Anda di halaman 1dari 16

SENI DAN BUDAYA

GAMBELAN GENDER DI BALI

OLEH:

KADEK AYU FRANCISKA DEWI

FAKULTAS DHARMA DUTA

JURUSAN PARIWISATA BUDAYA

INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR

2019
LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang memiliki ratusan pulau, suku, budaya, adat istiadat
serta seni. Dari sekian pulau, Bali merupakan salah satu yang begitu kental dengan seni.
Berbagai macam seni dapat di jumpai di Bali, seperti misalnya seni lukis, seni pahat, seni tari,
seni musik dan sebagainya.. Musik yang telah lama hidup dan berkembang di Negara
Indonesia yang tercinta ini, diciptakan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan memiliki
nsifat turun-temurun secara tradisional dari generasi yang satu kegenerasi berikutnya. Dari
proses pewarisan yang turun temurun inilah musik jenis ini hidup dan berkembang sampai
saat ini. Musik-musik ini sering disebut dengan istilah musik tradisioal yang tersebar di
seluruh Indonesia. Karena musik tradisional yang ada di Indonesia merupakan hasil karya
cipta setiap suku bangsa (Batak, Dayak, Mentawai, Papua, Riau, Sunda, Jawa, Bali, dan
sebagainya) yang hidup di bumi ini. Maka banyaknya jenis musik yang ada di tentukan oleh
jumlah suku bangsa Indonesia yang cukup banyak. Selain itu, setiap suku bangsa yang hidup
di Indonesia memiliki jenis musik yang berbeda dengan musik yang berkembang pada suku-
suku bangsa lainnya di Negeri ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa musik tradisional
adalah merupakan kekayaan dan cirri khas dari masyarakat suku dan daerah pemiliknya.

Di Bali ada banyak jenis musik gamelan, seperti gender, gangsa, ugal, jegogan, gong
gede, kempur dan sebagainya. Gamelan gender di Bali biasanya difungsikan sebagai
pengiring pada saat adanya upacara agama.
PEMBAHASAN

A. Seni Musik

Seni musik adalah salah satu cabang seni yang menggunakan musik dan
unsur-unsurnya sebagai sarana untuk mengungkapkan ekspresi dan perasaan seorang
seniman. Seni musik yang begitu populer di Bali yakni musik gamelan yang dimana
memiliki keunikan dan ciri khas nya sendiri. Sebelum memahami seni musik
tradisional Bali yang lebih mendalam, berikut ialah bagian – bagian dari seni music
secara umum.

1. Macam – Macam Jenis Musik


1. Musik Tradisional
Jenis seni musik yang pertama adalah musik tradisional. Musik ini biasanya
merupakan warisan dari nenek moyang yang diturun-temurunkan ke
generasinya. Musik tradisional masih menggunakan lirik bahasa daerah,
tidak memiliki notasi, dan alat musik yang digunakan juga tradisional
contohnya seperti gamelan, angklung, dan karawitan.

2. Musik Modern
Seperti yang kita tahu, musik modern saat ini sangat berkembang pesat
secara universal. Seni musik modern adalah seni musik yang sudah
terakulturasi dengan teknologi dan budaya yang modern baik instrumen
musik ataupun cara penyajian musik.

3. Musik Kontemporer
Di Indonesia jenis musik kontemporer adalah musik yang berkembang
pada masa tahun 1990-an. Musik ini memiliki ciri-ciri variasi nada yang
kompleks; memiliki warna atau jenis bunyi, tempo, dan ritme yang
bervariasi; sumber bunyi bervariasi tidak hanya dari musik instrumental.
2. Unsur – Unsur Seni Musik
Kesenian musik tak akan tercipta dengan baik jika tidak ada unsur-unsur yang
membentuknya. Adapun unsur – unsur dalam seni music itu ialah

1. Irama
Irama atau yang lebih Anda kenal dengan ritme merupakan panjang pendek
dan tinggi rendah nada. Unsur irama merupakan unsur yang sangat penting
dalam seni musik karena irama menentukan ketukan dalam bermusik.

2. Melodi
Seperti yang kita tahu, melodi adalah suatu bentuk bentuk susunan bunyi
yang berurutan dari tinggi ke rendah atau rendah ke tinggi. Melodi
merupakan salah satu daya tarik dalam seni bermusik.

3. Harmoni
Unsur seni musik selanjutnya ialah harmoni. Harmoni merupakan
kumpulan perpaduan antara nada dan melodi yang memiliki keteraturan
sehingga elok untuk di dengarkan. Harmoni juga kerap dikenal sebagai
akord untuk mengiringi musik.

4. Birama
Berbeda dengan irama, birama adalah unsur ketukan dalam musik dengan
waktu dan tempo yang teratur. Ketukan birama biasa ditulis dengan 2/4,
2/3, ¾ dan masih banyak lagi. Anda pastinya juga kerap menjumpai tanda
pembilang “/” yang artinya mengisyaratkan jumlah ketukan.

5. Tangga Nada
Unsur seni musik yang satu ini biasa digunakan untuk mengatur para
pemain musik dalam orkestra. Tangga nada merupakan unsur musik yang
terdiri atas nada yang tersusun berjenjang mulai dari nada dasar sampai
nada tinggi yang merupakan unsur penting pada pertunjukan musik.
6. Tempo
Tempo adalah ukuran kecepatan birama dalam lagu. Contohnya semakin
cepat lagu dimainkan tempo dalam birama juga semakin cepat dibawakan.
Tempo masih dibagi lagi menjadi beberapa unsur musik seperti Largo,
Lento, Adagio, Andate, Moderato, Allegro, Vivace, dan Presto.

7. Dinamika
Seperti yang kita ketahui, dinamika merupakan suatu tanda untuk
memainkan nada yang berkaitan dengan volume sehingga mengeluarkan
suara yang nyaring dan merdu untuk di dengarkan. Unsur musik dinamika
menjadi unsur musik yang paling utama untuk mengungkapkan ekspresi
musik yang emosional seperti sedih, senang, dan sebagainya.

8. Timbre
Timbre atau yang biasa kita kenal dengan warna bunyi merupakan kualitas
dari bunyi musik. Misalnya alat musik gitar memiliki timbre yang berbeda
dengan alat musik drum walaupun alat musik tersebut dimainkan dengan
tangga nada yang sama. Hal tersebut dapat terjadi karena setiap alat musik
memiliki timbre yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi bunyi yang
keluar dari alat musik.

3. Fungsi Seni Musik Secara Umum

1. Sebagai media untuk mengekspresikan emosi dan suasana hati seseorang


2. Sebagai media dalam terapi penyembuhan
3. Sebagai media penunjang kesehatan tubuh
4. Sebagai media untuk meningkatkan intelegensi seseorang
5. Sebagai media komunikasi dalam hubungan sosial bermasyarakat
6. Sebagai salah satu sarana hiburan
7. Sebagai simbol budaya
8. Sebagai respon terhadap fenomena yang terjadi dalam kehidupan sosial
9. Sebagai salah satu alat pendidik
10. Sebagai media untuk melestarikan budaya suatu daerah
11. Sebagai salah satu alat pemersatu bangsa
12. Sebagai media untuk bermeditasi
13. Sebagai pendongkrak gairah seseorang
14. Sebagai salah satu sumber penghasilan
15. Sebagai media untuk menstimulasi janin dalam kandungan

4. Musik Tradisional Bali

Seni Musik Tradisional adalah salah satu macam dari seni musik yang secara
turun temurun dan melekat sebagai sarana hiburan di kalangan masyarakat
tertentu. Ketika berbicara tentang seni musik tradisional maka kita tidak hanya
berbicara tentang musik tradisional Indonesia, karena setiap daerah di suatu
negara memiliki ciri khas atau musik tradisional masing-masing yang
berkembang karena pengaruh kehidupan di masa lalu atau lain sebagainya.

Pada umumnya, seni musik tradisional disusun atau dibuat berdasarkan


gaya, tradisi serta bahasa yang sesuai dengan daerahnya. Untuk itu tidak sulit
mengenali dari mana sebuah seni musik tradisional berasal. Misalkan ketika kita
mendengar lantunan musik ‘Gender’ maka secara naluriah kita bisa mengenali
bahwa musik tersebut berasal dari Bali, serta memiliki ciri khas yang sangat
kental.

Beragam jenis musik gamelan yang ada di Bali, seperti ceng – ceng, gong
Bali dan sejenisnya, gangsa, genggong, jegogan, kendang Bali, Tingklik dan
gender. Gender adalah nama dari sebuah tungguhan gamelan yang
berbentuk bilah (metalophone). Kata gender biasanya dirangkaikan dengan kata
rambat dan wayang yang mempunyai bentuk, laras, dan fungsi yang berbeda.
Gender Wayang adalah sebuah instrument yang digunakan untuk mengiringi
upacara keagamaan di Bali seperti pada upacara Dewa Yadnya untuk mengiringi
pertunjukan Wayang Gedog (wayang lemah) dan pada upacara Manusa Yadnya
mengiringi prosesi potong gigi (mepandes). Gamelan Gender Wayang hadir
tidak saja sebagai sebuah bagian dari kesenian, namun Bali sebagai daerah
tempat lahir dan berkembangnya juga sebagai bagian dari kajian karena Bali
merupakan warisan budaya (heritage culture), filasafat, dan agama dari hidup
berkembangnya Gender Wayang. Dari sudut budaya, karakteristik masyarakat
pendukung sangat mempengaruhi style atau gaya kedaerahan dari Gender
Wayang.

5. Gender Sebagai Pengiring Upacara Di Bali

Gender Wayang adalah barungan alit yang merupakan gamelan


pewayangan (Wayang Kulitcdan Wayang Wong) dengan instrumen pokoknya
yang terdiri dari 4 tungguh gender berlaras slendro (lima nada). Keempat gender
ini terdiri dari sepasang gender pemade (nada agak
besar) dan sepasang kantilan (nada agak kecil). Keempat gender, masing-masing
berbilah sepuluh (dua oktaf) yang dimainkan dengan mempergunakan 2
panggul. Gender wayang ini juga dipakai untuk mengiringi beberapa upacara
keagamaan di Bali.

1. Upacara Manusa Yadnya (potong gigi)


Dari sejumlah upacara dalam Manusa Yadnya gender wayang selalu
digunakan dalam upacara mesangih. Mesangih berasal dari kata “sangih”
yang artinya asah. Mendapat awalan “me” menjadi mesangih yang artinya
mengasah, dalam hal ini meratakan gigi dengan kikir kecil yang sangat
halus. I Wayan Griya dkk. (1984) menyatakan, bahwa selain mesangih ada
juga sebutan mepandes (di kalangan bangsawan) dan mepapar bagi golongan
Bali Age, yang kesemuanya berarti potong gigi.

2. Upacara Pitra Yadnya (ngaben)
Karawitan gender wayang dalam Pitra Yadnya biasanya pada upacara
ngaben pada tingkat utama (besar-besaran). Seperti dimaklumi bahwa setiap
pelaksanaan upacara di Bali selalu menggunakan tingkatan. Tingkatan
tersebut secara garis besarnya dapat dibagi tiga, yaitu, (1) utama
(besar/mewah), (2) madya (sedang) dan (3) nista (sederhana). Dikatakan
secara garis besar, karena tingkatan-tingkatan tersebut di atas dapat dibagi
lagi menjadi misalnya yang tingkat utama dapat dibagi lagi menjadi utaming
utama, utaming madya dan utaming nista. Begitu pula tingkatan madya
dapat dibagi lagi menjadi madyaning utama, madyaning madya dan
madyaning nista dan seterusnya. 

3. Upacara Dewa Yadnya

Gender wayang dalam Dewa Yadnya digunakan untuk mengiringi


pertunjukan wayang lemah yang diselenggarakan bertepatan dengan pendeta
menghaturkan puja wali pada saat upacara berlangsung. Pertunjukan wayang
lemah wajib dilakukan pada upacara tingkatan tertentu, misalnya
memungkah atau ngenteg linggih. Hal ini diwajibkan karena pertunjukan
wayang lemah bersifat seni wali, yaitu kesenian berfungsi sebagai sarana
dalam upacara. Tanpa ada seni wali ini, maka upacara dianggap kurang
lengkap, kurang sempurna. Oleh karena itu pertunjukan wayang lemah
selalu hadir dalam piodalan tingkat tertentu.

Wayang ini dipentaskan tanpa menggunakan layar atau kelir, dan


lampu blencong. Dalam memainkan wayangnya, dalang menyandarkan
wayang-wayang pada seutas benang putih (benang tukelan) sepanjang
sekitar setengah sampai satu meter yang diikat pada batang
kayu dapdap yang dipancangkan pada batang pisang di kedua sisi dalang.
Gamelan pengiringnya adalah gender wayang yang berlaras slendro (lima
nada). Wayang upacara ini, pementasannya sangat tergantung pada waktu
pelaksanaan upacara keagamaan yang diiringinya, sehingga dapat
dipentaskan pada siang hari, sore ataupun malam hari.

Dimana pertunjukan ini biasanya diikuti oleh 3 sampai 5 orang yang


terdiri dari seorang dalang dan satu atau dua pasang penabuh gender
wayang. Sebagai kesenian upacara, pertunjukan wayang lemah biasanya
mengambil tempat di sekitar tempat upacara dengan tidak mempergunakan
panggung pementasan khusus. Lakon yang dibawakan pada umumnya
bersumber pada cerita Mahabrata yang disesuaikan
dengan jenis dan tingkatan upacara yang diiringinya. Jangka waktu
pementasan Wayang Lemah pada umumnya singkat, sekitar 1 sampai 2 jam.

Di dalam pertunjukan wayang kulit yang lengkap biasanya memakai


10 (sepuluh) jenis motif gending. Adapun semua gending2 itu dapat
dijadikan dua kelompok, yaitu: gending-gending petegak dan gending-
gending petegak yang mengikuti sebetan wayang (tetangkisan).

Gending-gending tersebut adalah:

1. Petegak
Didalam gending-gending petegak ini terdiri dari jenis-jenis komposisi
Kuna dan Baru, seperti gending Sekati Sekar Gendot, Sekar Sungsang
dan lain-lain.

2. Pamungkah
Gending ini sangat panjang, biasanya dari 45 menit sampai 60 menit
dan terdiri dari bermacam-macam gending seprti: Gending Brayut,
Tulang Lindung, Jojor, Omang-omangmdan lain-lainnya. Pamungkah
ini mengiringi Dalang didalam melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Persembahyangan dan selamatan


Pemukulan kropak dengan sebuah cepala, yang terletak di sebalah
kiri Dalang untuk menyimpan wayang, kemudian tutup kropak ini
dipindahkan juga tempat memupuk wayang yang akan dipaki.

b. Kemudian Dalang memulai pertunjukan dengan sebuah


kayon/gunungan yang menandakan pertunjukan sudah dimulai dan
kemudian gunungan itu ditancapkan di pertengahan kelir.

c. Dalang menaruh wayang disebelah kanan dan kiri gunungan


tergantung dari pada tokohnya sendiri-sendiri. Wayang yang
berwatak baik disebelah kanan dan sebaliknya. Dan semua wayang
yang dimainkan kurang lebih berjumlah 100 (seratus) buah dan
Dalang disini sudah mulai doa dan mantra-mantra untuk
keselamatan di dalam pertunjukan.

d. Setelah semua wayang dicabut (kecuali kayon) dan sudah


diletakkan teratur, maka dalang lagi memberi aba-aba kepada
gambelan dengan cepala untuk memainkan satu lagu untuk
mencabut kayon.

3. Petakilan
Biasanya pada pertunjukan lengkap ada dua macam gending
petangkilan yaitu gending Alas Arum dan Rundah. Gending Alas
Arum ini untuk wayang berwatak halus dan Gending Rundah untuk
wayang yang berwatak keras. Lagu-lagu ini biasanya dipakai setelah
gunungan dicabut dan ini adalah marupakan narrative yang pertama
dari dalang itu sendiri.

4. Pengalang Ratu
Gending ini adalah merupakan pendahuluan dan pengenalan masing-
masing karakter di dalam pewayangan dan selalu dipakai sebelum
dialog dimulai.

5. Angkat-angkatan
Gending-gending ini berbentuk ostinato, terdiri dari empat atau
delapan ketuk. Banyak sincopatie yang dipakai dan untuk mengiringi
adegan sibuk seperti keberangkatan laskar, perjalanan dan sebagainya.

6. Rebong
Gending rebong yang terkenal sebagai expresi romantis di dalam
pewayangan terdiri dari dua bagian yaitu:
Tenang, liris: bagian ini untuk mengiringi adegan romantic.
Hidup: merupakan kelanjutan dari gending diatas yang biasa disebut
dengan Pengecet Rebong dan dipakai untuk mengiringi adegan
romantis dari para panakawan.
7. Tangis
Gending ini yang bentuknya tenang liris biasanya digaris baawahi
dengan sesendon untuk mengiringi suasana sedih.

8. Tunjang
Gending-gending ini berkarakter keras dan dipakai untuk mengiringi
para raksasa.

9. Batel
Lagu ini berbentuk ostinato yang terdiri dari dua nada. Suasana sangat
semangat dan dipakai untuk mengiringi adegan perang.

10. Panyudamalan
Gending ini sangat intricate yang dimainkan setelah permainan
wayang.

Gamelan Gender Wayang dengan instrumen yang terdiri dari 4 tungguh


gender berlaras slendro (lima nada) menggunakan 10 (sepuluh) bilah. Urutan
nada-nada dalam gender wayang adalah sebagai berikut : dong, deng, dung,
dang, ding, dong, deng, dung, dang, ding. Keempat gender ini terdiri dari :

 Sepasang gender pemade (nada agak besar).

 Sepasang kantilan (nada agak kecil). Keempat gender, masing-masing


berbilah sepuluh (dua oktaf) yang dimainkan dengan mempergunakan 2
panggul.

6. Cara Memainkan Gamelan Gender


Sebelum memainkanmusik gamelan aka nada baiknya apabila kita
mengetahui terlebih dahulu mengenai hal mendasar dalam praktek memainkan
gamelan  gender wayang.
a. Nama bagian-bagian pada panggul gender wayang.
1. Kekembangan (bunga-bungaan).
2. Anteg-anteg.
3. Belingan Padi.

b. Cara memegang panggul (alat pemukul bilah gamelan)


1. Buka telapak tangan secara vertikal.
2. Rapatkan dan tekuk jari tengah, manis, dan kelingking membentuk
setengah lingkaran.
3. Kemudian tekuk jari manis sedikit menjorok ke dalam dari jari tengah,
dan jari kelingking sedikit menjorok ke dalam dari jari manis, sehingga
terlihat berjenjang.
4. Jempol dan jari telunjuk membentuk sudut 90 derajat.
5. Kemudian tekuk ujung jari telunjuk sehingga ujung jari telunjuk berada
pada sudut 50 derajat.
6. Ujung jempol ditekuk ke bawah yang berfungsi untuk menahan panggul
(alat pemukul bilah gamelan)
7. Sisipkan panggul diantara jari tengah dan jari telunjuk.

c. Hal-hal yang harus diketahui tentang sistem nada dan oktaf gamelan gender
wayang.
1. Dalam satu instrumen terdapat 2 oktaf yang terdiri dari 5 nada pada 1
oktaf.
2. Untuk memudahkan dalam proses belajar secara umum dapat dibuat
dengan simbol angka seperti berikut: 1, 2, 3, 4, 5, 1`, 2`, 3`, 4`, 5`.
Simbol 1 = dong (sesuai penjelasan di atas). Angka yang berisi tanda
“ ` “ merupakan oktaf yang lebih tinggi.
3. Tahap dasar memainkan gamelan gender wayang yaitu teknik
memukul dan menutup (gegebug
4. Dalam proses belajar pengenalan nada, tangan kanan dan kiri memukul
nada yang sama, contoh : tangan kiri memukul nada 1, jadi pada
tangan kanan memukul nada 1`.
5. Bagian telapak tangan yang digunakan menutup bilah yang
sudah/belum dipukul adalah bagian bawah telapak tangan jika sudah
memegang panggul gender (secara vertikal)
6. Pengenalan nada dengan cara memukul sekaligus menutup nada dalam
satu instrumen secara berurut.
7. Tidak di perbolehkan memukul sekalius menutup nada yang sama,
tetapi menutup nada yang sudah dipukul sebelumnya secara
bersamaan.
8. jika memukul nada 1, posisi ujung panggul (kekembangan) gender
berada di nada/bilah 1, tetapi bagian bawah tangan yang berfungsi
menutup berada di nada 2.
9. Jika memukul nada 2, maka yang ditutup adalah nada 1.

Begitu seterusnya hingga pemula yang belajar memainkan gender wayang


fasih dalam teknik memukul dan menutup (gegebug). Setelah fasih,
selanjutnya adalah tahap mempelajari gending gender wayang dari tingkat
kerumitan yang rendah, sedang, hingga tinggi.

7. Eksistensi Gamelan Gender bagi kaum Millenial


Pada era ini musik sangat mudah berkembang di seluruh dunia.
Beragam musik yang ada dan diminati oleh masyarakat khususnya kaum
millennial atau generasi muda yang saat ini sangat populeh di dengarkan melalui
media elektroniik seperi gadget atau telephone seluler, laptop, pc dan yang
lainnya. Musik yang diminati oleh generasi muda khususnya di era millennial
ini ialah music yang mudah di ingat dan menarik serta menggunakan bahasa
yang kekinian. Gamelan gender ini sendiri tidak begitu populer dikalangan
generasi muda dikarenakan tak banyak orang yang berminat bahkan ingin tau
mengenai music gamelan gender ini. Dapat dilihat pada zaman sekarang bnayak
orang tua yang tidak mengedukasi anaknya mengenai musik tradisional terutama
gender, padahal gender sendiri merupakan salah satu unsur pelengkap dalam
sebuah yadnya atau upacar adi Bali, selain tidak adanya edukasi dari orang tua
mengenai gender, pihak lain seperti sektor pendidikan tidak mencantumkan
kurikulm ataupun sebagai ekstrakulikuler atau minat dan bakat tentang pelajaran
gamelan gender. Lalu bagaimana pelestarian gender pada dewasa ini? Apakah
kita biarkan gender ini punah?
Dalam pelestarian kebudayaan yang terutama gender, semua pihak harus
berperan dalam upaya pelestarian gender ini. Salah satu contoh yaitu
memasukkan gender dalam suatu kurikulum seperti pada pelajaran seni budaya
disekolah, dengan adanya hal ini siswa secara tidak langsung diajarkan untuk
melestarikan gender. Selain itu memasukkan gender pada ekstrakulikuler
disekolah, hal ini dilakukan untuk menambah minat dan bakat siswa dalam
mempelajari gender. Pemerintah juga harus membuat suatu regulasi yang
digunakan untuk melestarikan salah satu alat music ini. Tidak lupa juga
masyarakat ikut melestarikan gender ini dengan cara membuka pesraman bagi
kaum muda untuk belajar megamel seperti gamelan gender maupun yang
lainnya. Sehingga keberadaan gender ini tidak hilang begitu saja. Jadi
keterlibatan semua pihak diharapkan mampu menjaga eksistensi gender ini tidak
sajaj untuk upacara tapi sebagai minat dan bakat.
KESIMPULAN

Seni musik memiliki beragam unsur dan jenis serta cara memainkan alatnya yang ber
beda – beda. Salah satu seni musik yang ada di Bali yakni gamelan gender yang merupakan
seperangkat gamelan yang terdiri dari empat tungguh gender dalam satu barung, dan pada
umumnya digunakan untuk mengiringi wayang kulit Bali. Keunikan cara bermain dan alunan
lagu nya membuat gamelan gender ini begitu indah untuk di dengarkan damun memiliki
kesulitan tersendiri untuk memainkannya. Di era ini khususnya bagi kaum millennial,
sangatlah penting untuk belajar dan tau mengenai musik gamelan gender ini, selain untuk
menambah wawasan, kita juga membantu dalam melestarikan budaya yang ada di Bali.
DAFTAR PUSTAKA

Dibya, I Wayan. 1977/1973. Pengantar Karawitan Bali, Denpasar: Proyek


Peningkatan/Pengembangan ASTI Denpasar.

http://blog.isi-dps.ac.id/madewidana/

http://abiwaraacitya.blogspot.com/2018/11/pengertian-dan-pemakaian-gender-wayang.html

https://bagiilmunei.blogspot.com/2017/08/makalah-karya-seni-musik-tradisional.html

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/seni-musik.html

https://ilmuseni.com/seni-pertunjukan/seni-musik/fungsi-musik

https://blogkulo.com/daftar-alat-musik-tradisional-bali/

https://andikajogjaku.blogspot.com/2016/08/musik-tradisional-gender-wayang-bali.html

Anda mungkin juga menyukai