Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni.

Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Pulau Sumatera merupakan pulau ketiga terbesar di Indonesia setelah Kalimantan dan Papua.
Sumatera terletak pada 5° 39’ LU - 5° 54’ LS dan 95° BT - 106° BT dan terdapat
pegunungan Bukit Barisan yang membujur dari utara sampai selatan (Anwar, Damanik,
Hisyam dan Whitten, 1984). Berdasarkan letak geografisnya, pulau Sumatera terdiri atas dua
bagian yaitu wilayah pegunungan dan wilayah dataran rendah. Dataran tinggi terdiri dari
lembah-lembah pegunungan yang merupakan bagian dari gugusan Bukit Barisan yang
membelah pulau Sumatera. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di pulau Sumatera
yang wilayahnya dilalui oleh pegunungan Bukit Barisan, memiliki potensi alam yang
beragam dan beberapa kawasannya termasuk ke dalam kawasan konservasi (Inger and Voris,
2001).
BAB 2

PEMBAHASAN

A. ACEH

A.    TRADISI DAN KEARIFAN LOKAL ACEH

Aceh yang disebut dengan nama Daerah Istimewa Aceh (1959-2001) dan Nanggroe


Aceh Darussalam (2001-2009) adalah merupakan sebuah provinsi paling barat di Indonesia.
Aceh memiliki otonomi yang diatur tersendiri, berbeda dengan kebanyakan provinsi lain di
Indonesia, karena alasan sejarah. Daerah ini berbatasan dengan Teluk Benggala di sebelah
utara, Samudra Hindia di sebelah barat, Selat Malaka di sebelah timur, dan Sumatera Utara di
sebelah tenggara dan selatan.
Ibu kota Aceh ialah Banda Aceh. Pelabuhannya adalah Malahayati-Krueng Raya,
Ulee Lheue, Sabang, Lhokseumawe dan Langsa. Aceh merupakan kawasan yang paling
buruk dilanda gempa dan tsunami 26 Desember 2004. Beberapa tempat di pesisir pantai
musnah sama sekali. Yang terberat adalah Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh
Barat, Singkil dan Simeulue.
Aceh mempunyai kekayaan sumber alam seperti minyak bumi dan gas alam. Sumber
alam itu terletak di Aceh Utara dan Aceh Timur. Aceh juga terkenal dengan sumber
hutannya, yang terletak di sepanjang jajaran Bukit Barisan, dari Kutacane, Aceh Tenggara,
sampai Seulawah, Aceh Besar. Sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Gunung
Leuser (TNGL) juga terdapat di Aceh Tenggara.

b.      Seni dan Budaya


Aceh merupakan kawasan yang sangat kaya dengan seni budaya
galibnya dibandingkan dengan wilayah Indonesia lainnya. Aceh mempunyai aneka seni
budaya yang khas seperti tari-tarian, dan budaya lainnya seperti:
         Didong (seni pertunjukan dari masyarakat Gayo)
         Meuseukee Eungkot (sebuah tradisi di wilayah Aceh Barat)
         Peusijuek (atau Tepung tawar dalam tradisi Melayu)
         Masjid khas Aceh di tahun 1880-an
         Tari Seudati di Sama Langa tahun 1907
         Tari Saman dari Gayo Lues

c.       Sastra
Beberapa karya sastra yang berasal dari Aceh adalah sebagai berikut:
         Bustanussalatin
         Hikayat Prang Sabi
         Hikayat Malem Diwa
         Legenda Amat Rhah manyang
         Legenda Putroe Neng
         Legenda Magasang dan Magaseueng
d.      Senjata Tradisional
            Rencong adalah senjata tradisional Aceh, bentuknya menyerupai huruf  L, dan bila
dilihat lebih dekat bentuknya merupakan kaligrafi tulisan bismillah. Rencong termasuk dalam
kategori dagger atau belati (bukan pisau ataupun pedang). Selain rencong, bangsa Aceh juga
memiliki beberapa senjata khas lainnya, seperti siwah, geuliwang dan peudeueng.

e.       Rumah Tradisional
            Rumah tradisonal suku Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat ini bertipe rumah
panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah
Aceh yaitu seuramoë keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah)
dan seuramoë likôt (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh
dapu (rumah dapur).

f.       Tarian
            Provinsi Aceh memiliki setidaknya 10 suku bangsa, memiliki kekayaan tari-tarian
yang sangat banyak dan juga sangat mengagumkan. Beberapa tarian yang terkenal di tingkat
nasional dan bahkan dunia merupakan tarian yang berasal dari Aceh, seperti Tari Rateb
Meuseukat dan Tari Saman.

Tarian Suku Aceh Tarian Suku Gayo


         Tari Laweut          Tari Saman

         Tari Likok Pulo          Tari Bines

         Tari Pho          Tari Didong

         Tari Ranup          Tari Guel


Lampuan          Tari Munalu

         Tari Rapai          Tari Turun Ku Aih


Geleng Aunen
         Tari Rateb Tarian Suku Lainnya
Meuseukat          Tari Ula-ula Lembing

         Tari Ratoh Duek          Tari Mesekat

         Tari Seudati

         Tari Tarek Pukat

g.      Makanan Khas
Aceh mempunyai aneka jenis makanan yang khas. Antara lain timphan, gulai
itik, kari kambing yang lezat, Gulai Pliek U dan meuseukat yang langka. Di samping itu
emping melinjo asal kabupaten Pidie yang terkenal gurih, dodol Sabang yang dibuat dengan
aneka rasa, ketan durian (boh drien ngon bu leukat), serta bolu manis asal Peukan Bada.

2. SUMATERA BARAT

B.     TRADISI DAN KEARIFAN LOKAL SUMATERA BARAT


Sumatera Barat adalah provinsi terluas kesebelas di Indonesia, dengan ibukota
Padang, terletak pada 0°57′ LS 100°21′ BT. Nama Provinsi Sumatera Barat bermula pada
zaman Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), dimana sebutan wilayah untuk kawasan
pesisir barat Sumatera adalah Hoofdcomptoir van Sumatra's westkust. Kemudian dengan
semakin menguatnya pengaruh politik dan ekonomi VOC, sampai abad ke 18 wilayah
administratif ini telah mencangkup kawasan pantai barat Sumatera mulai dari Barus sampai
Inderapura.

a.      Suku Bangsa
Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku Minangkabau. Di daerah
Pasaman selain suku Minang berdiam pula suku Batak Mandailing. Suku Mentawai terdapat
di Kepulauan Mentawai. Di beberapa kota di Sumatera Barat terutama kota Padang terdapat
etnis Tionghoa, Keling (India) dan Suku Nias dan di beberapa daerah Transmigrasi
(Sitiung, Lunang, Pasaman dan lainnya) terdapat pula Suku Jawa.

b.      Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah bahasa daerah yaitu Bahasa
Minangkabau yang memiliki beberapa dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek Pariaman,
dialek Pesisir Selatan dan dialekPayakumbuh. Di daerah Pasaman yang berbatasan dengan
Sumatera Utara, dituturkan juga Bahasa Batakdialek Mandailing, yang biasanya digunakan
suku Batak Mandailing. Sementara itu di daerah Mentawaiyang berupa kepulauan dan
terletak beberapa puluh kilometer lepas pantai Sumatera Barat, bahasa yang digunakan
adalah Bahasa Mentawai.

c.       Musik
Nuansa Minangkabau yang ada di dalam setiap musik Sumatera Barat yang dicampur
dengan jenis musik apapun saat ini pasti akan terlihat dari setiap karya lagu yang beredar di
masyarat. Hal ini karena musik Minang bisa diracik dengan aliran musik jenis apapun
sehingga enak didengar dan bisa diterima oleh masyarakat. Unsur musik pemberi nuansa
terdiri dari instrumen alat musik tradisional saluang, bansi,talempong, rabab, dan gandang
tabuik.
Musik Minangkabau berupa instrumentalia dan lagu-lagu dari daerah ini pada
umumnya bersifat melankolis. Hal ini berkaitan erat dengan struktur masyarakatnya yang
memiliki rasa persaudaraan, hubungan kekeluargaan dan kecintaan akan kampung halaman
yang tinggi ditunjang dengan kebiasaan pergi merantau. Industri musik di Sumatera Barat
semakin berkembang dengan munculnya seniman-seniman Minang yang bisa membaurkan
musik modern ke dalam musik tradisional Minangkabau. Perkembangan musik Minang
modern di Sumatera Barat sudah dimulai sejak tahun 1950-an ditandai dengan lahirnya Orkes
Gumarang.

d.      Tarian
Tari tradisi bersifat klasik yang berasal dari Sumatera Barat yang ditarikan oleh kaum
pria dan wanita umumnya memiliki gerakan aktif dinamis namun tetap berada dalam alur dan
tatanan yang khas. Kekhasan ini terletak pada prinsip tari Minangkabau yang belajar kepada
alam, oleh karena itu dinamisme gerakan tari-tari tradisi Minang selalu merupakan
perlambang dari unsur alam. Pengaruh agama Islam, keunikan adat matrilineal dan
kebiasan merantau masyarakatnya juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari
tradisi Minangkabau.
Macam-macam tari tradisional dari Sumatera Barat meliputi:
1.      Tari Piring
2.      Tari Payung
3.      Tari Randai
4.      Tari Pasambahan
5.      Tari Indang
Seni tari tradisional Pencak Silat dari Minangkabau merupakan penggabungan dari
gerakan tari dan seni beladiri khas Minang. Pencak Silat di Minangkabau memiliki beberapa
aliran, diantara nya aliran Harimau Kumango.Tarian ini biasanya sudah diajarkan kepada
kaum pria di Minangkabau semenjak kecil hingga menginjak usia akil baligh (periode usia 6
hingga 12 tahun) untuk dijadikan bekal merantau. Saat ini seni tari pencak silat sudah
mendunia dengan terbentuknya federasi pencak silat sedunia IPSF(International Pencak Silat
Federation).

e.       Rumah Adat
Rumah adat Sumatera Barat disebut Rumah Gadang. Rumah adat asli setiap tiangnya
tidaklah tegak lurus atau horizontal tapi mempunyai kemiringan. Ini disebabkan oleh orang
dahulu yang datang dari laut hanya tahu bagai mana membuat kapal. Rancangan kapal inilah
yang ditiru dalam membuat rumah. Rumah adat jugat tidak memakai paku tapi memakai
pasak kayu. Ini disebabkan daerah Sumatera Barat rawan terhadap gempa, baik vulkanik
maupun tektonik. Jika dipasak dengan kayu setiap ada gempa akan semakin kuat
mengikatnya.

f.       Senjata Tradisional
Senjata tradisional Sumatera Barat adalah Keris. Keris biasanya dipakai oleh kaum
laki-laki dan diletakkan di sebelah depan, saat sekarang hanya dipakai bagi mempelai pria.
Berbagai jenis tombak, pedang panjang, sumpit juga dipakai oleh raja-raja Minangkabau
dalam menjaga diri mereka.

g.      Makanan
Dalam dunia kuliner, Sumatera Barat terkenal dengan masakan Padang danrestoran
padang. Masakan Padang yang terkenal dengan citarasa yang pedas dapat ditemukan hampir
di seluruh penjuru Nusantara, dan dapat ditemukan juga di luar negeri. Beberapa contoh
makanan dari Sumatera Barat yang sangat populer adalahRendang, Sate Padang, Dendeng
Balado,Itiak Lado Mudo, Soto Padang, dan Bubur Kampiun. Selain itu, Sumatera Barat juga
memiliki ratusan resep, seperti Galamai, Kipang Kacang, Bareh Randang, Dakak-dakak,
Rakik Maco, pinyaram, kipang kacang, Karupuak Balado dan Karupuak Sanjai.
Makanan ciri khas masing-masing kota dan kabupaten di Sumatera Barat untuk
dijadikan buah tangan (oleh-oleh) adalah: Kota Padang terkenal
denganbengkuang dan karupuak balado, Kota Padang Panjang terkenal dengan pergedel
jaung dan satenya, Kota Bukittinggi dengan karupuak sanjai, Kota Payakumbuhdengan
galamai dan bareh rendang, Kabupaten Agam terkenal dengan palai rinuak dan pensi, serta
karupuak kamang yakni kerupuk yang terbuat dari ubi kayu/singkong,Kabupaten Pesisir
Selatan dengan rakik maco, Kabupaten Tanah Datar dengan lamang Limo Kaum dan dakak-
dakak simabua-nya.
h.      Literatur
Literatur sejarah mengenai Sumatera Barat dan kebudayaan Minangkabausecara
umum dapat dijumpai antara lain di Pusat Dokumentasi Informasi Kebudayaan Minangkabau
(PDIKM), yang terletak di tengah-tengah objek wisata Perkampungan
Minangkabau (Minangkabau Village), kota Padang Panjang, Sumatera Barat.
Di PDIKM banyak tersimpan informasi sejarah masyarakat Minangkabau khususnya
semenjak abad 18 (periode penjajahan Belanda) hingga era 1980'an berupa dokumentasi foto
mikrograf surat kabar, pakaian tradisional, kaset rekaman lagu daerah, dokumentasi surat-
surat kepemerintahan dan alur sejarah masyarakat Minangkabau secara terperinci. Literatur
mengenai Sumatera Barat dan Minangkabau juga akan banyak didapatkan di
Perpustakaan KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde) dan di
Perpustakaan Universitas Leiden, dua-duanya diLeiden, Belanda.

3. BANGKA BELITUNG

C.    TRADISI DAN KEARIFAN LOKAL BANGKA BELITUNG


 1. Penduduk
Kebudayaan yang tumbuh di Bangka Belitung erat kaitannya dengan dominasi Islam
yang diterima dalam masyarakatnya sebagai aturan hukum wajib agama namun tradisi
kepercayaan yang melebur pada sistem kepercayaan masyarakatnya masih cukup kental yang
berlaku pada penduduk-penduduk perkampungan, suku-suku, serta etnik yang masuk setelah
masa kolonial Belanda yaitu Etnik China.
2. Adat dan tradisi
         Adat ( Hukum Adat )
Hukum yang adat yang berlaku sesudahnya adalah hukum yang masih di jalankan
oleh pemangku yang ada di bawahnya. Hukum adat yang ada di bawah raja yaitu yang ada
pada masyarakat adatnya; misalnya sesepuh turunan raja, kepala kampung, kepala suku.
Sedangkan adat-istiadat lokal masyarakatnya ada di bawah para penghulu dan dukun
kampung serta sedangkan wewenang tentang perihal tradisi kepercayaan ada pada dukun-
dukun, seperti; dukun obat, dukun angin, dukun hujan, dukun hutan, dukun api, dukun madu,
dukun buaya, serta dukun di berbagai spesifikasi lainnya.
Raja, kepala suku yang menggelar hukum adat di masa kekuasaannya akan
membentuk karakter masyarakatnya yang di kemudian disebut adat masyarakat. Karakter itu
akan tercermin dalam sikap masyarakat wilayah tersebut. Misalnya salah satu contoh ketika
Cakraninggrat III KA Gending (1696-1700) Raja Balok di Belitung, memberlakukan hukum
adat tetukun; yaitu apabila orang asing akan menikahi gadis wilayah itu, harus membayar
sejumlah uang kepada ngabehi, serta tak boleh membawa pulang perempuan yang dinikahi
tersebut, si lelaki mesti tinggal di wilayah kekuasaan hukum raja.
Dampak tersebut setelah raja dan ngabehi tidak lagi memberlakukan hukum tersebut
maka kini terserap dalam tradisi "berebut lawang" di mana penganten laki-laki mesti
membayar pada penjaga pintu atau lawang di rumah mempelai perempuan.

Berbagai upaya masyarakat untuk membuat hukum tetukun tersebut menjadi mantap


di masanya; secara sikap sosial tentu saja masyarakat setempat mesti terbuka dan memiliki
toleransi yang tinggi, hingga setiap orang asing yang menikahi gadis Belitung di masa itu
akan betah karena sikap masyarakat yang positif itu. Bagaimana jika ada usaha untuk hanya
sekedar menikahi misalnya, tentu saja peran mistik dari dukun menjadi berperan hingga
muncul asumsi jika sudah terminum air setempat maka orang tersebut akan betah! Dan kesan
yang muncul kemudian adalah asumsi; Jika orang asing sudah menikahi gadis Belitung maka
ia takkan bisa pulang lagi ke negeri asalnya.
۩       Kelemahan hukum adat
Kelemahan hukum adat Bangka Belitung pada dasarnya tidak pernah diundangkan
secara tertulis baik oleh raja, depati, batin, atau pun kepala suku karena masyarakatnya begitu
patuh dengan pemimpin mereka. Norma yang tak tertulis itu menjadi titik lemah dalam
perkembangan tradisisinya karena kebudayaan selalu bergeser dinamis sehingga pendatang
atau yang bukan penduduk asli menjadi ogah untuk menaati hukum adat setempat.
۩       Keunggulan hukum adat
Keunggulan dari norma atau hukum adat yang tak tertulis itu adalah loyalitas dan
kebersamaan tetap terjaga pada lingkungan masyarakat adatnya. Ia dengan sendirinya
membentuk karakter masyarakatnya menjadi masyarakat yang homogen. Otonomi raja yang
pernah mempersatukan masyarakatnya dalam satu simbol kekuasaan akan mencerminkan
watak atau karakter tersebut, misalnya pada masyarakat pulau Belitung, mereka homogen
dalam bahasa, agama, dan adat istiadat. Suku-suku lain dari komunitas yang lebih kecil pun
kebanyakan sudah melebur dalam sistem tersebut. Misalnya Suku Sekak sudah banyak yang
masuk Islam, serta menguasai bahasa setempat, meski tradisi kepercayaan mereka tak
mungkin mereka hilangkan.
3. Kearifan local
Adat atau norma yang dieksekusi oleh Kepala Kampung dan para kepala suku, itu
menyangkut tentang semua aturan setempat yang kini lebih dikenal dengan sebutankearifan
lokal adalah aturan yang sudah berlaku secara turun-temurun. Aturan tersebut kemudian
dipertegas secara kepercayaan oleh para dukun dan secara agama oleh penghulu atau lebai
kampung. Kearifan lokal yang berkaitan dengan alam sebagai sumber kehidupan yang
kemudian mentradisi secara ritual berkaitan dengan kepercayaan diakumulasikan dalam acara
ritual misalnya seperti; Buang Jong pada suku Sekak, Nuju Jeramik pada suku Urang Lom,
Maras Taon di tradisi Urang Belitong.
Kearifan lokal sehari-hari yang dipatuhi masyarakat, implementasinya begitu
sederhana dan mudah untuk diterapkan misalnya berkaitan dengan hutan; jangan menebang
kayu dimasa pohon sedang berpucuk; jangan menebang pohon di hutan hulu sungai atau
hutan mata air; jangan membuka dan membakar hutan tanpa ada petunjuk dari dukun
kampong dan dukun api, dan lainnya. Di bidang perburuan hewan misalnya; jangan berburu
di musim bulan terang, jangan membunuh hewan yang lagi bunting, dan lainnya.
Bagaimana hubungan antar manusianya? Adat tradisi yang berkaitan ritualitas
pernikahan, di Bangka Belitung memiliki eksotika tersendiri misalnya tradisi prosesi
melamar, prosesi seremonial pernikahan, prosesi pesta pernikahan, Belitung terkenal dengan
istilah Begawai yang prosesinya melibatkan perangkat penghulu hingga personil perangkat
kerjanya yang dilaksanakan secara sistematis dan unik hingga kini. Di Bangka di kenal juga
adanya tradisi Kawin Massal dengan prosesi kebersamaan adat sepintu sedulangnya.

4. BENGKULU

D.    TRADISI DAN KEARIFAN LOKAL BENGKULU

 1. Tradisi tabot


Salah satu di antaranya adalah tradisi tabot yang rutin diselenggarakan masyarakat
Bengkulu setiap bulan Muharam tahun Hijriyah. Ketika menginjakkan kaki di Bandara
Fatmawati Soekarno yang berjarak 10 kilometer dari pusat kota Bengkulu, tampak dua
bangunan layaknya gerbang masuk kota. Bangunan gerbang itu merefleksikan tradisi tabot.
Tradisi yang dikaitkan dengan sejarah Islam itu menjadi agenda wisata yang ditawarkan
provinsi yang dikenal sebagai Bumi Raflesia tersebut.
Biasanya tradisi perayaan tabot dilaksanakan sepuluh hari. Tradisi itu sudah dilakukan
pada abad ke-14. Masyarakat Bengkulu percaya bahwa jika perayaan tabot tidak
dilaksanakan, akan terjadi bencana. Setiap tahun perayaan tabot terus berkembang dan diisi
acara-acara kolosal. Misalnya, festival tari tabot, telong-telong, ikan-ikan, dan lomba
dol. Berbagai acara kolosal itu yang menjadi daya tarik masyarakat. Sejak 1990, pemerintah
mengangkat tradisi tabot sebagai salah satu festival wisata di Bengkulu. 
Awalnya ada tujuh tabot yang disakralkan. Yaitu, tabot berkas, tabot imam, tabot
bangsal, tabot panglima, tabot sumakerindu, dan tabot padang jati. Sayang, tabot
sumakerindu dan tabot padang jati sudah hilang karena tak ada lagi keturunan yang
meneruskan pembuatannya. Tabot dikatakan sakral karena memiliki penja (pending jari-jari)
terbuat dari tembaga. Bentuknya menyerupai tangan manusia dan biasanya disimpan di atas
rumah sekurang-kurangnya setahun. Setiap tahun penja itu dicuci dengan ritual khusus.
2. Tradisi Gaun Pengantin
Saat memilih pakaian pengantin, selain mengacu pada konsep pernikahan, sebaiknya
juga membuat Anda nyaman dan merasa istimewa saat mengenakannya. Tak terkecuali untuk
pakaian pengantin tradisional, seperti dari daerah Sumatera, yang dikenal ribet. Namun Anda
tak perlu khawatir, karena perancang busana yang mengkhususkan diri pada pakaian
pengantin tradisional sudah semakin banyak.
Gaun pengantin menjadi pemandangan yang menarik perhatian Kompas Female pada
Sabtu sore (30/1/2010) itu. Menurut pengakuan Mulyadi (perancang busana pengantin)
kepada Kompas Female usai pagelaran busana, ia mempadupadankan gaya Victorian khas
Eropa dengan kain tradisi khas suku Rejang Lebong, daerah asal pria yang memulai karier di
industri fashion sejak 2006 ini. Kain suku Rejang Lebong ini bernama kain Besurek atau
dalam bahasa Indonesia kain bertulisan. Desain motif kain ini adalah coretan menyerupai
kaligrafi Arab dan gambar bunga raflesia. Dalam tradisi kuno suku Rejang Lebong, kain ini
digunakan untuk pakaian adat, tutup kepala, dan kain penutup keranda jenazah. Keprihatinan
Mulyadi akan minimnya kecintaan nilai tradisi, terutama kain khas Bengkulu, menciptakan
peluang segar bagi dirinya untuk mempopulerkan kain Besurek melalui gaun pengantin

5. KEPULAUAN RIAU

E.     TRADISI DAN KEARIFAN LOKAL KEPULAUAN RIAU.


Tradisi Arsitektur Melayu dari Masyarakat Kepulauan Riau
Kepulauan Riau adalah sebuah propinsi di Indonesia yang terbentang dari daratan di
sebelah Timur Sumatra Barat sampai pada pulau-pulau kecil di Selat malaka dan Laut
Natuna. Kebesaran Kerajaan Malaka pada masa lampau masih berbekas kuat pada
masyarakat Kepulauan Riau dengan kebanggannya sebagai bangsa Melayu. Kebanggaan
tersebut tampak dalam pola kehidupan, adat dan budaya yang bernafaskan melayu, termasuk
juga arsitekturnya.
Dalam bidang arsitektur, masyarakat melayu memilliki kebanggan dengan adanya
bentuk yang di latar belakangi oleh tampilan ‘rumah belah bubung’. Tampilan rumah ini
mencirikan bentuk atap di mana pada lisplank yang mencapai bubungan menjadi terbelah dan
membentuk hiasan huruf ‘V’. lisplank utama ini memiliki sudut kemiringan atap yang curam,
kemudian dibawahnya beratap dengan sudut kemiringan landai. Ciri lain dari rumah
berbudaya melayu adalah konstruksinya yang berupa rumah panggung danbahan kayu.

Sulitnya transportasi untuk mencapai pulau-pulau kecil di wilayah Kepulauan Riau


membuat beberapa orang membangun rumahnya menggunakan bahan yang berasal dari pulau
tersebut. karena masih ada hutan, maka penggunaan bahan kayu banyak dipilih sebagai
material bangunan rumah. Demikian pula dengan atap bangunan yang akan menyulitkan
pemilik rumah jika harus menyediakan bahan berupa genteng, maka pemilihan bahan atap
menggunakan rangkaian daun kelapa. Atap dengan rangkaian daun kelapa ini akan tahan
dipakai untuk banguunan permanen selama lima tahun. Selebihnya pemilik rumah akan
merehabilitasi rumah dengan atap rangkaian daun kelapa yang baru.
Bentuk yang khas dari ‘rumah belah bubung’ tidak hanya digunakan untuk rumah
tinggal saja, namun juga untuk bangunan umum seperti gedung pertemuan, pelabuhan laut
dan sebagainya. Bahkan beberapa gapura masuk permukiman juga ada yang menggunakan
bentuk tersebut. Karena masyarakat kepulauan riau tinggal di pulau-pulau kecil, maka
matapencaharian terbesarnya adalah nelayan. Dengan demikian sebagian besar rumah
penduduk juga berdiri dekat dengan pantai, bahkan banyak pula yang berdirinya tepat di atas
laut.
6. SUMATERA SELATAN

F.     TRADISI DAN KEARIFAN LOKAL SUMATERA SELATAN

Kota Palembang adalah salah satu kota besar di Indonesia yang juga merupakan ibu


kota provinsi Sumatera Selatan. Palembang merupakan kota terbesar kedua
di Sumatera setelah Medan. Kota ini dahulu pernah menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya,
sebelum kemudian berpindah ke Jambi. Bukit Siguntang, di bagian barat Kota Palembang,
hingga sekarang masih dikeramatkan banyak orang dan dianggap sebagai bekas pusat
kesucian di masa lalu.
Palembang merupakan kota tertua di Indonesia, hal ini didasarkan dari prasasti Kedukan
Bukit yang diketemukan di Bukit Siguntang sebelah barat Kota Palembang, yang menyatakan
pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota yang merupakan ibukota Kerajaan
Sriwijaya pada tanggal 16 Juni 682 Masehi[2]. Maka tanggal tersebut dijadikan patokan hari
lahir Kota Palembang.

1.   Bahasa
Penduduk Palembang merupakan etnis Melayu, dan menggunakan Bahasa
Melayu yang telah disesuaikan dengan dialek setempat yang kini dikenal sebagai Bahasa
Palembang. Namun para pendatang seringkali menggunakan bahasa daerahnya sebagai
bahasa sehari-hari, seperti bahasa Komering, Rawas, dan Lahat. Pendatang dari luar
Sumatera Selatan terkadang juga menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari
dalam keluarga atau komunitas kedaerahan. Namun untuk berkomunikasi dengan warga
Palembang lain, penduduk umumnya menggunakan bahasa Palembang sebagai bahasa
pengantar sehari-hari.
2. Penduduk
Selain penduduk asli, di Palembang terdapat pula warga pendatang dan warga
keturunan, seperti dari Jawa, Minangkabau, Madura, Bugis, dan Banjar. Warga keturunan
yang banyak tinggal di Palembang adalah Tionghoa, Arab dan India. Kota Palembang
memiliki beberapa wilayah yang menjadi ciri khas dari suatu komunitas seperti Kampung
Kapitan yang merupakan wilayah Komunitas Tionghoa dan Kampung Al Munawwar yang
merupakan wilayah Komunitas Arab. Agama mayoritas di Palembang adalah Islam. Selain
itu terdapat pula penganut Katholik, Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
3. Seni dan Budaya
Festival perahu hias dan lomba bidar di Sungai Musi
Sejarah tua Palembang serta masuknya para pendatang dari wilayah lain, telah
menjadikan kota ini sebagai kota multi-budaya. Sempat kehilangan fungsi sebagai pelabuhan
besar, penduduk kota ini lalu mengadopsi budaya Melayu pesisir, kemudian Jawa. Sampai
sekarang pun hal ini bisa dilihat dalam budayanya. Salah satunya adalah bahasa. Kata-kata
seperti "lawang (pintu)", "gedang (pisang)", adalah salah satu contohnya. Gelar
kebangsawanan pun bernuansa Jawa, seperti Raden Mas/Ayu. Makam-makam peninggalan
masa Islam pun tidak berbeda bentuk dan coraknya dengan makam-makam Islam di Jawa.
Kesenian yang terdapat di Palembang antara lain:
 Kesenian Dul Muluk (pentas drama tradisional khas Palembang)
 Tari-tarian seperti Gending Sriwijaya yang diadakan sebagai penyambutan kepada
tamu-tamu, dan tari Tanggai yang diperagakan dalam resepsi pernikahan
 Lagu Daerah seperti Dek Sangke, Cuk Mak Ilang, Dirut, dan Ribang Kemambang
 Rumah Adat Palembang adalah Rumah Limas dan Rumah Rakit
Kota Palembang juga selalu mengadakan berbagai festival setiap tahunnya antara lain
"Festival Sriwijaya" setiap bulan Juni dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Palembang,
Festival Bidar dan Perahu Hias merayakan Hari Kemerdekaan, serta berbagai festival
memperingati Tahun Baru Hijriah, Bulan Ramadhan, dan Tahun Baru Masehi.
4.  Makanan Khas
         Berkas:Pempek-campur.jpg
Pempek merupakan makanan khas Palembang yang telah terkenal seantero nusantara
         Berkas:Pindang-patin.jpg
Pindang ikan patin khas Palembang, rasanya pedas, asam, dan gurih
Kota ini memiliki komunitas Tionghoa cukup besar. Makanan
seperti pempekatau tekwan yang terbuat dari ikan mengesankan "Chinese taste" yang kental
pada masyarakat Palembang.

 Pempek                                  
 Tekwan                                              
 Model
 Laksan
 Celimpungan
 Mie Celor
 Burgo
 Pindang Patin
 Pindang Tulang
 Malbi
 Tempoyak
 Otak - otak
 Kemplang
 Kerupuk
 Kue Maksubah
 Kue Delapan Jam
 Kue Srikayo

7. RIAU

G.    TRADISI DAN KEARIFAN LOKAL RIAU

Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia. Provinsi ini terletak di Pulau Sumatra dan


beribukotakan Pekanbaru. Provinsi Riau di sebelah utara berbatasan dengan Kepulauan
Riaudan Selat Melaka; di sebelah selatan dengan Provinsi Jambi dan Selat Berhala; di
sebelah timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan (Provinsi Kepulauan Riau), dan di
sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Sumatera Utara.
1.     Suku Bangsa di Riau
Penduduk Provinsi Riau terdiri dari penduduk asli dan para pendatang yang
bermacam-macam suku bangsanya. Mereka bermukim di wilayah perkotaan dan di pedesaan
di seluruh pelosok Provinsi Riau. Adapun suku-suku yang terdapat di Provinsi Riau adalah
sebagai berikut :[1]
 Melayu. Suku Melayu merupakan penduduk asli Provinsi Riau dan merupakan suku
mayoritas di provinsi ini. Terdapat di seluruh daerah Riau.
 Jawa. Pada umumnya ada di daerah Riau, terutama daerah transmigrasi dan daerah
perkotaan. Penduduk Suku Jawa ada yang bekerja sebagai petani, pegawai negeri, anggota
TNI, buruh dan sebagainya.
 Minangkabau. Penduduk Suku Minangkabau pada umumnya tinggal
di Pekanbaru, Kampar,Kuantan Singingi, Rokan Hulu dan wilayah lainnya. Pada umumnya
mereka hidup sebagai pedagang, namun banyak juga yang menjadi pegawai negeri, anggota
TNI, dll. Suku Minangkabau merupakan suku yang suka merantau.
 Tionghoa. Penduduk etnis Tionghoa pada umumnya tinggal di daerah pesisir Provinsi
Riau seperti di Bagansiapiapi, Selatpanjang, Pulau Rupat dan Bengkalis. Namun sekarang ini
banyak juga yang tinggal di daerah perkotaan seperti Pekanbaru dan Dumai.
 Batak. Masyarakat dari Suku Batak kebanyakan tinggal di daerah perkotaan. Banyak
diantara mereka yang bekerja sebagai PNS, TNI, pedagang, dll
 Bugis. Banyak terdapat di Indragiri Hilir, seperti di Tembilahan, Enok, Tempuling
Gaung anak Serka dan Reteh.
 dan lain-lain
Suku bangsa di Riau lainnya seperti Sunda, Banjar, Flores, suku - suku di pedalaman daerah
Riau seperti Suku Akit, Suku Talang Mamak, Suku Laut, dan lainnya
2.     Bahasa
Bahasa pengantar masyarakat Provinsi Riau pada umumnya menggunakan Bahasa
Melayu dan Bahasa Indonesia tentunya. Disamping itu penggunaan Bahasa Minang juga
banyak digunakan oleh penduduk Provinsi Riau serta bahasa daerah lainnya. Bahasa Melayu
sudah menjadi bahasa internasional Lingua franca di kepulauan Nusantara, atau sekurang-
kurangnya sebagai bahasa perdagangan di Kepulauan Nusantara. Bahasa Melayu, semenjak
pusat kerajaan berada di Malaka kemudian pindah ke Johor, akhirnya pindah ke Riau
mendapat predikat pula sesuai dengan nama pusat kerajaan Melayu itu. Karena itu bahasa
Melayu zaman Melaka terkenal dengan Melayu Melaka, bahasa Melayu zaman Johor
terkenal dengan Melayu Johor dan bahasa Melayu zaman Riau terkenal dengan bahasa
Melayu Riau.
Pada zaman dahulu ada beberapa alasan yang menyebabkan Bahasa Melayu menjadi
bahasa resmi digunakan, yaitu:
 Bahasa Melayu Riau secara historis berasal dari perkembangan Bahasa Melayu
semenjak berabad-abad yang lalu. Bahasa Melayu sudah tersebar keseluruh Nusantara,
sehingga sudah dipahami oleh masyarakat, bahasa ini sudah lama menjadi bahasa antar suku
di Nusantara,
 Bahasa Melayu Riau sudah dibina sedemikian rupa oleh Raja Ali Haji dan kawan-
kawannya, sehingga bahasa ini sudah menjadi standar, dan
 Bahasa Melayu Riau sudah banyak publikasi, berupa buku-buku sastra, buku-buku
sejarah dan agama baik dari zaman Melayu klasik maupun dari yang baru.
3.     Agama
Dilihat dari komposisi penduduk Provinsi Riau yang penuh kemajemukan dengan latar
belakang sosial budaya, bahasa dan agama yang berbeda, pada dasarnya merupakan aset bagi
daerah Riau sendiri. Oleh karena itu kemajemukan tersebut harus dianggap bukanlah sebagai
jurang pemisah antar penduduk namun sebagai pendorong bagi terciptanya persatuan dan
kesatuan Indonesia. Agama - agama yang dianut penduduk Provinsi Riau sangat beragam.
Yaitu Islam,Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, dsb.

4.     Seni dan Budaya


Musik
 Musik Gambus Melayu
 Kompang Bengkalis
 Kompang Siak
 Musik Zapin Melayu Siak
 Calempong Kampar
 Calempong Kuantan

 Calempong Rarak Gondang Rokan
 Gong Tanah Sibunguik Kampar
 Berdah Rengat Indragiri
 Gendang Senapelan

Tarian
 Tarian Gamelan
 Serampang Dua Belas
 Joged Lambak
 Zapin
 Zapin Laksmana Raja di Laut
 Zapin Laksmana Hang Tuah

8. JAMBI

H.    TRADISI DAN KEARIFAN LOKAL JAMBI

JAMBI adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di pesisir timur di bagian


tengah Pulau Sumatra. Jambi juga merupakan nama sebuah kota di provinsi ini, yang
merupakan kota ibukota provinsi. Jambi adalah satu dari tiga provinsi di Indonesia yang
ibukota-nya bernama sama dengan nama provinsinya, selain Bengkulu danGorontalo. Jambi
merupakan tempat berasalnya Bangsa Melayu yaitu dari Kerajaan Malayu di Batang Hari
Jambi. Bahasa Melayu Jambi sama seperti Melayu Palembangdan Melayu Bengkulu, yaitu
berdialek "o".
suku bangsa
Masyarakat Jambi merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari masyarakat asli
Jambi, sebagian merupakan pendatang yang berasal dari Minangkabau, Batak, Jawa, Sunda,
Cina dan India. Sebagian besar masyarakat Jambi memeluk agama Islam sebesar 90%,
sedangkan sisanya merupakan pemeluk agama Kristen, Hindu dan Budha.

9. LAMPUNG

I. TRADISI DAN KEARIFAN LOKAL LAMPUNG


Provinsi Lampung memiliki luas 35.376,50 km² dan terletak di antara 105°45'-
103°48' BT dan 3°45'-6°45' LS. Daerah ini di sebelah barat berbatasan dengan Selat
Sunda dan di sebelah timur dengan Laut Jawa. Beberapa pulau termasuk dalam wilayah
Provinsi Lampung, yang sebagian besar terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau
Darot, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Ketagian, Pulau Sebesi, Pulau
Poahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus, dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau Tampang dan
Pulau Pisang di yang masuk ke wilayah Kabupaten Lampung Barat.

1.  Bahasa
Masyarakat Lampung yang plural menggunakan berbagai bahasa, antara lain bahasa
Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bali, bahasa Minang, dan bahasa setempat
yang disebut bahasaLampung

2.  Seni dan budaya


        Sastra
Lampung menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan sastra, baik sastra
(berbahasa) Indonesia maupun sastra (berbahasa) Lampung. Kehidupan sastra (Indonesia) di
Lampung dapat dikatakan sangat ingar-bingar meskipun usia dunia kesusastraan Lampung
relatif masih muda. Penyair Iwan Nurdaya-Djafar yang baru kembali ke Lampung setelah
selesai kuliah di Bandung sekitar 1980-an mengaku kepenyairan di Lampung masih sepi. Dia
baru menjumpai Isbedy Stiawan ZS, A.M. Zulqornain, Sugandhi Putra, Djuhardi Basri, Naim
Emel Prahana, dan beberapa nama lainnya.
Barulah memasuki 1990-an kemudian Lampung mulai semarak dengan penyair-
penyair seperti Iswadi Pratama, Budi P. Hatees, Panji Utama, Udo Z. Karzi,Ahmad Yulden
Erwin, Christian Heru Cahyo, dan lain-lain. Menyusul kemudian Ari Pahala Hutabarat, Budi
Elpiji, Rifian A. Chepy, Dahta Gautama dkk. Kini ada Dina Oktaviani, Alex R.
Nainggolan, Jimmy Maruli Alfian, Y. Wibowo, Inggit Putria Marga, Nersalya Renata,
dan Lupita Lukman. Selain itu ada cerpenis Dyah Merta danM. Arman AZ.. Leksikon
Seniman Lampung (2005) menyebutkan tidak kurang dari 36 penyair/sastrawan Lampung
yang meramaikan lembar-lembar sastra koran, jurnal, dan majalah seantero negeri.

        Teater
Perkembangan teater di Lampung banyak dilatarbelakangi dari keinginan para pelajar
dan mahasiswa yang tergabung dalam kelompok seni untuk mendalami seni peran dan
pertunjukkan. Beberapa kelompok teater kampus dan pelajar yang masih tercatat aktif sampai
saat ini adalah teater Kurusetra (UKMBS Unila), KSS (FKIP Unila), Green Teater (Umitra),
Teater Biru (Darmajaya), Teater Kapuk (STAIN Metro), Teater Sudirman 41 (SMUN 1 Bdl),
Teater Gemma (SMUN 2 Bdl), Teater Palapa (SMUN 3 Bdl), Teater Madani(SMUN 5 Bdl),
Teater Handayani (SMUN 7 Bdl),Kolastra (SMUN 9 Bdl), Teater sebelas (SMUN 11 Bdl),
Teater Pelopor (SMU Perintis 1 Bdl), Insyaallah Teater (SMU Perintis 2 Bdl), Teater Cupido
(SMUN 1 Sumberjaya).
Sedangkan beberapa teater yang digerakkan seniman-seniman Lampung yaitu Teater
Satu, Komunitas Berkat Yakin (Kober), Teater Kuman, Teater Sendiri. Penggerak teater di
Lampung yang masih eksis mengembangkan seni pertunjukkan teater melalui karya-karyanya
antara lain Iswadi Pratama, Ari Pahala Hutabarat, Robi akbar, M. Yunus, Edi Samudra
Kertagama, Ahmad Jusmar, Imas Sobariah, Ahmad Zilalin, Darmawan. Lampung tidak
hanya dikenal banyak melahirkan sastrawan-sastrawan baru namun aktor-aktor potensial pun
juga tidak sedikit yang muncul seperti, Rendie Dadang Yusliadi, Robi Akbar, Eyie, Iin
Mutmainah, M Yunus, Dedi Nio, Liza Mutiara Afriani, Iskandar GB, Ruth Marini.
Dalam tiap tahunnya even-even teater seperti pertunjukkan, lomba, workshop dan
diskusi kerap digelar di Provinsi ini serta tempat tempat yang sering digunakan adalah
Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Lampung, Auditorium RRI, GSG UNILA, Academic
Centre STAIN Metro, Gedung PKM Unila, Aula FKIP Unila, Pasar Seni Enggal. Adapun
even tahunan teater yang terbesar di Lampung adalah Liga Teater SLTA se-Provinsi
Lampung sebagai ajang apresiasi para aktor Pelajar LAmpung yang kualitasnya tidak kalah
dengan pelajar di luar Lampung.
        Musik
Sebagaimana sebuah daerah, Lampung memiliki beraneka ragam jenis musik, mulai
dari jenis tradisional hingga modern (musik modern yang mengadopsi kebudayaan musik
global.red). Adapun jenis musik yang masih bertahan hingga sekarang adalah: Klasik
Lampung, jenis musik ini biasanya diiringi oleh alat musik gambus dan gitar akustik.
Mungkin jenis musik ini merupakan perpaduan budaya Islam dan budaya asli itu sendiri.
Beberapa kegiatan festival diadakan dengan tujuan untuk mengembangkan budaya musik
tradisional tanpa harus khawatir akan kehilangan jati diri. Festival Krakatau contohnya,
adalah sebuah Festival yang diadakan oleh Pemda Lampung yang bertujuan untuk
mengenalkan Lampung kepada dunia luar dan sekaligus menjadi ajang promosi pariwisata.
        Tari
Ada berbagai jenis tarian yang merupakan aset budaya Provinsi Lampung. Salah satu
jenis tarian yang terkenal adalah Tari Sembah. Ritual tari sembah biasanya diadakan oleh
masyarakat lampung untuk menyambut dan memberikan penghormatan kepada para tamu
atau undangan yang datang, mungkin bolehlah dikatakan sebagai sebuah tarian penyambutan.
Selain sebagai ritual penyambutan, tari sembah pun kerap kali dilaksanakan dalam upacara
adat pernikahan masyarakan Lampung.

10. SUMATERA UTARA

J. TRADISI DAN KEARIFAN LOCAL SUMATERA UTARA


Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan
kota terbesar keempat di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya danBandung. Medan merupakan
pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para
wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di daerah dataran tinggi Karo, objek wisata
Orangutan di Bukit Lawang, Danau Toba, serta Pantai Cermin, yang dilengkapi
dengan Waterboom Theme Park.
1. Suku Bangsa
Mayoritas penduduk kota Medan sekarang ialah Suku Jawa dan suku-suku
dari Tapanuli (Batak, Mandailing, Karo). Di Medan banyak pula orang
keturunan India dan Tionghoa. Medan salah satu kota di Indonesia yang memiliki populasi
orang Tionghoa cukup banyak.
Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja dan viharaTionghoa yang
banyak tersebar di seluruh kota. Daerah di sekitar Jl. Zainul Arifin dikenal sebagai Kampung
Keling, yang merupakan daerah pemukiman orang keturunan India. Secara historis, pada
tahun 1918 tercatat bahwa Medan dihuni 43.826 jiwa. Dari jumlah tersebut, 409 orang
berketurunan Eropa, 35.009 berketurunan Indonesia, 8.269 berketurunan Tionghoa, dan 139
lainnya berasal dari ras Timur lainnya.
Perbandingan Etnis di Kota Medan pada Tahun 1930, 1980, 2000
Etnis Tahun 1930 Tahun 1980 Tahun 2000
Jawa 24,9% 29,41% 33,03%
Batak 10,7% 14,11% -- (lihat Catatan)
Tionghoa 35,63% 12,8% 10,65%
Mandailing 6,43% 11,91% 9,36%
Minangkabau 7,3% 10,93% 8,6%
Melayu 7,06% 8,57% 6,59%
Karo 0,19% 3,99% 4,10%
Aceh -- 2,19% 2,78%
Sunda 1,58% 1,90% --
Lain-lain 16,62% 4,13% 3,95%
Sumber: 1930 dan 1980: Usman Pelly, 1983; 2000: BPS Sumut[1]
Catatan: Data BPS Sumut tidak menyenaraikan "Batak" sebagai salah satu suku bangsa, namun total
Simalungun (0,69%), Tapanuli/Toba (19,21%), Pakpak, (0,34%), dan Nias (0,69%) adalah 20,93%

2.       Pola kehidupan


        Pekerjaan
Sebagai kota terbesar di Sumatra dan Selat Malaka, penduduk Medan banyak yang
berprofesi di bidang perdagangan. Biasanya pengusaha Medan banyak yang menjadi
pedagang komoditas perkebunan. Setelah kemerdekaan, sektor perdagangan secara konsisten
didominasi oleh etnis Tionghoa dan Minangkabau. Bidang pemerintahan dan politik, dikuasai
oleh orang-orang Mandailing. Dari tiga belas walikota Medan, tujuh berasal dari etnis
Mandailing. Sedangkan profesi yang memerlukan keahlian dan pendidikan tinggi, seperti
pengacara, dokter, notaris, dan wartawan, mayoritas digeluti oleh orang Minangkabau

        Pola pemukiman

Perluasan kota Medan telah mendorong perubahan pola pemukiman kelompok-kelompok


etnis. Etnis Melayu yang merupakan penduduk asli kota, banyak yang tinggal di pinggiran
kota. Etnis Tionghoa dan Minangkabau yang sebagian besar hidup di bidang perdagangan,
75% dari mereka tinggal di sekitar pusat-pusat perbelanjaan. Pemukiman orang Tionghoa dan
Minangkabau sejalan dengan arah pemekaran dan perluasan fasilitas pusat perbelanjaan.
Orang Mandailing juga memilih tinggal di pinggiran kota yang lebih nyaman, oleh karena itu
terdapat kecenderungan di kalangan masyarakat Mandailing untuk menjual rumah dan tanah
mereka di tengah kota, seperti di Kampung Mesjid, Kota Maksum
1. Rumah Adat 

Rumah adat Sumatera Utara dinamakan Parsakitan dan Jabu Bolon. Jabu Parsakitan adalah rumah
adat di daerah Batak Toba, tempat penyimpanan barang-barang pusaka dan tempat penyimpanan
barang-barang pusaka dan tempat pertemuan untuk mem
bicarakan hal-hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan adat. Jabu Bolon adalah rumah
pertemuan suatu keluarga besar. Berbentuk panggung dan ruang atas untuk tempat tinggal bersama-
sama, Tempat tidur lebih tinggi dari dapur.
2. Pakaian Adat
Di daerah Tapanuli Utara tenunan tradisionalnya disebut ulos. Kain ulos
itu terdiri dari beberapa macam yang harga dan fungsinya berbeda-beda. Misalnya: Ulos Godang,
Sibolang, Mangiring, Sitoluntuho, Ragi Hidup, Sadum, dan Ragi Hotang.
Pada upacara adat kaum pria mengenakan tutup kepala yang disebut sabe-sabe dari ulos mangiring.
Di bahunya disampirkan Ulos Ragi Hotang dan mengenakan kain sarung. Kaum wanitanya
menegenakan Ulos Sadum yang disampirkan di kedua bahunya dililit dengan Ulos Ragi Hotang dan
mengenakan sarung suji.

 3. Tari-tarian Daerah Sumatera Utara


a. Tari Serampang Dua Belas, sebuah tari melayu dengan irama joged. Diiringi musik dengan
pukulan gendang ala Amerika Latin. Serampang Dua Belas merupakan tari pergaulan, baik bagi
muda-mudi maupun orang tua.

  (Tari Tor-tor salah satu tarian Sumatera Utara)


b. Tari Tor-tor, sebuah tari dari daerah Batak dengan latar belakang falsafah peradatan dan ditarikan
dalam suasana khusuk.
c. Tari Marsia Lapari, tari garapan ini menggambarkan kegiatan gadis-gadis Sumatera Utara yang
senantiasa saling membantu dalam menggarap sawah. Olahan tari didasarkan unsur gerak tari
daerah Tapanuli Selatan yang diramu dengan unsur daerah lain, dengan iringan musik gondang
sembilah.
d. Tari Manduda, suatu bentuk tarian rakyat Simalungun yang bersuka ria di masa panen padi. 
 (Tari Tor-tor salah satu tarian Sumatera Utara)
 
4. Senjata Tradisional
Piso surut adalah sejenis belati dan merupakan senjata tradisional di Tanah Karo, Sumatera Utara.
Piso gaja dompak, berupa sebilah keris panjang merupakan lambang penting pemerintahan Raja Si
Singamangaraja. Senjata ini hanya boleh diguanakan oleh raja saja. Senjata tradisional yang biasa
digunakan oleh masyarakat umum adalah hujur sejenis tombak dan podang sejenis pedang panjang.

5.Suku
Suku dan marga yang terdapat di daerah Sumatera Utara : Melayu, Batak (Mandailing, Toba,
Simalungun,Karo),Nias,danlain-lain.

6.BahasaDaerah
Batak,Karo,Melayu,Nias,Mandailing,danlain-lain.

7. Lagu Daerah : Pantun Lama, Butet, Sengko-sengko.

SUMATERA BARAT
1. Rumah Adat 
Rumah Gadang
Rumah adata Sumatera Barat dinamakan Rumah Gadang. Rumah Gadang di Sumatera Barat adalah
untuk tempat tinggal. Rumah tersebut dapat dikenali dari tonjolan atapnya yang mencuat ke atas
yang bermakna menjurus kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tonjolan itu dinamakan gojoang yang
banyaknya sekitar 4-7 buah. Rumah Gadang mempunyai 2-3 lumbung padi antara lain Si Bayo-
bayo yang artinya persedian padi bagi keluarga dari rantau. Si Tinjau Lauik, padinya untuk diberikan
kepada yang tidak mampu dan Si Tangguang Litak, padinya khusus bagi yang punya rumah.
2. Pakaian Adat

Kaum pria dari Sumatera Barat memakai tutup kepala yang disebut saluak. Memakai baju model teluk
belanga yang berlengan agak pendek dan melebar ke ujung. Selembar kain menyelempang di bahu
dan sebilah keris terselip di depan perut. Ia juga memakai celana panjang dengan kain songket
melingkar di tengah badan. Sedangkan wanitanya memakai tutup kepala bergonjang yang disebut
tangkuluak tanduak, baju kurung dengan kain songket menyelempang di bahu dan berkain songket.
Perhiasan yang dipakainya adalah anting-anting, kalung bersusun dan gelang pada kedua belah
tangan, pakaian ini berdasarkan adat Minangkabau.
3. Tari-tarian Daerah Sumatera Barat

Tari Piriang
a. Tari Piriang, sebuah tarian tradisional yang melambangkan suasana kegotongroyongan rakyat
dalam menunaikan tugasnya. Siang hari mengerjakan sawah ladang dan malam harinya bersukaria
bersama-sama.
b. Tari Payung, ditarikan oleh pasangan muda-mudi dengan payung tangan, sang pria selalu
melindungi kepala sang wanita, sebuah perlambang perlindungan lelaki terhadap wanita.
c. Tari Kiek Gadih Minang, merupakan tari kreasi yang mendasarkan garapannya pada unsur-unsur
gerak tari tradisi Minang. Tari kelompok ini menggambarkan kesibukkan gadis-gadis Minang di waktu
subuh selagi bersiap-siap menuju mesjid.
4. Senjata Tradisional

Karih Sumatera Barat

Senjata tradisional yang amat terkenal di Sumatera Barat adalah Karih yang merupakan senjata
tikam. Senjata tikam lainnya adalah belati, disamping tombak, ruduih yang disebut juga golok atau
ladiang. Tombaknya yang berujung tiga disebut piarit.

5. Suku 
Suku dan marga yang terdapat didaerah Sumatera Barat adalah Mentawai, Minangkabau (Jambak,
Guci, Piliang, Caniago, Tanjung, Pisang, Sikumbang, Panyalai, dan Koto).
6. Bahasa Daerah : Minangkabau, Melayu, dan lain-lain.
7. Lagu Daerah : Kampuang nan Jauah di Mato, Ayam Den Lapeh, Dayuang Palinggam dll.
SUMATERA SELATAN
1.    Rumah Adat

Rumah Limas
Rumah adat Sumatera Selatan bernama Rumah Limas, Ia merupakan rumah panggung, untuk
tempat tinggal para bangasawan. Rumah Limas berjenjang lima dengan bermakna Lima Emas, yaitu
keagungan, rukun dan damai, sopan santun, aman dan subur, kemudian makmur dan sejahtera.
Pintu Gerbang Emas harus ada pada setiap RUmah Limas.

2.    Pakaian Adat

Pakaian Adat
Pria Sumatera Selatan mamakai pakaian adat berupa mahkota , kalung bersusun dengan baju yang
khas. Ia juga memakai celana panjang dan kain songket pada bagian tengah badan.
Wanitanya memakai pakaian yang mirip dengan prianya, yaitu bermahkota, kalung susun, pending
dan gelang pada kedua belah tangan. Ia jua memakai kain songket yang melingkar pada bagian
tengah badan serta berkain songket. Pakaian ini dipakai untuk upacara pernikahan.
3.    Tari-tarian Daerah Sumatera Selatan

Tari Tanggai
a.    Tari Tanggai, merupakan sebuah tarian dalam menyambut para tamu disertai upacara kebasaran
adat.
b.    Tari Putri Bekhusek, artinya sang putri yang sedang bermain. Tari ini sangat popular di
Kabupaten Ogan Komering Ulu dan melambangkan kemakmuran daerah Sumatera Selatan.
c.    Tari Menyadap Karet, tari menggambarkan canda-ria muda-mudi Sumatera Selatan selagi
menyadap karet, yang tak jarang menuntunmereka ke jenjang perkawinan. Tari yang diperkaya
dengan unsur gerak tradisi ini berkenan sebagai tari pergaulan yang menimbulkan suasana gembira.

4.    Senjata Tradisional


Senjata tradisional yang terkenal di Sumatera Selatan adalah keris. Keris situ ada yang berlekuk 7, 9
atau 13, yaitu dengan jumlah ganjil.

Senjata tradisional Sumatera Selatan – Tombak Trisula


Selain keris ada pula senjata lainnya seperti tombak, pedang, dan badik. Tombak Sumatera Selatan
yang bermata tiga dinamakan trisula.

5.    Suku
Suku dan marga yang terdapat di Sumatera Selatan adalah: Komering, Palembang, Pasemah,
Semenda, Ranau Kisan, Ogan, Lematang, Rajang, Rawas, Kubu, dan lain-lain.
6.    Bahasa Daerah : Kubu, Palembang, Rejang Lebong, dan lain-lain.
7.    Lagu Daerah : Kabile-bile, Tari Tanggai, Dek Sangke.

Anda mungkin juga menyukai