 BAHASA

6
Pada umumnya, bahasa yang dipergunakan secara luas
adalah bahasa Indonesia. Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan Bahasa
Indonesia karena kedekatannya dengan bahasa Melayu yang menjadi
bahasa ibu masyarakat Deli. Pesisir timur seperti wilayah Serdang
Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai,
memakai Bahasa Melayu dialek "o" begitu juga di Labuhan Batu dengan
sedikit perbedaan ragam. Bahasa Melayu Asahan memiliki ciri khas yaitu
pengucapan huruf R yang berbeda daripada Bahasa Melayu Deli contoh
kata "cari" dibaca "caghi" dan kereta dibaca "kegheto". Di Kabupaten
Langkat masih menggunakan bahasa Melayu dialek "e" yang sering juga
disebut Bahasa Maya-maya. Mayarakat Jawa di daerah perkebunan,
menuturkan Bahasa Jawa sebagai pengantar sehari-hari.

2.3.5 AGAMA

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik provinsi Sumatera Utara tahun


2021, mayoritas penduduk Sumatera Utara menganut agama Islam yakni
63,36%, kemudian Kristen 33,99% dimana Protestan 26,66%
dan Katolik 7,33%.
Kemudian Budha 2,43 %, Konghucu 0,11%, Hindu 0,10 %
dan Parmalim 0,01%.

2.4 MUSIK

Musik yang biasa dimainkan cenderung tergantung dengan upacara-


upacara adat yang diadakan, tetapi lebih dominan dengan genderangnya. Seperti
pada Etnis Pesisir terdapat serangkaian alat musik yang dinamakan Sikambang.

Suku Batak Toba, Pakpak dan Simalungun mempunyai alat musik yang disebut
Gondang yang biasa dibunyikan ketika upacara adat dalam pernikahan,
kematian, dan lain sebagainya. Sementara Suku Batak Mandailing dan Angkola
memiliki instrumen musik yang mirip dengan gondang yakni Gordang
Sambilan. Suku Melayu di Pesisir Timur memiliki alat musik yang sama
dengan Suku Melayu pada umumnya seperti Akordeon, gendang Melayu dan
Biola. Sementara di Tanah Karo terdapat alat musik Kulcapi dan Gendang yang
biasa digunakan untuk mengiringi tari Landek atau Guro Guro Aron.

7
Gambar Gendang Pakpung digunakan dalam tari serampang dua belas has
melayu. Gendnag ini salahsatu koleksi di deli Serdang.

2.5 SENI DAN BUDAYA

Dalam bidang seni rupa yang menonjol adalah arsitektur rumah adat yang
merupakan perpaduan dari hasil seni pahat dan seni ukir serta hasil seni kerajinan.
Arsitektur rumah adat terdapat dalam berbagai bentuk ornamen.Pada umumnya
bentuk bangunan rumah adat pada kelompok adat batak melambangkan "kerbau
berdiri tegak". Hal ini lebih jelas lagi dengan menghias pucuk atap dengan
kepala kerbau.

Rumah adat etnis Batak, Ruma Bolon, berdiri kukuh dan megah serta masih
banyak ditemui di Kabupaten Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten
Humbang Hasundutan. Rumah adat Karo kelihatan besar dan lebih tinggi
dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Atapnya terbuat dari ijuk dan biasanya
ditambah dengan atap-atap yang lebih kecil berbentuk segitiga yang disebut "ayo-
ayo rumah" dan "tersek". Dengan atap menjulang berlapis-lapis itu rumah Karo
memiliki bentuk khas dibanding dengan rumah tradisional lainnya yang hanya
memiliki satu lapis atap di Sumatera Utara.

Bentuk rumah adat di daerah Simalungun mirip dengan rumah adat Batak
Toba. Kompleks rumah adat di desa Pematang Purba terdiri dari beberapa
bangunan yaitu rumah bolon, balai bolon, jemur, pantangan balai butuh, dan
lesung. Bangunan khas Mandailing yang menonjol disebut "Bagas Gadang"
(rumah Namora Natoras) dan "Sopo Godang" (balai musyawarah adat). Rumah
adat Melayu di Sumatera Utara tidak jauh berbeda dengan rumah Melayu di
provinsi lain, hanya warna hijau lebih dominan. Rumah adat di pesisir barat
kelihatan lebih megah dan lebih indah dibandingkan dengan rumah adat lainnya.
Rumah adat ini masih berdiri kukuh di halaman Gedung Nasional Sibolga.

8
2.6 TARIAN

Perbendaharaan seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada yang


bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang
berupa tari profan. Di samping tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat,
tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu. Termasuk jenis tari ini adalah tari
guru dan tari tungkat. Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang
disebut Tunggal Panaluan.

Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda-mudi yang ditarikan pada
pesta gembira. Tortor ada yang ditarikan saat acara perkawinan. Biasanya ditarikan
oleh para hadirin termasuk pengantin dan juga para muda-mudi. Tari muda-mudi
ini, misalnya morah-morah, parakut, sipajok, patam-patam sering dan
kebangkiung. Tari magis misalnya tari tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan.
Tarian magis ini biasanya dilakukan dengan penuh kekhusukan.

Selain tarian Batak terdapat pula tarian Melayu seperti Serampang XII,
tarian Gundala-Gundala dari Tanah Karo, tarian Maena dan Moyo dari Nias dan
tarian Sikambang dari Pesisir Barus, tarian Sikambang ini biasanya ditampilkan
saat perayaan menikah dan khitanan.

TARI TOR TOR

TARI MAYO ASAL NIAS

9
2.7 KERAJINAN

Selain arsitektur, tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari suku
Batak. Contoh tenunan ini adalah kain ulos dan kain songket. Ulos merupakan
kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara perkawinan, kematian,
mendirikan rumah, kesenian,dsb. Bahan kain ulos terbuat dari benang kapas atau
rami. Warna ulos biasanya adalah hitam, putih, dan merah yang mempunyai
makna tertentu. Sedangkan warna lain merupakan lambang dari variasi kehidupan.

Pada suku Pakpak ada tenunan yang dikenal dengan nama oles. Bisanya
warna dasar oles adalah hitam kecokelatan atau putih. Pada suku Karo ada tenunan
yang dikenal dengan nama uis. Bisanya warna dasar uis adalah biru tua dan
kemerahan. Pada masyarakat pesisir barat ada tenunan yang dikenal dengan
nama Songket Barus. Biasanya warna dasar kerajinan ini adalah merah tua atau
kuning emas.

Songket Melayu Batubara adalah salah satu kerajinan khas Pesisir Timur
yang sudah mendunia. Songket Batu Bara memiliki ciri khas tersendiri, hal ini
dapat dilihat dari proses pembuatan kain songket tersebut masih tradisional
yakni dengan menggunakan alat tenun dari kayu. Namun tetap memiliki kualitas
yang baik, kualitasnya hampir sama dengan songket yang dihasilkan dengan
mesin. Kain songket Batu Bara juga memiliki beragam motif seperti Pucuk
Rebung, Bunga Manggis, Bunga Cempaka, Pucuk Caul, Tolak Betikam, hingga
Naga Berjuang.

2.8 MAKANAN

Perbedaan suku bangsa dan agama yang lebih heterogen di Sumatera


Utara, berpengaruh pada jenis makanan yang umumnya dikonsumsi
masyarakat. Di daerah pesisir, makanan berbahan ikan laut mudah ditemui,
sementara di kawasan Danau Toba dan Kepulauan Nias, makanan
berbahan babi lebih banyak ditemui.

Masyarakat Batak, umumnya Batak Toba, Simalungun, Pakpak Dairi,


dan Karo, kemudian Nias, dan juga Tionghoa, memiliki beragam makanan
khas berbahan daging babi. Olahan daging babi yang lebih dikenal
yakni Saksang dan Tanggo-tanggo, yang saat ini juga banyak ditemui di
provinsi lain di Indonesia.

10
Orang Karo memiliki makanan khas yakni babi panggang Karo, sementara
orang Nias memiliki Harinake, daging babi cincang. Masyarakat Tionghoa
memili babi hong, olahan daging babi bumbu kecap.[34]

Makanan khas Melayu, diantaranya urap Anyang, roti Jala, kue Rasidah,
bubur pedas, pajri Nenas, dan Halua, manisan buah dan sayur.[35]

Selain itu, beberapa makanan yang dikenal berasal dari Sumatera Utara
yakni Bika Ambon dari Kota Medan, kemudian Ikan Mas Arsik, Mie
Gomak, Lontong Medan, Lemang, Lapet, Naniura, Ombus-ombus, manuk
napinadar, dan lainnya.[36]

11
BAB III

KESIMPULAN

1. Setiap wilayah di Indonesia memiliki keunikan dan ciri khas daerah masing
masing dan menjadikan ini sebagai Keanekaragaman di Negara Indonesia dan
merupakan kekayaan buadaya bangsa
2. Wilayah Sumatera Utara itu adalah Wilayah yang punya identitas tersendiri
berbeda dengan lainnya :
Nama Darah : Sumatera Utara
Ibu Kota : Medan

Letak Geografis : Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1°–4° Lintang


Utara dan 98°–100° Bujur Timur, Luas daratan Provinsi
Sumatera Utara 72.981,23 km².

Jumlah penduduk : 15. 115. 206 Jiwa

Suku Bangsa : Batak, Nias, Siladang, Melayu

Bahasa : Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu

Agama : Mayoritas Islam

Alat Musik : Sikambang, Gondang dan Gordang Sembilan

Seni Budaya : Arsitektur yaitu rumah Rumah adat etnis Batak,

Ruma Bolon,

Tarian : Tari Tor tor dan tari Mayo

Kerajinan : kain ulos dan kain songket

Makanan Khas : Saksang dan Tanggo-tanggo,

12
13

Anda mungkin juga menyukai