1 LATAR BELAKANG
iii. TUJUAN
Untuk menganalisisKolaborasi Pemerintah Daerah dan Lembaga Adat
Melayu Riau dalam kelestarian budaya melayu di Kota PekanbaruUntuk
mengetahui hambatan yang dihadapi Pemerintah Daerah dan Lembaga
Adat Melayu dalam kelestarian budaya melayu di Kota
PekanbaruManfaatPeneliti
Pembahasan
Sejarah musik melayu kita awali dari musik melayu merupakan musik
tradisional yang khas di wilayah Pantai Timur Sumatera dan Semenanjung
Malaysia. Dan musik ini didominasi oleh permainan rebana, petikan gambus,
pukulan gong dan alunan serunai. Gaya musik jenis ini dapat kita jumpai di Riau,
Palembang, Deli, Aceh, ataupun di Singapura sampai Malaysia.
Dalam sejarah musik melayu, bisa dikatakan musik melayu sangat
terpengaruh oleh musik Cina, Portugis, India, Arab dan juga Persia. Sejarah musik
melayu dapat dilihat dari pengaruh luar dalam seni musik atupun tarian melayu.
Pengaruh ini terjadi karena hubungan perdagangan antara kerajaan Melayu Aru
yang berpusat di Deli dengan Malaka yang sudah berlangsung sejak abad ke-13.
Sejak tahun 1511 M, Malaka menjadi benteng Portugis, dari situ pengaruh musik
Portugis mewarnai nada dan gerak tari melayu. Pengaruh Portugis tersebut
tergambar dalam tari atau rentak Pulau Sari yang lebih dikenal dengan nama
Seramapang XII.
Kemudian dalam sejarah musik melayu yang dilihat musik melayu berakar
dari musik Arab, seperti Qasidah. Ini bermula saat kedatangan dan penyebaran
agama Islam di Nusantara di tahun 635 sampai 1600 oleh orang Arab, Gujarat dan
Persia. Ini bermula dari pembacaan syair atau juga dapat disebut Gurindam yang
kemudian dinyanyikan, lalu dipakai juga untuk mengiringi tari-tarian. Sejarah
musik melayu berlanjut saat dibukanya Terusan Suez, terjadi arus migrasi orang
Arab dan Mesir yang masuk ke Hindia Belanda di tahun 1870 sampai 1888.
Mereka membawa alat musik Gambus dan juga memainkan musik Arab.
Dan kemudian pengaruh ini mulai bercampur dengan musik tradisional dengan
syair Gurindam dan juga alat musik tradisional local seperti gong, serunai dan
sebagainya.
Kemudian dalam sejarah musik melayu, sekitar tahun 1940 lahirlah musik Melayu
Deli, dan gaya permainan musik disini sudah jauh berbeda dengan akarnya yaitu
musik Qasidah. Dalam sejarah musik melayu disini berkembang tidak hanya
menyanyikan syair Gurindam, tetapi berkembang menjadi musik nyanyian hiburan
dan juga pengiring tarian khas orang melayu pesisir timur Sumatera dan juga
Semenanjung Malaysia. Sejarah musik melayu berlanjut ke sekitar tahun 1950-an,
dimana perkembangan alat musik elektronik mulai berkembang, yang kemudian
musik melayu mulai diperkenalkan oleh pengeras suara, gitar listrik atupun bahkan
keyboard. Dan dari sana juga musik melayu mulai masuk ke industri rekaman.
Lalu bagaimana dengan sejarah musik melayu dalam perkembangannya di
masa kini? Di saat musik melayu mulai populer karena banyaknya band-band yang
membawakan genre pop melayu, dan dari situ juga mengundang beberapa pro dan
kontra. Ada beberapa komentar dari beberapa musisi tanah air yang mengatakan
bahwa musik melayu merupakan sebuah degradasi atau penurunan mutu dalam hal
musik, dan ini menimbulkan “perang dingin” antar para musisi. Dan dilihat dari
sisi lain dalam sejarah musik melayu, memang di Indonesia musik melayu pernah
merasakan yang namanya “mati suri”, dan kemudian musik melayu kembali
populer setelah munculnya band-band seperti ST12, Wali, Hijau Daun ataupun
yang lainnya.
3. Idiofons -> alat musik yang sumber bunyinya berasal dari getaran alat
musik itu sendiri.
Contoh : gong, angklung,gambang dan lain sebagainya.
4. Membranofons -> alat music yang terbuat dari kulit atau membran yang
membentang diatas instrument music yang menghasilkan suara bila dipukul.
Contoh : tambur,genderang ,rebana,tifa dan lain sebagainya
3. SAPE
Sape adalah seruling tradisional masyarakat Melayu. Alat music ini dibuat dengan
bambu panjang yang dilubangi. Alat music ini dimainkan dengan cara ditiup.
Sampai saat ini alat music ini masih sering digunakan. Salah satunya untuk
mengiringi music dangdut (perkembangan dari music Melayu).
4. GAMBANG SELODANG
Alat musik menyerupai ud (oud) di Timur Tengah berbentuk seludang kelapa yang
dibuat dari batang nangka. Pada tengah-tengah resonator-nya ditutup dengan kulit
sapi, kerbau atau kulit kambing yang sudah diraut tipis.
5. MARWA
Marwas, atau disebut juga dengan meruas, merwas adalah alat-musik jenis
gendang yang sangat berfungsi dan berarti sebagai pengatur tempo atau rentak.
6. KORDEON
Alat music ini berasal dari Riau. Alat music ini dimainkan dengan cara dipompa.
Alat music ini sulit dimainkan sehingga tidak banyak yang bisa memainkan alatt
music ini.
7. GONG
Gong merukapan alat music pukul yang terkenal di Asia tenggara dan Asia timur.
Gong digunakan untuk alat music tradisional. Gong yang telah ditempa belum
terbentuk nadanya. Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan.
8. BIOLA
adalah sebuah alat musik gesek berdawai yang memiliki empat senar yang disetel
berbeda satu sama lain dengan interval sempurna kelima. Nada yang paling rendah
adalah nada G. Biola memiliki nada tertinggi di antara keluarga biola, yaitu viola
dan cello. Alat musik gesek berdawai yang lainnya, bas, secara teknis masuk ke
dalam keluarga viol. Kertas musik untuk biola hampir selalu menggunakan atau
ditulis pada kunci G.
Setelah era malap yang tak diinginkan itu, terlihat animo seniman di Riau lebih
banyak tertuju pada penggarapan karya-karya senirupa modern.
Terkait dengan hal timbangan bobot, untuk mendapat prediket yang benar-benar
sebagai seniman yang menghasilkan karya “berisi”, dan ini saya yakini dapat
dijadikan bahagian dari acuan para penyelenggara dalam pemberian anugerah-
anugerah bagi seniman yang ada di Riau ini. Adapun tahapan yang harus dilalui
oleh orang-orang yang benar-benar berkeinginan menjadi seniman terutama
seniman senirupa, sesuai konteks tulisan ini adalah:
Para perupa Riau masa lalu, kebanyakan berhenti dan merasa puas dengan apa
yang ia dapatkan pada tahapan ini. Karena mereka merasa sudah mampu
menyalin bentuk, gaya (aliran) dan teknik dari karya-karya perupa mapan dan
ditunjang lagi pada kecenderungan masyarakat masa itu untuk minta dibuatkan
(diduplikasikan) lukisan dengan contoh yang mereka berikan atau memberikan
foto untuk digambar dan kondisi seperti ini, secara finansial memang lumayan
menguntungkan. Pada tahapan ini pada dasarnya mereka belum mencapai taraf
berkemampuan menghasilkan karya yang dalam bahasa Sanskerta, disebut çilpa
(seni).
Sebagai kata sifat, çilpa berarti berwarna, dan kata jadiannya su-çilpa berarti
dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah atau dihiasi dengan indah. Sebagai
kata benda ia berarti pewarnaan, yang kemudian berkembang menjadi segala
macam karya yang artistik. Dalam bahasa Latin pada abad pertengahan, terdapat
istilah-istilah ars, artes, dan artista. Ars adalah teknik, kiat atau kemampuan. Ars
inilah yang kemudian berkembang menjadi I’arte (Italia), I’art (Prancis), elarte
(Spanyol), dan art (Inggris).
Medan sosial seni rupa, merupakan sesuatu hal yang penting untuk dipahami bagi
perupa dan merupakan pokok bahasan yang perlu dilakukan terus menerus, agar
karya yang dilahirkan dapat dijadikan pertanda zaman yang terus bergerak
dengan dinamikanya sendiri-sendiri.
Berkait dengan masalah tempat dan pola pikir yang “anti-kemapanan” dalam
mengkaji masalah seni rupa dengan berbagai jenis karya seni rupa dan seluk-
beluknya, akhirnya takkan terlepas dan sampai pula pada medan kajian seni yang
lain atau apa yang disebut dengan art world. Kritikus seni rupa Sanento Yuliman
(alm) sering menggunakan istilah “medan sosial seni” untuk memadankan istilah
art world.
Sebagai contoh saja misalnya, jika melihat perkembangan seni rupa di Indonesia,
jaringan atau art world yang telah terbentuk selama ini sesungguhnya telah dinilai
lengkap, di sana ada seniman, karya seni, kolektor, art dealer, editor jurnal/media
massa, kritikus, sejarawan, (direktur) museum, galeri, dewan kesenian, taman
budaya, balai lelang, ruang (komunitas) seni, lembaga dokumentasi, dan kurator.
Seni rupa yang akan menjadi pijakan dalam pembahasan adalah seni rupa yang
“plural”, senirupa yang berkembang di masa kini dan kadang-kadang memiliki
kecenderungan pemikiran dan media yang progresif. Memiliki kekhasan mulai
yang biasa sampai yang luar biasa, sehingga mereka (perupa) terkadang hanya
membutuhkan ruang yang berbatas hingga tak berbatas, dari ruang kecil (dan
maya) sampai yang membutuhkan ruang besar (dan global).
Landasan yang penting bagi sebuah penciptaan karya senirupa tentulah tertuju
pada kreativitas dalam berbagai aspek.
Perupa Riau di era senirupa modern yang berorientasi pada penciptaan, sejauh
pengamatan saya untuk kota Pekanbaru jumlahnya tidaklah terlalu banyak,
namun selalu ada dan begitu juga di kota-kota lain di Riau, yang karena berbagai
faktor belum terpantau.
Hal yang juga tak dapat diabaikan adalah, terjadinya Hibridasi Budaya dan
Identitas Dalam globalisasi, kebudayaan dan identitas bersifat translokal, yang
tidak cukup jika dipahami dalam term tempat, tetapi lebih tepat jika
dikonsepsikan dalam term perjalanan. Dalam konsep ini tercakup budaya dan
orang yang selalu dalam perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, seperti
mempersepsikan kebudayaan sebagai sites of crisscrossing travellers (lalu-lalang
perjalanan). Ide tentang ketidakstabilan kebudayaan dan identitas dalam
globalisasi membawa kita pada pemahaman, bahwa kebudayaan dan identitas
selalu merupakan pencampuran berbagai kebudayaaan dan identitas yang
berbeda-beda. Inilah yang disebut hibriditas (penyilangan) dan identitas. Batas-
batas kebudayaan yang mapan dikaburkan dan dibuat tidak stabil oleh proses
hibridasi.
Kemudian mungkin dan lazim terjadi sebuah bentuk kreolisasi pada karya,
sekaligus memberikan cara berfikir alternatif, yang berbeda dengan konsep
imperialisme kultural, yang menganggap Barat mendominasi budaya Timur.
Karena kenyataannya konsumen Dunia Ketiga tidaklah pasif, melainkan
menciptakan makna-makna baru bagi benda-benda dan simbol-simbol yang
mereka konsumsi dari produk budaya barat.
Sebagai penutup, saya katakan bahwa kertas kerja yang saya buat ini adalah,
sebagai ungkapan rasa cinta saya, rasa ingin saya agar senirupa di Riau dapat
berkembang, sejalan dengan lajunya perkembangan senirupa di wilayah lain dan
untuk itu perlu dilakukan secara terus menerus evaluasi agar menuju ke
kesempurnaan (Toujours Î la perfection).
C. MERANCANG SENI RUPA MASYARAKAT MELAYU RIAU
Pada masa awal perkembangannya, Tetak ini awalnya dibuat dengan menggunakan
cara tenun tumpu. Kemudian berkembang menggunakan alat yang dinamakan Kik.
Pada zaman dahulu, setiap pembuatan kain songket selalu menggunakan sutra dan
untuk membuat motivnya menggunakan benang emas dan perak. Akan tetapi,
sekarang hal itu dirasa terlalu mahal, maka orang-orang menggunakan bahan-
bahan yang lebih sederhana akan tetapi tidak meninggalkan kualitas dan keindahan
kain songket dari Riau tersebut. Riau terkenal dengan motiv-motiv songket yang
khas. Beberapa di antaranya adalah; motiv kuntum bunga, siku awan, siku tunggal,
daun tunggal, mata panah, dan tabir bintang.
Seni dan Budaya adalah dua hal yang saling berkaitan dan sangat sulit untuk di
pisahkan. karena di setiap seni pasti mengandung kebudayaan yang memiliki ciri
khasnya tersendiri begitu juga sebaliknya pada kebudayaan pasti mengandung nilai
seni yang indah.
Wayang Cecak
Wayang Cecak adalah akulturasi antara budaya tionghoa dan budaya melayu yaitu
salah satu kesenian yang menjadi khasanah tradisi lisan di pulau penyegat dan
semakin diakui keberadaannya, merupakan sastra lisan yang di peragakan melalui
media wayang. Kesenian ini merupakan kesenian yang menggunakan boneka
tangan, terbuat dari kain perca di mainkan oleh dalang. Dengan menggambarkan
kehidupan dalam kotak yang kira-kira berukuran dua kali tiga meter, dan boneka
itu digerakkan oleh tangan manusia (dalang) dari belakang. Kesenian ini hanya di
pertunjukkan kepada kalangan elit saja dan tidak menyebar di tengah-tengah
masyarakat, sampai pada masa tahun 1940-an pemain wayang cicak yang berada di
Pulau Penyengat hanya seorang yang bernama Khadijah Terung.
Dangkong
Dangkong salah satu bagian tarian khas tradisional di kepulauan riau. Tari
dangkong atau lebih akrab disebut joget dangkong ini awalnya kesenian melayu
yang sering digelar masyarakat kecamatan moro kabupaten karimun. Alat musik
yang pertama kali digunakan dalam suatu pertunjukan joget dangkong di moro
pada masa itu hanya ada empat yaitu: Bjole Tempurung, Gendang Tabur, Gong
dan Gendang Babane. Joget dangkung ini berfungsi sebagai upacara adat, sebagai
penghibur warga kerajaan pada zaman dahulu. Kesenian joget dangkong ini lalu
mengalami perubahan seiring perkembangan jaman, baik perubahan alat musik,
perubahan bentuk pertunjukan, perubahan pormasi ,cara joget, perubahan lagu,
perubahan kostum dan tata rias.
Gobang
Gobang adalah kesenian asli jemaja, kepulauan anambas, Kepri yang unik dan
khas. Bagi masyarakat jemaja tarian gobang selalu di tampilkan dalam acara-acara
penting seperti: sunatan, perkawinan, dan hari besar lainnya. Kesenian joget
gobang yang sepintas mirip opera tradisional ini dalam penampilannya selalu
dilengkapi dengan para penari yang berkostum aneh, semuanya menggunakan
topeng berwajah seram sepeti moyet, raksasa bengis dan paras menyerupai hantu
lainya. Musik pengiringnya terdiri atas gendang panjang, gendang pendek dan
gong. Di tengah alunan musik itulah para pemainnya melantunkan nyanyian dalam
bahasa daerah melayu setempat. Syair-syairnya berisi tuntunan moral, nasehat dan
lain-lainya.Melemang
Melemang merupakan tarian tradisional yang berasal asli dari daerah bintan.
Menurut sejarahnya tarian melemang ini berasal dari tanjung pisau negeri bentan
penaga. Tarian melemang pertama kali di mainkan sekitar abad ke 12. Ketika itu
tarian melemang hanya di mainkan di istana kerajaaan Melayu bentan. Pada masa
itu tarian melemang di tampilkan pada saat saat tertentu saja khususnya untuk
menghibur pembesar dan raja di kalangan istana. Namun sejak kerajaan bentan
mengalami keruntuhan, tarian melemang berubah menjadi pertunjukan hiburan
rakyat. Tarian melemang sangat di gemari masyarakat melayu yang telah dikenal
luas di daerah ini. Setiap pementasan para penari mempertunjukkan kecakapannya
mengambil sesuatu, berdiri sambil membungkukkan badan ke arah belakang.
Mak Yong
Mak Yong adalah seni teater tradisional masyarakat melayu yang masih lestari
hingga sekarang masih sering dipertunjukkan. Pada jaman dahulu pertunjukan mak
yong di adakan orang desa di pematang sawah selesai panen padi. Seni teater mak
yong terdapat juga di negara bagian seperti: terengganu, pattani, kelantan, kedah.
Di kepulauan riau seni teater mak yong dibawakan penari yang memakai topeng
berbeda dengan di malaysia yang tanpa topeng. Pertunjukan mak yong biasanya di
bawakan oleh kelompok penari dan pemusik, yang menggabungkan berbagai unsur
keagamaan, sandiwara, tari, musik, vokal, serta naskah. Tokoh utama pria dan
wanita, keduanya dibawakan oleh penari wanita. Pertunjukan mak yong di iringi
musik seperti gendang, rebab dan tetawak.
Mendu
Mendu adalah sebuah kesenian yang tidak jauh berbeda dengan mak yong, yang
sama-sama menggabungkan unsur nyanyian, tarian,dan teater. Pertunjukan
kesenian mendu kerap digelar di berbagai daerah di kepulauan riau sepeti di
Anambas (tarempa dan langi), Natuna (Ranai, Sepempang dan Midai). Cerita yang
di mainkan adalah hikayat dewa mendu yang di angkat dari cerita rakyat
masyarakat Natuna. Tokoh-tokoh dalam seni pertunjukan mendu, di samping dewa
mendu itu sendiri adalah Angkara Dewa, Siti Mahdewi, Maharaja Laksemalik,
Kilan Cahaya, Nenek Kebayan, Raja Bahailani, Raja Majusi, Raja Firmansyah,
Raja Beruk, dan tokoh-tokoh pendukung lainnya yang jenaka seperti Selamat
Salabe dan Tuk Mugok.
Zapin
Tarian Zapin adalah salah satu tarian rumpun melayu. Kata zapin sendiri berasal
dari bahasa arab yaitu ''Zappan'' yang artinya penari dan ''Al Zapin'' yang berarti
gerak kaki. Tarian yang kental dengan pengaruh budaya arab ini bisa anda nikmati
kalau mengunjungi kepulauan Lingga. Biasanya ditampilkan di acara-acara
tertentu atau pegelaran budaya. Tarian zapin memiliki banyak ragam gerak
tariannya, walaupun pada dasarnya gerakan dasar zapinnya sama, dan pada
prinsipnya tarian ini bersifat edukatif namun di tampilkan dengan kemasan yang
menghibur. Syair-syair lagunya cukup kental dengan nuansa dakwah islam. Musik
penggiringnya terdiri dari dua alat utama yaitu alat musik petik gambus dan tiga
buah alat musik tabuh berupa gendang kecil yang kerap disebut marwas.
Posisi kesenian sebagai inti dengan demikian sangat ditentukan oleh unsur
lain dalam kebudayaan, seperti reliji, bahasa, organisasi sosial, sistem
pengetahuan, sistem ekonomi, sistem teknologi, dan sistem kesenian itu
sendiri. Unsur seni ukir yang terdapat di ornamen-ornamen rumah Melayu
eksistensinya ditentukan oleh ketersediaan alam menyediakan kayu-kayan
sebagai bahan baku utamanya. Dengan demikian, hutan (alam) menjadi
sesuatu yang sangat berarti bagi terbinanya seni ukir Melayu. Hal yang
sama dapat pula dihubungkan dengan sistem mata pencaharian, sistem
teknologi, dan sistem pengetahuan.
Lain lagi dengan fenomena seni Barzanji, Zapin, dan lain-lain yang sangat
luas dikenal di Alam Melayu. Seni-seni ini muncul setelah Islam mengalami
interiorisasi di tengah-tengah kehidupan orang Melayu di Riau. Artinya,
penerimaan orang Melayu terhadap Islam bukan hanya penerimaan
keyakinan-keyakinan dogmatis-keagamaan, tapi juga sebagai sumber bagi
pemerkayaan khasanah kebudayaan Melayu itu sendiri.
Genre yang relatif sama fungsinya (untuk pengobatan) juga terdapat dalam
kehidupan masyarakat Melayu di kampung-kampung, yang antara lain
disebut Bedukun. Tetapi strukturnya lebih padat, terutama karena ritual
perjalanan pelaku utamanya (kemantan atau gemantan) tidak lagi
menelusuri kompleksitas ruang vertikal menuju dunia dewa-dewa,
melainkan lebih bersifat penjelajahan simbolik untuk mencari dan
menemukan kuasa luar biasa di dunia horisontal yang dipercaya bermukim
pada diri makhluk tertentu (manusia, harimau atau buaya penunggu,
misalnya). Teratak, dusun-dusun, dan kampung adalah ruang yang
menengahi kecepatan dan kelambatan perubahan yang ditimbulkan oleh
interaksi. Dalam konteks Bedukun, hal itu dikesankan oleh pemendekan
upacara (kesadaran praksis tentang waktu, yang dialirkan oleh interaksi
dengan dunia luar) dan pergeseran ruang ke dunia horisontal-mitis
(kesadaran tauhid bahwa puncak kuasa tertinggi itu adalah tunggal).
b. Casting to type
Pemilihan pemeran berdasarkan kecocokan fisik pemain.
Misalnya: tokoh tua dibawakan oleh orang yang tua, dan tokoh anak-anak
dibawakan oleh anak-anak.
c. Anti Type Casting
Pemilihan pemeran yang bertentangan dengan watak dan ciri fisik peran yang
dibawakan. Casting tipe ini dapat digunakan Sebagai pendidikan bagi orang yang
mempunyai watak berkebalikan.
Misalnya: orang yang halus dan ramah harus memerankan tokoh yang kasar dan
tidak ramah. Orang yang lancar berbicara harus memerankan tokoh yang bisu dan
sebagainya.
e. Therapeutic casting
Pemilihan pemeran ini bertujuan untuk membantu penyembuhan terhadap
ketidakseimbangan psikologis dalam diri seseorang.
Untuk dapat memilih peran yang tepat, dibuat daftar yang berisi tokoh-tokoh yang
harus dibawakan. Daftar ini dilengkapi dengan dimensinya secara flsiologis,
psikologis, maupun sosiologis. Sutradara yang baik akan melakukan casting
dengan jeli untuk mendapatkan pemain yang benar-benar sesuai dengan tokoh
yang dituntut oleh naskah. Soalnya aktor dan aktris merupakan ujung tombak yang
akan membawakan peran dalam naskah di hadapan penonton.
Setelah mendapatkan pemeran yang tepat melalui proses casting, yang perlu
dilakukan adalah latihan peran.
2. Melatih Peran
Setelah casting (pemilihan peran) dilakukan, langkah selanjutnya adalah melatih
peran. latihan ini juga dipimpin oleh seorang sutradara. Dalam latihan peran ini
diharapkan para pemain dapat menghidupkan tokoh yang ada dalam naskah
menjadi tokoh nyata di atas panggung. Beberapa hal yang harus dilatih agar
pemeran dapat membawakan seorang tokoh dengan baik adalah:
a. Teknik muncul tokoh di atas panggung
b. Membawakan dialog dengan baik
c. Mengembangkan suasana sehingga pementasan teater tidak menj emukan
d. Menonjolkan tahap puncak
e. Mengatur waktu dialog dan gerak tubuh
f. Mengatur cepat lambatnya tempo permainan
g. Menanggapi dan mendengar tokoh lain
h. Menyesuaikan dengan teknik pentas, yaitu tata cahaya, tata suara, tata musik,
tata rias dan tata busana.
Syarat agar pemain bisa memerankan tokoh dengan baik adalah pemain harus
mampu menguasai beberapa teknik dasar bermain teater, yaitu:
1. Latihan Tubuh (olah tubuh)
Olah tubuh adalah latihan fisik seorang aktor atau aktris. Dengan latihan ini
diharapkan aktor dan aktris akan memiliki tubuh yang bugar dan fit, sehingga
dapat bergerak secara fleksibel, disiplin, dan ekspresif sesuai dengan karakter
tokoh yang diperankan.
3. Latihan Imajinasi
Untuk menampilkan karakter tokoh yang dimainkan, seorang aktor harus
mengetahui dengan tepat keadaan fisiologis, sosiologis, dan psikologis dari peran
yang dimainkan. Dan untuk membantu mendapatkan gambaran yang nyata,
seorang aktor dapat mencari model tokoh yang mempunyai karakter serupa dan
melakukan pengamatan atau observasi.
Jadi, latihan imajinasi akan membuat seorang aktor lebih mudah membayangkan
dan mewujudkan tokoh yang dituntut oleh naskah dengan menggunakan tubuh dan
suaranya.
4. Latihan konsentrasi
Latihan konsentrasi merupakan latihan memusatkan pikiran pada hal-hal tertentu.
Konsentrasi yang baik sangat diperlukan di dalam teater. Ada berbagai cara untuk
melakukan latihan konsentrasi.
Jika dilihat dari bentuknya, dekorasi yang digunakan dapat berupa dekorasi
naturalis maupun dekorasi nonnaturalis. Dekorasi naturalis adalah dekorasi yang
menggunakan bentuk natural, yaitu bentuk nyata dari suatu barang atau keadaan
alam sekitar sesuai dengan aslinya.
Dan jika dilihat dari lokasi perwujudannya, terdapat dekorasi interior (dekorasi
dalam ruangan) dan dekorasi eksterior (dekorasi luar ruangan). Contoh dekorasi
interior adalah suasana ruang tamu, ruang kelas, atau ruangan pesta. Sedang
dekorasi eksterior misalnya dekorasi pasar, taman, hutan, sawah, dan sebagainya.
Betul banget kalau dikatakan musik memiliki peranan penting dalam suatu
pementasan teater. Peranan musik antara lain:
a. Mempengaruhi daya imajinasi penonton Membantu aktor dalam membawakan
perannya
b. Membuka dan menutup pementasan
c. Menghubungkan satu adegan dengan adegan yang lain.
Tata bunyi atau tata musik harus menyesuaikan dengan tema cerita. Hal lain yang
harus diingat adalah besar kecilnya ruangan dan daya pantul ruangan. Jangan
sampai untuk ruangan yang besar dan luas digunakan musik yang sangat lemah.
Musik yang terlalu lemah akan menyusahkan penonton menikmati teater.
Demikian juga dengan musik yang begitu keras.
Pemakaian kostum tidak bersifat asal pakai. Itu karena pemakaian kostum
memiliki tujuan tertentu. Apakah tujuan itu?
1). Agar penonton dapat membedakan tokoh-tokoh yang berbeda di atas
panggung.
2). Untuk menunjukkan hubungan tokoh yang satu dengan tokoh yang lain.
Adapun fungsi kostum bagi pamain adalah:
1). Mewujudkan karakter atau watak tokoh
2). Membedakan tokoh yang satu dengan lainnya
3). Memudahkan gerak pelaku
Tata rias dalam teater dibagi dalam beberapa jenis. Jenis tata rias tersebut antara
lain:
a). Rias Jenis
Rias jenis bertujuan mengubah jenis kelamin laki-laki menjadi perempuan atau
sebaliknya.
Bagaimanakah melakukan tata rias yang benar? Tata rias dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
mempersiapkan wajah,
membersihkannya sebelum diberi riasan,
memberi warna dasar/foundation menggunakan rouge untuk memberi efek
tiga dimensi,
pemberian garis-garis/ lining sesuai dengan watak yang dibawakan.
Tata busana dan tata rias dilakukan sebelum pementasan di ruang busana dan
ruang rias di belakang panggung.
6. Persiapan Produksi
Selain segala persiapan pementasan yang menyangkut pemeran di atas, dilakukan
juga persiapan produksi yang dipimpin oleh produser. Persiapan produksi penting
karena berawal dari sinilah letak kesuksesan pementasan dilihat dari sisi kuantitas
penonton, kesiapan gedung serta terpenuhinya biaya bisa terlihat. Sehingga dapat
dikatakan selain sukses penyampaian pesan lewat cerita juga penting kesuksesan
dari sisi produksi. Apa saja yang harus disiapkan? Beberapa hal yang dilakukan
dalam persiapan produksi antara lain:
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat TUHAN yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul [ragam kesenian melayu riau] ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada [budi melayu riau]. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang [topik makalah] bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
O
L
E
H
EZRA PUTRI
XI IPS 1
O
L
E
H
DEA ANGGRAINI
XI IPS 2