Anda di halaman 1dari 32

HORTIKULTURA

Budidaya Tanaman Lidah Buaya

Oleh Kelompok 6 :
Tania Salaila 18 502 056
Andini Dwiyanti 18 502 043
Rifana Liwutang 18 502 004

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lidah Buaya atau Aloe vera berasal dari bahasa Latin Aloe barbadensis Milleer
adalah sejenis tumbuhan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun silam dan digunakan
sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk perawatan kulit. Tumbuhan
ini sering kita lihat di pekarangan rumah dan dapat ditemukan dengan mudah di
kawasan kering di Afrika.Tanaman lidah buaya ini pemeliharaan nya relatife mudah
dan produksinya lebih tahan lama (Tidak mudah busuk). Tumbuhan ini juga
memiliki kegunaan dan manfaat yang sangat luas misalnya untuk pengobatan sampai
kosmetik/kecantikan.Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
pemanfaatan tanaman lidah buaya berkembang sebagai bahan baku industri farmasi
dan kosmetika, serta sebagai bahan makanan dan minuman kesehatan. Secara umum,
lidah buaya merupakan satu dari 10 jenis tanaman terlaris di dunia yang mempunyai
potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku industry .
Praktikum teknologi produksi tanaman (TPT) ini dilakukan karena melihat
pembudidayaan tanaman lidah buaya yang cukup mudah dan memiliki harga
ekonomis tinggi seperti yang dijelaskan pada paragraf diatas, sehingga peluang
bisnisnya cukup menjanjikan. Selain itu, lidah buaya juga digemari oleh pasar dalam
negeri maupun luar negeri sehingga pemasaran dari hasil tanaman lidah buaya
sangatlah baik dan menjanjikan. Selain itu praktikum ini dilakukan untuk
memberikan pengetahuan dan bekal kepada mahasiswa agar kelak ketika sudah lulus
sarjana bisa mengembangkan budidaya tanaman terutama tanaman lidah buaya.

1.2 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui teknologi produksi tanaman lidah buaya dari segi budidaya
pertanian
b. Untuk mengetahui syarat tumbuh dari tanaman lidah buaya
c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas tanaman lidah
buaya
d. Untuk mengetahui pertumbuhan lidah buaya terhadap perlakuan yang berbeda.

1.3 Manfaat Penulisan

2
a. Agar dapat mengetahui perbandingan antara panjang, tinggi dan jumlah daun pada
komoditas lidah buaya dalam 2 perlakuan ( lidah buaya dengan menggunakan
bahan organic dan perlakuan tidak menggunakan bahan organik).
b. Agar dapat mengetahui teknik budidaya lidah buaya dari mulai syarat tumbuh,
pemeliharaan sampai panen
c. Agar dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas lidah
buaya (factor biotic, abiotik dan factor produksi)

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi


a. Klasifikasi Lidah Buaya
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ordo : Asparagales
Famili : Asphodelaceae 
Genus : Aloe
Spesies : Aloe vera 

b. Morfologi Tanaman Lidah Buaya


Lidah buaya termasuk suku Liliaceae. Liliaceae diperkirakan meliputi 4000
jenis tumbuhan, terbagi dalam 240 marga, dan dikelompokan lagi menjadi lebih
kurang 12 anak suku. Daerah distribusinya meliputi keseluruh dunia. Lidah buaya
sendiri mempunyai lebih dari 350 jenis tanaman.
Tanaman lidah buaya dapat tumbuh di daerah kering, seperti Afrika, Amerika
dan Asia. Hal ini di karenakan lidah buaya dapat menutup stomatamya sampai
rapat pada musim kemarau untuk melindungi kehilangan air dari daunya. Lidah
buaya juga dapat tumbuh di daerah yang beriklim dingin. Karena tanaman lidah
buaya juga termasuk tanaman yang efesien dalam penggunaan air, karena dari
segi fisiologis tumbuhan tanaman ini termasuk jenis tanaman CAM (crassulance
acid metabolism) dengan sifat tahan kekeringan. Dalam kondisi gelap, terutama
malam hari,stomata atau mulut daun membuka, sehingga uap air dapat masuk.
Disebabkan pada malam hari udaranaya dingin, uap air tersebut berbentuk embun.
Stomata yang membuka pada malam hari memeberikan keuntungan, yakni tidak
akan terjadi penguapan air dari tubuh tanaman, sehingga air yang berada di dalam
tubuh daunnya dapat dipertahankan. Karenanya dia mampu bertahan hidup dalam
kondisi bagaimanapun keringnya.
Kelemahan lidah buaya adalah jika ditanam di daerah basah dengan curah
hujan tinggi, mudah terserang cendawan; terutama fusarium sp. Yang menyerang
pangkal batangnya, sementara itu dari segi budidayanya tanaman lidah buaya

4
relatif mudah dan relatif tidak memerlukan investasi yang cukup besar. Hal ini di
sebabkan tanaman ini merupakan tanaman tahan yang dapat dipanen berulang-
ulang dengan masa produksi 7- 8 tahun.
Tanaman lidah buaya termasuk semak rendah, tergolong tanaman yang bersifat
sukulen dan menyukai hidup di tempat kering. Batang tanaman pendek,
mempunyai daun yang bersap-sap melingkar (roset). Panjang daun 40-90cm, lebar
6-13cm, dengan ketebalan lebih kurang 2,5cm dipangkal daun, serta bunga
berbentuk lonceng.
a. Batang
Batang tanaman lidah buaya berserat atau berkayu. Pada umumnya sanagt pendek dan
hampir tidak terlihat karena tertutup oleh daun yang rapat dan sebagian terbenam
dalam tanah. Namun, ada juga beberapa species yang berbentuk pohon dengan
ketinggian 3-5m. Species ini dapat dijumpai di gurun Afrika Utara dan Amerika.
Melalui batang ini akan tumbuh tunas yang akan menjadi anakan.

b. Daun
Seperti halnya tanaman berkeping satu lainya, daun lidah buaya berbentuk tombak
dengan helaian memanjang. Daunnya berdaging tebal tidak bertulang, berwarna hijau
keabu-abuan dan mempunyai lapisan lilin dipermukaan; serta bersifat sukulen, yakni
mengandung air, getah, atau lendir yang mendominasi daun. Bagian atas daun rata dan
bagian bawahnya membulat (cembung). Di daun lidah buaya muda dan anak (sucker)
terdapat bercak berwarna hijau pucat sampai putih. Bercak ini akan hilang saat lidah
buaya dewasa. Namuntidak demikian halnya dengan tanaman lidah buaya jenis kecil
atau lokal. Hal ini kemungkinan disebabkan faktor genetiknya. Sepanjang tepi daun
berjajar gerigi atau duri yang tumpul dan tidak berwarna.
c. Bunga
Bunga lidah buaya berbentuk terompet atau tabung kecil sepanjang 2-3cm,
berwarna kuning sampai orange, tersusun sedikit berjungkai melingkari ujung tangkai
yang menjulang keatas sepanjang sekitar 50-100cm.
d. Akar
Lidah buaya mempunyai sistem perakaran yang sangat pendek dengan akar serabut
yang panjangnya bisa mencapai 30-40cm. getah, atau lendir yang mendominasi daun.
Bagian atas daun rata dan bagian bawahnya membulat (cembung). Di daun lidah buaya
muda dan anak (sucker) terdapat bercak berwarna hijau pucat sampai putih. Bercak ini
akan hilang saat lidah buaya dewasa. Namuntidak demikian halnya dengan tanaman
lidah buaya jenis kecil atau lokal. Hal ini kemungkinan disebabkan faktor genetiknya.
Sepanjang tepi daun berjajar gerigi atau duri yang tumpul dan tidak berwarna.

5
c. Bunga
Bunga lidah buaya berbentuk terompet atau tabung kecil sepanjang 2-3cm,
berwarna kuning sampai orange, tersusun sedikit berjungkai melingkari ujung tangkai
yang menjulang keatas sepanjang sekitar 50-100cm.
d. Akar
Lidah buaya mempunyai sistem perakaran yang sangat pendek dengan akar serabut
yang panjangnya bisa mencapai 30-40cm.
2.2. SYARAT TUMBUH
A. Iklim
         Tanaman lidah buaya tahan terdapat segala unsur iklim, yaitu suhu, curah hujan,
dan sinar matahari. Tanaman ini juga tahan kekeringan, dapat menyimpan air pada
daunnya yang tebal, mulut daunnya tertutup rapat sehingga dapat mengurangi
penguapan pada musim kering. Meskipun tanaman  menghendaki ditanam di tempat
terbuka, tetapi di dalam ruangan yang sinar mataharinya kurang pun dapat tumbuh
dengan baik. Oleh karena itu, tanaman ini terdapat di mana-mana, mulai dari Eropa,
Amerika, Afrika, dan Asia. Di daerah yang bersuhu antara 28°C-
32°C, tanaman ini dapat tumbuh dengan baik.
Lidah buaya termasuk tanaman yang efisien dalam penggunaan air dan dapat
tumbuh di daerah basah maupun kering. Kelemahan lidah buaya apabila ditanam di
daerah basah dengan curah hujan tinggi adalah banyaknya serangan cendawa,
terutama Fusarium  sp. yang menyerang pangkal daun.
B. Ketinggian Tempat
         Lidah buaya dapat tumbuh mulai dari daerah dataran rendah sampai daerah
pegunungan. Daya adaptasinya tinggi sehingga tempat tumbuhnya menyebar di seluruh
dunia, mulai daerah tropika sampai daerah subtropika. Di dataran tinggi tanaman ini
dapat menghasilkan bunga.
Sementara itu, di Amerika dan Australia tanaman ini sudah diusahakan secara
besar-besaran pada lahan kering.
C. Tanah
          Tanah yang dikehendaki lidah buaya adalah tanah subur, kaya bahan
organik, dan gembur.Kesuburan tanah pada lapisan olah sedalam 30 cm sangat
diperlukan karena akarnya pendek. Apabila tanaman ditanam di daerah yang bertanah
mineral maupun tanah organik, agar dapat tumbuh dengan baik diperlukan
tambahan pupuk.
         Di Kalimantan Barat, tanaman tumbuh baik di daerah bertanah gambut yang pH-
nya rendah. Pemberian pupuk kandang dan abu menyebabkan tanaman memberikan
hasil yang cukup baik. Meskipun demikian, pH ideal untuk tanaman lidah buaya adalah
6
5,5 - 6. Tanah yang terlalu asam dapat mengakibatkan tanaman lidah buaya keracunan
logam berat, sehingga ujung-ujung daun menjadi kuning seperti terbakar, pertumbuhan
terhambat, dan jumlah anakan berkurang. Agar tanah seperti ini bisa ditanami lidah
buaya, para petani membuat galengan-galengan kecil atau bedengan, sehingga sirkulasi
air dan udara selalu dalam keadaan baik untuk tanaman.
         Tanah berpasir perlu diberi pupuk organik. Bila lidah buaya ditanam di tanah
berpasir, produksi gelnya sangat rendah dan daunnya kecil-kecil. Tanah yang terlalu
padat perlu digemburkan atau diberi pupuk kandang agar lebih gembur dan dapat
menyerap air.

2.3 . Teknik Budidaya


A. Penyedia Bibit
Tanaman lidah buaya berbatang pendek dan tersembunyi dalam tanah. Pada
bagian batang inilah muncul anakan yang bergerombol mengelilingi tanaman induk.
Anakan ini dapat digunakan sebagai bibit dengan cara memisahkan induknya. Anakan
yang layak dijadikan bibit berukuran kira-kira sebesar ibu jari, dengan panjang antara
10 cm - 20 cm. Tiap batang induk dapat menghasilkan 5 - 8 batang yang berada di
sekeliling tanaman. Untuk penanaman dalam jumlah banyak, perlu dilakukan
penyiapan kebun bibit yang khusus menghasilkan bibit.
Tanaman induk penghasil bibit ini dipelihara secara khusus pada bedengan atau
pot-pot agar menghasilkan anakan lebih banyak. Apabila sudah muncul anakan sebesar
ibu jari dapat segera dipotong untuk dipindahkan pada tempat khusus, berupa bedengan
pesemaian maupun polybag. Pendederan (pembibitan) ini dilakukan sampai akar
tanaman kuat untuk dipindahkan ke lapangan. Lama pendederan bisa mencapai 3 - 4
minggu.
Untuk mendapatkan bibit yang seragam, subur, dan sehat maka anakan harus
dipelihara secara khusus, mulai dari penyiraman secara teratur, penyediaan tanah
pesemian yang subur, pemupukan secara periodik, serta pengendalian hama dan
penyakit secara tepat, agar bibit tidak menjadi penular hama dan penyakit. Tanah
pendederan dapat dicampur dengan pupuk kandang atau kompos agar lebih subur dan
gembur. Bedengan yang bertanah gembur akan memudahkan pencabutan bibit.
Batang lidah buaya juga dapat disetek untuk perbanyakan. Namun karena
berbatang pendek, sulit menjadikannya dalam jumlah banyak. Peremajaan tanaman
dilakukan dengan memangkas batang lidah buaya, rata dengan tanah, untuk
merangsang pertumbuhan anakan baru yang akan muncul disekitar batang. Selanjutnya,
anakan dijadikan tanaman baru atau dipindahkan.

7
Sebelum ditanam, anakan ini ditanam dalam polybag kecil agar akarnya tumbuh
banyak dan siap dipindahkan ke lapangan. Setiap polybag cukup di tanami 1 batang
anakan sebesar ibu jari. Caranya, padatkan tanah di sekitar polybag agar akar atau
bakal akar dapat langsung mengenai tanah.
Tanah untuk pembibitan harus gembur. Oleh karena itu, tanah dapat dicampur
dengan pupuk kandang atau pupuk kompos yang bebas cendawa.
B. Jarak Tanam
Tanaman lidah buaya tidak mempunyai tajuk yang rimbun, sehingga
penanamannya dapat menggunakan jarak tanam yang rapat. Jarak tanam yang sering
digunakan adalah jarak tanam baris tunggal, yang memudahkan pemeliharaan dan
pemanenan.
Jarak tanam yang digunakan secara secara baris tunggal adalah 50 cm x 75 cm,
50 cm x 100 cm. Untuk bedengan lebar dapat digunakan jarak tanam 60 cm x 50 cm,
atau seperti gambar berikut. Pengukuran jarak tanam yang baik akan memudahkan
pemeliharaan selanjutnya, karena tanaman lidah buaya ini akan dipelihara dalam waktu
yang lama.
C. Penanaman
Penanaman lidah buaya sebaiknya menggunakan bibit yang telah dideder agar
tingkat kematiannya rendah. Di samping itu, pemeliharaan tanaman dalam skala kecil
(pada tempat pendederan)  jauh lebih mudah dibanding pemeliharaan tanaman yang
sudah ditanam di lapang. Oleh karena itu, ditempat pendederan tanaman dipelihara
secara lebih intensif guna mendapatkan tanaman yang sehat, subur, dam terseleksi,
sehingga tanaman seragam.
Tanaman lidah buaya dapat ditanam pada setiap musim, tetapi penanaman yang
baik dapat dilakukan pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau. Pada musim
hujan kendalanya adalah tanaman lebih mudah terserang jamur, sedangkan pada musim
kering tanaman terancam mati karena kekeringan. Saat penanaman sebaiknya dipilih
pada pagi atau sore hari, saat sinar matahari tidak terlalu terik untuk mengurangi
kelayuan.
Bibit tanaman dilepas dari polybag dengan sangat hati-hati agar tidak terlalu
banyak akar yang putus atau tanah tempat pendederan rontok. Penanaman dilakukan
dengan membuat lubang pada bedengan kira-kira sedalam mata cangkul. Selanjutnya,
bibit ditanamkan ke dalam lubang dan tanah di sekitar perakaran dipadatkan agar tanah
dederan menyatu dengan tanah bedengan. Beri perlindungan secara individual pada
setiap tanaman yang baru ditanam dengan gedebok pisang atau daun-daun an agar
tanaman muda terhindar dari kelayuan. Di samping itu, apabila tidak ada
hujan, tanaman baru harus disiram sampai tanaman kuat. Pada waktu itu tanaman dapat

8
dipupuk dengan dosis rendah, untuk tiap hektar diberikan 100 kg Urea, 100 kg TSP,
dan 50 kg KCI.
D. Pemeliharaan
1.      Penyulaman
Sesudah penanaman, yang perlu untuk diperhatikan adalah menjaga
kelembapan agar tanaman tidak kekeringan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penyiraman secara kontinu, baik pagi maupun sore hari bila tidak hujan. Penyiraman
ini dilakukan sampai akar tanaman tumbuh, sehingga mampu memenuhi kebutuhan
airnya.
Selama dalam pemeliharaan ini apabila ada tanaman yang mati atau
pertumbuhannya tidak baik harus segera diganti dengan tanaman baru.  Agar tanaman
baru tersebut dapat mengejar pertumbuhan tanaman lainnya maka penyulaman harus
dilakukan 1 - 3 minggu setelah tanam. Bibit  yang digunakan untuk menyulam berasal
dari bibit pendederan yang sengaja ditinggalkan untuk penyulaman.
2.      Pemupukan
Sebenarnya belum ada rekomendasi yang tepat untuk pemupukan tanaman lidah
buaya. Namun dalam pertumbuhannya diperlukan unsur-unsur nitrogen dan kalium
untuk pembentukan zat hijau daun, pertumbuhan vegetatif tanaman, dan pembentukan
jaringan tanaman. Adapun pemupukan fosfat, diharapkan dapat merangsang
pertumbuhan dan perkembangan akar. Menurut pengalaman petani, dosis pemupukan
dapat mengikuti petunjuk berikut.
No Saat  Pemberia Ure TS KC Keteranga
. n a P I n
1 Saat tanam 100 100 50
2 Umur 3 - 4 100 - 50 Dosis
3 bulan 100 - 50 perhektar
Selesai panen I
Untuk memperbaiki struktur tanah, selain diberikan pupuk buatan juga perlu
diberikan pupuk organik, seperti kompos dan pupuk kandang berupa kotoran sapi,
kambing, dan ternak unggas. Menurut pengalaman para petani, ternyata pupuk kotoran
sapi lebih baik, karena banyak mengandung unsur hara, terutama nitrogen dan unsur
mikro lainnya. Di samping itu, kotoran sapi yang telah matang tidak merangsang
pertumbuhan jamur. Sementara itu, pupuk kotoran unggas sering mengundang penyakit
yang bersal jamur.
3.      Pembumbunan
Pada umur 3 bulan  tanaman sudah mulai tumbuh subur. Agar tanaman sudah
mulai menjalar ke sekitar bedengan. Untuk mendekatkan makanan, menggemburkan

9
tanah, dan memperkokoh berdirinya tanaman, tanaman perlu dibumbun dengan cara
menaikkan tanah di sekitarnya dan dipadatkan ke sekitar batang tanaman.
Pembumbunan biasanya juga diiringi dengan kegiatan pengendalian gulma dan
pemupukan susulan. Pada waktu pembumbunan ini sekaligus juga dilaksanakan
penyobekan tanaman yang sudah menghasilkan anakan. Tanaman yang memiliki
terlalu banyak anak pertumbuhannya akan terhambat. Di samping itu, penyobekan juga
berguna untuk memperoleh anakan yang akan digunakan sebagai bibit.
4.      Penyobekan
Pada umur 5 - 6 bulan tanaman sudah mulai mengeluarkan anakan dari batang
yang terpendam dalam tanah. Anakan ini perlu disobek atau dipisahkan untuk dijadikan
bibit. Selain itu, bila dibiarkan anakan ini akan banyak tumbuh di sekitar induknya
sehingga menjadi beban bagi induknya. Pertumbuhan induk menjadi terhambat, dan
tanaman kerdil.
Bila akan dijadikan bibit, saat inilah kita mulai memisahkan anakan untuk
kemudian dideder.Penyobekan atau pemisahaan anakan dari anakan induk ini
dilakukan dengan hati-hati menggunakan pisau yang tajam.
5.      Pengendalian Gulma
Tanaman lidah buaya tidak memiliki daun yang rimbun sehingga tanah di
sekitar pertanaman terbuka. Hal ini mengundang banyak yang tumbuh secara liar,
apalagi tanaman akan dipelihara terus sampai beberapa tahun. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengendalian gulma secara kontinu, yaitu pada saat gulma nasih kecil
pengendaliannya mudah dan biayanya lebih murah. Pengendaliaan gulma dapat
dilakukan dengan dilakukan dengan cara mencabut secara manual dengan tangan,
menggunakan alat cangkul atau koret, mendangir sambil membumbun, atau
menggunakan bahan kimia herbisida.
Beberapa jenis gulma yang merugikan adalah alang-alang (Imperata cylindrica)
, rumput gerinting (Cynodon dactylon), rumput teki (Cyperus rotundus), krokot
(Portuaca  spp.), kangkung (Ipomorea sp.), dan lain-lain. Di daerah yang mempunyai
curah hujan tinggi, lebih dari 2.000 mm/tahun pertumbuhan gulmanya relatif tinggi.
Selain itu, penggunaan pupuk kandang, terutama penggunaan pupuk kandang, terutama
kotoran sapi, juga sering menjadi pembawa bibit rumput. Oleh karena itu, penggunaan
pupuk kandang harus menggunakan pupuk yang sudah masak betul (sudah lapuk)
sehingga bibit gulma yang ada sudah mati.
Selain menjadi saingan dalam perolehan makanan dan sinar matahari bagi
tanaman utama, gulma juga sering menjadi tanaman inang bagi hama dan penyakit.
E. Pengendalian Hama dan Penyakit
1.      Hama Ulat Pemakan Daun

10
Kerusakan akibat serangan hama belum dilaporkan secara serius. Hama yang sering
mengganggu adalah ulat penggerak daun pada tanaman muda. Ulat ini sangat
mengganggu karena mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu. Pengendalian
hama ulat ini dilakukan dengan menyemprotkan insektisida.
2.      Hama Bekicot
Hama bekicot dan sejenis siput kecil merusak daun. Pengendaliaan hama bekisot
dapat dilakukan secara manual. Hewan lunak ini cukup mudah ditangkap dan dibunuh
atau dikumpulkan untuk dijadikan pakan ayam atau itik.
Hama ini sangat menyenangi tempat yang lembap. Lubang dan semak-semak yang
lembap merupakan tempat yang cocok untuk bertelur dan berkembang biak. Oleh
karena itu, sanitasi lingkungan sangat diperlukan untuk mengatasi hama ini.
3.      Penyakit
Penyakit yang sering menyerang tanaman lidah buaya adalah golongan jamur yang
meyebabkan busuk pada pangkal batang, atau pangkal daun, seperti Fusarium Sp. yang
menyerang akar atau pangkal batang sehingga tanaman layu dan kemudian mati.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan mengatur drainase tanah agar
lancar, karen cendawan ini sangat menyukai lahan yang drainasenya jelek dan lembap.
Tanaman yang terserang harus dimusnahkan dengan jalan dibakar dan tempat bekas
tanaman diisolasi agar tidak menularkan penyakit pada tanaman lain. Pengendalian
secara kimia dilakukan dengan penggunaan fungisida yang berbahan aktif dazomet,
captafol atau benomyl, seperti Basamid G, Benlete atau Vapam. Penggunaannya
dilakukan dengan cara disemprotkan pada tanaman atau dengan pencelupan pada akar
tanaman sebelum tanaman ditanam.
2.4 Hubungan Perlakuan penggunaan pupuk organik dengan Pertumbuhan
Komoditas lidah buaya
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti
pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk
padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber
bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami,
brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah
industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hewan yang
kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa dipelihara
oleh masyarakat, seperti kotoran kambing, sapi, domba, dan ayam. Selain berbentuk
padat, pupuk kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari air kencing (urine)
hewan. Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk kandang
padat (makro) banyak mengandung unsur fosfor, nitrogen, dan kalium. Unsur hara
11
mikro yang terkandung dalam pupuk kandang di antaranya kalsium, magnesium,
belerang, natrium, besi, tembaga, dan molibdenum.[4] Kandungan nitrogen dalam
urine hewan ternak tiga kali lebih besar dibandingkan dengan kandungan nitrogen
dalam kotoran padat. Pupuk kandang terdiri dari dua bagian, yaitu:
Pupuk dingin adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan secara
perlahan oleh mikroorganime sehingga tidak menimbulkan panas, contohnya pupuk
yang berasal dari kotoran sapi, kerbau, dan babi.
Pupuk panas adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan
mikroorganisme secara cepat sehingga menimbulkan panas, contohnya pupuk yang
berasal dari kotoran kambing, kuda, dan ayam. Pupuk kandang bermanfaat untuk
menyediakan unsur hara makro dan mikro dan mempunyai daya ikat ion yang tinggi
sehingga akan mengefektifkan bahan - bahan anorganik di dalam tanah, termasuk
pupuk anorganik. Selain itu, pupuk kandang bisa memperbaiki struktur tanah, sehingga
pertumbuhan tanaman bia optomal.
Pupuk kandang yang telah siap diaplikasikan memiliki ciri dingin, remah, wujud
aslinya tidak tampak, dan baunya telah berkurang. Jika belum memiliki ciri-ciri
tersebut, pupuk kandang belum siap digunakan. Penggunaan pupuk yang belum matang
akan menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan bisa mematikan tanaman.
Penggunaan pupuk kandang yang baik adalah dengan cara dibenamkan, sehingga
penguapan unsur hara akibat prose kimia dalam tanah dapat dikurangi. Penggunaan
pupuk kandang yang berbentuk cair paling bauk dilakukan setelah tanaman tumbuh,
sehingga unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang cair ini akan cepat diserap
oleh tanaman.

12
BAB III
BAHAN dan METODE

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Komoditas Lidah Buaya ini dilaksanakan
setiap hari Rabu, pukul 13.20-17.00 bertempat di Kebun Praktikum Ngijo (Kepuharjo),
Karangploso, Malang.

3.2 Alat dan Bahan + Fungsi


 Alat
Cangkul : mengolah tanah
Cetok : membuat lubang atau menggemburkan tanah
Gembor : menyiram air
Meteran : mengukur panjang batang
Alat tulis : mencatat data praktikum
Kamera : dokumentasi praktikum
Tali rafia : membuat ajir
Kayu : membuat patokan ajir

 Bahan
Bibit lidah buaya : bahan yang ditanam
Pupuk kandang : pemupukan pertama kali
SP-36 : memupuk tanaman lidah buaya dengan kandungan Phosfor
KCl : memupuk tanaman lidah buaya dengan kandungan Kalium
Urea : memupuk tanaman lidah buaya dengan kandungan Nitrogen
Air : menyiram tanaman lidah buaya

3.3 Cara Kerja


 Diagram Alir

Siapkan alat dan bahan

Persiapan lahan seluas 5,6 m2 diukur menggunakan meteran dan diberi ajir

Mengolah tanah menggunakan cangkul

Diamkan tanah selama satu minggu

13
buat guludan setinggi 20 cm

Tanam bibit lidah buaya dan siram

Pemberian pupuk kandang dengan takaran 1 sak pupuk untuk 9 kelas

Pembubunan menggunakan cetok

Pemupukan SP-36, urea dan KCl (takarannya)

Penyulaman bibit ubi jalar yang tidak tumbuh

Pengamatan Jumlah daun, panjang batang

Catat data praktikum

 Penjelasan
Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikmu Teknologi
Produksi Tanaman pada komoditas lidah buaya . Lalu, lahan yang telah
disediakan diukur menggunakan meteran dengan luas 1,7 m × 4,1 m lalu ditandai
dengan menggunakan kayu dan tali rafia. Setelah didapati batas wilayah kelas
masing-masing, barulah dilakukan pengolahan lahan menggunakan cangkul.
Kemudian tanah dibiarkan selama seminggu. Setelah itu, mulailah membuat
lubang tanam dengan dalam kira-kira 5cm dan jarak tanam 70cm × 30cm. Tanam
lidah buaya dalam keadaan tegak dengan bagian yang ditanam sedikit
dilengkungkan. Lalu siram bibit baru tanaman lidah buaya tersebut menggunakan
gembor yang berisi air. Sebelum penyiraman, juga diberi pupuk kompos dengan
dosis 1 sak kompos dibagi 9 kelas secara rata.
Di minggu berikutnya, mulai dilakukan penyulaman terhadap lidah buaya
yang tumbuh abnormal atau tidak tumbuh. Setelah itu membumbunkan tanah
disekitar bibit menggunakan cetok dan menyiram. Lalu pemberian pupuk SP-36,
KCl dan Urea dengan masing-masing dosis.
Selain itu, juga dilakukan pengamatan terhadap perkembangan tanaman.
Seperti jumlah daun, panjang tangkai dan dicatat hasilnya untuk dilaporkan
diakhir praktikum. Dalam setiap kegiatan praktikum, diadakan dokumentasi
sebagai bukti perkembangan tanaman atau tahap-tahap yang dilakukan dalam
praktikum Teknologi Produksi Tanaman.

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan


1. Menggunakan Bahan Organik
Tabel pengamatan kelas AC dan AD ( Dengan Menggunakan bahan Organik )

tanaman 21-hst 35-hst 49-hst


tinggi tinggi tinggi
ke-
tanaman anakan tanaman anakan tanaman anakan

1 7 cm 0 9 cm 1 11.5 cm 2
2 3 cm 0 5 cm 2 14 cm 4

3 9 cm 0 10 cm 1 17.5 cm 1
4 6 cm 0 8 cm 0 16.5 cm 1

5 8 cm 0 10 cm 1 17 cm 2

Grafik

15
20

18

16

14
tanaman 1
12
tanaman 2
10
tanaman 3
8
tanaman 4
6
tanaman 5
4

0
tinggi 21 hst tinggi 35 hst tinggi 49 hst

4.5

3.5

3
tanaman 1
2.5 tanaman 2
2 tanaman 3

1.5 tanaman 4
tanaman 5
1

0.5

0
anakan 21 hst anakan 35 hst anakan 49 hst

16
12

10

8
tanaman 1
6
tanaman 2

4 tanaman 3
tanaman 4
2
tanaman 5
0

jumlah daun

Tabel pengamatan kelas X

21-hst 35-hst 49-hst


tanaman
tinggi tinggi tinggi anaka
ke-
tanaman anakan tanaman anakan tanaman n
1 7 cm 0 9 cm 0 10 cm 1
2 2 cm 0 5 cm 0 7 cm 0
3 9 cm 0 10 cm 0 12 cm 0
4 5 cm 0 8 cm 0 9 cm 0
5 8 cm 0 10 cm 0 12 cm 1

Grafik

14

12

10
tanaman 1
8
tanaman 2

6 tanaman 3
tanaman 4
4 tanaman 5

0
21-hst 35-hst 49-hst
ti
nggi tanaman

17
1.2

0.8
tanaman 1
tanaman 2
0.6
tanaman 3

0.4 tanaman 4
tanaman 5

0.2

0
21-hst 35-hst 49-hst
j
umlah anakan
2. Tanpa Bahan Organik (non organik)
 Tabel Pengamatan Tanaman Lidah Buaya Kelas G
Pengamatan tanggal 5 November 2012
Sampel Jumlah daun Tinggi tanaman (cm) Tunas
1 11 13,75 1
2 9 18 1
3 10 17 0
4 10 16,6 3
5 9 14,8 1
Rata-rata 9.8 16.03 1,2

Pengamatan tanggal 19 November 2012


Sampel Jumlah daun Tinggi tanaman (cm) Tunas
1 12 14,75 2
2 10 18,7 2
3 11 21,3 2
4 11 16,8 3
5 10 15 2
Rata-rata 10.8 15 2,2
Grafik

18
12

10

8
tanaman 1
6 tanaman 2

4 tanaman 3
tanaman 4
2
tanaman 5
0

daun tgl 5
daun tgl 19

25

20

tanaman 1
15
tanaman 2
tanaman 3
10
tanaman 4
tanaman 5
5

0
tinggi tgl 5 tinggi tgl 19

tinggi tanaman

19
3.5

2.5
tanaman 1
2
tanaman 2

1.5 tanaman 3
tanaman 4
1 tanaman 5

0.5

0
anakan tgl 5 anakan tgl 19

 Data kelas W (non organic)

TANGGAL TANAMAN Tinggi Jumlahanakan

1. 15,5 cm -

5 November
2. 14,5 cm 1
2012

3. 12 cm -

4. 16 cm -

5. 13 cm 1

1. 19 cm 2

19
2. 18 cm 2
November
2012
3. 16 cm -

4. 24 cm 4
20
5. 20 cm 5
Grafik

30

25

20
tanaman 1
tanaman 2
15
tanaman 3

10 tanaman 4
tanaman 5

0
minggu ke 2 minggu ke 4
ti
nggi tanaman

4
tanaman 1
tanaman 2
3
tanaman 3

2 tanaman 4
tanaman 5

0
minggu ke 2 minggu ke 4

Jumlah anakan
4.2 Pembahasan
 Perlakuan dengan menggunakan bahan organik
 Pembahasan dari kelas AC dan AD
Tanaman lidah buaya yang ditanam oleh kelompok kelas AC dan AD mengalami
pertumbuhan. Namun, pertumbuhan yang terjadi pada tanaman tersebut agak lambat.
Tanaman lidah buaya pada awal ditanam masih memerlukan proses adaptasi. Pada saat
proses adaptasi tanaman lidah buaya mengalami kekuningan namun hal tersebut semakin

21
lama semakin berkurang dan berubah jadi hijau disaat tanaman tersebut telah cocok dengan
keadaan tanah yang ada. Tanaman lidah buaya memiliki daya adaptasi yang baik terhadap
lingkungannya. Kelompok ini menggunakan pupuk organic, pupuk organic tesebut
diaplikasikan atau diberi sebelum lidah buaya ditanam. Setelah satu minggu lidah buaya
ditanam kemudian tanaman tersebut diberi pupuk kimia. Pupuk kimia yang dimaksud
adalah pupuk urea. Pupuk tersebut terlebih dahulu dicairkan hal ini bertujuan agar partikel-
partikel kasarnya pecah dan cepat meresap kedalam tanah sehingga tanaman dengan cepat
menyerap zat tersebut. Kemudian pada minggu berikutnya hal yang dilakukan adalah
pemberian Pupuk KCL dan pupuk SP36 dengan takaran. Pemberian pupuk ini dilakukan
dengan cara membuat dua lubang didekat lidah buaya, kemudian pupuk tersebut diberikan
secara terpisah. Setelah mengalami perkembangan kemudian kelompok kita mengamati
tananaman lidah buaya tersebut. Pengamatan dilakukan untuk 5 sampel tanaman saja yang
mewakili 10 tanaman yang ada pada bedengan. Pada 21 hari setelah tanam, untuk
tananaman 1 memiliki panjang daun 7 cm, tanama 2 panjang daun 2 cm, tanaman 3
panjang daun 9 cm, tanaman 4 panjang daunnya juga 5 cm dan untuk tanaman 5 panjang
daun ada 8 cm. Pada 21 hari setelah tanam tanaman lidah buaya memiliki panjang daun
6,2 cm sedangkan untuk jumlah anakan tanaman lidah buaya ini belum memiliki anakan.
Pengamatan berikutnya dilakukan pada 31 hari setelah tanam. Pada pengamatan ini tanamn
telah bertambah tinggi dan pada pengamatan kali ini kita mengamati jumlah anakannya
juga. Untuk tanaman 1 panjang daun menjadi 9 cm dengan jumlah anakan 1 tanaman,
tanaman 2 panjang daun 5 cm dengan jumlah anakan 2 tanaman, tanaman 3 panjang daun
10 cm dengan jumlah anakan 1 tanaman, tanaman 4 panjang daun 8 cm namun tanaman ini
tidak memiliki anakan pada 31 hari setelah tanam dan untuk tanaman ke 5 panjangnya 10
cm dengan jumlah anakan 1. Untuk tanaman ke 4 yang tidak memiliki jumlah anakan
mungkin dipengaruhi oleh daya tumbuhnya lebih lambat dari tanaman yang lainnya atau
daya saingnya lebih lemah dari yang lain dalam memproleh unsure hara dari tanah.
Pengamatan yang dilakukan oleh kelompok kami sampai pada tahap itu juga. Pengamatan
berikutnya dilakukan pada 49 hari setelah tanam, tanaman pada hari ke 49 semuanya telah
memiliki anakan namun ada sebagian tanaman yang jumlah anakannya bertambah dah ada
yang tidak bertambah. Selain jumlah anakan pada hari ini juga bahwa panjang tanaman
dari semua tanaman bertambah. Penamabahan panjang tanaman dari 31 hari setelah tanam
ke 49 hari setelah tanam memiliki pertubuhan yang lebih cepat dibanding dari hari 2 hari
setelah tanam ke 31 hari setelah tanam. perbedaan tersebut terjadi karena pada 21 hari
setelah tanam itu merupakan masa adaptasi bagi lidah buaya terhadap lingkungannya.
Tanaman lidah buaya untuk kelas AC/AD warna daunnya sebagian hijau dan sebagian
masih pink kehijau-hijauan.
 Perbandingan antara lidah buaya dari kelas AD/AC dengan kelas X

22
Tanaman lidah buaya yang ditanam pada lahan yang berbeda akan mengalami
pertumbuhan yang berbeda juga. Tanaman yang ditanam oleh kelompok AD/AC dan
tanaman X mengalami pertumbuhan yang berbeda. Perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh
ketersediaan unsure hara yang didalam tanah yang berbeda dan juga perawatan yang
dilakukan terhadap tanaman lidah buaya tersebut. Untuk tanaman dari kelas X panjang
tanamannya pada tahap awal tanaman 1 memiliki panjang daun 7 cm, tanaman 2 panjang
daun 2 cm, tanaman 3 panjang daunnya 9 cm, tanaman 4 panjang daunya 5 cm dan
untuktanaman 5 panjang daunnya 8 cm. Sedangkan untuk tanaman lidah buaya dari kelas
AD/AC pada 21 hari setelah tanam, untuk tananaman 1 memiliki panjang daun 7 cm,
tanama 2 panjang daun 2 cm, tanaman 3 panjang daun 9 cm, tanaman 4 panjang daunnya
juga 5 cm dan untuk tanaman 5 panjang daun ada 8 cm. Pada 21 hari untuk tanaman lidah
buaya dari kedua kelas belum memiliki anakan. Anakan pada lidah buaya muncul pada 31
hari setelah tanam untuk kelas AC/AD namun ada satu tanaman yang belum muncul
anakannya yakni tanaman yang 4 sedangkan untuk tanaman lidah buaya kelas X belum
ada anakkan. Anakan pada lidah buaya kelas X muncul pada 49 hari setelah tanam. Lidah
buaya yang memiliki anakan tersebut yakni lidah buaya 1 dan 5 sedangkan tanaman
lainnya belum memiliki anakan. Untuk lidah buaya dari kelas AD/AC pada 49 hari setelah
tanam semuanya telah memiliki anakan. Untuk lidah buaya 1, 2, 5 mengalami penambahan
jumlah anakan. Sedangkan warna daun untuk semua lidah buaya ada yang berwarna hijau
dan ada yang warna daunnya pink kehijau-hijauan. Perbedaan warna daun untuk setiap
tanaman dipengaruhi oleh kurangnya zat unsure karena adanya persaingan antara lidah
buaya dengan tumbuhan yang ada disekitarnya.
 Perlakuan dengan tanpa organic (non organic)
Perlakuan tanpa bahan organic yang dianalisis dalam laporan ini adalah lidah buaya dari
kelas G dan kelas W. Pada kedua kelas ini tanaman lidah buayanya memiliki tingga
tanaman yang berbeda walaupun memiliki perlakuan yang sama hal ini juga terjadi pada
tanaman lidah buaya dengan perlakuan organik. Selain tinggi tanaman hal lain yang
menunjukkan perbedaan adalah bahwa daun lidah buaya dari kelas G lebih hijau daripada
lidah buaya kelas W. Pada tanaman lidah buaya yang kelas G anakannya muncul pada
tanggal 5 November 2012 dengan tiap tanaman itu memiliki jumlah anakan 1 pada
tanaman 1, 2 dan tanaman yang ke 5, untuk tanaman ke 4 jumlah anakannya ada 3 tanaman
sedangkan untuk tanaman 3 anakannya belum muncuk pada tanggal tersebut. Sedangkan
untuk lidah buaya dari kelas W anakan yang muncul pada tangga 15 November 2012
anakan muncul hanya pada tanaman 2 dan tanaman 5. Pada pengamatan tanggal 19
November 2012 jumlah anakan pada lidah buaya kelas G secara berturut-turut adalah
2,2,2,3 dan 2 tanaman. Sedangkan untuk lidah buaya kelas W jumlah anakannya pada
tanggal yang sama dengan tanaman yang berturut-turut adalah 2,2,0,4,5. Untuk lidah buaya
kelas W mengalami penambahan jumlah anakan yang lebih cepat disbanding dengan kelas
23
G. Sedangkan untuk pertumbuhan tanaman, tanaman lidah buaya untuk kelas G dan W
mengalami pertumbuhan yang bagus dan hampir sama. Pada lidah buaya kelas G tinggi
tanaman pada tanggal 5 November berturut-turut dari tanaman 1,2,3,4 dan 5 adalah 13,75
cm,18cm , 17 cm, 16,6 cm dan 14 cm. Sedangkan untuk tanggal 19 November 2012 tinggi
tanaman untuk lidah buaya kelas W secara berturut-turut adalah 14,75cm, 18,7cm, 21,3cm,
16,8 cm dan 15cm. Perbedaan pertumbuhan tanaman ini dapat terjadi karena perbedaan
unsure yang dibutuhkan tanaman di dalam tanah, jumlah kuantits unsure haranya berbeda
dan adanya perbedaan dalam cara/istem perawatannya.
 Perbandingan antara perlakuan organic dan non organic terhadap literature
Berdasarkan penjelasan diatas lidah buaya yang mengalami perlakuan sama dalam hal
pemupupukan mengalami pertumbuhan yang berbeda-beda. Hal ini telah diamati pada
praktikum tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum bahwa tanaman yang
ditanam dengan perlakuan non organic lebih baik atau lebih subur pertumbuhannya dari
pada tanaman lidah buaya yang diberi perlakuan pupuk organic. Hal ini dilihat dari jumlah
anakan, tinggi tanaman, dan warna daun yang ada pada lidah buaya tersebut. Pada lidah
buaya yang non organic jumlah anakkannya lebih banyak dan lebih cepat mengalami
pertumbuhan dibanding dengan anakkan lidah buaya yang organic. Perbedaan tersebut
juga terjadi pada tinggi tanaman lidah buaya, tanaman lidah buaya yang non organic lebih
tinggi daripada tanaman yang organic. Pada daun lidah buaya, lidah buaya yang organic
ada yag berwarna pink kehijau-hijauan tapi ada yang berwarna hijau sedangkan pada
tanaman non organic daunnya semua berwarna hijau segar. Data yang diperoleh pada
praktikum berbeda dengan data dari literature. Pada jurnal “Pengaruh Jenis Pupuk Organik
dan Mulsa terhadap Pertumbuhan Tanaman Lidah Buaya (Aloe Vera Mill)” dituliskan
bahawa perlakuan pupuk kandang (pupuk organic) nyata meningkatkan tinggi tanaman,
pemebrian pupuk kandang kambing jauh lebih baik daripada pemberian pupuk kandang
sapi. Hal ini dilihat dari table berikut.

Perbedaan kandungan nutrisi dalam pupuk kadang itu sangat berpengaruh terhadap tinggi
tanaman. Menurut Soepardi (1983), pupuk kandang merupakan campuran dari kotoran
padat, air kencing, amparan dan sisa makanan. Peranan jenis pupuk kandang yang daoat

24
memasok unsure hara juga dikemukakan Melati (1990). Selain itu, bahan organic juga
cenderung mempertahankan PH tanah (Broadbent, 1957) meningkatkan ketersediaan air
dan menurunkan bobot isi tanah sehingga akar tanaman mudah melakukan penetrasi (Haffi
et al.,1993). Dalam proses pemeberian pupuk kandang perlu dilakukan secara berulang-
ulang. Hal ini akan berdampak pada penambahabntinggi relative tanaman lidah buaya
terhadap control perlakuan pupuk kandang.
Hal ini terlihat pada grafik berikut.

Perbedaan tersebut dikarenakan kandungan dari pupuk tersebut berbeda.

BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada lahan praktikum bahwa lidah buaya
dengan perlakuan non organik mengalami pertumbuhan lebih baik dibanding dengan
lidah buaya dengan perlakuan orgaik. Hal ini disebabkan karena pupuk kandang untuk
perlakuan non organik diberikan dalam hari yang sama sebelum dilaksanakan proses

25
penanaman. Hal ini mengakibatkan daun tanaman tidak hijau dan hal tersebut dapat
mengganggu proses pertumbuhan tanaman. Selain itu, pemberian pupuk kandang
hanya dilakukan sekali saja pada saat praktikum. Hal tersebut tidak sesuai dengan
literatur, dalam literatur dijelaskan bahwappemberian pupuk organik dapat
meningkatkan pertumbuhan lidah buaya dan pemberian pupuk kandang dilakukan
secara berulang-ulang.

DAFTAR PUSTAKA

Broadbent, F.E. 1957. Organic matter. In: Soil, the Yearbook of Agriculture. USDA,
Washington DC, p 151-156

Haffi, B., m. Suhardjo, D.Erfandi. 1993. Pengaruh mulsa jerami dan beberapa teknik
konservasi tanah terhadap produksi kedelai di laha kering Lampung. Prosiding
Pertemuan Teknis Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor, 18-21 Februari
1993. Balitbang Pertanian, pusat Penelitian Agroklimat, Bogor.

Melati, M. 1990. Tanggap Kedelai terhadap pupuk mikro Zn, Cu, dan B pada beberapa
dosis pupuk kandang ditanah latosol. (Tesis). Pasca Sarjana. IPB. Bogor.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan cirri tanah. Jurusan Ilmu Tnah.IPB.Bogor.519 hal.

Sudarto, Yudo. 1997. Tanaman Hias Lidah Buaya. Yogyakarta; Kanisius.

Furnawathi, Irni. 2001. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya. Depok; Agromedia Pustaka.

Ir. Rostita. 2008. Sehat Cantik dan Penuh Vitalitas Berkat Lidah Buaya. Bandung; Qanita
PT. Mizan Pustaka.

26
Lampiran
 Lidah Buaya dengan perlakuan pupuk organik
 Dokumentasi kelas AC dan AD

 Dokumentasi Hasil kelas X (organic)

Hari Tanaman contoh Dokumentasi

27
21 HST TC 1

TC 2

TC 3

TC 4

TC 5

35 HST TC 1

28
TC 2

TC 3

TC 4

TC 5

49 HST TC 1

29
TC 2

TC 3

TC 4

TC 5

30
 Lidah Buaya non organik
 Dokumentasi Tanaman Lidah Buaya Kelas G

31
 Dokumentasi Tanaman Lidah Buaya Kelas W

32

Anda mungkin juga menyukai