Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MENGIDENTIFIKASI

BUDAYA DAN KESENIAN DAERAH JAWA

“ETNO SASAMBO”

Disusun Oleh ;

Novi Alpiati E1E3221499


Suprobio Firmando E1E322 1518

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRAJABATAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................................................ 3
A. Lagu Jawa “Lir Ilir”.......................................................................................................... 3
B. Permainan Jawa “Cublak-Cublak Suweng” ................................................................... 6
C. Pribahasa Jawa ................................................................................................................ 11
D. Pantun Jawa ..................................................................................................................... 12
E. Cerita Rakyat Jaka Prabangkara .................................................................................. 13
F. Tarian Jawa Bambangan Cakil ...................................................................................... 15
BAB III ........................................................................................................................................ 21
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 21
B. Saran ................................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak keragaman dari budaya, suku bangsa,
agama, hingga aliran-aliran kepercayaan. Semua keragaman tersebut tumbuh di dalam
kehidupan masyarakat Indonesia yang akhirnya membentuk masyarakat Indonesia sebagai
masyarakat yang plural. Masyarakat Indonesia yang majemuk terdiri dari berbagai budaya,
karena adanya kegiatan dan pranata khusus. Perbedaan ini justru berfungsi mempertahankan
dasar identitas diri dan integrasi sosial masyarakat tersebut. Pulau Jawa termasuk lautan dangkal
sunda, sehingga secara geomorfologi termasuk tanah Sunda Tengah. Pulau Jawa membentang
dari barat ke timur dengan panjang 1000 km dan luas 127 km2, sedangkan pulau Madura
yangpanjang 160 km dan luasnya 400 km2.
Jawa adalah pulau yang relatif muda dan sebagian besar terbentuk dari aktivitas vulkanik.
Deretan gunung-gunung berapi membentuk jajaran yang terbentang dari timur hingga barat
pulau ini, dengan dataran endapan aluvial sungai di bagian utara. Pulau Jawa dipisahkan oleh
selat dengan beberapa pulau utama, yakni Pulau Sumatra di barat laut, Pulau Kalimantan di
utara, Pulau Madura di timur laut, dan Pulau Bali di sebelah timur. Sementara itu di sebelah
selatan pulau Jawa terbentang Samudra Hindia.
Banyak kisah sejarah Indonesia berlangsung di pulau ini. Dahulu, Jawa adalah pusat
beberapa kerajaan Hindu-Buddha, kesultanan Islam, pemerintahan kolonial Hindia Belanda,
serta pusat pergerakan kemerdekaan Indonesia. Pulau ini berdampak besar terhadap kehidupan
sosial, politik, dan ekonomi Indonesia.
Sebagian besar penduduknya bertutur dalam tiga bahasa utama. Bahasa Jawa adalah bahasa
ibu dari 100 juta penduduk Indonesia, dan sebagian besar penuturnya berdiam di Pulau Jawa.
Sebagian besar penduduk adalah orang-orang dwibahasa, yang berbahasa Indonesia baik
sebagai bahasa pertama maupun kedua. Dua bahasa penting lainnya adalah bahasa Sunda dan
bahasa Betawi. Sebagian besar penduduk Pulau Jawa beragama Islam. Namun tetap terdapat
beragam aliran kepercayaan, agama, kelompok etnis, serta budaya di pulau ini.

1
Pulau ini secara administratif terbagi menjadi enam provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, dan Banten, serta dua wilayah khusus, yaitu DKI Jakarta dan DI
Yogyakarta. Banyak kesenian khas yang menjadi ciri khas dari budaya yang terdapat di daerah
Jawa Timur dan Jawa Tengah. Provinsi yang ada di bagian timur pulau jawa ini mempunyai
banyak keunikan, diantaranya adalah kebudayaan dan adat istiadat dari Jawa Timur. Namun
banyak diantaranya kebudayaan Jawa Timur menerima pengaruh dari provinsi Jawa Tengah.
Contohnya adanya kawasan yang dikenal sebagai Mataraman. Hal ini menunjukan bahwa
di daerah kawasan itu dulunya adalah daerah kekuasaan dari kesultanan mataram. Daerah itu
terdapat di eks-karesidenan Madiun (Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan), eks-
karesidenan Kediri (Kediri, Tulungagung, Blitar, Trenggalek) dan sebagian Bojonegoro.
Budaya jawa merupakan simbol peradaban masyarakat jawa. Apabila sebuah budaya
luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, maka peradaban bangsa tersebut tinggal
menunggu waktu untuk punah. Banyak hal menarik dari seni dan kebudayaan yang terdapat di
pulau jawa, namun penulis akan berfokus pada provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja budaya dan kesenian daerah Jawa?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui berbagai budaya dan kesenian daerah Jawa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Lagu “lir-ilir”

Lir Ilir adalah salah satu tembang atau nyanyian rakyat (folk song) yang sangat populer di
Indonesia, khususnya di tanah Jawa. Diduga lagu ini diciptakan oleh Sunan Kalijaga, tetapi ada
pula yang mengatakan tembang ini diciptakan oleh Sunan Giri atau Sunan Bonang. Sunan
Kalijaga memang merupakan satu-satunya Wali yang berdarah Jawa. Dalam berdakwah,
dirinya menggabungkan seni dan budaya Jawa pada masa itu. Hal ini memang mempermudah
agar dakwahnya bisa diterima oleh masyarakat.

Beberapa peninggalan seni dari Sunan Kalijaga yang masih dikenal hingga sekarang
diantaranya lagu Lingsir Wengi, Kidung Rumeksa Ing Wengi, Turi-turi Putih, Lir-Ilir, dan lain-
lain. Tembang Lir-Ilir pada masa sekarang umumnya dinyanyikan oleh anak-anak ketika
sedang bermain. Bagi orang dewasa, Lir-Ilir ini kerap dianggap sebagai tembang kenangan
yang mengingatkan kegiatan bermain dan kebersamaan di masa kecil.

Namun, makna tembang ini memiliki maksud untuk mengingatkan orang untuk segera
memperbaiki agama untuk bekal menghadap Tuhan. Mengajak masyarakat untuk menjalani
hidup dengan lebih taat, tidak hanya memeluk agama Islam. Tembang Lir-Ilir konon diciptakan
oleh Sunan Kalijaga pada awal abad ke 16, ketika runtuhnya Kerajaan Majapahit dan mulai
masuknya Islam, terutama di pesisir Jawa. Tembang ini menggunakan lirik yang bermakna
ganda.

Alasan penggunaan media tembang adalah untuk tidak mencoba melawan arus adat istiadat
yang sudah lama berkembang yaitu Hindu-Buddha, hal tersebut mencoba memberikan makna
tersirat yang terkesan sederhana namun memiliki makna yang mendalam. Pada awalnya Sunan
Kalijaga menyebarluaskan kepada rakyat saat bersamaan mementaskan wayang purwa. Sunan
Kalijaga bekerja sama dengan wali lain seperti dalam menciptakan wayang sebagai sarana
menyebarluaskan agama Islam.

3
Strategi dakwah ini sesuai dengan prinsip Wali Songo, kenek iwake gak buthek banyune
yang artinya menangkap ikan harus dilakukan tanpa membuat air menjadi keruh. Hal inilah
yang menjadi filosofi dakwah Sunan Kalijaga dengan tembang Lir-Ilir. Pada tembang Lir-Ilir,
terdapat kata Lir-Ilir yang berarti bangkitlah. Hal ini merupakan ajakan untuk bangun. Bangun
di sini berupa kesadaran atau ada sesuatu yang harus dihidupkan. Ini juga berarti ajakan untuk
sadar bahwa waktu terus berganti, tidak boleh lalai sehingga mengalami kerugian. Berikut
makna lagu lir-ilir:

Lirik Lir ilir, lir ilir Terjemahan Bahasa Indonesia

Lir ilir, lir ilir Bangunlah, bangunlah

Tandure wis sumilir Tanaman sudah bersemi

tak ijo royo royo Demikian menghijau

Tak sengguh panganten anyar Bagaikan pengantin baru

Cah angon-cah angon Anak gembala-anak gembala

Penekno blimbing kuwi Panjatlah pohon belimbing itu

Lunyu-lunyu penekno Walaupun licin, tetap panjatlah

Kanggo mbasuh dodotiro Untuk membasuh pakaianmu

Dodotiro-dodotiro Pakaian-pakaianmu

Kumitir bedhah ing pinggir Terkoyak pada bagian pinggir

Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko Jahitlah dan benahilah untuk waktu sore
sore nanti

4
Mumpung padhang rembulane Selagi bulan masih bersinar terang

Mumpung jembar kalangane Selagi masih banyak waktu luang

Yo surako, Surak iyo…. Ayo bersoraklah, sorakan iya…

Makna Lagu Lir-Ilir Tembang Jawa ini masih kerap dinyanyikan hingga saat ini karena
senandungnya yang mendayu-dayu dan liriknya yang berisi nasihat. Makna dari Lagu Lir-Ilir
adalah manusia harus bangun dari keterpurukan dan menjauhkan diri dari sifat malas yang ada
dalam diri. Dalam lagu ini, diri manusia itu dilambangkan sebagai “tanaman” yang sedang
bersemi dan berwarna hijau.

Ajakan untuk bangun adalah agar manusia berusaha supaya “tanaman” dalam diri kita
dapat tumbuh besar. Apabila “tanaman” dalam diri kita tumbuh besar maka tentu saja manusia
akan mendapatkan kebahagiaan layaknya pengantin baru yang tengah berbahagia. Sementara
itu, dalam lirik “cah angon” tersirat makna bahwa diri kita ini sebenarnya mampu membawa
orang lain dan dirinya sendiri dalam jalan yang benar. Adapun arti dari “pohon belimbing”
dengan buahnya yang berbentuk seperti bintang dengan lima ujung adalah kiasan untuk Rukun
Islam yang berjumlah lima. Lirik tersebut memberi gambaran bahwa memanjat pohon
belimbing itu licin dan susah, namun sebagai umat Muslim, setiap orang harus tetap berusaha
dalam rangka meraih Rukun Islam tersebut.

Selanjutnya, makna pakaian yang terkoyak bermakna umat manusia harus selalu
memperbaiki iman dalam dirinya supaya kelak dapat siap ketika dipanggil oleh-Nya. Di akhir
lagu, lirik “Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane” mengingatkan kita
agar memperbaiki iman dalam diri selagi bulan masih menyinari bumi dan selagi waktu yang
kita miliki di dunia masih banyak. Karena menyiratkan arti yang baik, Lagu Lir-ilir juga populer
sebagai tembang dolanan dengan maksud untuk memberikan pesan kepada anak-anak.

“Menghadirkan harapan dan optimisme, bukan keputus-asaan, dan berkeluh kesah,”

5
Optimisme juga mengembangkan motivasi belajar mereka disekolah. Dimana kita
mengetahui bahwa motivasi belajar sangat penting untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik. Itulah sebabnya sejak dini guru perlu memberikan contoh peran positif dan mengajarkan
pendekatan optimis untuk hidup pada anak.

B. Permainan “Cublak-Cublak Suweng”

Dolanan "Cublak Cublak Suweng" yang memiliki arti tebak-tebak anting berasal dari Jawa
Timur dan Jawa tengah ini. Penciptanya adalah Sunan Giri atau Syekh Maulana Ainul Yakin
dan dibuat pada 1442 M. Lagu ini pada praktiknya digunakan sebagai lagu permainan, "Cublak
Cublak Suweng" dan memiliki arti filosofi yang mendalam. Sunan Giri membuat lagu ini agar
dapat menjadi sumber falsafah kehidupan masyarakat Jawa. Lagu permainan tersebut
mengandung pesan untuk tidak mencari harta dengan menuruti hawa nafsu. Segalanya kembali
ke hati nurani yang suci.
Kebudayaan Indonesia khususnya daerah pulau Jawa memiliki banyak perbendaharaan
permainan tradisional yang masih ada dan dilestarikan sampai sekarang yang bisa
disebut dolanan anak. Lagu dolanan merupakan salah satu bentuk tradisi lisan yang dilakukan
oleh orang Jawa. Tradisi lisan merupakan salah satu kearifan lokal yang mempunyai pelajaran
tersembunyi yang selama ini belum dipahami masyarakat luas (Wahyuningsih, 2009:23).
Lirik lagu yang mengiringi dolanan anak cublak-cublak suweng pada umumnya terkesan
sangat sederhana. Akan tetapi, jika dilihat lebih mendalam, lirik yang terkandung dalam
lagu dolanan cublak-cublak suweng sarat akan makna. Dapat dikatakan bahwa lirik lagu tersebut
memperkuat nilai budaya bangsa. Lagu dolanan merupakan salah satu bentuk karya sastra Jawa
yang digunakan anak-anak untuk bermain. Sedangkan pengertian sastra sendiri adalah karya
manusia yang berupa dan refleksi pengarang mengenai kehidupan bermasyarakat. Salah satu
hasil karya sastra adalah berwujud lagu. Dalam karya sastra terdapat berbagai kandungan. Salah
satunya adalah ajaran moral. Ajaran moral adalah nasehat dan amanat mengenai benar-tidaknya
sikap manusia dalam kehidupan bermasyarakat (Nurgiyantoro, 2012:320). Lebih lanjut, ajaran
berguna untuk manusia yang hidup bermasyarakat dengan cara bertingkah laku dan bersikap
baik (Hadiatmaja dan Endah, 2008:56).

6
Lagu dolanan dirasa memiliki makna estetik, musikal dan kultural. Dari segi musikal, lirik
dan iramanya berkaitan dengan perkembangan musikalitas anak. Dari segi kultural
lagu dolanan dapat memberikan ajaran kepada anak agar disiplin, menjaga harmoni dengan
alam, sesama manusia dan orang tua. Mengajarkan lagu dolanan merupakan alternatif untuk
mengatasi modernisasi yang umumnya menjauhkan anak untuk memiliki moral yang baik
(Triyono, 2000:12). Dolanan Cublak-cublak Suweng memiliki lirik yang harus dinyanyikan
untuk mengiringi permainan tradisional tersebut. Di berbagai sumber sejarah menyatakan bahwa
lirik dolanan Cublak-cublak Suweng diciptakan oleh seorang wali songo yaitu Syekh Maulana
Ainul Yakin atau biasa dikenal dengan Sunan Giri sekitar tahun 1442 M. Pada masa itu Sunan
Giri menyebarkan Agama Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa melalui jalur kebudayaan.
Karena itulah Sunan Giri menciptakan lirik Cublak-cublak Suweng yang akhirnya di jadikan
lagu dolanan pengiring permainan tradisional anak-anak. Lagu dolanan memiliki bobot atau
porsi yang pas untuk diberikan kepada anak-anak. Tema yang mengiringi kebanyakan adalah
Pendidikan, sehingga hal ini cukup menarik untuk dikaji dari sudut pandang Pendidikan.
Dolanan Cublak-cublak suweng merupakan bentuk permainan tradisional yang
mempunyai ciri khas berupa lirik lagu. Adapun bentuk lirik yang dinyayikan pada dolanan
Cublak-cublak suweng beserta terjemahan dalam Bahasa Indonesia adalah pada tabel berikut:

Lirik Cublak-Cublak Suweng Terjemahan Bahasa Indonesia

Cublak-cublak suweng tempat anting

Suwenge ting gelenter antingnya berserakan

Mambu ketundhung gudel berbau anak kerbau yang terlepas

bapak ompong yang menggeleng-


Pak empong lera lere
gelengkan kepalanya

siapa yang tertawa dia yang


Sapa ngguyu ndhelikkake
menyembunyikan

7
Sir sir pong dhele kopong kedelai kosong tidak ada isinya

Cublak-cublak Suweng adalah sebuah lagu/tembang dolanan yang dinyanyikan untuk


mengiringi sebuah permainan anak. Cublak-cublak suweng merupakan permainan tradisional
yang berasal dari Jawa Tengah yang sering dimainkan oleh sekelompok anak perempuan antara
3 orang atau lebih (Aisyah, 2014). Cara permainan ini adalah satu orang menunduk dan teman-
teman lainnya membuka telapak tangan mereka dan meletakkannya di atas punggung teman
yang menunduk tadi. Kemudian beramai-ramai mereka menyanyikan lagu Cublak-cublak
suweng sampai akhir. Berdasarkan makna bahasa Cublak Suweng artinya tempat Suweng.
Suweng adalah anting perhiasan perempuan Jawa. Cublak-cublak suweng, memiliki arti ada
tempat harta berharga, yaitu adalah Suweng (Suwung, Sepi, Sejati) atau Harta Sejati.
Sejarah permainan ini, kaitannya dengan penciptaan lagu/tembang Cublak-cublak
suweng yang berasal dari Walisongo, tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Oleh karena
itu permainan Cublak-cublak suweng memiliki makna filosofi yang dalam karena merupakan
salah satu media yang digunakan Walisongo dalam dakwah menyebarkan Islam di Nusantara.
Lirik lagu Cublak-cublak Suweng yang cukup familiar di masyarakat Jawa, secara
keseluruhan menggunakan bahasa Jawa. Pada lirik pemaknaannya tidak dapat begitu saja
diartikan ke Bahasa Indonesia untuk dipahami maksudnya, terkadang membutuhkan interpretasi
dan penafsiran yang dalam terhadap suatu kata, frasa dan kalimat pada lirik tersebut. Berkaitan
dengan penafsiran lirik dolanan cublak-cublak suweng penulis mencoba menggali lebih dalam
arti dan makna tentang nilai-nilai moral yang terkandung di dalam lirik dolanan cublak-cublak
suweng sebagai berikut:
Kata suweng pada lagu ini sangat ditekankan, suweng diartikan sebagai; Suwung, Sepi,
Sejati atau Harta Abadi. Sedangkan gelenter dalam bahasa Jawa berarti berserakan, karena
sesungguhnya harta yang kita cari sudah berserakan dipelosok bumi. Gudel adalah istilah yang
digunakan masyarakat jawa sebagai anak kerbau untuk melambangkan orang bodoh. kalimat
“mambu ketundhung gudèl” Bermakna bahkan orang bodoh (minim pendidikan) mencari harta
duniawi tersebut dengan penuh nafsu ego, tindakan korupsi, jual beli jabatan tujuannya untuk
mencari kebahagiaan sesaat.

8
Orang bodoh tersebut seperti orang tua ompong yang sedang kebingungan (Pak empo lera-
lere). Meskipun berlimpah harta, namun bukan harta atau kebahagiaan abadi. Mereka
kebingungan dan selalu gelisah karena dikuasai oleh keserakahannya sendiri. Sopo ngguyu
Ndhelikake diartikan siapa tertawa dia yang menyembunyikan. Mengandung pesan bahwa siapa
yang bijaksana, merekalah yang menemukan kebahagian abadi yang hakiki. Mereka adalah
orang orang yang tersenyum dalam menjalani setiap cerita hidup, walaupun berada hidup tengah-
tengah dunia yang penuh keserakahan. Sir (hati nurani/suara hati) pong dele kopong (kedelai
kosong tanpa isi). Maksudnya hati nurani yang kosong. Untuk sampai kepada kebahagiaan abadi
harus menghindari dari kecintaan kepada kekayaan duniawi, rendah hati, tidak meremehkan
orang lain, serta selalu melatih kepekaan Sir/hati nuraninya.
Dari segi kultural lagu dolanan Cublak-cublak suweng dapat memberikan ajaran kepada
anak agar tidak menuruti hawa nafsu, menjaga harmoni dengan alam, sesama manusia dan orang
tua. Lirik pada lagu dolanan merupakan salah satu bentuk karya sastra Jawa yang digunakan
anak-anak untuk bermain. Sedangkan pengertian sastra sendiri adalah karya manusia yang
berupa dan refleksi pengarang mengenai kehidupan bermasyarakat. Salah satu hasil karya sastra
berwujud lirik dan lagu.
Dalam karya sastra terdapat berbagai kandungan atau pemaknaan. Salah satunya adalah
nilai moral. Nilai moral yang berorientasi terhadap ajakan moral merupakan nasehat dan amanat
mengenai benar tidaknya sikap manusia dalam kehidupan bermasyarakat (Nurgiyantoro,
2012:320). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam lirik lagu dolanan Cublak-cublak
suweng juga mengandung ajaran nilai-nilai moral. Lirik lagu yang mengandung ajaran nilai
moral dapat dibagi menurut jenis-jenis ajaran moralnya sehingga dapat ditemukan inti ajaran
yang bisa lebih dicerna manusia dalam penerapan di kehidupannya (Triyono, 2000:27).
Dilihat dari penjelasan di atas dapat dijabarkan bahwa nilai moral yang terkandung dalam
lirik lagu dolanan Cublak-cublak suweng yaitu: ajaran moral hubungan manusia dengan Tuhan,
ajaran moral hubungan manusia dengan manusia, ajaran moral hubungan manusia dengan
dirinya sendiri, dan ajaran moral hubungan manusia dengan alam. Hal ini sesuai dengan
pendapat Keen Achroni (2012) yang menyatakan bahwa lirik lagu dolanan merupakan
simbolisasi dari pengetahuan yang tersebar melalui lisan dan mempunyai pesan moral dan
manfaat di dalamnya. Pada prinsipnya lirik pada lagu dolanan anak tetap merupakan bagian dari
sebuah permainan anak, bentuk atau wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan bagi

9
anak karena tujuan utamannya adalah sebagai media atau aktivitas bermain. Aktivitas permainan
yang dapat mengembangkan aspek-aspek psikologis anak dapat dijadikan sarana belajar sebagai
persiapan menuju dunia orang dewasa. Namun lirik lagu pada permainan tradisional
Jawa cublak-cublak suweng mempunyai cakupan jangkauan kegiatan dan perilaku yang luas,
serta memiliki ragam tujuan terhadap nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya yang sarat
akan makna dan dasar filosofi yang baik untuk kehidupan bermasyarakat.
Kebudayaan Indonesia khususnya daerah pulau Jawa memiliki banyak perbendaharaan
permainan tradisional yang masih ada dan dilestarikan sampai sekarang yang biasa
disebut dolanan anak Dolanan anak menjadi hal yang sangat penting untuk diangkat kembali,
sebab pada permainan-permainan modern yang bersifat anti sosial sudah merebak di kalangan
anak-anak. Di antara beberapa dolanan anak tersebut, ada dolanan anak yang dimainkan dengan
diiringi lirik atau lagu, seperti dolanan cublak-cublak suweng. Lirik lagu yang
mengiringi dolanan cublak-cublak suweng pada umumnya terkesan sangat sederhana. Akan
tetapi, jika dilihat lebih mendalam, lirik yang terkandung di dalamnya mempunyai makna dan
kandungan nilai-nilai moral.
Lirik pada lagu dolanan merupakan salah satu bentuk karya sastra Jawa yang digunakan
anak-anak untuk bermain. Pada prinsipnya lirik pada lagu dolanan anak tetap merupakan bagian
dari sebuah permainan anak, bentuk atau wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan
bagi anak karena tujuan utamannya adalah sebagai media atau aktivitas bermain. Aktivitas
permainan yang dapat mengembangkan aspek-aspek psikologis anak dapat dijadikan sarana
belajar sebagai persiapan menuju dunia orang dewasa.
Sejarah lirik dolanan cublak-cublak suweng merupakan warisan budaya yang berasal dari
Walisongo, tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Dari segi kultural lagu dolanan Cublak-
cublak suweng dapat memberikan ajaran kepada anak agar tidak menuruti hawa nafsu, menjaga
harmoni dengan alam, sesama manusia dan orang tua. Lirik lagu pada permainan tradisional
Jawa cublak-cublak suweng mempunyai cakupan jangkauan kegiatan dan perilaku yang luas,
serta memiliki ragam tujuan terhadap nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya yang sarat
akan makna dan dasar filosofi yang baik. Nilai-nilai moral yang terkandung di dalam
lirik dolanan cublak-cublak suweng berorientasi terhadap ajakan moral yang merupakan nasehat
dan amanat mengenai benar tidaknya sikap manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

10
Maknanya adalah Makna lirik yang terkandung pada lirik Cublak-cublak suweng adalah
untuk mencari harta janganlah menuruti hawa nafsu tetapi semuanya kembali ke hati nurani yang
bersih. Tidak dipengaruhi hawa nafsu. Dengan hati nurani akan lebih mudah menemukan
kebahagian, dan tidak tersesat jalan hingga lupa akan akhirat.
Tujuannya adalah mengajarkan peserta didik moral hubungan manusia dengan Tuhan,
ajaran moral hubungan manusia dengan manusia, ajaran moral hubungan manusia dengan
dirinya sendiri, dan ajaran moral hubungan manusia dengan alam
Aplikasi dalam pembelajaranya adalah peserta didik agar tidak menuruti hawa nafsu,
menjaga harmoni dengan alam, sesama manusia dan orang tua. Lirik lagu pada permainan
tradisional Jawa cublak-cublak suweng mempunyai cakupan jangkauan kegiatan dan perilaku
yang luas, serta memiliki ragam tujuan terhadap nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya
yang sarat akan makna dan dasar filosofi yang baik. Nilai-nilai moral yang terkandung di dalam
lirik dolanan cublak-cublak suweng berorientasi terhadap ajakan moral yang merupakan nasehat
dan amanat mengenai benar tidaknya sikap manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

C. Pribahasa Jawa

Peribahasa merupakan ungkapan yang berisi perbandingan, perumpamaan, nasehat hingga


prinsip hidup. Peribahasa tidak hanya disajikan menggunakan bahasa indonesia, bahasa-bahasa
daerah di indonesia juga mempunyai peribahasa masing-masing.
Masyarakat jawa contohnya memiliki beragam peribahasa yang mengandung makna
kehidupan dan dalam bahasa jawa peribahasa disebut dengan paribasan. Berikut beberapa
pribahasa dari jawa ;

NO. PERIBAHASA ARTI MAKNA


1. Anak polah, bapa Anaknya berbuat, Tingkah laku anak mempunyai
kepradhah ayahnya juga berperilaku imbas bagi orang tua, tingkah laku
anak yang buruk orang tua ikut
terdampak buruk, begitu pula
sebaliknya, jika perilaku anak
baik, orang tua pun akan ikut
terdampak baik
2. Mumpung anom Selagi masih muda Umur tidak akan bisa terulang
ngudiya laku utama usahakan cari ilmu yang kembali. Oleh karena itu,
utama mumpung masih muda, masih
memiliki raga dan pikiran yang

11
prima carilah ilmu dan pengalaman
sebanyak-banyaknya. Mereka yang
sukses adalah mereka yang tidak
menyia-nyiakan masa mudanya
dan mengisinya dengan
pengalaman dan ilmu.

Kata-kata pepatah Jawa menjadi pepatah yang masih sering digunakan hingga saat ini. Di
dalam kata-kata pepatah Jawa terdapat pesan dan nasihat tentang kehidupan yang dapat menjadi
inspirasi. Kata-kata pepatah Jawa juga memiliki makna yang kaya akan nilai-nilai moral, sehingga
kata-kata pepatah Jawa ini cocok dijadikan sebagai penuntun dalam bersikap.

Tak hanya sebagai inspirasi, menggunakan kata-kata pepatah Jawa juga menjadi langkah
untuk melestarikan kebudayaan Jawa. Peribahasa juga bisa dikenalkan kepada peserta didik. Selain
sebagai sarana menasihati anak, peribahasa bisa menjadi cara untuk mengajarkan peserta didik
bertindak baik dalam kesehariannya. Ini juga sebagai materi untuk membuat poster dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia yang bisa dikreasikan menggunakan Bahasa jawa atau Bahasa dari
daerah masing-masing.

D. Pantun Jawa

Pantun Jawa dalam bahasa Jawa disebut dengan parikan. Ada dua jenis pantun Jawa, yaitu
pantun Jawa dua baris dan pantun Jawa empat baris. Umumnya strutur pantun Jawa sama dengan
pantun bahasa Indonesia, di mana terdapat dua bagian dalam pantun Bagian pertama berisi kalimat
sampiran, sedangkan bagian kedua berisi kalimat isi.
Ketemu konco ndek esuk mau (Ketemu teman tadi pagi)
Koncoku kui sifate gigih (Temanku itu sifatnya gigih)
Bocah sekolah kudu sregep sinau (Anak sekolah harus rajin belajar)
Endah pinter lan dadi wong sugih (Biar pintar dan menjadi orang kaya).
Maknanya adalah dengan kita rajin sekolah kita akan pintar dan bisa menjadi orang kaya.
Tujuannya adalah kita harus gigih dan rajin belajar agar pintar agar menjadi orang kayadan sukses,
sehingga sebagai guru bisa memberikan motivasi kepada peserta didik bahwa jika kita ingin
mencapai sesuatu harus rajin belajar sungguh-sungguh sehingga dapat tercapai dan sukses.

12
Aplikasi dalam pembelajarannya adalah mengajarkan peserta didik harus rajin belajar dan
gigih ketika bersekolah agar peserta didik pintar sehingga bisa menjadi orang yang sukses.

E. Cerita Rakyat Jaka Prabangkara

Cerita "Jaka Prabangkara" yang ditulis Fairul Zabadi berasal dari Jawa Timur. Cerita ini
mengisahkan tentang masa pemerintahan Raja Majapahit Prabu Dewaraja atau yang lebih
dikenal dengan Prabu Brawijaya V. Dikisahkan bahwa sang raja memiliki anak bernama Jaka
Prabangkara. Jaka Prabangkara merupakan seorang anak tampan yang berbudi luhur dan ahli
dalam melukis. Suatu hari sang Raja berperintah, “Prabangkara, untuk membuat lukisan
permasisuruya. Raja tak puas-puasnya memandangi lukisan permaisurinya, hasil karya Jaka
Prabangkara. Raja kagum karena lukisan tersebut layaknya dapat berbicara. Saat Raja sedang
mengagumi lukisan Ratu Andarwati, ia melihat ada titik, semacam tahi lalat, di bagian tubuh
tertentu sang Ratu. Raja menduga itu semacam noda dalam lukisan Prabangkara karena sang
Raja sepertinya tidak pernah melihat tahi lalat semacam itu. Raja marah dan meminta
pertanggungjawaban Prabangkara. Oleh karena itu ia dijatuhi hukuman mati. Untunglah sang
patih Gajahmada menasehati sang raja supaya membatalkan hukumannya itu. Sebagai gantinya
Jaka Prabangkara diminta berkelana hingga ke negeri jauh untuk melukis seluruh jagad raya
beserta isinya.

13
Cerita ini mengajarkan bahwa kita harus berbaik sangka kepada orang supaya tidak terjadi
kesalahpahaman. Nilai positif lain dari karakter Jaka Prabangkara adalah budi baik, sabar, dan
ketekunan.
Jaka Prabangkara kagungan paras, sae lan bagus lan pinter nggambar. Amergi Jaka
ndamel gambar sing lepat, piyamba ipun pikantuk ukuman pati. Amergi rojo diparingi nasehat
saking Patih Gajahmada, usulipun ukuman pati dumateng jaka mboten dados. Gantinipun
ukuman pati, Jaka Prabangkara piyambak ipun dikentindak tindak lan nggambar lukisan jagad.
Terjemahan:
Cerita ini berkisah mengenai seorang Raja Majapahit Prabu Dewaraja yang memiliki
seorang anak bernama Jaka Prabangkara. Jaka Prabangkara adalah anak lelaki tampan dan
memiliki berbudi luhur baik serta berbakat dalam melukis. Namun satu waktu, Jaka Prabangkara
melakukan kesalahan dan langsung divonis hukuman mati karena lukisannya. Bersyukur pada
saat itu ada sosok Patih Gajahmada yang mampu menasehati sang Raja untuk membatalkan
hukumannya terhadap Jaka Prabangkara. Sebagai gantinya, Jaka Prabangkara diminta untuk
pergi berkelana jauh untuk melukis seluruh jagad raya.
Maknanya adalah Cerita ini mengajarkan bahwa kita harus berbaik sangka kepada orang
supaya tidak terjadi kesalahpahaman.
Tujuan adalah Jaka Prabangkara memiliki karakter budi baik, sabar, dan ketekunan.jadi
kita harus baik, sabar dan tekun dalam menjalankan sesuatu.
Aplikasi pembelajaranya adalah mengajarakan peserta didik memiliki nilai karakter yang
baik, budi luhur, sabar, dan ketekunan. Seorang anak bisa saja minatnya berubah-ubah atau
belum jelas dalam proses perkembangannya hingga remaja. Tapi kalau dia terbiasa bersungguh-
sungguh dan bekerja keras, kebiasaan itu akan sangat bermanfaat pada saat dewasanya.
Jika dia tak kunjung mengenali minat dan bakatnya yang khusus, ketekunan dan kerja
kerasnya pasti membuahkan keterampilan dan kemampuan pada hal-hal yang digelutinya. Jika
dia pada akhirnya menemukan minat dan bakatnya, ketekunan dan kerja kerasnya akan
membuatnya bertumbuh dengan sebuah keberhasilan. seperti Jaka Prabana walaupun banyak
cobaan untuk melukis namun ia tetap berusaha melakukan hobinya tersebut hingga ke negeri
yang jauh.

14
F. Tarian Jawa Bambangan Cakil

Tari Bambangan Cakil merupakan sebuah tarian dari Jawa Tengah yang ceritanya diambil
dari Epos Mahabarata. Tarian itu berasal dari Surakarta, yang menggambarkan adegan
peperangan antara ksatria Pandawa melawan Cakil seorang tokoh raksasa. Berikut uraiannya;

1. Asal Daerah Tarian Bambang Cakil

Pada dasarnya Tari Bambang Cakil merupakan tarian tradisional dari Jawa dan lebih
tepatnya dari Jawa Tengah. Tarian ini tercipta dari adanya adopsi pementasan wayang kulit
tepatnya pada salah satu adegan yang menampilkan perang Kembang. Adegan perang ini
menampilkan terjadinya perkelahian antara Arjuna melawan raksasa. Melalui adanya adaptasi
adegan inilah kemudian setiap gerakan dapat tercipta dalam Tarian Bambang Cakil.
Gerakan yang ditampilkan oleh dua karakter antara ksatria serta raksasa ini tentunya juga
memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Hal ini sendiri disesuaikan dengan sifat kedua
karakter yang ditampilkan dalam pementasan Tarian Bambang Cakil. Meskipun diadaptasi dari
suatu adegan namun, tarian ini tidak akan menampilkan percakapan dalam pementasannya. Hal
inilah kemudian yang seringkali membuat tarian ini disebut juga sebagai Wireng.

15
2. Sejarah Tarian Bambangan Cakil

Tari Bambangan Cakil mengadopsi adegan dari suatu pementasan terkait perang antara
Arjuna serta Cakil membuat tarian ini memiliki dua sisi yang berbeda dalam satu
pementasannya. Tarian ini sendiri termasuk dari Tari Wireng dimana dalam pementasannya
tidak ada percakapan yang dilakukan oleh karakter setiap penari. Pada awalnya Tari Bambang
Cakil ini tercipta karena terinspirasi dari perang Kembang tepatnya pada Epos Mahabarata.
Kata Bambangan dalam Tarian ini menggambarkan sosok ksatria yang tampan serta
berbudi pekerti dengan cara bicara yang halus. Biasanya ksatria yang akan digambarkan sebagai
bambangan adalah Arjuna, Abimanyu, Pandu, Rama, Laksmana dan ksatria lain yang memiliki
watak sama.
Hal ini berlaku sebaliknya bagi raksasa yang digambarkan dengan kata cakil. Pada kata
Ca ini dimaknai dengan teman sedangkan kil berarti menang sendiri. Sosok Cakil sendiri
menggambarkan raksasa bergigi taring yang lincah dan memiliki suara melengking. Karakter
yang biasanya mendapatkan sematan Cakil adalah Kalapracona, Ditya Kalamarica, Gendring
Caluring serta karakter lain yang memiliki sifat sama. Perkembangan yang terjadi pada tarian
ini pun kini cukup signifikan pada beberapa bagian. Ragam gerak serta jumlah penari yang
menarikan tarian ini adalah beberapa perkembangan yang dapat dilihat dari tarian ini. Bahkan
kini bukan hanya Jawa Tengah sebagai tempat asalnya untuk melihat Tarian Bambang Cakil,
Ibukota pun seringkali menampilkan tarian ini dalam pementasannya.

16
3. Properti Tarian Bambangan Cakil

Properti menjadi poin yang penting dalam kesenian tari. Tentu hal ini pun juga hal yang
sangat penting dalam pertunjukkan Tari Bambang Cakil. Pada tarian ini sendiri properti yang
digunakan pun tidak hanya satu.
Ada beberapa properti penting yang akan menjadi pelengkap dalam setiap gerakan penari
supaya lebih indah saat dipentaskan. Lalu, apa saja sebenarnya properti yang digunakan dalam
tarian ini? Simak ulasan lengkapnya berikut ini untuk lebih jelasnya:
a. Stagen
Stegen menjadi properti dalam Tari Bambang Cakil yang menjadi ciri khas dari
perlengkapan adat Jawa Tengah Tersebut. Properti satu ini sendiri berupa kain dengan
lebar mencapai 15 cm sedangkan panjang kain adalah 5 hingga 10 meter. Nantinya
properti ini akan digunakan penari dengan cara dililitkan pada pinggang. Pada dasarnya
Stegen ini memiliki fungsi sama seperti halnya ikat. Stegen ini nantinya juga akan
menampilkan corak batik cantik dari Jawa Tengah.
b. Sampur
Sampur memang menjadi properti yang paling sering digunakan dalam tarian
tradisional. Tari Bambang Cakil pun juga menggunakan Sampur sebagai properti
tarinya. Biasanya Sampur ini sendiri akan diikatkan pada bagian pinggang penari.
Penari kemudian akan menggerakkan tangan dengan sesekali mengayunkan sampur.
Hal inilah kemudian yang akan membuat gerakan penari tampak anggun dan luwes.
Biasanya warna yang digunakan pada Sampur sendiri adalah warna-warna terang.
c. Jarik
Jarik juga menjadi properti lain yang digunakan penari Bambangan Cakil. Biasanya
jarik ini nantinya akan dililitkan pada pinggang penari sebagai luaran dari celana
sepanjang lutut. Nantinya jarik ini akan digunakan hanya sebatas lutut karena

17
digunakan oleh penari laki-laki. Tentunya ciri khas corak batik yang ada pada jarik ini
juga menjadi hal yang menarik pada pertunjukkan ini. Ciri khas batik dari Jawa Tengah
tentunya adalah corak yang digunakan dalam hal ini.

4. Keunikan Tarian Bambangan Cakil

Ragam keunikan dari setiap kesenian tari tentu menjadi daya tarik yang seakan tidak akan
pernah bisa selesai untuk dikagumi. Mulai dari filosofi, busana, properti bahkan musik
pengiring dari tarian tentu menjadi ciri khas yang selalu ditunggu. Apalagi dalam keragaman
seni tari tradisional yang mengusung budaya-budaya daerah sebagai karakter utamanya. Hal ini
tentunya juga dapat ditemui dalam Tari Bambang Cakil dari Jawa Tengah. Berikut keunikan
tari bambangan cakil:
a. Filosofi
Filosofi dari tarian ini tentunya menjadi daya tarik tersendiri yang perlu diketahui
oleh muda mudi era modern ini. Pada tarian ini sendiri menggambarkan bahwa segala
jenis kesombongan, kemurkaan serta kejahatan akan kalah dengan kebajikan. Tentunya
melalui adanya filosofi ini kemudian Tarian Bambangan Cakil menjadi tari tradisional
yang terus dilestarikan untuk memberikan pesan kepada masyarakat. Hal ini nantinya
akan digambarkan melalui karakter serta gerakan yang dilakukan penari.
b. Karakter
Karakter yang ada dalam tarian ini tentunya juga menjadi ciri khas unik yang dapat
ditemukan dalam pementasannya. Adanya karakter ksatria serta cakil yang menjadi
pemeran utama membuat tarian ini semakin menarik untuk ditonton. Apalagi dalam
tarian ini nantinya akan menunjukkan dua emosi berbeda yang ada pada manusia. Pada
karakter ksatria akan menggambarkan seseorang dengan sifat lembut yang dimilikinya.

18
Sedangkan, pada karakter cakil akan digambarkan sebagai manusia congkak yang
hanya ingin menang sendiri.
c. Busana
Busana yang digunakan para penari Bambangan Cakil tentunya juga menjadi ciri
khas yang menarik untuk dilihat. Perpaduan adat Jawa Tengah yang khas dengan motif-
motif batiknya akan dapat dilihat dari berbagai kain serta aksesoris yang digunakan.
Penggunaan jarik, stagen bahkan sampur dengan warna serta motif yang khas akan
membuat tarian tampak lebih indah dan elok. Apalagi saat penari mulai mengayunkan
properti yang digunakan seperti halnya sampur.
d. Musik Pengiring
Tentunya musik yang digunakan untuk mengiringi penari dalam penarikan setiap
gerakan Tari Bambang Cakil juga menjadi daya tarik lain yang patut diketahui. Ciri
khas Jawa Tengah seperti halnya Gending Srempengan serta gamelan Ladrang
Clunthang Sampak Laras Slendro tentu membuat musik tampak unik. Apalagi dengan
adanya harmonisasi gerakan serta iringan musik tentunya akan membuat pertunjukkan
tampak lebih enak dilihat. Tidak heran bila pada akhirnya penampilan tarian ini cukup
ditunggu-tunggu.

5. Fungsi Tarian Bambangan Cakil

Setiap tarian tradisional tentunya memiliki fungsinya masing-masing. Pada Tari Bambang
Cakil pun tentu juga memiliki fungsi dalam penciptaannya dalam lingkungan masyarakat.
Berikut keunikan tarian bambangan cakil;

19
a. Sebagai Hiburan
Fungsi utama dari Tarian Bambangan Cakil ini sendiri adalah sebagai hiburan bagi
masyarakat. Biasanya Tarian ini akan ditarikan oleh penari dalam acara budaya daerah.
Melalui tarian inilah nantinya masyarakat dapat menikmati kisah pertempuran antara
Cakil serta Arjuna.
b. Menyambut Tamu
Pada fungsi lain dari tarian ini adalah sebagai tarian untuk menyambut tamu yang
datang ke Jawa Tengah. Biasanya tarian ini akan ditarikan pada saat ada tamu
kehormatan yang datang. Tentunya diharapkan pula melalui tarian ini, nantinya
masyarakat awam di luar Jawa Tengah bisa ikut serta mengenal tarian tradisional satu
ini.
Tari Bambang Cakil memang menjadi tari tradisional yang memiliki banyak ciri khas
dalam pementasannya. Berbagai filosofi yang ingin disampaikan dari tarian tersebut pun
tentunya juga menjadi hal penting yang perlu diketahui. Inilah kemudian yang membuat
perlunya anak muda melestarikan budaya daerah tersebut dan aplikasi dalam pembelajaranya
adalah menerapkan perilaku yang baik kepada peserta didik agar menjadi contotoh untuk
peserta didik, dan mengajarkan perilaku-perilaku baik kepada peserta didik.
Aplikasi pembelajarannya adalah Pada tarian ini mengajarkan kepada peserta didik bahwa
segala jenis kesombongan, kemurkaan serta kejahatan akan kalah dengan kebajikan. Oleh
karena itu kita harus menunjukan perilaku yang baik, dan tidak boleh berbuat jahat kepada
setiap orang. Bisa di jadikan contoh pengimplementasian pancasila yang kedua kemanusiaan
yang adail dan beradab dan ini termasuk dalam mata pelajaran PPKn.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebudayaan menjadi salah satu unsur penting dalam kehidupan suatu bangsa. Setiap
masyarakat memiliki kebudayaan masing-masing, dalam cakupannya yang begitu luas,
kebudayaan hanya dapat dijelaskan dengan keberadaan manusia sebagai pelaku dan pemilik
kebudayaan secara utuh dan tidak terbagi. Melalui kebudayaan, identitas dan jati diri suatu
bangsa dapat terjewantahkan. Kehadiran kebudayaan memberi bentuk dalam kehidupan suatu
masyarakat. Nilai-nilai yang terkandung dalam suatu kebudayaan menyediakan suatu kerangka
berpikir dan bertindak bagi masyarakat.
Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang diwujudkan oleh manusia dengan
melakukan pergerakan yang tampak oleh panca indra sehingga memiliki sifat keindahan.
Kesenian juga merupakan dari kekhasan dari suatu daerah memiliki atribut-atribut yang
menjadi ciri khas disuatu daerah.
Budaya jawa yang berada di pulau Jawa merupakan budaya yang memiliki berbagai
kebudayaan dan kesenian, mulai dari lagu, pantun, cerita rakyat, tarian, peribahasa, dan lain-
lain. Dengan mengetahui dan memahami kebudayaan maka masyarakat akan tergerak hatinya
untuk mencintai dan menjaga budaya mereka. Jika rasa memiliki telah tumbuh maka mereka
tidak akan pernah mau kehilangan kebudayaannya. Sehingga mereka akan berusaha dengan
keras untuk menjaga kebudayaannya dari segala hal yang mengancam keberadaan budaya
tersebut dan mereka akan selalu berusaha untuk melestarikannya.
B. Saran

Untuk melestarikan kebudayaan dan kesenian dari suku jawa berikut saran yang bisa kita
sampaikan:
1. Untuk masyarakat jawa
Di tengah keberadaan Suku lain, seluruh masyarakat jawa harus bersatu padu menjadi
komunitas Suku yang kompak, sama-sama berjuang serta saling menjaga identitas
budayanya dan kesenian untuk mencapai kemajuan dalam bidang spiritual, ekonomi,
politik, social budaya dalam konteks nasional dan global.

21
2. Untuk peseta didik
Kepada peserta didik untuk terus belajar, melestarikan, dan menjaga kebudayaan dan
kesenian di daerah masing-masing, tidak saling menjatuhkan satu sama lain walaupun
berbeda budaya atau suku.

22
DAFTAR PUSTAKA

Achroni, Keen. 2012. Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak Melalui Permainan Tradisional.
Cet. 1. Jogjakarta: Javalitera.
Ahimsha-Putra, Heddy Sri. 1999. Permainan Tradisional di Jawa dan Tantangan dalam Era
Kesejagadan dalam Prosiding Dolanan Anak Refleksi Budaya dan Wahana Tumbuh
Kembang Anak, halaman 9-18. Yogyakarta: Plan Internasiona Indonesia-LPM Sosiatri
Fisipol UGM.
Amirul Nur Wahid & Kundharu Saddhono. 2017. Ajaran Moral Dalam Lirik Lagu Dolanan
Anak. MUDRA Jurnal Seni Budaya UNS. Volume 32 (2). Page 172-177.
Burhan Nurgiyantoro. 2012. Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Fad, Aisyah. 2014. Kumpulan Permainan Anak Tradisional Indonesia. Jakarta: Cerdas Interaktif.
Hadiatmaja & Endah. 2008. Filsafat Jawa. Yogyakarta: Kanwa Publisher.
Haerani Nur. 2013. Membangun Karakter Anak Melalui Permainan Anak Tradisional. Jurnal
Pendidikan Karakter UNY. Volume 3 (1). Page 87-94.
Isnin, Aine. 2013. Makna Lirik Dolanan Cublak-Cublas Suweng. Skripsi: Universitas DR.
Soetomo. Surabaya.
Istianti, T., Abdillah, F., & Hamid, S. I. 2018. Model Pembelajaran Perilaku Sosial
Kewarganegaraan: Upaya Guru Dalam Memupuk Gotong Royong Sejak Dini. Cakrawala
Dini: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Volume 9 (1). Page 56-62.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Paul Widyawan. 1982. Bolelebo: Lagu Daerah Indonesia. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
Rosala, D. 2017. Pembelajaran Seni Budaya Berbasis Kearifan Lokal Dalam Upaya Membangun
Pendidikan Karakter Siswa di Sekolah Dasar. RITME Jurnal. Volume 2 (1). Page 16-25.
Tim Play Plus Indonesia. 2014. Permainan Tradisional Anak Indonesia. Yogyakarta.
Triyono, Bramantyo. 2000. Lagu Dolanan Anak. Yogya: Tarawang Press.
Wahyuningsih, Sri. 2009. Permainan Tradisional. Bandung: PT Sandiarta Sukses.

23

Anda mungkin juga menyukai