DI SUSUN
O
L
E
H
Kelompok :
RESI NURHASANAH
NURHIDAYAH PERMATA ALBA
FANDA AULIA ISLAMI
YANTI HENDRI
SINDY ZULHAMDI
M.AUDHI HERYA BAGUSTI
ADIT BUDITIA UTAMA
KELAS : XI IPS 1
T.P : 2018?2019
K
ATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Tugas ini kami buat untuk membahas tentang sosiologi masyarakat pada suku
mentawai yang tinggal di kepulauan mentawai, Sumatra Barat
Makalah ini sebenarnya masih jauh dari kata sempurna, sehingga jika ada saran
maupun kritik yang bersifat membangun, dengan senang hati kami akan menerima dengan
lapang dada. Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat.
Penyusun
KELOMPOK
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman budaya. Didalamnya
terdapat daerah-daerah yang memiliki budaya yang berbeda dan memiliki ciri khas tertentu. Salah
satunya adalah Suku Mentawai. Dalam suku ini terdapat banyak hal menarik yang bisa dikaji seperti
religi, baju dan tato khas Mentawai, dan perilaku-perilaku masyarakat disana.
Suku Mentawai merupakan kelompok masyarakat yang hidup dan menetap di kepulauan
Mentawai, propinsi Sumatera Barat. Turun temurun, suku Mentawai tinggal di empat pulau besar di
kepulauan Mentawai yakni Sibora, Siberut, Pagai Utara serta Pagai Selatan.
Secara geografis, letak kepulauan Mentawai berhadapan dengan Samudera Hindia.Untuk menuju ke
kepulauan Mentawai, anda harus menyeberangi laut dengan menggunakan perahu motor. Jarak
kepulauan Mentawai dari Pantai Padang lebih kurang 100 kilometer. Secara turun temurun, suku
Mentawai hidup sederhana di dalam sebuah Uma. Uma merupakan rumah yang terbuat dari kayu
pohon. Arsitektur bangunan rumah Mentawai berbentuk panggung.
Oleh karena itu, penulis tertarik pada sistem kemasyarakatan suku Mentawai. Dengan mengambil
judul “ MASYARAKAT SUKU MENTAWAI”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan alasan-alasan yang dikemukakan diatas
maka rumusan masalah yang dapat dikaji dala penelitian karya tulis ini adalah “ bagaimana
kehidupan masyarakat suku Mentawai ?”.
C.KEGUNAAN
2.Latarbelakangkebudayaan
Kebudayaan suku Mentawai sangat jauh ketinggalan dari suku lainnya di Indonesia. Mereka
tidak mengenal menenun, membuat barang dari logam, makan sirih, meminum tuak,
membuat tembikar, bertanam padi dan sebagainya. Kebudayaan material mentawai dapat
dikatakan kebudayaan kayu. Mereka tidak membuat benda benda kebutuhan dari logam
ataupun batu, sebagai umumnya manusia pada zaman batu membuat alat-alat keperluan
dari batu, misalnya kapak, alat pengolah tanah, patung dan sebagainya.
Oleh kerena itu di Mentawai tidak terdapat zaman batu, hal ini juga adalah suatu sebab
sulitnya untuk mengetahui asal-usul orang mentawai. Biasanya para ahli pra sejarah untuk
mengetahaui latar belakang sejarah maupun latar belakang kebudayaan dari suku bangsa
adalah dengan melakukan penggalian dan analisa benda-bendanya pra sejarah yang mereka
temukan.
Kebudayaan suku Mentawai boleh dikatakan kebudayaan kayu dan kebudayaan daun. Orang
mentawai membuat benda-benda kebutuhan sehari-hari adalah dari kayu dan daun.
Pada umumnya mereka masih menggunakan alat yang sederhana yang terbuat dari kayu dan
daun-daunan. Semua alat-alat rumah tangga terbuat dari bahan kayu dan daun yang terdapat
disekitar tempat tinggal mereka. Diantara alat-alat tersebut : Lenggono (semacam alat
penangkap ikan), balukbuk (keranjang), safa(keranjang dari rotan), jojoi (juga alat penangkap
ikan), rarahan (alat untuk menjalah ikan), balolok (tikar), kambuik (tempat menyimpan
sesuatu),danlain-lain.
Daerah kepulauan Mentawai yang terdiri dari empat buah pulau yang besar, juga terdiri atas
empat kecamatan yaiti kecamatan Siberut Utara dengan Ibu Kecamatan Muara Sikabaluan,
Kecamatan Siberu Selatan, dengan Ibu Kecamatan Muara Siberut, kecamatan Sipora, dengan
Ibu Kecamatan Sioban dan Pagai Utara/Selatan dengan Ibu kecamatan Sikakap.
Beberapa kebiasaan dari penduduk asli lebih cenderung untuk tidak dimasuki oleh unsur-
unsur dari luar.
C. Susunan masyarakat
Sebagian besar penghuni pulau-pulau di kabupaten Kepulauan Mentawai
berasal dari pulau Siberut. Masyarakat suku Mentawai secara fisik memiliki kebudayaan agak
kuno yaitu zaman neolitikum dimana pada masyarakat ini tidak mengenal akan teknologi
pengerjaan logam, begitu pula bercocok tanam maupun seni tenun. Secara turun temurun,
suku Mentawai hidup sederhana di dalam sebuah Uma. Uma merupakan rumah yang terbuat
dari kayu pohon. Arsitektur bangunan rumah Mentawai berbentuk panggung.
Kesederhanaan hidup suku Mentawai juga terlihat dari cara mereka berpakaian. Pada
umumnya, pakaian suku Mentawai masih tradisional. Kaum lelaki Mentawai masih
mengenakan Kabit yakni penutup bagian tubuh bawah yang hanya terbuat dari kulit kayu.
Sementara bagian tubuh atas dibiarkan telanjang . Lain halnya dengan kaum wanita, untuk
menutup tubuh bagian bawah, mereka menguntai pelepah daun pisang hingga berbentuk
seperti rok. Sementara untuk tubuh bagian atas, mereka merajut daun rumbia hingga
berbentuk seperti baju. Kalaupun ada suku Mentawai yang mengenakan kain sarung ataupun
pakaian lengkap, jumlahnya hanya beberapa orang saja.
Jabatan kepala suku disebut dengan Rimata. Seorang rimata selain berperan sebagai
kepala suku, juga berperan sebagai pemimpin kegiatan adat yang berlangsung di dalam
sukunya seperti penetapan hari perkawinan dan menetapkan waktu punen sebagai waktu
istirahat suci artinya segala kegiatan untuk kehidupn dihentikan sama sekali. Pelaksanaan
punen ini diberlakukan apabila Uma seagai pusat aktifitas kesukuan menghadapi peristiwa-
peristiwa penting.
Karena beratnya tugas tersebut maka seorang rimata memerlukan pembantu yang
akan mengerjakan tugas-tugas ritmata apabila ritmata berhalangan. Pembantu rimata ini
adalah orang yang telah melakukan perkawinan secara adat. Dalam suatu uma terdapat 2
orang pembantu rimata yaitu Sikaute Lulak dan Sikamuriat. Tugas utama pembantu rimata
ini adalah mengumpulkan dan membagi hasil daging dari buruan suci secara adil dan merata
dengan ketentuan bagian sedikit lebih banyak untuk rimata karena tugasnya menjaga benda-
benda suci tadi.
Sikerei adalah anggota suku yang mempunyai kelebihan khusus dibandingkan
anggota suku lainya yaitu kepandaianya mengobati penyakit. Sehingga sikerei ini bias juga
disebut dukun.
Menjadi sikerei bukanlah suatu pekerjaan komersil karena sikerei tidak memungut
bayaran pada pasiennya meskipun yang diobati adalah pasien dari suku lain. Sehingga
menjadi sikerei atau dukun hanya berlangsung jika ada orang sakit dan tanpa pasien sikerei
bekerja seperti warga lainnya yaitu berladang, menangkap ikan dan sebagainya. Namun
demikian peranan sikerei bukan hanya dalam hal pengobatan supranatural, ia juga dilibatkan
dalam acara-acara seperti penebangan pohon baik untuk bahan uma, rusuk dan lelep ataupun
bahan pembuatan perahu serta pembukaan lahan perkebunan baru, juga meminta izin kepada
roh penguasa hutan atau gunung apabila warga suku akan melakukan perburuan binatang.
Hal ini dilakukan agar menghindari kemurkaannya serta akan dengan mudah memperoleh
hasil yang di inginkan.
F.Bidangpendidikan
Demi kemajuan penduduk, pemerintah daerah pada saat ini telah mangadakan pemberian
beasiswa pada putra-putra Mentawai. Secara bertahap melalui fase-fase tertentu akan dicapai
tingkat mutu pendidikan yang sama dengan daerah lain. Diharapkan telah ada Sekolah Menengah
Pertama Kejuruan di tiap kecamatan dan Sekolah Menengah Atas untuk Kepulauan Mentawai serta
standarisasi sekolah-sekolah dasar. Guna kelangsungan pembangunan Kepulauan Mentawai maka
diprogramkan pemberian beasiswa bagi pelajar secara selektif, yang setelah selesai dari studinya
dikembalikan sebagai tenaga-tenaga kerja potensi ke Mentawai.Barat.
Kebiasaan tata hidup penduduk Mentawai terpencar-pencar bertahan dengan kehidupan yang
statis tradisional. Pemerintah daerah telah mengadakan usaha yang bertahap untuk memukimkan
penduduk Mentawai. Di samping itu diadakan pembinaan kesejahteraan masyarakat terasing di
pedalaman Mentawai. Usaha-usaha pemerindah dalam memajukan kepulauan Menatawai telah
dimulai sejak tahun 1972, hal ini juga berkaitan dengan maksud untuk menjadikan Mentawai
sebagai daerah pariwisata untuk melengkapi potensi pariwisata di Sumatra.
Masyarakat Mentawai dengan keserdehanaan cara berfikirnya belum mempunyai pendangan
hidup jauh kedepan. Mereka hanya mementingakan suatu perasaan ketenangan, kesenangan, dan
kebebasan hidup yang sama dan sederhana. Dengan pandangan yang demikian tentu mereka
belum dapat atau terbiasa menerima norma-norma dan peraturan yang terdapat pada masyarakat
luarnya. Jika mendapatkan hasil hari ini maka akan dihabiskan hari ini juga, mereka tidak mengenal
cadangan atau simpanan untuk hari esok dan hari berikutnya. Keadaan ini adalah sebenarnya
karena didikan alam karena apa yang diperlukan sebagai kebutuhan kelompok yang telah
disediakan oleh alam. Cara hidup demikian sesuai dengan kepercayaan mereka yang disebut
Sabulungan.
G.Wisata budaya Kepulauan Mentawai
Wisata alam Kabupaten seluas 7.000 km2 ini, menawarkan beberapa pulau yang berada di
Samudra Hindia, seperti Siberut, Nyang-nyang, Sipora, Pagai Utara dan Selatan yang umumnya
berpasir putih dengan gulungan ombak panjang setinggi empat meter.
Dengan penduduk sekitar 70 ribu-an, Kepulauan Mentawai ditutupi hutan hujan tropis masih
alami. Mulai hutan primer "dipterocarpacece", primer campuran, rawa hutan pantai hingga bakau.
15 persen fauna dan 65 persen fauna yang ada adalah endemik (asli setempat).
Fauna endemik yang hanya ada di Mentawai, khususnya pulau Siberut jenis spesies primata, Bilou
atau "kloss Gibbon", sejenis gibbon paling primitif, bersuara merdu dan menjasi asal bunyi dari
gibbon lainnya, warna bulu paling sederhana.
Joja (Ata leilei), jenis kera, Simaobu merupakan jenis kera hidung pesek, gemuk dan ekornya
pendek, menyerupai babi dua warna hitam dan putih. Bokoi, sangat dekat dengan beruk yang
hidup di dataran tinggi, merupakan kera pertama masuk ke Indonesia dari daratan Asia.
Keesotikan Mentawai yang asri dan alami itulah, menarik untuk dikunjungi. Mencapai Mentawai
yang menjadi kabupaten tersendiri tahun 1999 --sebelumnya salah satu kecamatan dari Kabupaten
Padang Pariaman-- harus melalui kota Padang, dilanjutkan kapal penyeberangan sekitar dua
sampai tiga jam.
Kini sudah cukup banyak wisman berpetualang, berselancar dan menyelam, serta berwisata masuk
hutan (adventure). Namun, secara ekonomi Pemkab maupun masyarakat setempat tidak
menikmati dari kehadiran wisman yang umumnya datang langsung dengan lifeboard (kapal hotel
terapung).
BAB III
“PENUTUP”
A. Kesimpulan
Dari hal-hal yang telah diuraikan dalam bab II penulis dapat menyimpulkan suku
Mentawai yang hidup dihutan-hutan dikepulauan Mentawai terdiri atas berbagai anggota
suku, seperti ketua suku, tetua suku, dan sebagainya. Meskipun beberapa agama telah masuk
ke kepulauan Mentawai, kebanyakan anggota suku Mentawai masih memiliki kepercayaan
terhadap roh-roh yang menyertai kehidupan mereka.
Kehidupan suku mentawai sangat erat hubungannya, baik denga sesama anggota suku
maupun dalam hubungannya dengan alam. Mereka juga memiliki aturan adat untuk
menghormati dan menjaga daun. Berdasarkan ajaran leluhur Mentawai, daun diyakini sebagai
tempat bersemayamnya dewa hutan, dewa gunung, dewa laut, serta dewa air. Suku
Mentawai juga meyakini daun menjadi penghubung antara Sang Pencipta dengan manusia.
Begitu kuatnya kepercayaan suku Mentawai terhadap kekuatan daun, pantang bagi
keturunan suku Mentawai untuk merusak hutan.
Kehidupan sosial suku Mentawai juga sangat kuat, seperti saat mereka berburu
binatang hutan, mereka akan membagi hasil buruannya secara adil bagi semua anggota suku.
Monyet adalah buruan terbesar bagi suku Mentawai.
B. SARAN
1. Memajukan prkembangan sosial ekonomi penduduk dalam suatu cara yang memungkinkan
mereka tetap memelihara keselarasan tradisional dengan lingkungan mereka.
2. Memelihara keunikan Mentawai terutama adat istiadat yang berlaku dengan keuntungan setinggi-
tingginya melalui pendidikan, penelitian, dan wisata budayanya.
3. Bekerjasama dengan pemerintah untuk melakukan pembangunan yang dapat melestarikan
budaya Mentawai
DAFTAR PUSTAKA
Total populasi
Kira-kira 66.500[1]
Kepulauan Mentawai
Bahasa
Bahasa Mentawai
Agama
Sakuddei
Tarian oleh pria Mentawai yang menggambarkan ayam. Foto:KITLV (diambil sebelum 1940).