Anda di halaman 1dari 32

Analisis Budaya Asli Mojokerto: Kesenian Bantengan

Karya tulis ini disusun untuk tugas terstruktur mata pelajaran Bahasa
Indonesia

oleh:
Michelle Quincy Santoso / 6798 / XI IPA 1

SMA TARUNA NUSA HARAPAN


Februari 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat-Nya penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik dan waktu
yang sesuai. Penulis berharap laporan karya ilmiah yang penulis sajikan ini bisa
membantu dalam hal mencari informasi walaupun masih ada beberapa kekurangan.
Karya ilmiah ini disusun berdasarkan tugas dan proses pembelajaran yang telah
penulis kerjakan dengan bimbingan dari guru penulis.
Harapan penulis, semoga karya ilmiah ini membantu untuk menambah
wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki
bentuk maupun isi laporan karya ilmiah penulis di kedepannya. Penulis juga
berterima kasih kepada bapak dan ibu guru yang telah membantu penulis dalam
proses pembelajaran maupun pembuatan karya ilmiah ini.
Karya ilmiah ini masih banyak kekurangan karena kurangnya pengalaman
dalam membuat makalah. Oleh karena itu, penulis mengharapkan para pembaca
bisa menyampaikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
penyempurnaan karya tulis ilmiah yang penulis buat.
Terimakasih atas perhatian para pembaca, selamat membaca, dan semoga
bermanfaat.
Penulis

i
Daftar Isi
Halaman Judul
Kata Pengantar .............................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 1
D. Manfaat..................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3
A. Kajian Teori.............................................................................................. 3
B. Kajian dan Hasil Penelitian ...................................................................... 12
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................... 18
A. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 18
1. Tempat dan Waktu. ............................................................................. 18
2. Metode Penelitian................................................................................ 18
BAB 4 HASIL PENELITIAN .................................................................... 19
A. Analisis Data ............................................................................................ 19
B. Pembahasan .............................................................................................. 21
BAB 5 PENUTUP ........................................................................................ 25
A. Kesimpulan............................................................................................... 25
B. Saran ......................................................................................................... 25
Daftar Gambar ............................................................................................ 26
Daftar Tabel................................................................................................. 27
Daftar Pustaka............................................................................................. 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sekelompok orang yang nantinya akan diwariskan dari generasi ke generasi.
Sedangkan, budaya daerah adalah sebuah kebiasaan yang mengandung nilai-nilai
fundamental. Kebudayaan bisa berasal dari bahasa, pengetahuan, teknologi atau
peralatan, kesenian, mata pencaharian hidup, dan religi. Dari berbagai keragaman
budaya ini melahirkan sebuah bentuk keragaman yang melimpah di Indonesia.
Hari ini penulis melakukan penelitian tentang analisis kebudayaan asli
daerah setempat. Penulis dibimbing dan belajar dengan baik. Namun, banyak
diantara teman maupun masyarakat masih belum mengetahui apa saja kebudayaan
asli daerah masing-masing. Jadi hal ini harus diketahui masyarakat maupun teman
agar bisa mengetahui budaya setempatnya dan melestarikannya. Berdasarkan latar
belakang tersebut, penulis menulis karya ilmiah dengan judul “Analisis Budaya
Asli Mojokerto: Kesenian Bantengan”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah karya ilmiah sebagai
berikut.
1. Bagaimana tata cara kesenian bantengan di Mojokerto?
2. Bagaimana pesan moral dari kesenian bantengan?
3. Mengapa bantengan berhubungan erat dengan hal mistis?
4. Bagaimana cara melestarikan kesenian bantengan?
5. Bagaimana peran generasi muda dan pemerintah terhadap kesenian bantengan
di Mojokerto?
C. Tujuan Penulisan Laporan Karya Ilmiah
1. Untuk mengetahui tata cara kesenian bantengan di Mojokerto.
2. Untuk mengetahui pesan moral dari kesenian bantengan.
3. Untuk mengetahui hubungan erat bantengan dengan hal mistis.
4. Untuk mengetahui cara melestarikan kesenian bantengan.

1
5. Untuk mengetahui peran generasi muda dan pemerintah terhadap pelestarian
kesenian bantengan di Mojokerto.
D. Manfaat Penulisan Laporan Karya Ilmiah
1. Melatih untuk mengembangkan keterampilan dalam menulis dan membaca.
2. Siswa dapat belajar untuk menulis karya ilmiah.
3. Sebagai bahan referensi pembaca.
4. Memperluas dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
Menurut Koentjaraningrat kebudayaan daerah adalah satu konsep
dengan suku bangsa dan suatu kebudayaan tidak terlepas dari pola kegiatan
masyarakat. Keragaman di tiap daerah bergantung pada factor geografis.
Dikarenakan semakin luas suatu wilayah maka semakin banyak persamaan dan
perbedaan kebudayaan. Hal ini yang menjadikan setiap daerah memiliki
karakteristik dan kekhasan yang berbeda-beda.

Gambar 2. 1 Koetjaraningrat

Menurut Clifford Geertz kebudayaan daerah adalah kesatuan masyarakat


yang dibatasi oleh suatu desa atau lebih dan kesatuan masyarakat yang batasnya
ditentukan oleh identitas penduduk sendiri. Perbedaan-perbedaan inilah yang
menimbulkan berbagai kebudayaan daerah yang beranekaragam. Dari hal ini
terbentuklah pola ekonomi. Pola ekonomi dikelompokkan menjadi 5 macam
yaitu:
1. Kebudayaan Pemburu dan Peramu
Kelompok kebudayaan yang sudah punah dan hanya
dijumpai di daerah-daerah terpencil.
2. Kebudayaan Peternak
Kelompok kebudayaan yang berpindah-pindah dan banyak
dijumpai di padang rumput.
3. Kebudayaan Peladang

3
Kelompok kebudayaan yang hidup di hutan rimba.
Aktivitas yang biasanya dilakukan adalah dengan menebang
pohon, membakar ranting, menebang daun-daun dan ranting.
Setelah itu, mereka biasanya menanam berbagai macam
tanaman pangan. Tetapi, mereka akan meninggalkan ladang
tersebut jika sudah ditanami sebanyak 2 sampai 3 kali.
4. Kebudayaan Nelayan
Kelompok kebudayaan ini hidup di daerah pantai dan
umumnya terdapat di daerah muara sungai atau teluk. Kemajuan
teknologi di daerah ini berupa pembuatan kapal dan cara
pelayaran di laut.
5. Kebudayaan Petani Pedesaan
Kelompok kebudayaan ini yang terbesar di dunia karena
merupakan satu kesatuan ekonomi, social budaya, dan
administrative. Hal ini biasanya membangun kebersamaan dan
gotong royong antar sesama.

Gambar 2. 2 Clifford Geertz

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keanekaragaman suku bangsa


dan budaya masyarakat. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang
memiliki banyak perbedaan di dalam kepercayaan, agama, ras, dan lainnya. Faktor-
faktor yang menyebabkan keberagaman suku bangsa dan budaya adalah letak
geografis, kondisi negara kepulauan, perbedaan kondisi alam, keadaan transportasi
dan komunikasi, dan penerimaan masyarakat atas perubahan.

4
Gambar 2. 3 Keanekaragaman Budaya

Salah satu contoh dari kebudayaan daerah adalah Bantengan yang merupakan
seni pertunjukan budaya Jawa yang menghubungkan unsur sendratari, kanurangan,
music, dan mantra yang sangat kental dengan nuansa magis. Kesenian ini akan
menarik jika sudah memasuki tahap trans yaitu tahap pemain pemegang kepala
Bantengan menjadi kesurupan arwah leluhur Banteng (Dhanyangan). Bantengan
merupakan kesenian komunal yang melibatkan banyak orang di dalamnya. Bahan
dari kostum bantengan biasanya terbuat dari kain hitam dan topeng yang berbentuk
kepala banteng yang terbuat dari kayu serta tanduk asli banteng.

Gambar 2. 4 Kesenian Bantengan

Kesenian Bantengan berasal dari Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto,


Jawa Timur tepatnya di Desa Made yang dulunya berdekatan dengan Gunung
Welirang. Diceritakan bahwa di Kawasan hutan sekitarnya terdapat hewan liar
berupa banteng yang sudah punah. Perkembangan awal kesenian ini sudah sejak
jaman Kerajaan Majapahit. Hal ini terbukti dari adanya tarian yang menggunakan
banteng pada masa itu dan ada sebuah relief candi di Mojokerto yang
menggambarkan tarian ini.
Diceritakan juga, Mbah Siran adalah mandor hutan di masa Belanda yang juga
pendekar pencak silat yang energik dan kharismatik. Beliau menemukan bangkai
banteng di tepi hutan dan memiliki ide untuk membuat kesenian pencak silat yang

5
sudah mulai ditinggalkan. Pada saat itulah, Mbah Siran menggunakan topeng
tengkorak banteng asli dalam pertunjukan seninya. Hal ini membuat beliau
menamai kesenian tersebut sebagai Bantengan. Kesenian bantengan adalah bagian
pertunjukan dari pencak silat sehingga gerakan atraksi yang dipertunjukan dapat
menjadi lebih bervariasi.

Gambar 2. 5 Pencak Silat

Secara umum kesenian bantengan memiliki tujuan sebagai pertunjukan seni


yang menghibur dan sebagai tontonan kesenian daerah setempat. Namun, terdapat
tujuan lain yang dipentaskan dengan tujuan sacral, tolak balak, melestarikan seni
budaya tradisional, dan menghormati leluhur nenek moyang. Untuk lokasi
pendukung kesenian ini berada di daerah pegunungan Bromo Tengger Semeru,
Arjuno-Welirang, Penanggungan (Pacet), Kawi, dan Raung-Argopuro.
Pementasan diadakan pada saat-saat tertentu, seperti pada saat
memperingati Tahun Baru Islam, HUT Proklamasi Kemerdekaan RI, bersih desa /
selamatan desa, acara hajatan masyarakat, dan lainnya. Ada beberapa aturan yang
tidak boleh dilakukan yaitu dengan bersiul karena konon dengan bersiul, dapat
dianggap sebagai ejekan kepada arwah roh yang memasuki tubuh pemain.
Filosofi kesenian Bantengan menggambarkan bahwa hewan banteng
seringkali berkoloni dan berkelompok. Hal ini menunjukan bahwa perilaku
masyarakat pendukungnya hidup dalam nuansa keguyupan, gotong royong, dan
selalu menjunjung tinggi dalam hal persatuan. Terdapat rasa persatuan dalam
Bantengan yang terlihat dalam budaya “anjang sana anjang sini” yang memiliki
arti budaya balas budi antar kelompok.

6
Gambar 2. 6 Kelompok Banteng

Kesenian Bantengan memiliki fungsi internal dan eksternal. Fungsi Internal


adalah sebagai fungsi kesenian bantengan ada masyarakat tertentu yang memang
mengembangkan kesenian tersebut. Sedangkan, fungsi eksternalnya adalah fungsi
kesenian bantengan pada masyarakat awam yang pada umumnya sebagai bagian
dari kesenian daerah atau tontonan kebudayaan daerah setempat.
Tahapan dalam kesenian bantengan terdapat 3 tahapan. Tahapan pertama
adalah ritual nyuguh atau sandingan. Tahapan kedua yaitu pementasan yang
meliputi jarakan dan pementasan sampai kesurupan atau ndadi. Terakhir, nyuwuk
yang bertujuan sebagai memulangkan arwah leluhur ketempat asalnya. Dalam hal
ini ketiga tahapan tersebut harus melengkapi berbagai kelengkapan / persyaratan
sebuah pementasan. Kelengkapan yang digunakan dan ada dalam pertujunkan
bantengan adalah sebagai berikut:
1. Tanduk (banteng, kerbau, sapi, dll).
2. Kepala banteng yang terbuat dari kayu (waru, dadap, miri,
nangka, loh, kembang, dll).
3. Mahkota bantengan, berupa sulur wayangan dari bahan kulit
atau kertas.
4. Klontong (alat bunyi di leher).
5. Keranjang penjalin, sebagai badan (pada daerah tertentu hanya
menggunakan kain hitam sebagai badan penyambung kepala dan
kaki belakang).
6. Gongseng kaki.
7. Keluhan (tali kendali)

7
Gambar 2. 7 Perlengkapan Bantengan

Di setiap pertunjukan terdapat gebyak yang didukung beberapa


perangkat:
1. Dua orang pendekar pengendali kepala bantengan
(menggunakan tali tampar).
2. Pemain jidor, gamelan, pengerawit, dan sinden. Minimal 1 orang
pada setiap posisi berserta sinden lengkap dengan panjak.
3. Kelengkapan sesaji yang terdiri dari kelapa, pisang, ketan, nasi
kebuli, rokok, susur, bedak, telur ayam kampung, kembang
boreh, kaca, dan uang.
4. Sesepuh, orang yang dituakan dan mempunyai kelebihan dalam
hal memanggil leluhur banteng.
5. Dhanyangan, sebagai seseorang yang mengembalikan ke tempat
asal.
6. Pamong dan pendekar pemimpin yaitu sebagai memegang
kendali kelompok dengan membawa kendali pecut
(cemeti/cambuk).
7. Minimal ada 2 macanan dan satu monyetan sebagai peran
penganggu bantengan.

8
Gambar 2. 8 Gebyak

Perkembangan kesenian bantengan mayoritas berada di perdesaan atau


wilayah pinggiran kota di daerah lereng pegunungan se-Jawa Timur. Beberapa
lokasinya adalah Bromo-Tengger-Semeru, Arjuno-Welirang, Anjasmoro, Kawi,
dan Raung-Argopuro. Permainan kesenian bantengan dimainkan oleh 2 orang laki-
laki, bagian depan sebagai kepala dan bagian belakang sebagai ekor. Pemain di
bagian depan biasanya akan kesurupan dan pemain bagian belakang nantinya akan
mengikuti setiap gerakannya. Biasanya bantengan dibantu agar kesurupan oleh
seseorang yang memakai pakaian serba merah (abangan) dan kaos hitam (irengan).
Bantengan selalu diiringi sekelompok orang yang memainkan music khas
bantengan. Selain dalam hal music, bantengan juga diiringi oleh macanan. Kostum
macanan biasanya diberi pewarna (kuning belang oranye). Macanan biasanya
membantu bantengan kesurupan dan menahannya bila kesurupannya terlalu ganas.

Gambar 2. 9 Macanan Mengawal Bantengan

Kesenian bantengan memuat unsur magis yaitu dengan adanya penambahan


Ilmu Kanuragan. Terdapat mantra yang berupa perpaduan antara mantra Islam dan
Jawa yang berbunyi, “Lailaanta subhanakka inikuntum minat dzolimin danyang lor
kidul etan kulon ketemu kalap ta repno tengae latar sun mata ajiku ajine wong sak

9
jagat tak ajine nang awak insun kulo.” Arti dari mantra ini adalah “Ya Allah, tidak
ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau, Sungguh aku ini termasuk orang-
orang yang zalim arwah dari arah barat, timur, selatan, dan utara bertemu. Saya
kumpulkan di tengah lapangan di depan mata saya. Jimat saya dan jimat orang
terdahulu saya pakai jimatnya untuk badan saya.” Mantra ini tidak bisa dibaca oleh
semua orang dan tidak semua orang memiliki Ilmu Kanuragan. Hal ini membuat
para masyarakat tertarik dan menikmati pertunjukan. Dengan adanya Ilmu
Kanuragan dapat menampilkan atraksi-atraksi yang berbahaya dan aneh tetapi tetap
memiliki keunikan.
Di dalam atraksinya, kepala banteng akan diletakkan di depan dan diberi tali
yang seakan-akan terlihat diikat. Selanjutnya, tali akan ditarik oleh dua orang
dengan posisi satu orang di samping kiri dan satu orang lainnya disamping kanan.
Selain itu, terdapat atraksi dimana memakan binatang hidup, seperti ular, ayam, dan
kelinci dan berbagai atraksi berbahaya seperti memakan benda-benda aneh dengan
benda berbahan dasar kaca. Namun, atraksi ini hanya dilakukan oleh orang-orang
yang mempunyai Ilmu Kanuragan.

Gambar 2. 10 Atraksi Bantengan

Bantengan merupakan hasil warisan dari leluhur Kota Mojokerto dijasikan


tuntunan bagi masyarakat yang tidak lepas dari nilai-nilai moral dan pedoman
masyarakat dalam berkehidupan. Nilai-nilai yang terkandung antara lain:
1. Nilai Kebersamaan atau Gotong Royong.
Hal ini terlihat dari para pemain bantengan yang saling
bekerjasama dan gotong royong dalam mengadakan arak-arakan
bantengan keliling desa.
2. Nilai Keindahan

10
Hal ini terlihat dari penggunaan perlengkapan khas Jawa
mulai dari gamelan, busana, topeng, dan lainnya. Selain itu, nilai
keindahan pada bantengan terdapat pada music gamelan yang
khas.
3. Nilai Kebenaran
Hal ini tampak pada perlawanan banteng dengan macan yang
dapat mengalahkan para pemain macanan yang merupakan
perwujudan bangsa colonial yang menjajah para kaum pribumi.
Hal ini memiliki arti bahwa kebenaran dan kebaikan pasti akan
mengalahkan kejahatan.
4. Nilai Kebaikan
Bantengan dibuat untuk mendidik kaum pribumi untuk
menjadi pejuang dan mengalahkan para penjajah yang datang.
Hal ini berhubungan dengan pemain bantengan yang berusaha
untuk mengalahkan pemain macanan yang merupakan symbol
dari penjajah.
5. Nilai Religius
Dalam hal ini, setiap latihan dan pagelaran selalu memohon
pertolongan dari sang Pencipta dan selalu berdoa sebelum
memulai maupun sudah selesai.
6. Nilai Tanggung Jawab
Hal ini berhubungan dengan sifat seorang pendekar
bantengan sebagai pengendali bantengan yang bertanggung
jawab atas bantengnya dan berusaha mengendalikan gerakan
bantengan agar tetap terkontrol.
7. Nilai Kepercayaan
Hal ini tampak pada pemain bantengan yang mempecayai
akan hal-hal ghoib. Dalam hal ini para pemain mempecayai
bahwa Allah SWT menciptakan semuanya termasuk setan dan
jin.
8. Nilai Keburukan atau Kejahatan

11
Hal ini tampak pada pemeran macan yang dianalogikan
sebagai penjajah dan pemeran kera sebagai penghasut antara
macan dan banteng. Hal ini menyampaikan bahwa tindakan
macan dan kera merupakan perbuatan yang jahat.

Gambar 2. 11 Macanan, Monyetan, dan Bantengan

B. Kajian dan Hasil Penelitian


Penelitian ini didasari dari sebuah penelitian terdahulu baik dari jenis penelitian
maupun teori yang digunakan dan teknik metode penelitian yang digunakan.
Berikut adalah penjelasan dari kajian terdahulu:
No. Judul Penulis / Tujuan Hasil Kajian Kesimpulan
Peneliti Penelitian terdahulu
1. Komunik Asma’ul 1. Untuk Bantengan 1. Makna tradisi
asi Ritual Fauziyah menjelas sebagai sebuah Bantengan
Tradisi (B06213012 kan budaya yang bagi
Bantenga ) bagaima terlah dilakukan masyarakat
n na secara turun- dan perilaku
Masyarak Universitas proses temurun yang Bantengan
at Desa Islam komunik memiliki adalah tradisi
Jatirejo Negeri asi ritual kemampuan dan yang
Mojokert Sunan pada mempererat tali mengandungs
o Ampel tradisi keakraban di ebuah nilai
(Skripsi) Surabaya dalam kelompok penting bagi

12
Banteng Bantengan itu kehidupan
Fakultas an. sendiri dan bermasyaraka
Dakwah dan 2. Untuk diantara para t. Nilai
Komunikasi menjelas warga yang tersebut
kan menikmati tradisi adalah
Jurusan makna Bantengan. tentang
Komunikasi tradisi Tradisi bantengan menjaga
Banteng diakdakan selain persatuan dan
Program an bagi untuk kesatuan
Studi Ilmu masyara memperingati dalam
Komunikasi kat Desa hari-hari besar masyarakat,
2017 Jatirejo juga untuk karena
Mojoker memperingati dengan
to. acara khusus bersatu kita
misalnya untuk dapat
acara ruwat desa melawan
(syukuran / kebatilan.
selamatan). Acara
yang lebih besar
lagi adalah
festival tahunan
dan kirab budaya.
Tradisi Bantengan
merupakan
gambaran
kehidupan hewan
banteng yang
komunal atau
berkelompok
yang ditunjukkan
oleh pemain

13
dalam setiap
pertunjukannya.

Terdapat
perbedaan tradisi
bantengan jaman
dahulu dan jaman
sekarang. Jaman
dahulu hanya
terpaku pada
tokoh banteng dan
macan.
Sedangkan
bantengan jaman
sekarang sudah
muncul tokoh-
tokoh buron, alias
monyet, ular,
burung, dan naga
sebagai tambahan
variasi tokoh di
dalam
pertunjukan.
Selain itu, konten
yang semakin
bervariasi dengan
adanya selingan
humor dagelan
dan pertunjukkan
debus. Atribut
kostum, penataan
pertunjukkan,

14
lagu, hingga cerita
juga lebih
bervariasi.
Dalam hal
pelestarian
budaya ditemukan
beberapa
hambatan
mengenai citra
kesurupan.
Dengan adanya
citra kesurupan
yang menempel
banyak generasi
muda yang
menentang karena
mereka
beranggapan hal
yang irasional
seperti kesurupan
dimasukkan ke
dalam dunia
rasional seperti
Pendidikan.
Padahal, yang
akan diajarkan
adalah mengenai
unsur tari, music,
dan bela diri.
2. Makna Maulida 1. Mendeskri Melalui kesenian 1. Kesenian
Simbolis Fitrotin psikan bantengan, Bantengan
Kesenian Khasanah bentuk masyarakat dapat adalah sebuah

15
Bantenga (NIM kesenian mengekspresikan representasi
n 15134194) Bantengan harapannya dari hewan-
Himpuna Himpunan melalui berbagai hewan alas
n Putra Fakultas Putra Jaya bentuk visual dan seperti hewan
Jaya di Seni di symbol. Simbol banteng dan
Kecamat Pertunjukan Kecamata dalam kesenian macan yang
an Institut Seni n Trawas Bantengan dikemas
Trawas Indonesia Kabupaten Himpunan Putra dalam bentuk
Kabupate Surakarta Mojokerto Jaya dapat disebut seni
n 2019 . sebagai symbol pertunjukan
Mojokert 2. Menjelask kelas rakyat rakyat, yang
o an makna karena kesenian didukung
simbolisis tersebut dengan music
kesenian bertumbuh dan dan doa
Bantengan berkembang di sebagai ritual
Himpunan tengah masyarakat.
Putra Jaya masyarakat 2. Alat music
di pegunungan. yang
Kecamata Cakepan pada digunakan
n Trawas seni Bantengan berupa saron,
Kabupaten Himpunan Putra kontengan,
Mojokerto Jaya adalah dan gong,
. menceritakan kendang, dan
banteng yang ada jidor.
di arena 3. Bantengan
pertunjukan Himpunan
digunakan Putra Jaya
sebagai nasihat memberikan
dan media menfaat
penyampaian sebagai
pesan-pesan hiburan,
kepada keakraban,

16
masyarakat. kerukunan,
Perkumpulan serta
masyarakat dapat pengalaman
menjadi ajang estetik bagi
silahturami oleh masyarakatny
semua orang yang a.
datang. Busana 4. Kesenian
atau pakaian bantengan
menggambarkan dimaknai
kepribadian atau sebagai 2
moral unsur yang
pemakainya. selalu ada di
Kostum dalam
bantengan kehidupan
bewarna hitam yaitu kebaikan
pekat yang dan kejahatan.
dimaknai sebagai
symbol kekuatan
dan ketegasan dan
berbagai gerakan-
gerakan simbolis
di dalamnya.

17
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pelaksanaan Penelitian
1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di rumah penulis. Waktu penelitian dimulai pada
tanggal 17 Februari 2022 sampai tanggal 26 Februari 2022, dengan rincian
sebagai berikut:
Tabel 3. 1 Waktu dan Kegiatan
No. Nama Kegiatan Waktu
1. Menentukan ide penelitian 17 Februari 2022
2. Penelitian 20 Februari 2022
3. Penulisan Laporan 23 Februari 2022 – 26
Februari 2022

2. Metode Penelitian
Tujuan penelitian dalam laporan karya tulis ini adalah untuk mengetahui
kesenian Bantengan di Mojokerto, sehingga metode penelitian yang tepat
digunakan oleh penulis adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
adalah metode penelitian yang bertujuan menggambarkan fakta dengan apa
adanya tanpa ada perlakuan apa pun. Data yang dimaksud dapat berupa fakta yang
berupa kuantitatif atau kualitatif.
Menurut Arikunto, penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah
disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.
Sedangkan menurut Narbuko, penelitian deskriptif adalah penelitian yang
berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan
data-data, dengan menyajikan, menganalisis, dan menginterpretasikannya.

18
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Analisis Data
Penelitian dan pengamatan dilakukan secara online melalui reka ulang live
youtube dikarenakan pandemic Covid-19 yang sedang melanda. Dengan melalui
pengamatan kesenian bantengan didapatkan beberapa informasi dan analisis
mengenai kesenian bantengan yang diadakan di Desa Kemiri, Kecamatan Pacet,
Kabupaten Mojokerto pada 13 Februari 2022 dan 14 Februari 2022.
Di awal video pertama diperlihatkan bahwa terdapat seorang laki-laki yang
membawa pecut (pamong atau pendekar). Setelahnya keluar beberapa ekor
macanan yang memakai baju oranye-loreng hitam dan memakai topeng macan.
Beberapa dari macanan tidak memakai baju oranye-loreng hitam. Terdapat suara
gamelan yang berkemungkinan pemain jidor, gamelan, dan pengerawit yang
mengiringi kesenian bantengan. Terdapat juga seorang laki-laki memakai baju
hitam (irengan) dan laki-laki baju merah putih (abangan) yang membantu peranan
tokoh macanan agar kesurupan. Dilanjutkan dengan keluarnya seorang pemain
kepala. Lalu, diikuti dengan bantengan yang sudah lengkap dengan pemain depan
yang sudah kesurupan / ndadi dan pemain bagian belakang. Ketika bantengan
keluar, seseorang ada yang memegangi tali dan menggiring bantengan keluar.
Setelah itu bantengan kedua digiring keluar. Di dalam video dapat dilihat bahwa
kostum dari bantengan adalah kepala yang menyerupai banteng dan kain hitam.
Setelah semua pemain keluar, mereka mulai berkumpul di suatu bakaran arang dan
menghirup. Setelah berlangsung sekitar 8 menit, para pemain yang ndadi mulai
memakan beberapa sesajen seperti pisang, beras, kembang, kelapa, dan lainnya
dengan asap-asap. Di dalam video kedua yang kemungkinan adalah lanjutan dari
video pertama, diperlihatkan sebuah bantengan sudah muncul dan sudah ndadi dan
menunjukkan berbagai tarian. Masyarakat disana mulai dari anak kecil, remaja,
hingga dewasa sangat antusias dan tertarik untuk melihat kesenian tradisional
bantengan.
Data analisis yang di dapatkan dari wawancara singkat dengan teman adalah
melalui pesan adalah sebagai berikut:

19
No. Nama Keterangan Deskripsi
Pernah Tidak
Pernah
1. Jason ✓ Karena tidak ada yang
menggelar kesenian
bantengan di lingkungan
sekitar.
2. Imelda ✓ Karena takut kena seruduk.
3. Cindy ✓ Tidak tau dengan kesenian
bantengan. Karena tidak
pernah ada kegiatan seni
bantengan di
lingkungannya.
4. Ivana ✓ Acara kesenian bantengan
dilaksanakan di Terminal
Bagusan sekitar tahun
2010. Pemain bantengan
ada 2 dimana dibagian
depan dan belakang.
Kostum yang digunakan
bantengan kain bewarna
hitam dan terdapat topeng
kepala banteng. Terdapat
juga seseorang yang
memegang pecut
(pendekar). Sebelum
kesenian bantengan
dimulai, terdapat ritual
terlebih dahulu. Tidak ada
macanan dan monyetan dan
tidak terdapat irengan dan
abangan. Berdasarkan

20
pengalamannya Ivana
pernah hamper diseruduk.
5. Chandra ✓ Karena bisa lihat di
youtube.
6. Victor ✓ Buang-buang waktu.

B. Pembahasan
Berdasarkan video yang telah dilihat, bantengan merupakan sebuah kesenian
khas Mojokerto yang cukup diminati masyarakat perdesaan dari anak kecil, remaja,
maupun orang dewasa yang memiliki unsur magis dan pencak silat di dalamnya.
Sehingga, kesenian bantengan tersebut menarik dan bisa ramai ditonton. Kesenian
bantengan yang diadakan pada 13 Februari 2022 dan 14 Februari 2022 diawali
dengan alunan suara gamelan khas Jawa dan seorang laki-laki yang membawa pecut
(pamong atau pendekar). Pamong dan pendekar bertugas sebagai memegang
kendali kelompok dengan membawa kendali pecut (cemeti / cambuk). Dilanjutkan
dengan keluarnya macanan-macanan yang berkostum oranye-loreng hitam dan
kaos biasa. Macanan ini berguna sebagai peran penganggu bantengan dan
dilanjutkan dengan keluarnya bantengan. Sebelum memulai kesenian bantengan,
mereka melakukan ritual dengan asap-asap dan sesajen. Hal ini berguna untuk
menghormati para roh leluhur. Lalu, di dalam video kedua diperlihatkan seorang
banteng sudah ndadi dan mulai melakukan gerakan seperti menari.
Sedangkan, di dalam analisis wawancara singkat dengan teman. Di
dapatkan data bahwa Jason, Imelda, Cindy, Chandra, dan Victor tidak pernah
melihat bantengan dengan alasan yang bervariasi. Jason beralasan bahwa tidak ada
yang menggelar kesenian bantengan di lingkungan sekitar. Imelda beralasan bahwa
takut kena seruduk bantengan. Cindy beralasan bahwa tidak tahu tentang kesenian
bantengan dan belum pernah ada kegiatan seni bantengan di lingkungannya.
Chandra beralasan bahwa seni bantengan bisa ditonton di youtube. Victor beralasan
bahwa dengan melihat kesenian bantengan itu membuang waktu.
Sedangkan, yang pernah menonton kesenian bantengan adalah Ivana. Dia
menjelaskan bahwa acara kesenian bantengan dilaksanakan di Terminal Bagusan
sekitar tahun 2010. Pemain bantengan ada 2 dimana dibagian depan dan belakang.

21
Kostum yang digunakan bantengan adalah kain bewarna hitam dan terdapat topeng
kepala banteng. Terdapat juga seseorang yang memegang pecut (pendekar).
Sebelum kesenian bantengan dimulai, terdapat ritual terlebih dahulu. Tidak ada
macanan dan monyetan dan tidak terdapat irengan dan abangan. Berdasarkan
pengalamannya Ivana pernah hampir diseruduk.

Gambar 4. 1 Alat Musik Kesenian Bantengan Gambar 4. 2 Macanan dan Pendekar

Gambar 4. 3 Bantengan Gambar 4. 4 Macanan

Gambar 4. 5 Bakaran Arang Gambar 4. 6 Alat Musik Bantengan

Gambar 4. 7 Sesajen 1 Gambar 4. 8 Sesajen 2

22
Gambar 4. 9 Batengan Ndadi Gambar 4. 10 Kondisi Masyarakat yang Menonton

Dari hasil tersebut terdapat perbedaan yang cukup signifikan dimana terjadi
perbedaan pada masyarakat perdesaan dan perkotaan. Masyarakat perdesan jauh
lebih minat dalam hal kesenian tradisional di tempatnya. Sedangkan, masyarakat
perkotaan lebih tidak tahu menahu tentang kebudayaan daerah setempatnya. Dalam
hal ini factor yang memungkinkan perbedaan ini adalah kehidupan keagamaan,
kemandirian, pola pikir, dan perubahan social. Pola pikir orang-orang perkotaan
umumnya jauh lebih rasional (tidak percaya dengan takhayul). Sedangkan, orang
perdesaan masih kental dengan takhayul. Sehingga hal ini bisa menjadi sebuah
hambatan untuk melestarikan kesenian bantengan.

Di era sekarang, memang sangat susah untuk mengajak generasi muda


untuk ikut dalam melestarikan budaya daerah maupun budaya yang ada di
Indonesia. Namun, ada beberapa solusi untuk melestarikan kesenian bantengan
yaitu dengan mempelajari kebudayaan tersebut, berpartisipasi dalam kegiatan
pelestarian budaya, dan mecintai kebudayaan sendiri tanpa merendahkan budaya
orang lain. Sebagai generasi muda harus menjadi peran untuk melestarikan
keragaman budaya yang ada di Indonesia agar tidak punah dan luntur. Hal ini bisa
menjadi nilai tentang seberapa rasa cinta dan nasionalisme terhadap suatu bangsa.

Dalam hal ini pemerintah juga berupaya untuk melestarikan kesenian


bantengan dengan cara:

1. Mempublikasikan kesenian bantengan kepada ke rancah


internasional.
2. Memberikan perhatian yang penuh terhadap kesenian bantengan
agar tidak punah.

23
3. Menjaga kesenian bantengan dengan menciptakan stabilitas
negara yang aman.
4. Mengadakan festival budaya.

Gambar 4. 11 Festival Bantengan Kab. Mojokerto 1 Gambar 4. 12 Festival Bantengan Kab. Mojokerto 2

24
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan seluruh hasil analisis yang telah dilakukan pada analisis budaya
asli Mojokerto: Kesenian Bantengan di rumah penulis dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Banyak generasi muda yang masih belum mengenal tentang kesenian
daerah Mojokerto, bantengan.
2. Perbedaan pola pikir masyarakat kota dan perdesaan. Masyarakat perkotaan
jauh lebih rasional dan tidak percaya dengan takhayul. Sedangkan,
masyarakat perdesaan masih percaya dengan takhayul.
3. Generasi muda, masyarakat, pemerintah harus ikut dalam pelestarian
budaya daerah agar tidak punah.
4. Bantengan adalah kesenian khas Mojokerto yang memiliki unsur magis dan
pencak silat di dalamnya.

B. Saran
Penulis menyarankan, sebagai generasi muda kita harus turut serta di dalam
pelestarian budaya agar tidak luntur dan punah. Beberapa solusinya adalah
dengan cara mencari tahu keragaman budaya yang ada di Indonesia atau bisa
juga dengan mengikuti kegiatan tentang ilmu kebudayaan dan sanggar
kebudayaan. Hal ini juga melatih seberapa tahu kita tentang Indonesia sebagai
warga negara Indonesia.

25
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Koetjaraningrat .............................................................................. 3
Gambar 2. 2 Clifford Geertz ................................................................................ 4
Gambar 2. 3 Keanekaragaman Budaya .............................................................. 5
Gambar 2. 4 Kesenian Bantengan ....................................................................... 5
Gambar 2. 5 Pencak Silat ..................................................................................... 6
Gambar 2. 6 Kelompok Banteng ......................................................................... 7
Gambar 2. 7 Perlengkapan Bantengan ............................................................... 8
Gambar 2. 8 Gebyak ............................................................................................. 9
Gambar 2. 9 Macanan Mengawal Bantengan .................................................... 9
Gambar 2. 10 Atraksi Bantengan ...................................................................... 10
Gambar 2. 11 Macanan, Monyetan, dan Bantengan ....................................... 12
Gambar 4. 1 Alat Musik Kesenian Bantengan ................................................. 22
Gambar 4. 2 Macanan dan Pendekar ............................................................... 22
Gambar 4. 3 Bantengan ...................................................................................... 22
Gambar 4. 4 Macanan ........................................................................................ 22
Gambar 4. 5 Bakaran Arang.............................................................................. 22
Gambar 4. 6 Alat Musik Bantengan.................................................................. 22
Gambar 4. 7 Sesajen 1 ........................................................................................ 22
Gambar 4. 8 Sesajen 2 ........................................................................................ 22
Gambar 4. 9 Batengan Ndadi ............................................................................. 23
Gambar 4. 10 Kondisi Masyarakat yang Menonton........................................ 23
Gambar 4. 11 Festival Bantengan Kab. Mojokerto 1 ...................................... 24
Gambar 4. 12 Festival Bantengan Kab. Mojokerto 2 ...................................... 24

26
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Waktu dan Kegiatan ............................................................................. 16

27
Daftar Pustaka

Admin. 2021. Mengintip Bantengan: Seni Budaya dengan Atraksi Berbahaya.


(https://arekikom.com/mengintip-bantengan-seni-budaya-dengan-
atraksi-berbahaya/), diakses pada 23 Februari 2022.
Alexandro. 2013. Pengertian Budaya Daerah Menurut Para Ahli.
(http://catatanalexandro.blogspot.com/2013/08/pengertian-budaya-
daerah-menurut-para.html), diakses pada 23 Februari 2022.
Channel, Jack Setigi. 2022. Keluarnya Bantengan Raksasa [ Taruna Sejati feat
Singo Mendem ] Live Kemiri, Pacet Mojokerto.
(https://youtu.be/wVwzXd1LF6M), diakses pada 23 Februari 2022.
Ditwdb. 2019. Bantengan Jawa Timur, Sebuah Seni Pertunjukan Unsur Sendratari.
(https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/bantengan-jawa-timur-
sebuah-seni-pertunjukan-unsur-sendratari/), diakses pada 23 Februari
2022.
Erine, Lucia. 2017. Perbedaan Pola Fikir Masyarakat Kota dan Desa.
(https://www.kompasiana.com/luciaerine/perbedaan-pola-fikir-
masyarakat-kota-dan-desa_590008b6f37a615118802008), diakses
pada 26 Februari 2022.
Fauziyah, Asma'ul. 2017. Komunikasi Ritual Tradisi Bantengan Masyarakat Desa
Jatirejo Mojokerto. (http://digilib.uinsby.ac.id/19058/), diakses pada
23 Februari 2022.
Heryansyah, Tedy Rizkha. 2018. Perbedaan Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
dalam Kelompok Sosial.
(https://www.ruangguru.com/blog/perbedaan-masyarakat-pedesaan-
dan-perkotaan-dalam-kelompok-sosial), diakses 23 Februari 2022.
Indah, Non's Neny. -. Seni Tradisional Bantengan.
(http://nenyindahsetyawati16.blogspot.com/2016/10/seni-tradisional-
bantengan.html), diakses pada 23 Februari 2022.
Kesbangpol. 2020. Generasi Muda Harus Mampu Melestarikan dan
Mengembangkan Budaya Indonesia.
(https://home.banjarkab.go.id/generasi-muda-harus-mampu-

28
melestarikan-dan-mengembangkan-budaya-indonesia/), diakses 26
Februari 2022.
Official, Kumala Channel. 2022. Kewan Alas Ngamuk Kesenian Bantengan Taruno
Sejati Live Kemiri Pacet 13 Februari 2022.
(https://youtu.be/H4hJfSmX-4k), diakses pada 23 Februari 2022.
Thabroni, Gamal. 2021. Metode Penelitian Deskriptif: Pengertian, Langkah &
Macam. (https://serupa.id/metode-penelitian-deskriptif/), diakses pada
23 Februari 2022.
Wulandari, Trisna. 2021. 5 Faktor Penyebab Keberagaman Suku Bangsa dan
Budaya Indonesia. (https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-
5830145/5-faktor-penyebab-keberagaman-suku-bangsa-dan-budaya-
indonesia), diakses pada 23 Februari 2022.
Yuda, Alfi. 2021. Pengertian Budaya, Ciri, Fungsi, Unsur, dan Contohnya yang
ada di Indonesia.
(https://www.bola.com/ragam/read/4529769/pengertian-budaya-ciri-
fungsi-unsur-dan-contohnya-yang-ada-di-
indonesia#:~:text=Budaya%20merupakan%20cara%20hidup%20yan
g,%2C%20pakaian%2C%20serta%20karya%20seni), diakses pada 21
Februari 2022.
Bantengan. 2021. Di Wikipedia.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Bantengan?wprov=sfla1), diakses pada
23 Februari 2022.
Bantengan Pacet Salah Satu Kekayaan Seni Budaya. 2017. Di Wisata Outbound
Pacet. (https://www.wisataoutboundpacet.com/2017/03/bantengan-
pacet-salah-satu-kekayaan.html?m=1), diakses pada 26 Februari
2022.

29

Anda mungkin juga menyukai