SUMATERA
Kelompok 1 :
Ketua: Isma Cahya Ningsih
Anggota : - Ariel Syifa Wahyudi
- Cahya Kamilatun Nisa
- Delia Suliastri
- Muhammad Aditya Fachrudin
- Ririn Tila Apriana
BAB 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sumatra adalah pulau keenam terbesar di dunia yang
terletak di Indonesia, dengan luas 473.481 km².
Penduduk pulau ini sekitar 57.940.351 (sensus 2018).
Pulau ini dikenal pula dengan nama lain yaitu Pulau
Percha, Andalas, atau Suwarnadwipa (bahasa Sanskerta,
berarti "pulau emas"). Kemudian pada Prasasti Padang
Roco tahun 1286 dipahatkan swarnnabhūmi (bahasa
Sanskerta, berarti "tanah emas") dan bhūmi
mālayu ("Tanah Melayu") untuk menyebut pulau ini.
Selanjutnya dalam naskah Negarakertagama dari abad
ke-14 juga kembali menyebut "Bumi Malayu" (Melayu)
untuk pulau ini.
Pulau Sumatera berbatasan dengan sejumlah wilayah:
• Di sebelah utara : Teluk Benggala
• Di sebelah selatan : Selat Sunda
• Di sebelah barat : Samudera Hindia
• Di sebelah timur : Selat Malaka dan Selat Karimata
Pulau Sumatera terdiri dari sepuluh provinsi, yaitu Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Riau, Kepulauan Riau, Lampung, Jambi, Bengkulu, dan
Kepulauan Bangka Belitung.
Sumatera berada di 0° Lintang Utara (LU) dan 120° Bujur
Timur (BT). Dataran ini memiliki iklim tropis sehingga
hidup berbagai binatang khas, seperti Harimau
Sumatera, Badak Sumatera, hingga Gajah Sumatera.
Berbagai jenis pantai menghiasi pulau Sumatera, seperti
pantai Lampuuk di Aceh, Sorake di Sumatera Utara,
Rupat di Riau, Mentawai di Sumatera Barat, Berhala di
Jambi, dan Panjang di Bengkulu.
Selain dihiasi dengan pantai, kondisi geografis pulau
Sumatera berdasarkan peta juga dihiasi berbagai
gunung, misalnya gunung Kembar di Aceh, Sinabung di
Sumatera Utara, Kerinci di Jambi, Mande Rabiah di
Sumatera Barat, hingga Krakatau di Lampung.
Sumatera juga memiliki keberagaman dalam suku
bangsa serta budayanya.
B. Tujuan Kegiatan
• Mengetahui berbagai suku bangsa yang ada di pulau
sumatra
• Mengidentifikasi berbagai budaya suku bangsa
• Mengetahui berbagai bahasa di suku tersebut
• Mengetahui tradisi antar suku di pulau Sumatra
C. Manfaat Kegiatan
• Bagi Pembaca, diharapkan pembaca dapat
mengetahui keberagaman Suku dan Bangsa yang ada di
Pulau Sumatra.
• Bagi penulis, diharapkan penulis dapat Meningkatkan
Kreativitas dalam mengembangkan ide.
5. Suku Mentawai
Suku Mentawai adalah penghuni asli Kepulauan
Mentawai. Sebagaimana suku Nias dan suku Enggano,
mereka adalah pendukung budaya Proto-Melayu yang
menetap di Kepulauan Nusantara sebelah barat. Daerah
hunian warga Mentawai, selain di Mentawai juga di
Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan. Suku ini dikenal
sebagai peramu dan ketika pertama kali dipelajari
belum mengenal bercocok tanam. Tradisi yang khas
adalah penggunaan tato di sekujur tubuh, yang terkait
dengan peran dan status sosial penggunanya.
6. Suku Palembang
Suku Palembang atau disebut juga Wong Palembang
(terkadang juga Wong Kito Galo) adalah etnis pribumi
asli yang berasal dari daerah Palembang di Sumatra
Selatan, Indonesia.Berdasarkan statistik, penduduk
beretnis Palembang berjumlah sekitar 3.800.000
individual yang hidup di Indonesia.
Menurut peranannya yang menonjol, etnis pribumi
Palembang digolongkan kedalam dua kelompok utama,
yakni Wong Jero atau disebut juga Wong Jeroo (terj.
Har. ‘golongan bangsawan’) dan Wong Jabo (terj. Har.
‘golongan masyarakat umum’). Gelar-gelar
kebangsawanan etnis Palembang sangat dipengaruhi
oleh sistem kebangsawanan atau ningrat etnis Jawa
karena hubungan erat antar kedua entitas
kebangsawanan yang dipengaruhi faktor penguasan
Jawa terhadap Palembang di masa lampau.
7. Suku Pasemah
Suku Basemah atau juga disebut Besemah, Pasemah
atau Pesemah adalah suku bangsa yang mendiami
wilayah kota Pagaralam, kabupaten Empat Lawang,
kabupaten Lahat, Ogan Komering Ulu, dan Muara Enim.
Suku ini secara umum bermukim di sekitar kawasan
gunung berapi yang masih aktif, gunung Dempo. Suku
bangsa ini juga banyak yang merantau ke daerah-daerah
di provinsi Bengkulu. Suku Pasemah merupakan salah
satu suku bangsa asli yang berasal dari wilayah Sumatra
Selatan yang memiliki kerabatan dengan suku Melayu
dan Komering yang juga sudah ratusan tahun tinggal di
Sumatera Selatan.
Suku Pasemah yang sekarang paling identik adalah Kota
Pagar Alam, Lahat, Muara Enim dan Empat Lawang.
Empat Lawang merupakan kabupaten baru pemerkaran
dari Kabupaten Lahat. Sedangkan Muara Enim yang
merupakan suku Basemah adalah daerah sekitar
Semendo, kurang lebih 50km dari kota Muara Enim.
9. Suku Rawas
Suku Melayu Rawas merupakan salah satu suku yang
ada di pulau Sumatra tepatnya Sumatra Selatan. Suku
ini memiliki populasi sebanyak +-100.000 jiwa dan
mendiami Kecamatan Rupit, Kecamatan rawas Ulu dan
Kecamatan Rawas Ilir, Kecamatan karang jaya dan
beberapa beberapa daerah lain di Kabupaten Musi
Rawas utara Sumatra Selatan.Awalnya orang suku rawas
hidup disekitaran aliran anak sungai musi dan
pertemuan dgn aliran sungai batanghari. Bahasa yang
digunakan terbagi dalam tiga dialek yakni dialek Rupit,
Rawas Ulu dan Rawas Ilir. Sebagian besar orang Rawas
bekerja sebagai petani di sawah dan ladang.
Sebagiannya lagi bekerja sebagai pengayam barang-
barang dari rotan dan pandan, tukang kayu, pedagang
kecil dan sebagainya. Secara tradisional, sistem
kepemimpinan suku Rawas dipengaruhi oleh adat
Simbur Cahaya.
Bentuk hubungan keturunan dalam masyarakat ini
dapat dibagi tiga yakni:
Ambik Anak (Ambil Anak), bentuk hubungan keturunan
dimana setelah perkawinan suami tinggal dalam
keluarga pihak istri dan anak-anak yang lahir langsung
mewakili keturunan pihak istri. Hal ini dikarenakan
suami tidak membayar uang jojor (maskawin).
Perkawinan Patrilineal, bentuk hubungan keturunan
dimana setelah perkawinan istri dibawa masuk tinggal
dalam keluarga pihak suami dan anak-anak yang lahir
mewarisi keturunan sang suami. Pada perkawinan ini,
sang suami membayar uang jojor.
Perkawinan Rajo-Rajo, bentuk keturunan yang bersifat
bilateral dan tempat tinggal setelah kawin adalah
neolokal.
b. Bahasa Gayo
Bahasa Gayo (pengucapan: Gayô) adalah sebuah
bahasa dari rumpun Austronesia yang dituturkan
oleh Suku Gayo di provinsi Aceh, yang
terkonsentrasi di Kabupaten Aceh Tengah, Bener
Meriah, Gayo Lues. Ke 3 daerah ini merupakan
wilayah inti suku Gayo.
Bahasa Gayo merupakan salah satu bahasa yang
ada di Nusantara. Keberadaan bahasa ini sama
tuanya dengan keberadaan orang Gayo “Urang
Gayo” itu sendiri di Indonesia. Sementara orang
Gayo “Urang Gayo” merupakan suku asli yang
mendiami Aceh.[diragukan – diskusikan][butuh
rujukan]. Mereka memiliki bahasa, adat istiadat
sendiri yang membedakan identitas mereka
dengan suku-suku lain yang ada di Indonesia.
Daerah kediaman mereka sendiri disebut dengan
Tanoh Gayo (Tanah Gayo), tepatnya berada di
tengah-tengah provinsi Aceh.
c. Bahasa Singkil
Bahasa Batak Singkil atau Batak Singkil adalah
sebuah dialek bahasa Batak yang dipertuturkan di
Provinsi Aceh. Bahasa Singkil dituturkan oleh
masyarakat Subulussalam, Singkil dan sebagian
wilayah Aceh Tenggara dan Aceh Selatan.
2. Provinsi Sumatera Utara
a. Bahasa Toba
Bahasa Batak Toba atau Batak Toba adalah sebuah
dialek bahasa Batak yang dituturkan di sekitar
Danau Toba dan sekitarnya, meliputi Samosir,
Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara dan Toba
Samosir, Sumatra Utara, Indonesia. Bahasa Batak
Toba termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia,
dan merupakan bagian dari kelompok bahasa-
bahasa Batak.
Saat ini diperkirakan terdapat kurang-lebih
2.000.000 orang penutur Bahasa Batak Toba, yang
tinggal di bagian barat dan selatan Danau Toba.
Penulisan bahasa ini dalam sejarahnya pernah
menggunakan aksara Batak, tetapi saat ini para
penuturnya hampir selalu menggunakan aksara
Latin untuk menuliskannya.
Herman Neubronner van der Tuuk adalah salah
seorang pionir awal penelitian atas Bahasa Batak
Toba, yaitu dalam aktivitasnya menulis Alkitab
berbahasa Batak Toba. Bahasa Batak Toba agak
lebih mirip dengan bahasa Batak Angkola dan
Mandailing, sehingga ketiga suku ini lebih mudah
untuk saling memahami dibandingkan dengan
bahasa Simalungun, Karo dan Pakpak.
Bahasa Batak Toba tidak hanya digunakan oleh
penutur yang tinggal di wilayah Danau Toba.
Tetapi, di daerah lain terdapat banyak penggunaya,
terlebih orangtua yang tinggal di luar Danau Toba
masih menggunakan bahasa tersebut saat
berkomunikasi sehari-hari kepada anaknya, sesama
suku, dan orang-orang yang memahami bahasa
Batak Toba.
b. Bahasa Nias
Umumnya bahasa Nias dianggap memiliki tiga
dialek. Dialek utara dituturkan di daerah
Gunungsitoli, Alasa dan Lahewa. Dialek selatan
dituturkan di Nias Selatan. Sementara itu, dialek
tengah dituturkan di Nias Barat, khususnya di
daerah Sirombu dan Mandrehe. Sementara itu,
Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan
Daerah Sumatra Utara 1977/1978 membagi
bahasa Nias ke lima dialek. Dialek utara dituturkan
di Alasa dan Lahewa; dialek Gunungsitoli; dialek
barat di Mandrehe, Sirombu, Kepulauan Hinako;
dialek tengah di Gido, Idano Gawo, Gomo, Lahusa;
dan dialek selatan di Telukdalam, Pulau Tello, dan
Kepulauan Batu. Tingkat kemiripan antara dialek
ini mencapai 80%. Bahasa Nias juga sebagai bahasa
resmi di Nias.
Bahasa Nias adalah bahasa yang dituturkan oleh
orang Nias. Bahasa ini termasuk dalam rumpun
bahasa Sumatra Barat Laut–kepulauan Penghalang
dan berhubungan dengan bahasa Batak dan
Mentawai. Pada tahun 2000, penuturnya
berjumlah sekitar 770.000 orang. Bahasa Nias
terdiri atas tiga dialek.
c. Bahasa Karo
Bahasa Batak Karo adalah sebuah dialek bahasa
Batak yang digunakan oleh suku Karo yang
mendiami Dataran Tinggi Karo (Kabupaten Karo),
Langkat, Deli Serdang, Dairi, Medan, hingga ke
Aceh Tenggara di Indonesia.
Bahasa Karo secara historis ditulis menggunakan
aksara Karo yang termasuk dalam Surat Batak
karena huruf yang dipakai berasal dari wilayah
Angkola-Mandailing daerah Tapanuli bagian
selatan yang merupakan bagian dari Batak yang
kemudian menyebar ke wilayah Batak Toba-
Samosir lalu ke Batak Simalungun dan Batak
Pakpak-Dairi lalu yang terakhir adalah wilayah suku
Karo. Surat Karo atau sering juga disebut Surat
Aru/Haru yang merupakan turunan dari aksara
Brahmi dari India kuno. Namun kini hanya
sejumlah kecil orang Karo dapat menulis atau
memahami aksara Karo, dan sebaliknya aksara
Latin yang digunakan.
SUMBER REVERENSJ
• Buku Pembelajaran Interaktif Geogarfi kelas XI Semester 2 Terbitan
PT. Margo Mitro Joyo
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sumatra
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Aceh
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Gayo
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Aneuk_Jamee
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak_Toba
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak_Karo
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Minangkabau
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Mentawai
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Palembang
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Basemah
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Kubu
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Rawas
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Aceh
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Gayo
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Toba
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Nias
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Karo
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rumah_Krong_Bade
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rumah_Bolon
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rumah_Gadang
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rumah_Limas
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rumah_Nuwo_Sesat
• https://amp.tirto.id/lirik-lagu-daerah-bungong-jeumpa-makna-dan-
asal-daerahnya-gnny
• https://portaljember.pikiran-rakyat.com/pendidikan/pr-
161478247/lirik-lagu-butet-dari-sumatra-utara-beserta-maknanya
• https://zonabanten.pikiran-rakyat.com/entertainment/pr-
23672778/lirik-lagu-daerah-kampuang-nan-jauh-di-mato-yang-
dinyanyikan-pada-live-hut-ri-17-agustus-2020
• https://lagudaerah.id/dek-sangke/
• https://www.pinhome.id/blog/contoh-alat-musik-tradisional/
• https://kataomed.com/budaya/10-tari-adat-tradisonal-dari-
sumatera-yang-terkenal