Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH GEOGRAFI

BUDAYA DAERAH KABUPATEN NGADA

Oleh :

NAMA : FRANSISKA ALEXANDRIA DJUE


KELAS : XI IPS 3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmatNyalah makalah kebudayaan kabupaten Ngada ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Kami menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
semua kritik dan saran pembaca akan saya terima dengan senang hati demi perbaikan makalah
lebih lanjut.
Makalah ini dapat selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak, terutama teman-teman yang telah memberikan masukan demi
kelancaran dan kelengkapan makalah ini. Akhirnya, semoga Makalah yang jauh dari sempurna
ini ada manfaatnya.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………….2
BAB l...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
2.1.1 Pengertian kebudayaan dan pariwisata...............................................................................5
2.1.2 Adat Istiadat kabupaten Ngada...........................................................................................5
2.1.3 Keunikan perayaan Reba........................................................................................................8
BAB III..........................................................................................................................................11
PENUTUP.....................................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
BAB l
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebudayaan merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan
manusia, yang dihayati dan dimiliki secara bersama yang di dalamnya terdapat kepercayaan,
kesenian dan adat istiadat. Kebudayaan umat manusia bersifat universal karena mempunyai
unsur-unsur yang ditemukan pada semua kebudayaan bangsa-bangsa di dunia. Berbagai unsur
kebudayaan yang ada dalam masyarakat berfungsi untuk memuaskan hasrat naluri bagi
kebutuhan hidup manusia. Pariwisata lokal merupakan kapasitas tempat wisata yang tersedia
pada suatu wilayah atau daerah tertentu. Pengembangan pada sektor ini menjadi salah satu
program pembangunan nasional di Indonesia yang seharusnya mendapat perhatian lebih oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Lantaran kegiatan ini juga dapat meningkatkan daya
tarik wisatawan terhadap keekslusifan tempat wisata tersebut, begitu juga dengan ketersediaan
fasilitas yang memadai guna menunjang pengembangan pariwisata.Kabupaten Ngada yaitu
sebuah kabupaten di anggota tengah pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Ibukota kabupaten yaitu Bajawa.Etnis Bajawa atau Bhajawa adalah satu dari dua etnis yang
mendiami Kabupaten Ngada di Pulau Flores bagian tengah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Etnis
lainnya adalah Riung. Kedua etnis ini memiliki latar belakang sosial budaya yang berbeda.
Dalam kalangan masyarakat etnis Bhajawa hingga kini masih hidup sejumlah kebudayaan dan
pariwisata yang berkaitan dengan siklus kehidupan manusia sejak lahir sampai meninggal.

1.2 Rumusan Masalah


1.) Apa yang dimaksud kebudayaan dan pariwisata?
2.) Apa saja adat Istiadat kabupaten Ngada?
3.)Apa keunikan dari upacara Reba?
4.) Apa Saja pariwisata yang ada di kabupaten Ngada?
1.3 Manfaat
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai kebudayaan dan pariwisata
kabupaten Ngada
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.1 Pengertian Kebudayaan dan Pariwisata


Budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak
dari buddhi, diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Bentuk lain
dari kata budaya adalah kultur yang berasal dari bahasa Latin yaitu cultura. Sehingga dapat
dipahami bahwa kebudayaan ada di tengah-tengah masyarakat,Tidak bisa memungkiri bahwa
kebudayaan memiliki peranan penting bagi manusia. Kebudayaan berperan menguhubungkan
manusia dengan alam sekitarnya dan dengan masyarakat tempat manusia tersebut tinggal.
Pariwisata adalah istilah yang sering terdengar dalam kehidupan sehari-hari. Saat
mendengar tentang pariwisata yang akan terbayang adalah liburan dan berbagai destinasi wisata
yang indah dan menarik.pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.Pariwisata
saat ini merupakan salah satu industri yang mendatangkan devisa cukup besar bagi beberapa
negara, salah satunya adalah negara kita. Pemerintah Indonesia berupaya untuk mengembangkan
devisa negara ini melalui eksistensi pada Pariwisata lokal merupakan kapasitas tempat wisata
yang tersedia pada suatu wilayah atau daerah tertentu. Area ini dapat meningkatkan taraf
perekonomian masyarakat disekitarnya.Pengembangan pada sektor ini menjadi salah satu
program pembangunan nasional di Indonesia yang seharusnya mendapat perhatian lebih oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Lantaran kegiatan ini juga dapat meningkatkan daya
tarik wisatawan terhadap tempat wisata tersebut, begitu juga dengan ketersediaan fasilitas yang
memadai guna menunjang pengembangan pariwisata. tujuan dari pengembangan pariwisata di
Indonesia yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat,menghapuskan kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan
dan sumber daya, memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta tanah
air, memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan mempererat persahabatan antar bangsa.

2.1.2 Adat Istiadat kabupaten Ngada


Etnis Bajawa atau Bhajawa adalah satu dari dua etnis yang mendiami Kabupaten Ngada
di Pulau Flores bagian tengah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Etnis lainnya adalah Riung. Kedua
etnis ini memiliki latar belakang sosial budaya yang berbeda. Adat istiadat, kebiasaan dan
bahasa sangat berlainan.Pandangan tentang Alam Semesta (kosmologi)Masyarakat Bajawa
memandang dunia sebagai ’Ota Ola’ tempat manusia hidup bersama yang dilukiskan dengan
bahasa adat: ’Lobo papa tozo, tara papa dhaga’ ( saling ada ketergantungan). Dalam dunia ini
ada kekuatan baik disebut Dewa Zeta dan ada kekuatan jahat disebut Nitu Zale. Dewa Zeta
sebagai kekuatan sumber kemurahan, sumber kebaikan (Mori Ga’e). Karena itu perlu menjaga
harmoni antara unsur-unsur dalam alam semesta.Dalam kalangan masyarakat etnis Bhajawa
hingga kini masih hidup sejumlah upacara tradisional yang berkaitan dengan siklus kehidupan
manusia sejak lahir sampai meninggal.
1.)Upacara kelahiran anak
selalu disyukuri dengan upacara adat dalam berbagai tahapan :
 Lawi Azi, Lawi Ana atau Ta’u: Upacara bertujuan untuk mengesahkan kehadiran anak
dalam keluarga besar dan mensyukuri kelahiran anak yang ditandai dengan
penyembelihan babi untuk memberi makan kepada leluhur. Biasanya rambut anak
dicukur disebut Koi Ulu.
2.) Upacara memasuki masa Remaja
apabila ia sudah mengalami datang bulan (ngodho wula). Sejumlah upacara dilakukan
khusus untuk wanita yakni:
 Kiki Ngi’i (potong gigi): bertujuan untuk mendewasakan seorang gadis sebelum
melanjutkan ke jenjang yang lebih lanjut.
 Lege Mote (konde rambut). Khusus untuk anak perempuan rambut tidak boleh dicukur
lagi dan dibiarkan panjang supaya bisa dikonde.
3.)Upacara perkawinan
Untuk sampai pada jenjang perkawinan, ada beberapa tahap yang dilewati:
 Beti tei tewe da moni neni. Tahap perkenalan antara pria dan wanita biasanya pada saat
pesta adat Reba(pesta syukur panen tahunan).Beku mebhu tana tigi. Pihak laki-laki
mengadaptasi diri dengan gadis dan keluarga gadis, tetapi tetap tidur terpisah. Sang pria
tidur bersama saudara laki-laki dan ayah dari calon istrinya. Sehari-hari ia harus terlibat
penuh dalam ritme dan aktivitas hidup seluruh keluarga besar calon istrinya. Di sinilah,
sang pria diberi kesempatan untuk mengenal lebih dekat keluarga gadis pujaannya
sekaligus akan dinilai oleh seluruh anggota keluarga besar gadis pujaannya: apakah
seorang yang rajin, jujur, setia, ataukah sebaliknya.Jika pria merasa Oke dengan
pilihannya, ia dapat memutuskan untuk mengajak keluarganya meminang sang gadis.
Jika tidak cocok, dia berhak menolak atau ditolak oleh pihak keluarga wanita.
 Bere tere oka pale: keluarga pihak laki-laki datang meminang anak gadis. Sang gadis
diminta secara baik-baik oleh pihak keluarga pria. Pada kesempatan inilah kedua belah
pihak dapat mendapatkan kepastian mengenai kelanjutan hubungan mereka.
 Idi Nio Manu: Keluarga laki-laki beriringan menuju rumah calon besan membawa
sejumlah barang sebagai prasyarat untuk pertunanganan adat.
 Zeza/ Sui tutu maki Rene. Zeza merupakan tahapan puncak dalam mengesahkan pasangan
wanita dan laki-laki untuk hidup berdampingan sebagai suami dan istri. Dalam bahasa
adat disebut ”lani seli’e, te’e setoko’ (tidur beralaskan satu tikar dan satu bantal). Pada
kesempatan ini kedua mempelai, secara adat sudah resmi dan sah menjadi suami dan istri.
Akan tetapi, mereka belum diperbolehkan tidur bersama dan melakukan hubungan
layaknya suami dan istri karena secara agama Katolik, perkawinan mereka belum sah.
Karena itu, setelah tahap ini biasanya dilanjutkan dengan kursus persiapan perkawinan
(KPP) sebagai syarat untuk pernikahan secara Katolik. Apabila tahap ini sudah dilewati,
maka kedua mempelai akan mengikrarkan janji setia di hadapan Allah di gereja. Dengan
demikian, apa yang telah diikat oleh adat, semakin diperkuat lagi melalui ikatan
taktercaikan oleh agama. Setelah pernikahan agama dilangsungkan barulah kedua
mempelai menjadi suami dan istri yang sah dan diperkenankan untuk tidur bersama
4.)Upacara Kematian
Masyarakat Bajawa memandang kematian sebagai ’Dewa da Enga atau Nitu da Niu’. Dewa
adalah kekuatan di atas yang baik (Dewa Zeta) yang memberi kehidupan dan kematian. Nitu
adalah kekuatan di bawah yang jahat (Nitu zale) yang bisa mencabut nyawa manusia secara
paksa. Karena itu di kalangan masyarakat Bajawa ada dua jenis kematian:
 Mata Ade: Mati yang wajar karena penyakit medis. Upacara penguburan melalui
tahap: Roko (memandikan dan memberi pakaian), Basa Peti (membuat peti mati), koe
gemo (menggali kubur), gai boko (melepas pergikan jenasah), pa’i (menghibur keluarga
selama tiga malam) dan Ngeku (kenduri) yang ditandai dengan penyembelihan hewan
kurban berupa babi, kuda atau kerbau.
 Mata Golo. Mati yang tidak wajar akibat kecelakaan, bunuh diri atau dibunuh. Biasanya
jenasah mereka tidak diperkenankan dibawa masuk ke delam rumah. Upacara
penguburan melalui proses: Pai api (menjaga mayat halaman rumah), tau tibo ( upacara
mencari penyebab kematian), keo rado (upacara pembersihan), tane (menguburkan
mayat) dan e lau kora (membuang seluruh peralatan yang dipakai ke arah matahari
terbenam). Upacara ini biasanya terkesan menyeramkan, karena diyakini bahwa orang
yang kematiannya tidak wajar, pasti di masa lalu dari leluhurnya pernah mengalami hal
yang serupa atau melakukan tindakan yang merupakan aib yang tertutup. Karena itu,
harus dicari sumber penyebabnya dengan acara pa'i tibo dan disembuhkan akar
masalahnya melalui upacara rekonsiliasi dengan masa lalu. Jika upacara tidak dilakukan
maka bala yang sama akan terus menghantui ank cucu sampai tujuh turunan berikutnya.

2.1.3 keunikan perayaan Reba


Pesta Adat Reba, kegiatan kebudayaan masyarakat di kabupaten Ngada yang
diselenggarakan dalam rangka menyambut pergantian tahun. Salah satu ciri khas dari
festival budaya ini adalah memakan ubi bersama-sama dengan diiringi tarian adat.Pesta
Reba biasanya diselenggarakan pada bulan Desember hingga Februari. Namun, puncak
acara Pesta Reba akan diselenggarakan pada pertengahan Januari, yakni pada tanggal 14-
16 Januari di setiap tahunnya.Reba adalah tahun baru dalam kalender etnis Ngada di
Kabupaten Ngada. Reba adalah pesta adat terbesar, pesta syukur atas kasih kebaikan dan
penyelenggaraan Tuhan (Dewa Zeta Nitu Zale) yang dinikmati orang Ngada lewat hasil
pertanian, peternakan, dan lainnya.Reba dirayakan setahun sekali pada bulan Januari atau
Februari tergantung petunjuk 'kepo wesu' atau pemegang adat yang menentukan masa
perayaannya. Dalam pesta Reba, rasa syukur manusia atas kebaikan Tuhan disimbolkan
lewat Uwi (ubi tapi bukan singkong). Uwi diyakini roti kehidupan orang Ngada. Sehingga
uwi dalam ritus Reba adalah simbol yang utama, yang diungkapkan secara puitis sebagai
berikut:
"Uwi meze go lewa laba. Lobo wi so’i Dewa. Kabu nga role nitu, ladu wai poso. Koba
rako lizu. Uwi sedu peka rua wali. Kutu koe, dhano ana ko'e. Sui moki, moki bhai moli".
Terjemahannya kira-kira begini: Ubi sebesar gong, sepanjang gendang. Pucuk menjulang
kepada Tuhan. Akar tertanam memeluk Dewa Bumi, kayu penyangga setinggi gunung.
Rambatnya mencapai langit. Ubi tetap bertumbuh tunas. Meski digali babi landak, tetap
selalu ada. Diserang babi hutan, juga tak akan habis.Seperti Uwi, makanan yang bertahan
lama, Reba tidak punah. Manusia pendukungnya tetap berkembang biak bersama alam
lingkungan dan terus menghidupi Reba, dari generasi ke generasi.Yang menarik, Reba
tidak saja menjadi kesempatan istimewa bagi orang Ngada untuk berkumpul dalam
rumah adat masing-masing. Reba juga menjadi kesempatan berahmat karena segala
permusuhan, perselisihan dalam keluarga harus berakhir saat itu juga. Reba adalah tahun
baru dalam kalender masyarakat etnis Ngada di Kabupaten Ngada. Sebab dalam pesta
Reba, anak-anak generasi baru selalu diingatkan akan Pata Dela (Suara Leluhur)."Dewa
zeta kemanusiaan). Dhepo da be'o, tedu da bepu (meneladani para pendahulu). Dhuzu
punu ne'e nama raka (belajar dan bekerja sampai tuntas). Dua wi uma nuka wi sa'o (pergi
ke kebun dnitu zale (percaya pada Tuhan YME). Bhodha molo ngata go kita ata
(menaruh hormat padaan kembali ke rumah; cari pekerjaan yang baik, sehingga bisa
kembali ke rumah dengan selamat)"."Modhe-modhe ne'e soga woe, meku ne'e doa delu
(berbuat baik dengan sahabat). Maku ne'e da fai walu, kago ne'e da ana salo (bersimpati
dengan para janda dan anak yatim piatu; bersimpati dengan kaum miskin dan terlantar).
Go ngata go ngata, go tenge go tenge (milik orang lain, biarlah menjadi milik orang lain;
akuilah milik orang lain; jangan serakah). Kedhu sebu pusi sebu (mengutamakan nilainilai
luhur). Bugu kungu nee uri logo (tekun bekerja dan menikmati keringat sendiri)".

2.1.4 Pariwisata Kabupaten Ngada


Berikut ini beberapa tempat wisata yang bisa dikunjungi saat Kamu berada di kabupaten
Ngada:
Air Terjun Ogi
Air terjun Ogi merupakan salah satu tempat wisata yang paling dekat dengan Kota
Bajawa.
Air terjun Ogi terletak di Desa Faobata, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada. Air terjun
Ogi dapat ditempuh dari Kota Bajawa menggunakan sepeda motor yang berjarak sekitar 7
km dari pusat kota dan dilanjutkan tracking sejauh 1 km. Karena letaknya yang agak
terpencil dan kurangnya penunjuk jalan, disarankan untuk bertanya kepada masyarakat lokal
untuk memperoleh informasi lebih lanjut.Air terjun Ogi dengan ketinggian kurang lebih 30
meter ini benar-benar sangat memanjakan mata. Alamnya yang masih asli dengan dikelilingi
oleh pohon-pohon yang rimbun dan udara yang sejuk cocok bagi kamu yang ingin sekadar
mencari ketenangan ataupun mencari inspirasi.
Pemandian Air Panas Mangeruda
Pemandian Air Panas ini berada di Desa Piga, Kecamatan Soa. Untuk menuju lokasi ini
kamu bisa menggunakan sepeda motor atau mobil ke arah utara yang berjarak sekitar 25 km
dari Kota Bajawa. Pemandian air panas yang bersuhu mencapai 30 derajat celcius ini
memiliki sumber mata air yang berasal dari sebuah kolam dan mengalir ke sungai utama
melalui bebatuan yang agak tinggi sehingga tampak seperti air terjun kecil.Untuk memasuki
tempat ini Kamu hanya dikenakan biaya Rp 2.000,- untuk anak-anak dan Rp 4.000,- untuk
wisatawan domestik. Sedangkan untuk wisatawan mancanegara dikenakan tiket masuk
sebesar Rp 14.000

Taman Wisata Rohani Bukit Wolowio


Bukit Wolowio adalah salah satu obyek wisata rohani umat Khatolik. Taman Wisata
Rohani Bukit Wolowio terletak di puncak Gunung Ata Gae, Wolowio, Bajawa. Untuk menuju
tempat ini bisa menggunakan sepeda motor. Tidak mudah memang untuk menuju lokasi ini.
Selain jalannya yang berkelok-kelok, kita juga dihadapkan dengan kondisi jalan tanah yang
licin.Sepanjang jalan menuju Bukit Wolowio kita akan disuguhkan pemandangan yang bagus
dengan hamparan kebun kopi arabika yang ditanam oleh petani lokal di sana. Di atas puncak
Bukit Wolowio berdiri sebuah arca Bunda Maria yang agung dan megah. Tinggi patung ini
mencapai sekitar 17 meter yang terbuat dari beton. Hamparan pegunungan dan lembah akan
terlihat sangat bagus dari atas Bukit Wolowio, bahkan jika cuaca bagus pantai dan teluk
Aimere bisa terlihat dari sini. Tempat ini cocok bagi kamu yang hobi fotografi dan berfoto
selfie bersama teman dan kerabat

Gunung Inerie
Gunung Inerie adalah salah satu gunung yang berada di Flores. Gunung Inerie sendiri
terletak di Kabupaten Ngada, Nusa tenggara Timur. Gunung yang memiliki ketinggian sekitar
2.245
meter dari atas permukaan laut ini terbilang sangat unik karena berbentuk kerucut seperti
piramida di Mesir. Spot terbaik untuk melihat Gunung Inerie adalah dari Aimere, karena dari
titik ini kamu bisa melihat gunung Inerie dengan kedua sisinya yang benar-benar lurus
seperti piramida.Bagi Kamu yang ingin mendaki, titik awal pendakian gunung Inerie berada
di Desa Watumeze yang dapat ditempuh sekitar 30 menit dari pusat kota Bajawa. Pendakian
dari titik awal emnuju puncak memerlukan waktu sekitar 3 jam saja dengan medan yang
curam serta berpasir. Dari atas puncak Gunung Inerie kita bisa melihat kota Bajawa yang
dikelilingi oleh pegunungan dan hamparan hutan yang hijau sampai dengan pemandangan
Laut Sawu di selatan gunung ini

Vila Manulalu
Udara pagi yang sejuk dipadukan dengan lembah kampung adat Bena sambil minum kopi
Bajawa ditemani pancake mungkin hanya bisa dinikmati di Vila manulalu, Bajawa. Vila
Manulalu terletak tepat dibawah bukit Manulalu. Lokasinya yang tenang ini memang sangat
cocok bagi kamu yang ingin beristirahat dari penatnya perjalanan ataupun hanya untuk
menikmati pemandangan puncak Inerie dan kampung adat Bena sambil menikmati khasnya
kopi Bajawa. Berdasarkan penuturan masyarakat lokal di sana, Manulalu berasal dari kata
“Manu” yang berarti ayam dan “lalu” yang berarti jantan.Untuk mencapai tempat ini hanya
memerlukan waktu sekitar setengah jam saja. Bagi kamu yang capek atau malas berkendara,
jangan khawatir karena dari pihak hotel sudah menyiapkan jasa antar jemput bagi
pengunjung.

Taman Laut Riung 17 Pulau


Riung 17 pulau adalah sebuah objek wisata taman laut yang ada di Kabupaten Ngada,
NusaTenggara Timur. Untuk menuju lokasi ini kamu bisa mengendarai motor, mobil, bus,
maupun truk penumpang atau lebih dikenal dengan sebutan ‘oto kayu’ selama kurang lebih
dua setengah jam dengan jarak tempuh kira-kira 75 km. Kawasan taman laut ini memiliki
gugusan pulau besar dan kecil yang sangat eksotis. Ada beberapa pulau yang menjadi daya
tarik di kawasan Taman Laut Riung 17 Pulau, salah satunya adalah Pulau Ontoloe atau Pulau
Kelelawar yang menjadi habitat bagi ribuan kelelawar yang bergelantungan di pepohonan
yang rimbun di pulau itu. Selain itu ada pulau Rutong, Pulau Pata, Pulau Telu, dan masih
banyak pulau-pulau eksotis lainnya.Di sini juga terdapat kadal raksasa mirip komodo yang
biasa disebut Mbou. Mbou sendiri masih satu jenis dengan Varanus Komodoensis di Pulau
Komodo, namun warna dari Mbou ini lebih menarik Kamu dapat mengelilingi gugusan pulau
di Taman Laut Riung 17 Pulau dengan menyewa speed boat dengan biaya Rp 350.000,- per
kapal selama kurang lebih dua setengah jam. Bagi kamu penyuka keindahan alam bawah
laut, di sini juga terdapat beberapa spot untuk snorkeling dengan memanfaatkan peralatan
diving yang memang sengaja untuk disewakan.

Kampung Adat Bena


Kampung adat bena adalah salah satu kampung adat di Bajawa, Kabupaten Ngada.
Kampung adat Bena adalah perkampungan adat peninggalan zaman Megalitikum. Kampung adat
Bena
terletak di Desa Tiwuriwu, Kecamatan Jerebuu, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.
Jarak kampung adat ini dari pusat Kota Bajawa sekitar 19 km yang bisa diakses
menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan akses jalan yang sudah
baik.Kampung Bena memiliki lebih dari 40 buah rumah adat yang saling berhadapan dan
memanjang dari arah utara yang mempunyai fungsi sebagai pintu masuk ke arah
perkampungan sampai ke arah selatan yang merupakan puncak yang diakhiri dengan tebing
terjal. Untuk memasuki kampung adat Bena sendiri tidak dikenakan tiket masuk, namun
masyarakat setempat akan meminta pengunjung untuk memberikan donasi seiklasnya pada
saat mengisi buku tamu.

Kawah Wawo Muda


Kawah Wawo Muda terletak di Dusun Ngoranale, Kelurahan Susu, Kecamatan Bajawa,
Kabupaten Ngada. Untuk mencapai kawah ini Anda harus berkendara sekitar 15 menit dan
berjalan kaki mendaki gunung sekitar 30 menit. Pagi hari, adalah waktu terbaik untuk
mengunjungi Kawah Wawo Muda karena di pagi hari yang cerah, biasanya Puncak Gunung
Wawo tak berkabut, sehingga Anda bisa menyaksikan keindahan Kawah Wawo Muda
dengan air yang berwarna-warni. Karena memiliki tiga buah kawah kecil dengan warna yang
berbeda-beda, Kawah Wawo Muda sering disebut sebagai “Mini Kelimutu.”
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebudayaan merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan
manusia, yang dihayati dan dimiliki secara bersama yang di dalamnya terdapat kepercayaan,
kesenian dan adat istiadat. Sedangkan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan wisata, termasuk objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang
tersebut. Etnis Bajawa atau Bhajawa adalah satu dari dua etnis yang mendiami Kabupaten Ngada
di Pulau Flores bagian tengah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Etnis lainnya adalah Riung. Kedua
etnis ini memiliki latar belakang sosial budaya yang berbeda. Adat istiadat, kebiasaan dan
bahasa sangat berlainan.Pandangan tentang Alam Semesta (kosmologi)Masyarakat Bajawa
memandang dunia sebagai ’Ota Ola’ tempat manusia hidup bersama yang dilukiskan dengan
bahasa adat: ’Lobo papa tozo, tara papa dhaga’ ( saling ada ketergantungan). Dalam dunia ini
ada kekuatan baik disebut Dewa Zeta dan ada kekuatan jahat disebut Nitu Zale. Dewa Zeta
sebagai kekuatan sumber kemurahan, sumber kebaikan (Mori Ga’e). Karena itu perlu menjaga
harmoni antara unsur-unsur dalam alam semesta.
DAFTAR PUSTAKA
https://www-kompasianacom.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/fajarbaru/
mengenalkebudayaan-bajawa-sekilas-pandang.
kabupaten-di-ntt-yang-kaya-tradisi-dan-budaya?
amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16358253340859&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fkumparan.com%2Fkumparannews%2Fmengenal-ngada-kabupaten-di-ntt-yangkaya-tradisi-
dan-budaya
https://lancangkuning.com/post/6291/tempat-wisata-di-kabupaten-ngada.html

Anda mungkin juga menyukai