Anda di halaman 1dari 36

i.

1 LATAR BELAKANG

Latar BelakangBudayaadalah suatu cara hidup yang berkembang dan


dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi
ke generasi.Budayaterbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistemagamadan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni.bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan
bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis(Liliweri 2013:107dalam Skripsi
Wahyudi 2015)Budaya itu penting karena merupakan jati diri suatu individu
atau kelompok yang merupakan warisan tradisi yang perlu dilestarikan.
Budaya juga merupakan gambaran karakter individu/ kelompok yang
membentuk kepribadian itu sendiri.Seperti halnya Bahasa Melayu, pakaian
Melayu dan permainan tradisional yang merupakan bagian dari budaya
melayu dan itu semua harus di lestarikan sebagai bagian dari identitas/ jati
diri budaya itu sendiri.Kebudayaan Melayu Riau merupakan hasil cipta rasa
dan karya orang Melayu di Riau. Melayu adalah nama sub ras yang datang
dari daratan Cina Selatan yang tersebar dari pulau Pas di timur(Pasifik) ke
barat sampai Madagaskar dan juga di Selandia Baru bagian selatan. Sub
ras ini dienal juga sebagai Proto melayu (Puak Melayu Tua) yang
mendiami daerah pedalaman terpencil di Riau dengan memegang adat
dan tradisinya, kemudian Deutro Melayu (Puak Melayu muda) yang lebih
bersifat terbuka disbanding Puak Melayu Tua, yang mendiami daerah
pesisirpantai yang ramai disinggahi, karena menjadi jalur lalu lintas
perdagangan yang membuka peluang kepada penyerapan nilai-nilai
budaya luar (Lam Riau 2016)Adat Istiadat dan budaya Melayu Riau adalah
seperangkat nilai-nilai kaidah-kaidah dan kebiasaan yangtumbuh dan
berkembang sejak lama bersamaan dengan pertumbuhan dan
perkembangan masyarakat yang telah dikenal, dihayati dan diamalkan oleh
yang bersangkutan secara berulang-ulang secara terus-menerus dan
turun-temurun sepanjang sejarah. adat istiadat dan budaya Melayu Riau
yang tumbuh dan berkembang sepanjang zaman tersebut dapat
memberikan andil yang cukup besar terhadap kelangsungan hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
ii. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana kolaborasi Pemerintah Daerah dan Lembaga Adat Melayu


Riaudalam kelestarian budaya melayu di Kota Pekanbaru?Apa
hambatanyang dihadapi Pemerintah Daerah dan Lembaga Adat Melayu
dalam kelestarian budaya melayu di Kota Pekanbaru?

iii. TUJUAN
Untuk menganalisisKolaborasi Pemerintah Daerah dan Lembaga Adat
Melayu Riau dalam kelestarian budaya melayu di Kota PekanbaruUntuk
mengetahui hambatan yang dihadapi Pemerintah Daerah dan Lembaga
Adat Melayu dalam kelestarian budaya melayu di Kota
PekanbaruManfaatPeneliti

Pembahasan

Indonesia adalah negara kepulauan karean memiliki banyak pulang yang


membentang dari sabang sampai merauke. Karena banyaknya pulau yang ada di
Indonesia menyebabkan kebudayaan dan kesenian tiap daerah berbeda pula. Riau
adalah salah satu provinsi daerah yang berada di Indonesia yang terletak di pulau
Sumatra.
Kali ini saya akan mencoba untuk menerangkan dan menjelaskan beberapa
kebudayaan yang ada di daerah ini. Riau memiliki kebudayaan dan kesenian yang
khas dari daerahnya sendiri, kebudayaan yang ada di Riau memiliki ciri khas
sebagai kebudayaan melayu. Adat dan kebudayaan melayu yang mengatur tingkah
laku dan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat yang tinggal dan berasal dari
daerah ini. 

A. MEMAHAMI SEJARAH DAN RAGAM MUSIK MELAYU RIAU

Sejarah musik melayu kita awali dari musik melayu merupakan musik
tradisional yang khas di wilayah Pantai Timur Sumatera dan Semenanjung
Malaysia. Dan musik ini didominasi oleh permainan rebana, petikan gambus,
pukulan gong dan alunan serunai. Gaya musik jenis ini dapat kita jumpai di Riau,
Palembang, Deli, Aceh, ataupun di Singapura sampai Malaysia.
Dalam sejarah musik melayu, bisa dikatakan musik melayu sangat
terpengaruh oleh musik Cina, Portugis, India, Arab dan juga Persia. Sejarah musik
melayu dapat dilihat dari pengaruh luar dalam seni musik atupun tarian melayu.
Pengaruh ini terjadi karena hubungan perdagangan antara kerajaan Melayu Aru
yang berpusat di Deli dengan Malaka yang sudah berlangsung sejak abad ke-13.
Sejak tahun 1511 M, Malaka menjadi benteng Portugis, dari situ pengaruh musik
Portugis mewarnai nada dan gerak tari melayu. Pengaruh Portugis tersebut
tergambar dalam tari atau rentak Pulau Sari yang lebih dikenal dengan nama
Seramapang XII.
Kemudian dalam sejarah musik melayu yang dilihat musik melayu berakar
dari musik Arab, seperti Qasidah. Ini bermula saat kedatangan dan penyebaran
agama Islam di Nusantara di tahun 635 sampai 1600 oleh orang Arab, Gujarat dan
Persia. Ini bermula dari pembacaan syair atau juga dapat disebut Gurindam yang
kemudian dinyanyikan, lalu dipakai juga untuk mengiringi tari-tarian. Sejarah
musik melayu berlanjut saat dibukanya Terusan Suez, terjadi arus migrasi orang
Arab dan Mesir yang masuk ke Hindia Belanda di tahun 1870 sampai 1888.
Mereka membawa alat musik Gambus dan juga memainkan musik Arab.
Dan kemudian pengaruh ini mulai bercampur dengan musik tradisional dengan
syair Gurindam dan juga alat musik tradisional local seperti gong, serunai dan
sebagainya.
Kemudian dalam sejarah musik melayu, sekitar tahun 1940 lahirlah musik Melayu
Deli, dan gaya permainan musik disini sudah jauh berbeda dengan akarnya yaitu
musik Qasidah. Dalam sejarah musik melayu disini berkembang tidak hanya
menyanyikan syair Gurindam, tetapi berkembang menjadi musik nyanyian hiburan
dan juga pengiring tarian khas orang melayu pesisir timur Sumatera dan juga
Semenanjung Malaysia. Sejarah musik melayu berlanjut ke sekitar tahun 1950-an,
dimana perkembangan alat musik elektronik mulai berkembang, yang kemudian
musik melayu mulai diperkenalkan oleh pengeras suara, gitar listrik atupun bahkan
keyboard. Dan dari sana juga musik melayu mulai masuk ke industri rekaman.
Lalu bagaimana dengan sejarah musik melayu dalam perkembangannya di
masa kini? Di saat musik melayu mulai populer karena banyaknya band-band yang
membawakan genre pop melayu, dan dari situ juga mengundang beberapa pro dan
kontra. Ada beberapa komentar dari beberapa musisi tanah air yang mengatakan
bahwa musik melayu merupakan sebuah degradasi atau penurunan mutu dalam hal
musik, dan ini menimbulkan “perang dingin” antar para musisi. Dan dilihat dari
sisi lain dalam sejarah musik melayu, memang di Indonesia musik melayu pernah
merasakan yang namanya “mati suri”, dan kemudian musik melayu kembali
populer setelah munculnya band-band seperti ST12, Wali, Hijau Daun ataupun
yang lainnya.

    CIRI – CIRI MUSIK MELAYU


Musik melayu selalu dinyanyikan dengan mendayu-dayu. Hal ini membuat
para pendengarnya merasa terhibur dan menikmati setiap lagu yang selalu
dinyanyikan. Ada beberapa ciri music melayu yang sering dinyanyikan oleh para
penyanyinya. Antara lain sebagai berikut :
1.  Musik melayu memiliki rentak irama yang meliuk (cengkok) dalam alunan
musiknya. Tetapi terkadang, ada yang hanya nyaris datar. Sampai sekarang ini, ciri
khas ini masih ada.
2.  Syair – syair music Melayu baik yang bertemakan percintaan, persahabatan,
maupun yang berhubungan dengan nilai – nilai social memiliki kalimat sanjak
yang memiliki nilai kesusastraan 3.      Syair music melayu tidak cengeng
4.      Syair lagu melayu membawa pesan moral yang baik.
5.  Menggunakan gendang tradisional, alat music membranophone atau rebana
berukuran besar yang membawa sentuhan dendang dan melayu.
6.     Instrumen yang dominan adalah biola, accordion, dan gong.  

     INSTRUMEN  MUSIK MELAYU (PENGERTIAN)


Musik adalah satu hiburan bagi manusia. Dengan music perasaan menjadi
tenang dan damai. Sejak zaman dahulu music sudah menjadi bagian dari
kehidupan manusia. Tanah melayu adalah salah satu daerah yang memiliki alat
music yang unik. Alat  music melayu dapat dibedakan menjadi 4 jenis :
1.   Aerofons    -> alat music tiup
Contoh : seruling bambu. serunai , recorder dan lain sebagsanya.
2.      Cordofons   -> instrumen music yang memiliki senar yang dimainkan
dengan cara dipetik.
Contoh : Rebab, kecapi , siter dan lain sebagainya

3.      Idiofons   -> alat musik yang sumber bunyinya berasal dari getaran alat
musik itu sendiri.
 Contoh : gong, angklung,gambang dan lain sebagainya.
4.      Membranofons    -> alat music yang terbuat dari kulit atau membran yang
membentang diatas instrument music yang menghasilkan suara bila dipukul.
Contoh : tambur,genderang ,rebana,tifa dan lain sebagainya

INSTRUMEN MUSIK MELAYU (ALAT MUSIK)


1.       REBANA UBI
Alat musik ini sangat terkenal sejak zaman kerajaan Melayu Kuno. Rebana ubi
sering digunakan saat upacara pernikahan. Selain itu juga digunakan sebagai alat
komunikasi sederhana karena bunyinya yang cukup keras. Jumlah pukulan pada
rebana ubi memiliki makna tersendiri yang telah dipahami oleh masyarakt saat itu.
2.    KOMPANG
Kompang terbuat dari kulit sapi yang dikeringkan dan dipasangkan ke ring yang
terbuat dari kayu. Bentuknya persis seperti rebana. Alat musik kompang terdiri dari
beberapa ukuran, dan ukuran inilah yang nantinya akan menghasilkan suara
berbeda sehingga variasi suara yang dihasilkan hanya berasal dari ukuran kompang

3.   SAPE
 Sape adalah seruling tradisional masyarakat Melayu. Alat music ini dibuat dengan
bambu panjang yang dilubangi. Alat  music ini dimainkan dengan cara ditiup.
Sampai saat ini alat music ini masih sering digunakan. Salah satunya untuk
mengiringi music dangdut (perkembangan dari music Melayu).
4.     GAMBANG SELODANG
Alat musik menyerupai ud (oud) di Timur Tengah berbentuk seludang kelapa yang
dibuat dari batang nangka. Pada tengah-tengah resonator-nya ditutup dengan kulit
sapi, kerbau atau kulit kambing yang sudah diraut tipis. 

5.     MARWA
       Marwas, atau disebut juga dengan meruas, merwas adalah alat-musik jenis
gendang yang  sangat berfungsi dan berarti sebagai pengatur tempo atau rentak.

6.     KORDEON
Alat music ini berasal dari Riau. Alat music ini dimainkan dengan cara dipompa.
Alat music ini sulit dimainkan sehingga tidak banyak yang bisa memainkan alatt
music ini.

7.    GONG
Gong merukapan alat music pukul yang terkenal di Asia tenggara dan Asia timur. 
Gong digunakan untuk alat music tradisional. Gong yang telah ditempa belum
terbentuk nadanya. Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan.
8.     BIOLA
adalah sebuah alat musik gesek berdawai yang memiliki empat senar yang disetel
berbeda satu sama lain dengan interval sempurna kelima. Nada yang paling rendah
adalah nada G. Biola memiliki nada tertinggi di antara keluarga biola, yaitu viola
dan cello. Alat musik gesek berdawai yang lainnya, bas, secara teknis masuk ke
dalam keluarga viol. Kertas musik untuk biola hampir selalu menggunakan atau
ditulis pada kunci G.

   TOKOH – TOKOH MUSIK MELAYU 


1.     HUSEIN BUWAFIE
  pemimpin dari orkes Melayu Chandralela merupaka salah satu tokoh seniman dan
tokoh pembeharu lagu Melayu atau Dangdut Indonesia. Ia telah banyak
menciptakan lagu melayu. Lagu Melayu ciptaannya ini memiliki music yang
dinamis dan struktur lirik lagu yang lebih bebas yang biasannya lagu Melayu
memiliki lirik yang berpantun, dari sinilai Husein Bawafie disebut sebagai
pembeharu lagu Melayu. Lagu yang telah ia ciptakan sekitar 200 lagu.
2.     M. THAHAR
Merupakan pengarang lagu yang berjudul Cinta Hampa. Lagu melayu ini menjadi
terkenal selain karena lagunya bagus juga karena suara penyanyinya yang enak dan
bagus untuk didengar.
3.     SAID EFFENDI
adalah pencipta lagu Melayu di Indonesia yang patut diperhitungkan prestasinya.
Beliau merupakan pelopor lagu Melayu dengan format songform. Lagu ciptaannya
itu dibawakan dengan suara soprano bercengkok. Ia adalah seniman lagu Melayu
di era 1950-1970, lagu yang sangat terkenal sampai Mancanegara adalah Seroja.
Selain itu, lagu Bahtera Laju menempatkan dirinya menjadi seniman Lagu Melayu
yang sangat diperhitungkan karena kualitasnya dalam bermusik, baik dari lagu
yang ia ciptakan maupun lagu dari karya orang lain yang ia nyanyikan. Lagu yang
ia ciptakan antara lain Bahtera laju, Timang – timang, dan Fatwa Pujangga.

B. MENGIDENTIFIKASI SENI RUPA MASYARAKAT MELAYU RIAU

Riau, setelah berlalunya masa kejayaan senirupa tradisional, dalam artian


tersendatnya proses kreativitas dalam upaya pengembangan dan pengkayaan
bentuk, merespon perkembangan zaman yang hingga kini masih mampu
dilakukan tak lain adalah, bertahan untuk kepentingan-kepentingan hanya
bersifat peruntukan terbatas, walau tetaplah menjadi salah satu penyumbang
besar bagi pembentukan identitas kultur budaya Melayu Riau.

Tak dapat dipungkiri bahwa lajunya pengembangan bentuk karya senirupa


tradisional Jawa, terutama dalam bentuk batik yang cenderung terus-menerus
mampu merespon zaman, ditambah lagi dengan sinergitas positif antara
pemerintah daerah dan seniman pelaku, yang membuahkan hasil telah diakui
pula secara internasional akan keberadaanya oleh United Nation Educational,
Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Bertolak belakang keadaannya dengan di daerah ini, minimnya peran pemerintah


daerah dalam upaya mengurus serta memberi rangsangan, seakan turut
memalapkan atau meredupkan semangat para seniman perupa Riau untuk terus
berkutat menggarap seni ini dan apabila hal ini menular kepada percabangan seni
lain, tentu akan berakibat buruk pada perkembang seni secara keseluruhan
sebagai bahagian dari kebudayaan di Riau. Tentulah partisipasi aktif dan iklim
berkesenian dengan rasa kesadaran akan sukar tercapai.

Setelah era malap yang tak diinginkan itu, terlihat animo seniman di Riau lebih
banyak tertuju pada penggarapan karya-karya senirupa modern.

Pada awal-awal kemerdekaan hingga ke era konflik vertikal antara pemerintah


pusat dan daerah yang bermuara pada pemberontakan dan kondisi ekonomi yang
sulit, hingga terbentuknya Provinsi Riau menjelang tahun enam-puluhan, terjadi
hambatan pembacaan sejarah aktivitas sekaligus evaluasi bobot terhadap
penilaian karya perupa di kawasan Riau yang menjadi bahagian Provinsi
Sumatera-Tengah masa itu. Namun angin segar di segala lapangan kehidupan
terlihat, setelah terbentuknya provinsi Riau. Dan dari sinilah dapat dimulai
kembali pembacaan, penilaian dan sejarah perkembangan senirupa Riau.

Terkait dengan hal timbangan bobot, untuk mendapat prediket yang benar-benar
sebagai seniman yang menghasilkan karya “berisi”, dan ini saya yakini dapat
dijadikan bahagian dari acuan para penyelenggara dalam pemberian anugerah-
anugerah bagi seniman yang ada di Riau ini.  Adapun tahapan yang harus dilalui
oleh orang-orang yang benar-benar berkeinginan menjadi seniman terutama
seniman senirupa, sesuai konteks tulisan ini adalah:

Mempelajari Karya-karya Senirupa


Tahap ini merupakan wahana pembelajaran baik secara individu maupun
bersama bagi para calon perupa dengan memilih dan mempelajari bentuk, gaya
dan teknik dari karya-karya perupa, baik yang belum punya nama maupun yang
sudah sangat populer.
Kesimpulannya adalah, pada tahapan ini seseorang bakal seniman harus terus
berupaya mengasah dirinya hingga sampai ke tahap mahir menggambar,
mengenal berbagai macam media sesuai dengan peruntukan menggambar.

Para perupa Riau masa lalu, kebanyakan berhenti dan merasa puas dengan apa
yang ia dapatkan pada tahapan ini. Karena mereka merasa sudah mampu
menyalin bentuk, gaya (aliran) dan teknik dari karya-karya perupa mapan dan
ditunjang lagi pada kecenderungan masyarakat masa itu untuk minta dibuatkan
(diduplikasikan) lukisan dengan contoh yang mereka berikan atau memberikan
foto untuk digambar dan kondisi seperti ini, secara finansial memang lumayan
menguntungkan. Pada tahapan ini pada dasarnya mereka belum mencapai taraf
berkemampuan menghasilkan karya yang dalam bahasa Sanskerta, disebut çilpa
(seni).
Sebagai kata sifat, çilpa berarti berwarna, dan kata jadiannya su-çilpa berarti
dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah atau dihiasi dengan indah. Sebagai
kata benda ia berarti pewarnaan, yang kemudian berkembang menjadi segala
macam karya yang artistik. Dalam bahasa Latin pada abad pertengahan, terdapat
istilah-istilah ars, artes, dan  artista. Ars adalah teknik, kiat atau kemampuan. Ars
inilah yang kemudian berkembang menjadi I’arte (Italia), I’art (Prancis), elarte
(Spanyol), dan art (Inggris).

Membahas Karya-karya Senirupa

Pemahaman tentang betapa pentingnya proses dialektika, korelasi sosial yang


didapat dari berbagai diskusi sesama perupa, lintas disiplin maupun upaya
memaknai fenomena yang ada di setiap saat, namun ruang intelektual ini kurang
dimanfaatkan oleh sebahagian besar perupa Riau dari dahulu, bahkan hingga kini.

Dengan tertatih-tatih ada beberapa di antara mereka memaksakan diri memberi


muatan pesan atau muatan lain pada karyanya, namun terlihat mentah dan
secara individual terlihat kekeringan ide, seakan menutup ruang pembahasan
dengan pihak lain pada tahap gagasan.

Medan sosial seni rupa, merupakan sesuatu hal yang penting untuk dipahami bagi
perupa dan merupakan pokok bahasan yang perlu dilakukan terus menerus, agar
karya yang dilahirkan dapat dijadikan pertanda zaman yang terus bergerak
dengan dinamikanya sendiri-sendiri.

Berkait dengan masalah tempat dan pola pikir yang “anti-kemapanan” dalam
mengkaji masalah seni rupa dengan berbagai jenis karya seni rupa dan seluk-
beluknya, akhirnya takkan terlepas dan sampai pula pada medan kajian seni yang
lain atau apa yang disebut dengan art world. Kritikus seni rupa Sanento Yuliman
(alm) sering menggunakan istilah “medan sosial seni” untuk memadankan istilah
art world.

Medan bahasan senirupa ini mengaitkan hubungan antara berbagai pihak-pihak


yang ada dalam rangkaian besar senirupa. Hal ini cukup penting dikaji sebab
bagaimanapun juga karya seni dan senimannya tidak dapat berdiri sendiri. Apalagi
bila karya seni tersebut dipamerkan, ia tak bisa lepas dari nilai-nilai yang lain.
Secara singkat pengertian art world adalah semacam “jaringan” organisasi sosial
yang mendukung dan berpartisipasi dalam melahirkan karya seni yang
berkualitas.

Sebagai contoh saja misalnya, jika melihat perkembangan seni rupa di Indonesia,
jaringan atau art world yang telah terbentuk selama ini sesungguhnya telah dinilai
lengkap, di sana ada seniman, karya seni, kolektor, art dealer, editor jurnal/media
massa, kritikus, sejarawan, (direktur) museum, galeri, dewan kesenian, taman
budaya, balai lelang, ruang (komunitas) seni, lembaga dokumentasi, dan kurator.

Seni rupa yang akan menjadi pijakan dalam pembahasan adalah seni rupa yang
“plural”, senirupa yang berkembang di masa kini dan kadang-kadang memiliki
kecenderungan pemikiran dan media yang progresif. Memiliki kekhasan mulai
yang biasa sampai yang luar biasa, sehingga mereka (perupa) terkadang hanya
membutuhkan ruang yang berbatas hingga tak berbatas, dari ruang kecil (dan
maya) sampai yang membutuhkan ruang besar (dan global).

Lebih dari 20 tahun sebelumnya, Sanento Yuliman (1941-1992) menulis dalam


katalogus pameran Seni Rupa Baru Indonesia, bahwa tak mungkin lagi kini kita
menikmati karya-karya yang disajikan lewat ritme garis, nuansa warna, dan
beragam bentuk ketika karya seni rupa bukan lagi susunan liris unsur
kesenirupaan. Dengan kata lain, karya senirupa pada perkembangan setelah
senirupa modern sesungguhnya seperti hendak menggeser sang rupa ke samping 
dan  di tempat itu ditaruhlah mungkin itu tema, cerita, wacana, dan lain
sebagainya. Dan untuk mencapai itu, tentulah diperlukan pembahasan-
pembahasan yang berulang-ulang kali hingga sampai pada taraf kematangan.

Pemuatan  Narasi Simbolik dalam bentuk metaphora-rupa dari sebuah cerita,


atau peristiwa dalam sebuah karya senirupa, kini seakan merupakan sebuah
keharusan sebagai konsep karya yang kemudian terbaca pada karya senirupa yang
dilahirkan.
 
Mencipta Karya Senirupa

Landasan yang penting bagi sebuah penciptaan karya senirupa tentulah tertuju
pada kreativitas dalam berbagai aspek.
Perupa Riau di era senirupa modern yang berorientasi pada penciptaan, sejauh
pengamatan saya untuk kota Pekanbaru jumlahnya tidaklah terlalu banyak,
namun selalu ada dan begitu juga di kota-kota lain di Riau, yang karena berbagai
faktor belum terpantau.

Kreativitas yang dimaksud di sini adalah kreativitas yang bersangkutan dengan


karya seni. Banyak cara untuk menemukan kreativitas, misalnya dalam
penggunaan media, bahan, alat, dan teknik yang berbeda dari yang sebelumnya.
Kreativitas juga bisa didapat dengan menampilkan bentuk-bentuk baru atau
memadukan unsur baru dengan yang lama.

Hal yang juga tak dapat diabaikan adalah, terjadinya Hibridasi Budaya dan
Identitas Dalam globalisasi, kebudayaan dan identitas bersifat translokal, yang
tidak cukup  jika dipahami dalam term tempat, tetapi lebih tepat jika
dikonsepsikan dalam term perjalanan. Dalam konsep ini tercakup budaya dan
orang yang selalu dalam perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, seperti
mempersepsikan kebudayaan sebagai sites of crisscrossing travellers (lalu-lalang
perjalanan). Ide tentang  ketidakstabilan kebudayaan dan identitas dalam
globalisasi membawa kita pada pemahaman, bahwa kebudayaan dan identitas
selalu merupakan pencampuran berbagai kebudayaaan dan identitas yang
berbeda-beda. Inilah yang disebut hibriditas (penyilangan) dan identitas. Batas-
batas kebudayaan yang mapan dikaburkan dan dibuat tidak stabil oleh proses
hibridasi.

Kemudian mungkin dan lazim terjadi sebuah bentuk kreolisasi pada karya,
sekaligus memberikan cara berfikir alternatif, yang berbeda dengan konsep
imperialisme kultural, yang menganggap Barat mendominasi budaya Timur.
Karena kenyataannya konsumen Dunia Ketiga tidaklah pasif, melainkan
menciptakan makna-makna baru bagi benda-benda dan simbol-simbol yang
mereka konsumsi dari produk budaya barat.

Sebagai penutup, saya katakan bahwa kertas kerja yang saya buat ini adalah,
sebagai ungkapan rasa cinta saya, rasa ingin saya agar senirupa di Riau dapat
berkembang, sejalan dengan lajunya perkembangan senirupa di wilayah lain dan
untuk itu perlu dilakukan secara terus menerus evaluasi agar menuju ke
kesempurnaan (Toujours Î la perfection).
C. MERANCANG SENI RUPA MASYARAKAT MELAYU RIAU

Kerajinan Anyaman dari Riau

Salah satu kerajinan tangan dari Riau yang


terkenal hingga ke seluruh dunia adalah anyamannya. Kerajinan anyam dari Riau
ini sejatinya sudah dikenal sejak lama. Bahkan sejak masa kerajaa Riau yang
pertama, kerajinan anyaman ini sudah dikenal. Dalam perkembangannya, kerajinan
ini diturunkan secara turun temurun dari tiap generasi hingga sekarang. Di Riau,
untuk masalah anyaman, terdapat beberapa jenis anyaman. Jenis-jenis anyaman itu
antara lain;

 Anyaman Pandan. Anyaman pandan adalah anyaman yang dibuat dari daun


pandan yang dikeringkan kemudian di anyam sesuai dengan bentuk yang
diinginkan.
 Anyaman Bambu. Berikutnya adalah anyaman bambu. Anyaman bambu
adalah anyaman yang dibuat dari bambu yang dipilah tipis-tipis sehingga
lentur dan bisa dianyam.
 Anyaman Rotan. Rotan adalah salah satu bagian tumbuhan yang bisa
ditemukan dengan mudah di Riau. Rotan juga merupakan bagian tumbuhan
yang kuat sehingga ketika dijadikan sebagai salah satu karya kerajinan
tangan, rotan bisa tahan lama.

Kerajinan anyaman ini awalnya digunakan sebagai peralatan untuk upacara-


upacara adat untuk acara tertentu. Akan tetapi, seiring berkembangnya zaman,
kerajinan tangan itu kini menjadi sebuah komoditi yang membantu ekonomi
beberapa kelompok masyarakat di Riau. Kerajinan tangan ini utamanya terdapat di
daerah Pelalawan, Rakan, Rokan Hulu, dan Kuanta Senggigi.
Kerajinan Tekat Riau

Sebagian orang yang tidak berasal dari Riau


mungkin tidak tahu dengan kerajinan tangan bernama Tekat ini. Tekat adalah salah
satu kerajinan tangan dari Riau yang sangat indah. Tekat merupakan kerajinan
yang dimana ia merekatkan atau menyulam benang emas pada sebuah bidang kain
yang lain yang telah diberi motiv. Benang ini dijahit dengan media pemidangan.
Kerajinan ini cara membuatnya mirip dengan orang-orang yang menyulam.
Berdasarkan sejarahnya, tidak diketahui secara pasti kapan Tekat ini mulai ada.
Dalam membuat Tekat terdapat beberapa corak yang biasa digunakan. Corak-corak
tersebut antara lain;

 Corak Bunga. Dalam corak bunga, biasanya yang digunakan adalah bentuk


bunga seperti bunga bakung, melati, kundur, bunga hutan, bunga dari
cengkeh, setaman, bunga serangkai, berseluk, dan beberapa bunga yang lain.
 Corak Kuntum. Kuntum juga sering digunakan sebagai motiv dalam Tetak.
Beberapa corak kuntum yang biasa digunakan antara lain; kuntum kembar,
kuntum serangkai, kuntum merekah, kuntum jeruju dan lain-lain.
 Corak daun, buah dan akar-akaran.. Daun buah dan akar-akaran biasa
digunakan untuk menghiasi motiv Tetak ini. Dengan berbagai macam
bentuk daun, buah dan akar-akaran. Pada buah misalnya, bisa digunakan
corak buah delima, anggur dan pisang-pisangan.
 Corak Hewan. Selain tumbuhan, corak hewan juga sering digunakan dalam
membuat motiv pada Tetak.
 Corak alam. Corak alam yang digunakan pada Tetak meliputi gambar awan,
gasing-gasing, dan wajit-wajit.

Kerajinan Songket Riau


Songket berasal dari kata sungkit yang
artinya adalah mencungkil. Kain songket merupakan salah satu kerajinan tangan
asli Riau yang populer dan sering diburu oleh orang yang bepergian ke Riau. Hal
ini karena pada songket Riau terdapat motiv-motiv yang sangat khas dan tidak bisa
ditemukan di tempat lain. Berdasarkan sejarahnya, songket dibawa pertama kali
oleh seorang pengrajin yang berasal dari kerajaan Trengganu.

Pada masa awal perkembangannya, Tetak ini awalnya dibuat dengan menggunakan
cara tenun tumpu. Kemudian berkembang menggunakan alat yang dinamakan Kik.
Pada zaman dahulu, setiap pembuatan kain songket selalu menggunakan sutra dan
untuk membuat motivnya menggunakan benang emas dan perak. Akan tetapi,
sekarang hal itu dirasa terlalu mahal, maka orang-orang menggunakan bahan-
bahan yang lebih sederhana akan tetapi tidak meninggalkan kualitas dan keindahan
kain songket dari Riau tersebut. Riau terkenal dengan motiv-motiv songket yang
khas. Beberapa di antaranya adalah; motiv kuntum bunga, siku awan, siku tunggal,
daun tunggal, mata panah, dan tabir bintang.

D. IDENTIFIKASI SENI PERTUNJUKAN MASYARAKAT MELAYU RIAU


Berbicara tentang seni budaya Provinsi Kepulauan Riau adalah gudangnya,
berbagai macam jenis seni budaya ada di kepulauan kepri ini. Hal ini tentunya
tidak terlepas dari sejarah masa lalu kepulaun riau. Provinsi Kepulauan Riau ini
dahulunya lebih dikenal dengan sebutan Riau, bersama dengan kawasan Malaysia
Johor sampai abad ke 19 menjadi kerajaan bersama yang di kenal dengan sebutan
Johor- Riau kemudian di tambah juga dengan pengaruh Inggris- Belanda yang ikut
campur yang akhirnya kerajaan johor dan riau berpisah dengan sultannya masing-
masing.
Seni Tari Kebudayaan Kepulauan Riau

Seni dan Budaya adalah dua hal yang saling berkaitan dan sangat sulit untuk di
pisahkan. karena di setiap seni pasti mengandung kebudayaan yang memiliki ciri
khasnya tersendiri begitu juga sebaliknya pada kebudayaan pasti mengandung nilai
seni yang indah.

Wayang Cecak
Wayang Cecak adalah akulturasi antara budaya tionghoa dan budaya melayu yaitu
salah satu kesenian yang menjadi khasanah tradisi lisan di pulau penyegat dan
semakin diakui keberadaannya, merupakan sastra lisan yang di peragakan melalui
media wayang. Kesenian ini merupakan kesenian yang menggunakan boneka
tangan, terbuat dari kain perca di mainkan oleh dalang. Dengan menggambarkan
kehidupan dalam kotak yang kira-kira berukuran dua kali tiga meter, dan boneka
itu digerakkan oleh tangan manusia (dalang) dari belakang. Kesenian ini hanya di
pertunjukkan kepada kalangan elit saja dan tidak menyebar di tengah-tengah
masyarakat, sampai pada masa tahun 1940-an pemain wayang cicak yang berada di
Pulau Penyengat hanya seorang yang bernama Khadijah Terung.

Dangkong
Dangkong salah satu bagian tarian khas tradisional di kepulauan riau. Tari
dangkong atau lebih akrab disebut joget dangkong ini awalnya kesenian melayu
yang sering digelar masyarakat kecamatan moro kabupaten karimun. Alat musik
yang pertama kali digunakan dalam suatu pertunjukan joget dangkong di moro
pada masa itu hanya ada empat yaitu: Bjole Tempurung, Gendang Tabur, Gong
dan Gendang Babane. Joget dangkung ini berfungsi sebagai upacara adat, sebagai
penghibur warga kerajaan pada zaman dahulu. Kesenian joget dangkong ini lalu
mengalami perubahan seiring perkembangan jaman, baik perubahan alat musik,
perubahan bentuk pertunjukan, perubahan pormasi ,cara joget, perubahan lagu,
perubahan kostum dan tata rias.

Gobang
Gobang adalah kesenian asli jemaja, kepulauan anambas, Kepri yang unik dan
khas. Bagi masyarakat jemaja tarian gobang selalu di tampilkan dalam acara-acara
penting seperti: sunatan, perkawinan, dan hari besar lainnya. Kesenian joget
gobang yang sepintas mirip opera tradisional ini dalam penampilannya selalu
dilengkapi dengan para penari yang berkostum aneh, semuanya menggunakan
topeng berwajah seram sepeti moyet, raksasa bengis dan paras menyerupai hantu
lainya. Musik pengiringnya terdiri atas gendang panjang, gendang pendek dan
gong. Di tengah alunan musik itulah para pemainnya melantunkan nyanyian dalam
bahasa daerah melayu setempat. Syair-syairnya berisi tuntunan moral, nasehat dan
lain-lainya.Melemang
Melemang merupakan tarian tradisional yang berasal asli dari daerah bintan.
Menurut sejarahnya tarian melemang ini berasal dari tanjung pisau negeri bentan
penaga. Tarian melemang pertama kali di mainkan sekitar abad ke 12. Ketika itu
tarian melemang hanya di mainkan di istana kerajaaan Melayu bentan. Pada masa
itu tarian melemang di tampilkan pada saat saat tertentu saja khususnya untuk
menghibur pembesar dan raja di kalangan istana. Namun sejak kerajaan bentan
mengalami keruntuhan, tarian melemang berubah menjadi pertunjukan hiburan
rakyat. Tarian melemang sangat di gemari masyarakat melayu yang telah dikenal
luas di daerah ini. Setiap pementasan para penari mempertunjukkan kecakapannya
mengambil sesuatu, berdiri sambil membungkukkan badan ke arah belakang.

Mak Yong
Mak Yong adalah seni teater tradisional masyarakat melayu yang masih lestari
hingga sekarang masih sering dipertunjukkan. Pada jaman dahulu pertunjukan mak
yong di adakan orang desa di pematang sawah selesai panen padi. Seni teater mak
yong terdapat juga di negara bagian seperti: terengganu, pattani, kelantan, kedah.
Di kepulauan riau seni teater mak yong dibawakan penari yang memakai topeng
berbeda dengan di malaysia yang tanpa topeng. Pertunjukan mak yong biasanya di
bawakan oleh kelompok penari dan pemusik, yang menggabungkan berbagai unsur
keagamaan, sandiwara, tari, musik, vokal, serta naskah. Tokoh utama pria dan
wanita, keduanya dibawakan oleh penari wanita. Pertunjukan mak yong di iringi
musik seperti gendang, rebab dan tetawak.

Mendu
Mendu adalah sebuah kesenian yang tidak jauh berbeda dengan mak yong, yang
sama-sama menggabungkan unsur nyanyian, tarian,dan teater. Pertunjukan
kesenian mendu kerap digelar di berbagai daerah di kepulauan riau sepeti di
Anambas (tarempa dan langi), Natuna (Ranai, Sepempang dan Midai). Cerita yang
di mainkan adalah hikayat dewa mendu yang di angkat dari cerita rakyat
masyarakat Natuna. Tokoh-tokoh dalam seni pertunjukan mendu, di samping dewa
mendu itu sendiri adalah Angkara Dewa, Siti Mahdewi, Maharaja Laksemalik,
Kilan Cahaya, Nenek Kebayan, Raja Bahailani, Raja Majusi, Raja Firmansyah,
Raja Beruk, dan tokoh-tokoh pendukung lainnya yang jenaka seperti Selamat
Salabe dan Tuk Mugok.

Zapin
Tarian Zapin adalah salah satu tarian rumpun melayu. Kata zapin sendiri berasal
dari bahasa arab yaitu ''Zappan'' yang artinya penari dan ''Al Zapin'' yang berarti
gerak kaki. Tarian yang kental dengan pengaruh budaya arab ini bisa anda nikmati
kalau mengunjungi kepulauan Lingga. Biasanya ditampilkan di acara-acara
tertentu atau pegelaran budaya. Tarian zapin memiliki banyak ragam gerak
tariannya, walaupun pada dasarnya gerakan dasar zapinnya sama, dan pada
prinsipnya tarian ini bersifat edukatif namun di tampilkan dengan kemasan yang
menghibur. Syair-syair lagunya cukup kental dengan nuansa dakwah islam. Musik
penggiringnya terdiri dari dua alat utama yaitu alat musik petik gambus dan tiga
buah alat musik tabuh berupa gendang kecil yang kerap disebut marwas.

E. MERANCANG DAN MENGKREASIKAN SENI PERTUNJUKAN


MASYARAKAT MELAYU RIAU

Riau menjadikan kesenian sebagai titik memulai (starting point) dengan


memposisikan unsur kesenian sebagai inti lingkaran unsur-unsur
kebudayaan, dan memposisikan unsur kebudayaan lainnya di lingkar luar
yang saling mengait dengan lingkar inti. Sebagai inti, kesenian Riau dapat
dipandang sebagai spirit terhadap siklus kehidupan orang-orang Melayu,
karena unsur-unsur seni menyusup dan menghiasi hampir semua tatanan
kehidupan orang-orang Melayu. Unsur seni dapat ditemukan berhubung-
kait dengan sistem religius (kepercayaan). Setiap seni bagi orang Riau
adalah produk gagasan, dan gagasan selalu bersumbu pada keyakinan
akan sesuatu yang mutlak. Seni-seni Melayu adalah seni-seni yang terikat
kepada kepercayaan ketuhanan, dan untuk sebagian besar kewujudannya
bahkan mengekspresikan sekaligus memperteguh kepercayaan itu, seperti
tergambar dalam sejumlah syair dan hikayat didaktik-religius Islam yang
populer di tengah-tengah masyarakat Melayu.

Syair, hikayat, kayat, legenda-legenda, berbagai nyanyian rakyat, dan


seluruh kekayaan tradisi lisan dan tertulis Melayu menampilkan unsur seni
yang berada dalam siklus (pusaran) bahasa. Sedangkan kaitannya dengan
sistem teknologi, terdapat dalam berbagai corak seni-bina (arsitektur),
tenunan, dan kerajinan, yang menampilkan ornamen-ornamen serta corak-
ragi yang khas. Unsur kesenian yang mengait dengan sistem pengetahuan
sebagian besar terbangun dari hubungan dialogis manusia dengan alam
(tumbuhan dan hewan), yang telah mengilhami lahirnya pengetahuan
orang-orang Melayu Riau tentang ramuan dan obat-obatan, ilmu lebah,
ilmu padi, dan sebagainya, yang tampil dalam berbagai bentuk ekspresi
seni. Dalam kaitannya dengan sistem organisasi kemasyarakatan,
kesenian tampil mengusung tataran nilai-nilai, norma-norma, dan pantang-
larang sebagai pedoman hidup bermasyarakat. Upacara-upacara adat
yang menjadi ekspresi ikatan sosial dengan nilai-nilai dan norma-norma
sosial tersebut juga hadir dalam wujud yang estetis dan sukar dipisahkan
dengan ekspresi-ekspresi seni. Sedangkan dengan sistem mata
pencaharian, kesenian terhubung secara erat dengan siklus perekonomian
yang digeluti orang Melayu. Melalui berbagai genre seni pertunjukan dan
sastra, misalnya, batobo yang hadir sebagai seni fungsional dalam
peristiwa ekonomis gotong royong, dan sangat nyata dalam peristiwa
ekonomi “Tapan Lapan”. Istilah ini merupakan sebutan khusus untuk
menjelaskan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh orang Melayu yang
menunjukkan jenis pekerjaan sebagai sumber pendapatan keluarga
Melayu.

Kesenian adalah kehidupan itu sendiri


Bagaimana melihat keterkaitan kesenian dengan sistem mata pencaharian
masyarakat Riau “Tapak Lapan” tersebut? Memadailah ringkasan berikut
ini. Sumber pendapatan orang Melayu Riau itu berasal dari pekerjaan (1)
berladang (pertanian), (2) beternak (peternakan), (3) menangkap ikan
(perikanan), (4) beniro (menetek enau dan kelapa), industri pengolahan
hasil pertanian (agroindustri), (5) mengambil atau mengumpulkan hasil
hutan atau laut (perhutanan), (6) berkebun tanaman keras atau tanaman
tahunan (perkebunan), (7) bertukang, dan (8) berniaga (perdagangan).
Dalam konsep seperti itu, masyarakat Melayu Riau tidak hanya
mengerjakan satu jenis pekerjaan saja. Biasanya apabila waktu pagi
mereka berkebun, sorenya mereka menangkap ikan, dan adakalanya juga
selesai berkebun mereka mencari hasil hutan salah satu kegiatannya
seperti beniro (mengambil air nira). Ketika musim hujan dan tidak bisa
memotong karet, maka orang Melayu melakukan kegiatan berkebun atau
bertani, seterusnya ketika kemarau berkepanjangan maka saatnya orang
Melayu meramu hasil hutan.

Tujuannya adalah selain meragamkan (diversitifikasi) sumber pendapatan


juga merupakan strategi untuk menghadapi kegagalan atau krisis akibat
dari hanya satu pekerjaan sebagai sumber pendapatan. Ini juga
merupakan taktik atau cara jangka pendek masyarakat Melayu dalam
menggunakan sumber daya alamnya, maupun berhubungan dengan
peristiwa atau keadaan ekonomi sesaat. Untuk melaksanakan kegiatan
tersebut berarti mereka harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang
alam dan lingkungan hidupnya, serta kiat atau teknik menghasilkan
sesuatu yang berguna secara ekonomis dari sumber dan lingkungannya.
Sebab dengan pola itu, mereka bisa melihat hubungan dan saling
ketergantungan antara manusia dengan alam, serta hubungan antara flora
dan fauna dengan hutan tanah. Tujuan lainnya adalah upaya orang Melayu
Riau dalam menghadapi krisis ekonomi. Dan, menghindari krisis tersebut
untuk mencukupi dengan melakukan penggantian pekerjaan dengan
pekerjaan yang lebih tepat dan sesuai untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.

Delapan macam mata pencaharian ini, juga memperlihatkan betapa


Melayu di Riau mempunyai khazanah budaya yang panjang. Budaya
masyaraka Melayu tersebut adalah budaya perairan, laut (maritim), pesisir,
aliran sungai, niaga (dagang), dan bandar (pelabuhan). Budaya Melayu
dengan paradigma yang demikian, telah membentuk mentalitas mereka
menjadi manusia yang independen, pragmatik, mudah bergerak ke mana-
mana (mobil) bila bersaing, memperlihatkan kualitas teknis serta punya
harga diri yang tinggi.
Dari sistem ekonomi “Tapak Lapan” tersebut, melekat peristiwa kesenian,
mulai dari mitos, legenda, pantun, syair, randai hingga ke pertunjukan, dan
ritual serta upacara-upacara adat. Pekerjaan berladang ada ritual dan
upacara menanam padi hingga pasca menuai, antara lain betobo. Pada
peristiwa menangkap ikan orang angkan bersyair seperti syair Rantau
Kopa (Rokan) dan Mararuah (Rantau Kuantan). Pekerjaan beniro dimulai
dengan ritual dan mantera-mantera. Pekerjaan mengambil atau
mengumpulkan hasil hutan atau laut serta berkebun dimulai dengan ritual
Menetau Tanah dan upacara turun ke laut. Pekerjaan bertukang juga
didahului oleh menetau rumah. Begitu pula dengan berniaga orang akan
menonjolkan budi bahasa.

Posisi kesenian sebagai inti dengan demikian sangat ditentukan oleh unsur
lain dalam kebudayaan, seperti reliji, bahasa, organisasi sosial, sistem
pengetahuan, sistem ekonomi, sistem teknologi, dan sistem kesenian itu
sendiri. Unsur seni ukir yang terdapat di ornamen-ornamen rumah Melayu
eksistensinya ditentukan oleh ketersediaan alam menyediakan kayu-kayan
sebagai bahan baku utamanya. Dengan demikian, hutan (alam) menjadi
sesuatu yang sangat berarti bagi terbinanya seni ukir Melayu. Hal yang
sama dapat pula dihubungkan dengan sistem mata pencaharian, sistem
teknologi, dan sistem pengetahuan.

Punahnya rimba kepungan sialang dan hutan pada umumnya


menyebabkan terancam dan hilangnya pencaharian pengambil madu dan
peladang. Seiring dengan itu, maka unsur-unsur kesenian yang melekat
pada siklus pekerjaan tersebut juga ikut menghilang, karena tidak lagi
dipraktekkan sebagaimana biasanya. Syair-syair dan mantera-mantera
yang dilantunkan pada siklus pengambilan madu (menumbai) tak akan bisa
dilantunkan lagi bila pekerjaan mengambil madu tersebut tidak lagi menjadi
sistem mata pencaharian orang-orang Melayu. Upacara-upacara ritual
yang melekat pada siklus kehidupan peladang, tidak akan dilakukan lagi
bila orang-orang Melayu tidak menjadikan berladang sebagai sistem mata
pencahariannya.

Seni budaya Melayu Riau: tradisional dan modern


Berdasarkan bentuk dan proses penciptaannya, seni budaya Melayu di
Riau dapat dikelompokkan ke dalam seni-seni tradisional dan seni-seni
modern. Dalam bentuk aslinya, seni-seni tradisional hadir bersahaja,
merespon lokalitas lingkungan (sosial dan alam), dan memenuhi
keperluan-keperluan praksis komunitas petani subsistem serta
perdagangan terbatas yang menjadi ciri utama masyarakat Riau masa
lampau. Keterbukaan wilayah Riau terhadap dunia luar menyebabkan
masyarakat di kawasan ini mengalami interaksi yang relatif intensif dengan
orang-orang dan gejala-gejala kebudayaan luar. Intensitas interaksi
dengan gejala dari dunia luar tersebut mengakibatkan perubahan dan
dinamika internal yang lebih rancak (cepat) secara sosio-kultural pada
masyarakat Melayu di rantau ini, yang pada gilirannya mempengaruhi pula
perkembangan bentuk, struktur, dan kuantitas kosa (vocabulaire) seni
tradisional Melayu tersebut.
Perkembangan bentuk dan struktur yang timbul akibat interaksi sosial-
budaya dengan dunia luar adalah hal yang lazim dalam setiap sejarah
kesenian Riau. Oleh karena kesenian tradisional adalah produk kolektif
masyarakat, dan berakar tunjang pada masyarakat yang menghasilkannya,
maka perubahan-perubahan yang berlangsung di tengah-tengah
masyarakat pendukungnya akan menyebabkan bentuk dan struktur luaran
kesenian tersebut juga berkembang dari waktu ke waktu. Dalam konteks
kesenian Melayu tradisional Riau, perubahan bentuk dan struktur tersebut
merupakan respon terhadap perubahan sosial-budaya yang berlangsung di
dalam kehidupan masyarakat di Riau dari waktu ke waktu. Sering kali pula
daya tahan hidup seni tradisional Riau itu justeru ditentukan oleh
kemampuannya merespon perubahan sosial-budaya tersebut.

Sebagai contoh, adalah seni pertunjukan tradisional Randai Kuantan.


Namanya jelas sama dengan genre pertunjukan yang terdapat dalam
kehidupan masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat, dan secara
historis interaksi antara masyarakat Kuantan dengan Minangkabau pada
abad-abad lampau memang berlangsung intensif (Barnard: 2006). Oleh
karena itu, cukup banyak orang berpendapat bahwa Randai Kuantan
berasal(!) dari Sumatera Barat, dan bukan ‘seni asli’ orang Kuantan. Tetapi
belakangan, setidak-tidaknya sejak awal abad ke-20, pilihan lakon dan
struktur pengadeganan Randai Kuantan memiliki perbedaan yang
mendasar dengan Randai Sumatera Barat. Demikian pula penglibatan
khalayaknya: lingkaran pemain Randai di Sumatera Barat adalah
bangunan pemisah antara ruang permainan dengan khalayaknya, dan
hanya boleh diisi secara eksklusif oleh pemain yang sudah ditentukan;
sedangkan pada Randai Kuantan, pemisah itu bersifat inklusif, bisa diisi
oleh khalayak yang berminat berjoget(!) di celah yang menghubungkan dua
adegan. Perubahan tersebut berkaitan erat dengan pergeseran ruang dan
intensitas interaksi masyarakat rantau Kuantan, dari kebudayaan
Minangkabau di hulu, dengan masyarakat dan fenomena kebudayaan
Melayu di hilir (Selat Melaka dan tanah semenanjung). Lakon, struktur
adegan, dan perangkat teknis perpindahan latar kejadian dalam lakonan
dalam bentuk musik, nyanyi, dan joget bergeser ke ‘hilir’ yang Melayu.
Manakala musik dangdut meluas, elemen-elemen musikalitas pada Randai
Kuantan ikut pula mengadopsi fenomena tersebut, sehingga sampai kini
Randai relatif berjaya mempertahankan kehidupannya di tengah-tengah
masyarakat Kuantan.

Lain lagi dengan fenomena seni Barzanji, Zapin, dan lain-lain yang sangat
luas dikenal di Alam Melayu. Seni-seni ini muncul setelah Islam mengalami
interiorisasi di tengah-tengah kehidupan orang Melayu di Riau. Artinya,
penerimaan orang Melayu terhadap Islam bukan hanya penerimaan
keyakinan-keyakinan dogmatis-keagamaan, tapi juga sebagai sumber bagi
pemerkayaan khasanah kebudayaan Melayu itu sendiri.

Dengan demikian, semakin terbuka kawasan dan masyarakat Riau,


semakin subur interaksinya dengan dunia luar, semakin berkembang jenis
kesenian tradisionalnya, dan semakin rancak (capat) pula perubahan
bentuk dan struktur kesenian tradisional tersebut. Sementara itu, di
kawasan pedalaman yang relatif kurang tersentuh perubahan, jenis dan
bentuk-bentuk seni upacara dan/atau ritual tetap bertahan. Upacara
pengobatan Belian pada suku asli Petalangan dan Talang Mamak atau
Bedewo (Bonai) dan Bedikei (Sakai, Hutan, dan Akit), misalnya, relatif
masih bertahan dengan bentuk dan struktur aslinya, karena kawasan
tempat hidup para pendukungnya berada di pedalaman dan kurang
berpeluang mengakses dan berinteraksi dengan dunia luar. Hal-hal seperti
ini merupakan kekayaan Riau dan memberikan peluang untuk dikaji dalam
pelbagai aspek.

Genre yang relatif sama fungsinya (untuk pengobatan) juga terdapat dalam
kehidupan masyarakat Melayu di kampung-kampung, yang antara lain
disebut Bedukun. Tetapi strukturnya lebih padat, terutama karena ritual
perjalanan pelaku utamanya (kemantan atau gemantan) tidak lagi
menelusuri kompleksitas ruang vertikal menuju dunia dewa-dewa,
melainkan lebih bersifat penjelajahan simbolik untuk mencari dan
menemukan kuasa luar biasa di dunia horisontal yang dipercaya bermukim
pada diri makhluk tertentu (manusia, harimau atau buaya penunggu,
misalnya). Teratak, dusun-dusun, dan kampung adalah ruang yang
menengahi kecepatan dan kelambatan perubahan yang ditimbulkan oleh
interaksi. Dalam konteks Bedukun, hal itu dikesankan oleh pemendekan
upacara (kesadaran praksis tentang waktu, yang dialirkan oleh interaksi
dengan dunia luar) dan pergeseran ruang ke dunia horisontal-mitis
(kesadaran tauhid bahwa puncak kuasa tertinggi itu adalah tunggal).

F. MENDEMONSTRASIKAN SENI PERTUNJUKAN MASYARAKAT


MELAYU RIAU
Pementasan Teater bagi pelajar atau pemula membutuhkan pengetahuan dan
persiapan yang matang agar pentas teater berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Pementasan teater membutuhkan kerja sama yang baik dari seluruh pendukung
jalannya pentas teater ini. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam pementasan
teater antara lain sebagai berikut.

1. Pemilihan Peran (Casting) 


Pemilihan naskah diikuti dengan tahap persiapan pementasan yang lain. Salah satu
yang utama adalah casting. Apakah casting itu? Casting adalah pemilihan aktor
atau aktris yang akan membawakan tokoh-tokoh yang ada dalam naskah drama.
Casting dilakukan oleh sutradara. 

Dalam melakukan pemilihan pemeran, sutradara dapat menerapkan satu dari


beberapa teknik casting yang ada. Mau tahu apa saja teknik casting yang
digunakan seorang sutradara untuk memilih pemain? 

Beberapa teknik casting, yakni:


a. Casting by ability
Pemilihan pemeran dilakukan berdasarkan kecakapan atau kemahiran yang sama
atau mendekati peran yang dibawakan.
Misalnya: tokoh yang cerdas dibawakan oleh orang yang cerdas, tokoh pendekar
silat dibawakan oleh orang yang pandai bersilat. 

b. Casting to type
Pemilihan pemeran berdasarkan kecocokan fisik pemain. 
Misalnya: tokoh tua dibawakan oleh orang yang tua, dan tokoh anak-anak
dibawakan oleh anak-anak.
c. Anti Type Casting
Pemilihan pemeran yang bertentangan dengan watak dan ciri fisik peran yang
dibawakan. Casting tipe ini dapat digunakan Sebagai pendidikan bagi orang yang
mempunyai watak berkebalikan. 
Misalnya: orang yang halus dan ramah harus memerankan tokoh yang kasar dan
tidak ramah. Orang yang lancar berbicara harus memerankan tokoh yang bisu dan
sebagainya. 

d. Casting to emotional temperament


Pemilihan pemeran berdasarkan observasi kehidupan pribadi seseorang. Aktor atau
aktris yang mempunyai banyak kecocokan dengan peran yang dibawakan akan
terpilih membawakan tokoh tersebut. 

e. Therapeutic casting
Pemilihan pemeran ini bertujuan untuk membantu penyembuhan terhadap
ketidakseimbangan psikologis dalam diri seseorang. 

Untuk dapat memilih peran yang tepat, dibuat daftar yang berisi tokoh-tokoh yang
harus dibawakan. Daftar ini dilengkapi dengan dimensinya secara flsiologis,
psikologis, maupun sosiologis. Sutradara yang baik akan melakukan casting
dengan jeli untuk mendapatkan pemain yang benar-benar sesuai dengan tokoh
yang dituntut oleh naskah. Soalnya aktor dan aktris merupakan ujung tombak yang
akan membawakan peran dalam naskah di hadapan penonton. 

Setelah mendapatkan pemeran yang tepat melalui proses casting, yang perlu
dilakukan adalah latihan peran. 

2. Melatih Peran 
Setelah casting (pemilihan peran) dilakukan, langkah selanjutnya adalah melatih
peran. latihan ini juga dipimpin oleh seorang sutradara. Dalam latihan peran ini
diharapkan para pemain dapat menghidupkan tokoh yang ada dalam naskah
menjadi tokoh nyata di atas panggung. Beberapa hal yang harus dilatih agar
pemeran dapat membawakan seorang tokoh dengan baik adalah:  
a. Teknik muncul tokoh di atas panggung
b. Membawakan dialog dengan baik 
c. Mengembangkan suasana sehingga pementasan teater tidak menj emukan 
d. Menonjolkan tahap puncak 
e. Mengatur waktu dialog dan gerak tubuh 
f. Mengatur cepat lambatnya tempo permainan
g. Menanggapi dan mendengar tokoh lain
h. Menyesuaikan dengan teknik pentas, yaitu tata cahaya, tata suara, tata musik,
tata rias dan tata busana.
Syarat agar pemain bisa memerankan tokoh dengan baik adalah pemain harus
mampu menguasai beberapa teknik dasar bermain teater, yaitu:
1. Latihan Tubuh (olah tubuh)
Olah tubuh adalah latihan fisik seorang aktor atau aktris. Dengan latihan ini
diharapkan aktor dan aktris akan memiliki tubuh yang bugar dan fit, sehingga
dapat bergerak secara fleksibel, disiplin, dan ekspresif sesuai dengan karakter
tokoh yang diperankan.

2. Latihan Suara (olah vokal)


Olah vokal adalah latihan menggunakan vokal (suara) dengan jelas dan keras
(nyaring). Tapi suara keras dan nyaring saja tidak cukup. Para pemain juga harus
dilatih cara menghasilkan warna suara yang berbeda-beda. Mereka harus fleksibel
dalam menggunakan warna suara sesuai dengan watak atau karakter tokoh, usia,
dan keadaan sosial. 

3. Latihan Imajinasi
Untuk menampilkan karakter tokoh yang dimainkan, seorang aktor harus
mengetahui dengan tepat keadaan fisiologis, sosiologis, dan psikologis dari peran
yang dimainkan. Dan untuk membantu mendapatkan gambaran yang nyata,
seorang aktor dapat mencari model tokoh yang mempunyai karakter serupa dan
melakukan pengamatan atau observasi.

Jadi, latihan imajinasi akan membuat seorang aktor lebih mudah membayangkan
dan mewujudkan tokoh yang dituntut oleh naskah dengan menggunakan tubuh dan
suaranya.

4. Latihan konsentrasi
Latihan konsentrasi merupakan latihan memusatkan pikiran pada hal-hal tertentu.
Konsentrasi yang baik sangat diperlukan di dalam teater. Ada berbagai cara untuk
melakukan latihan konsentrasi.

3. Persiapan Lampu dan Panggung


Seorang sutradara memang harus memiliki kelebihan dan mempunyai pengetahuan
yang lebih tentang dunia seni teater. Sebab, menjadi seorang sutradara memang
tidak mudah. Selain mempersiapkan pemain melalui latihan-Iatihan, bersama
penata pentas dan penata lampu, ia juga melakukan persiapan panggung
pementasan. Dalam persiapan panggung hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Persiapan tata panggung
Penata pentas menyiapkan panggung yang disesuai dengan isi cerita di dalam
naskah. Nah, hal-hal yang perlu disiapkan adalah:
1). kain backdrop/latar belakang 
2). dekorasi yang sesuai dengan isi cerita.

Jika dilihat dari bentuknya, dekorasi yang digunakan dapat berupa dekorasi
naturalis maupun dekorasi nonnaturalis. Dekorasi naturalis adalah dekorasi yang
menggunakan bentuk natural, yaitu bentuk nyata dari suatu barang atau keadaan
alam sekitar sesuai dengan aslinya. 

Dan jika dilihat dari lokasi perwujudannya, terdapat dekorasi interior (dekorasi
dalam ruangan) dan dekorasi eksterior (dekorasi luar ruangan). Contoh dekorasi
interior adalah suasana ruang tamu, ruang kelas, atau ruangan pesta. Sedang
dekorasi eksterior misalnya dekorasi pasar, taman, hutan, sawah, dan sebagainya.

Masing-masing dekorasi dilengkapi dengan perlengkapan panggung yang


mewakili keadaan yang diharapkan. Misalnya dekorasi interior kamar tidur
dilengkapi dengan tempat tidur, meja belajar dan lemari pakaian. 

b. Persiapan tata cahaya (lighting)


Dekorasi yang telah dirancang kemudian dilengkapi dengan tata lampu yang
sesuai. Apakah tujuan penggunaan tata cahaya?
1). Menerangi dan menyinari aktor dan aktris
2). Mewujudkan setting waktu dalam cerita (jam, musim, dan cuaca)
3). Menambah nilai warna pada setting
4). Membantu memperkuat suasana permainan.

4. Persiapan Tata Musik dan Tata Bunyi


Selain didukung dengan tata panggung dan tata cahaya, pementasan drama akan
terasa lebih indah jika disertai dengan tata bunyi atau musik yang sesuai. Bunyi
dan musik itu berfungsi untuk menghidupkan suasana pementasan. Tata bunyi dan
musik yang digunakan tidak boleh sembarangan lho, tapi harus sesuai dengan
suasana dalam naskah drama. Bunyi atau suara yang digunakan dapat berupa suara
makhluk hidup, yaitu manusia dan binatang. Tapi bunyi-bunyian itu juga bisa
berasal dari benda mati atau alat musik yang dibunyikan oleh manusia. 

Betul banget kalau dikatakan musik memiliki peranan penting dalam suatu
pementasan teater. Peranan musik antara lain: 
a. Mempengaruhi daya imajinasi penonton Membantu aktor dalam membawakan
perannya 
b. Membuka dan menutup pementasan 
c. Menghubungkan satu adegan dengan adegan yang lain.

Tata bunyi atau tata musik harus menyesuaikan dengan tema cerita. Hal lain yang
harus diingat adalah besar kecilnya ruangan dan daya pantul ruangan. Jangan
sampai untuk ruangan yang besar dan luas digunakan musik yang sangat lemah.
Musik yang terlalu lemah akan menyusahkan penonton menikmati teater.
Demikian juga dengan musik yang begitu keras.

5. Persiapan Tata Busana dan Tata Rias


Tata busana dan tata rias harus dipersiapkan dengan baik dalam suatu pementasan
teater. Keduanya merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan satu sama
lain.

a. Pesiapan tata busana


Busana atau kostum adalah pakaian beserta perlengkapannya yang dikenakan oleh
aktor dan aktris di atas pentas. Perlengkapan kostum para aktor dan aktris itu
terdiri dari beberapa bagian, yaitu: 
1). Pakaian dasar, yaitu pakaian kostum atau bagian dari kostum yang mendasari
atau mendukung bentuk pakaian yang terlihat. Contoh pakaian dasar adalah
korset, stagen, pakaian dalam, dan sebagainya. 
2). Pakaian kaki, merupakan sepatu atau sandal yang mendukung kostum luar
sesuai dengan tokoh yang diperankan.
3). Pakaian tubuh, merupakan pakaian yang kelihatan oleh penonton.
4). Pakaian kepala, terdiri dari tutup kepala, penataan rambut, dan rambut palsu
atau wig yang digunakan oleh aktor untuk mendukung pembawaan tokohnya. 
5). Perlengkapan/ asesoris, adalah seluruh tambahan perlengkapan pakaian.
Asesoris dapat mengandung unsur hiasan atau dekoratif dan pendukung karakter.
Beberapa contoh asesoris yang biasa digunakan adalah perhiasan, ikat pinggang,
kipas scarf, kacamata dan sebagainya. 

Pemakaian kostum tidak bersifat asal pakai. Itu karena pemakaian kostum
memiliki tujuan tertentu. Apakah tujuan itu? 
1). Agar penonton dapat membedakan tokoh-tokoh yang berbeda di atas
panggung. 
2). Untuk menunjukkan hubungan tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. 
Adapun fungsi kostum bagi pamain adalah:
1). Mewujudkan karakter atau watak tokoh 
2). Membedakan tokoh yang satu dengan lainnya 
3). Memudahkan gerak pelaku

b. Persiapan tata rias


Tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan
wajah peranan. Tata rias berguna untuk membuat wajah dan kepala sesuai dengan
tokoh yang dibawakan oleh seorang aktor/aktris. Penggunaan tata rias memang
tidak boleh sembarangan, harus disesuaikan dengan keseluruhan cerita yang ingin
ditampilkan. Secara garis besar, penggunaan tata rias harus memperhatikan : 
1). Tingkatan usia
2). Kepribadian tokoh, watak 
3). Ciri-ciri/ asal-usul tokoh (negara dan warna rambut)

Tata rias dalam teater dibagi dalam beberapa jenis. Jenis tata rias tersebut antara
lain: 
a). Rias Jenis 
Rias jenis bertujuan mengubah jenis kelamin laki-laki menjadi perempuan atau
sebaliknya. 

b). Rias bangsa


Rias bangsa bertujuan mengubah wajah dan rambut menjadi bentuk wajah dan
rambut dari bangsa asing. Untuk itu agar pemanggungan bisa berhasil, diperlukan
pengetahuan tentang sifat-sifat suatu bangsa beserta tipe wataknya. Misalnya
wajah orang Indonesia yang harus diubah menjadi wajah orang Jepang. 

c). Rias usia 


Jenis rias ini bertujuan membantu menciptakan tokoh yang usianya sangat berbeda
dengan usia aktor atau aktris pemeran. Contohnya seorang gadis yang harus
memerankan nenek-nenek tua. Nah, untuk memberikan hasil tata rias yang
sempurna diperlukan berbagai pengetahuan mengenai anatomi/ keadaan tubuh
manusia dalam berbagai umur. 

d). Rias Tokoh 


Rias tokoh berusaha menciptakan tokoh dengan memperkuat watak atau karakter
seseorang dengan riasan yang sesuai. 
Misalnya rias untuk menciptakan tokoh raja yang kejam. 

e). Rias Watak


Rias watak berusaha menonjolkan watak-watak khusus dari seorang tokoh. Rias
watak sangat berhubungan dengan rias tokoh.
f). Rias temporal 
Rias temporal menunjukkan perbedaan-perbedaan wajah berdasarkan waktu.
Misalnya ketika sedang bekerja di kantor, tokoh mempunyai keadaan wajah yang
berbeda dibandingkan ketika tokoh tersebut sedang santai di rumah 

g). Rias aksen 


Rias aksen hanya memberikan tekanan pada pelaku yang sudah mendekati
penekanan kepada pelaku yang sudah mendekati peranan yang akan dimainkan.
Misalnya peranan pemuda Papua akan memainkan tokoh Papua, hanya
membutuhkan rias aksen. 

h). Rias lokal 


Rias lokal ditentukan oleh perbedaan tempat. Misalnya seorang narapidana di
penjara akan menggunakan rias yang berbeda ketika ia telah dibebaskan dari
penjara. Riasan yang berhasil adalah riasan yang dapat mewujudkan tokoh seperti
yang dituntut dalam naskah. 

Rias dilakukan menggunakan bahan-bahan kosmetika yang sangat beragam bentuk


dan kualitasnya di pasaran. Nah, seorang juru rias harus mampu memilih bahan
yang sesuai dan tidak membahayakan para pemain. Beberapa bahan dasar make up
adalah :
a). Base (sebagai dasar riasan)
b). Foundation (untuk menutup ketidakrataan pada kulit)
c). Lines (untuk memberi batas anatomi muka), jenis lines antara lain : 

 eyebrow pencil (membentuk alis mata dan mata). 


 eyelash (membentuk bulu mata) lipstik (membentuk bibir) 
 highlight (memberikan efek tiga dimensi) 
 eyeshadow (membentuk dimensi pada mata) 
 Rouge (menghidupkan bagian pipi di dekat mata, tulang pipi, dagu dan
kelopak mata). 
 Leansing (membersihkan bekas riasan) 

Bagaimanakah melakukan tata rias yang benar? Tata rias dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:

 mempersiapkan wajah,
 membersihkannya sebelum diberi riasan,
 memberi warna dasar/foundation menggunakan rouge untuk memberi efek
tiga dimensi,
 pemberian garis-garis/ lining sesuai dengan watak yang dibawakan. 

Tata busana dan tata rias dilakukan sebelum pementasan di ruang busana dan
ruang rias di belakang panggung. 

6. Persiapan Produksi
Selain segala persiapan pementasan yang menyangkut pemeran di atas, dilakukan
juga persiapan produksi yang dipimpin oleh produser. Persiapan produksi penting
karena berawal dari sinilah letak kesuksesan pementasan dilihat dari sisi kuantitas
penonton, kesiapan gedung serta terpenuhinya biaya bisa terlihat. Sehingga dapat
dikatakan selain sukses penyampaian pesan lewat cerita juga penting kesuksesan
dari sisi produksi. Apa saja yang harus disiapkan? Beberapa hal yang dilakukan
dalam persiapan produksi antara lain:

1. Mempersiapkan gedung atau tempat pertunjukan


2. Menggalang dana 
3. Mencetak tiket atau undangan
4. Melakukan publikasi
5. Mempersiapkan hal-hal lain yang bersifat teknis pada saat pementasan 

Teater merupakan sebuah kesenian kelompok yang membutuhkan kerjasama yang


erat antara semua pendukungnya. Teater dapat dipentaskan dengan baik jika
pemain, sutradara, produser, tim rias dan semua bagian dapat bekerja dengan baik.
Nah, kerjasama yang baik tersebut akan melahirkan sebuah produksi pementasan
yang memuaskan penonton dan seluruh pendukung pementasan.

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat TUHAN yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul [ragam kesenian melayu riau] ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada [budi melayu riau]. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang [topik makalah] bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada [bapak/ibu, selaku [guru]


[bidang studi] [budi melayu riau] yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

TUGAS MAKALAH BUDI MELAYU RIAU


D
I
S
U
S
U
N

O
L
E
H

EZRA PUTRI
XI IPS 1

TUGAS MAKALAH BUDI MELAYU RIAU


D
I
S
U
S
U
N

O
L
E
H

DEA ANGGRAINI
XI IPS 2

Anda mungkin juga menyukai