Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad saw yang telah mengantarkan manusia
kepada jalan yang benar, Amin.
Makalah ini membahas mengenai Anti Malaria dan Anti Amuba. Kami membuat makalah ini
dengan maksud untuk menyelesaikan tugas kelompok dari Ibu Wulan dalam studi Farmakologi
Dalam penyusunan makalah ini tentunya kami tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-
teman yang telah banyak membantu dan memberikan motivasinya kepada kami
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari teman-teman sangat kami harapkan sebagai langkah menuju kesempurnaan, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya juga para pembaca pada umumnya. Semoga
makalah ini dapat menjadi pemicu bagi teman-teman yang lain untuk dapat mengembangkan
proses pembelajaran sehingga lebih menyenangkan.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Perumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II ANTI MALARIA
A. Pengertian Anti Malaria 3
B. Pengertian Malaria 3
C. Ciri Ciri Penyakit Malaria 3
D. Jenis Penyakit Malaria 4
E. Pencegahan Penyakit Malaria 4
F. Penggolongan Obat Malaria 5
G. Obat Obat Anti Malaria 6
BAB III ANTI AMUBA
A. Pengertian Anti Amuba 8
B. Pengertian Amuba 8
C. Bentuk Amuba dan Cara Penularannya 8
D. Pencegahan Amubiasis 9
E. Penggolongan Obat Amubiasis 10
F. Obat Obat Anti Amuba 10
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 12
B. Sasran 12
Daftar Pustaka 14
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah seperti berikut ini:
Apa yang dimaksud dengan Malaria?
Apa yang dimaksud dengan Amuba?
Apa saja jenis penyakit dari Malaria dan Amuba?
Apa saja penggolongan obat malaria dan obat amuba?
Bagaimana cara mencegah dan mengobati penyakit malaria dan amubiasis?
C. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian dari Malaria dan Amuba
Untuk mengetahui pengertian dari Anti Malaria dan Anti Amuba
Untuk mengetahui jenis jenis penyakit dari Malaria dan Amuba serta penggolongan obatnya
Untuk mengetahui pencegahan dan pengobatan malaria dan amubiasis
BAB II
ANTI MALARIA
Pengertian AntiMalaria
AntiMalaria adalah obat-obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati
penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel tunggal (protozoa) yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang mengigit pada malam hari dengan
posisi menjungkit.
Pengobatan malaria merupakan salah satu upaya dalam rangkaian kegiatan
program pemberantasan. Keberhasilan pengobatan untuk penyembuhan maupun
pencegahan tergantung apakah obat itu ideal, diminum secara teratur sesuai
dengan jadwal pengobatan dan takaran yang telah ditetapkan. Obat antimalaria
yang ideal adalah obat yang mempunyai efek terhadap semua jenis dan stadia
parasit, menyembuhkan infeksi akut maupun laten, cara pemakaian mudah,
harganya terjangkau oleh seluruh lapisan penduduk dan mudah diperoleh, efek
samping ringan dan toksisitas rendah '. Sampai saat ini belum ada obat antimalaria
yang ideal. Oleh sebab itu digunakan kombinasi beberapa obat dalam pengobatan.
Dalam program pemberantasan malaria dengan pengobatan, Departemen
Kesehatan mempunyai standar pengobatan sesuai dengan daerah dan sensitivitas
Palsmodium falciparum terhadap obat-obat antimalarial. Standarisasi tersebut
berguna untuk mencegah berkembangnya kasus resistensi terhadap obat-obat
antimalaria lainnya. Resistensi merupakan akibat pemakaian obat yang tidak tepat.
Sampai saat ini hanya P. falciparum yang dilaporkan telah resisten terhadap
klorokuin, maupun obat-obat anti rnalaria lainnya. Di antara keempat spesies
Plasmodia manusia, kasus malaria P. falciparum tampaknya lebih dominan dan juga
merupakan penyebab malaria berat yang banyak menimbulkan kematian.
Di Indonesia dilaporkan terdapat fokus-fokus P. falciparum resisten terhadap
klorokuin pada 26 propinsi, resisten terhadap sulfadoksin-pirimetamin pada 3
propinsi, dan resisten terhadap meflokuin pada 2 propinsi. Untuk mengatasinya,
perlu diketahui obat-obat antimalaria lainnya yang dapat dipakai sebagai obat
alternative.
Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah
manusia. Bibit penyakit malaria tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong
amuba yang disebut Plasmodium.
Ada empat macam plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria :
Falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini bisa
menimbulkan kematian.
Vivax, penyebab penyakit malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan dan
sulit kambuh.
Malariae, penyebab penyakit malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini tidak
banyak ditemukan.
Ovale, penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak terdapat di Indonesia.
Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan perantara
nyamuk anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusian dan berkembang
biak dengan membelah diri.
Berdasarkan efek atau kerja obat pada stadia parasit, obat-obat antimalaria dapat
digolongkan sebagai berikut :
1) Sisontosida jaringan primer (pre-eritrositer). Digunakan untuk profilaksis
kausal :
B-aminokuinolin, dia-minopirimidin, biguanida, sulfanamida, dan tetrasiklin.
2) Sisontosida jaringan sekunder (ekso eritrositer). Digunakan untuk mencegah
relaps :
8-aminokuinolin.
3) Sisontosida darah (eritrosit). Digunakan untuk penyembuhan klinis atau supresi
:
alka-loida chinchona, 4-aminokuinolin, sulfanamida, sulfon, dan 9-aminoakridin.
4) Gamesitosida. Digunakan untuk membunuh bentuk seksual parasit : al-kaloida
chinchona, 4-aminokuinolin, dan 8-aminokuinolin.
5) Sporontosida. Digunakan untuk mencegah pembentukan ookist dan sporosoit
dalam tubuh nyamuk : diaminopirimidin, sulfanamida, dan biguanida.
3. Klindamisi
Merupakan obat antimalaria golongan antibiotika lain. Obat ini sudah terdaftar,
beredar dan digunakan sebagai obat antibiotika.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk P.falciparum.
Dikemas dalam bentuk 75 mg dan 150 mg/ kapsul, diberikan secara oral, dengan
dosis 5-10 mg/kgbb, tiap 12 jam, selama 5 hari, dan sebaiknya diberikan bersama
kina atau amodiakuin. Oemijati dkk (1989), telah meneliti obat ini di RSU Dili, Timor
Timur, dengan hasil baik. Klindamisin diberikan kepada penderita P. falciparum
resisten klorokuin secara in vitro dengan dosis 2 x 300 mg, peroral. selama 5 hari.
Angka penyembuhan 100%, dan bebas parasit dicapai pada hari ke 2-6.
Efek samping yang ditemukan ringan dan bersifat sementara.
4. Meflokuin.
Merupakan obat antimalaria golongan 4-metanol kuinolin. Obat ini pernah diteliti,
belum terdaftar dan beredar di Indonesia. Di beberapa negara obat ini sudah
digunakan secara luas.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk keempat spesies
plasmodium manusia.
Dikemas dalam bentuk 250 mg/tablet, diberikan secara oral, dosis tunggal,
dengan dosis 15-25 mg/kgbb.
Obat ini aman untuk wanita hamil. Dapat diberikan untuk profilaksis dengan
loading dose 750 mg, kemudian 125 mg/minggu. Waktu paruh obat ini adalah
sekitar 3 minggu, dan konsentrasi dalam plasma mencapai puncaknya dalam 12-16
jam. Belum ditemukan kasus resistensi silang dengan obat antimalaria lain.
Untuk memperlambat terjadinya resistensi P. falciparum meflokuin sebaiknya
digunakan kombinasi dengan sulfadoksin-pirimetamin menjadi MSP
(meflokuinsulfadoksin-pirimetamin) yang dapat diberikan dengan dosis tunggal.
Efikasi obat ini di Thailand baik, dengan angka penyem-buhan 90-100%, bebas
demam dicapai pada hari ke 1-3 dan bebas parasit pada hari ke 3-5. Di Indonesia,
walaupun belum beredar dan dipakai, telah ditemukan kasus resisten di Irian Jaya
dan Jawa Tengah.
Efek samping obat ringan dan sementara yaitu : gangguan saluran pencernaan,
lemah, pusing, insomnia, pruritus, dan skin rash. Semua efek samping ini bersifat
sementara dan tidak memerlukan pengobatan khusus.
5. Halofantrin
Merupakan obat antimalaria golongan penantren metanol. Obat ini belum
terdaftar dan beredar di Indonesia. Di beberapa negara (Perancis dan negara-
negara Afrika Barat) obat ini dalam waktu dekat akan dipakai. Di Indonesia obat ini
sedang diteliti.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk keempat spesies
plasmodium manusia.
Dikemas dalam bentuk 250 mg/tablet, 500 mg/kapsul, dan 100 atau 250 mg/5 ml
suspensi. Diberikan secara oral dengan dosis untuk anak-anak 8-10 mg/kgbb, tiap 6
jam, dengan dosis total 24 mg/kgbb. Untuk orang dewasa (> 12 tahun) diberikan
500 mg tiap 6 jam, dengan dosis total 1500 mg.
Tidak diberikan pada wanita hamil dan menyusui karena mempunyai efek
fetotoksik pada binatang percobaan.
Waktu paruh halofantrin adalah 1-2 hari, dan konsentrasi dalam plasma mencapai
puncaknya dalam 6 jam. Belum ditemukan kasus resistensi silang dengan obatobat
antimalaria lainnya.
Efikasi obat ini baik, dengan angka penyembuhan mendekati 100%, waktu bebas
demam 1-3 hari, dan bebas parasite 2-3 hari.
Efek samping obat ini ringan dan sementara yaitu gangguan saluran
pencernaan : mual, sakit perut, dan diare.
6. Qinghaosu
Merupakan obat antimalaria golongan seskuiterpen lakton. Obat ini belum
terdaftar dan beredar di Indonesia. Merupakan obat tradisionil Cina dari ekstrak
tumbuhan Artemesia annua L (Qinghao) yang sebenarnya sudah dipakai sejak
ribuan tahun yang lalu. Selain di Cina, qinghaosu juga diteliti di Birma dan Thailand.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk P. falciparum dan P. vivax.
Obat ini baik untuk mengobati malaria berat atau dengan komplikasi karena efek
obat yang sangat cepat.
Dikemas dalam bentuk tablet (artemisin-qinghaosu) untuk per oral, dalam larutan
minyak (artemeter) untuk sun- tikan intramuskular, dalam larutan garam fisiologis
(artesunat) untuk suntikan intravena atau intramuskular, dan dalam bentuk
supositoria untuk rektal supositoria.
Dosis yang efektif masih diteliti. Dosis total untuk orang dewasa adalah tablet :
2,5-3,2 g, larutan minyak : 0,6-1,2 g, dan larutan garam fisiologis : 1,2 g.
Tidak diberikan pada wanita hamil karena mempunyai efek fetotoksik. Waktu
paruh qinghaosu adalah 7 jam dan konsentrasi maksimum dalam plasma terlihat
setelah 0,5-4 jam pemberian obat. Tidak ditemukan kasus resistensi silang dengan
klorokuin. Obat ini sangat cepat menurunkan demam dan parasit. Waktu bebas
demam yang dibutuhkan adalah 15-22 jam, sedangkan bebas parasit antara 30-68
jam. Angka rekrudensi cukup tinggi yitu > 18% yang biasanya timbul pada hari ke
15-30 setelah pengobatan.
Efek samping obat ini yang didapat adalah penurunan jumlah lekosit dan
retikulosit yang bersifat sementara.
7. Yingzhaosu
Merupakan obat antimalaria golongan seskuiterpen pe- roksid. Obat ini baru
dikembangkan dan didapatkan dari tanaman obat tradisionil Cina.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk P. falciparum dan tidak
ditemukan resistensi silang dengan klorokuin, meflokuin, dan qinghaosu.
Obat ini baik digunakan dengan kombinasi. Dapat diberikan peroral, atau
parenteral. Toksisitas rendah dan tidak ditemukan mutagenisitas.
8. Pironaridin
Merupakan obat antimalaria derivat hidroksianilino-benso-naphtiridin. Obat ini
ban' diteliti pada binatang percobaan dan in vitro.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk P. falciparum dan sensitif
terhadap P. falciparum resisten kiorokuin.
9. Falcimax TM
Merupakan obat antimalaria kombinasi kina, kinidin dan cinchonin.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk keempat spesies
plasmodium manusia.
Obat ini diberikan dengan dosis 12 mg/kgbb. flap 8 jam, selama 7 hari, per oral.
Efikasi obat ini baik, dengan angka penyembuhan 100%, sedangkan efek samping
obat ringan dan sementara.
10. Lain-lain :
4-piridin metanol, ariltio kuinasolin, 2 fenil fenol, dihidrotriasin 13. Merupakan obat-
obat antimalaria yang sedang diteliti pada binatang percobaan dan bersifat
sisontosida darah.
Kesimpulan
Anti malaria adalah obat-obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati
penyakit yang disebabkan oleh parasite bersel tunggal (Protozoa) yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang menggigit pada malam hari dengan
posisi menjungkit.
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium.
Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Di
dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati
kemudian menginfeksi sel darah merah. Pasien yang terinfeksi oleh malaria akan
menunjukan gejala awal menyerupai penyakit influenza, namun bila tidak diobati
maka dapat terjadi komplikasi yang berujung pada kematian.
Obat anti malaria yang ideal adalah obat yang efektif terhadap semua jenis dan
stadium parasite, menyembuhkan infeksi akut maupun laten, efek samping ringan
dan toksisitas rendah.
1. Dewasa dan anak dengan berat badan di atas 37 kg (81 pon): 500 mg diminum
pada saat perut kosong setiap enam jam tiga kali sehari selama satu hari.
Pengobatan mungkin perlu diulang setelah satu minggu.
2. Anak-anak dengan berat badan 23-31 kg (51-68 pon): 250 mg diminum pada
saat perut kosong setiap enam jam tiga kali sehari selama satu hari.
3. Anak-anak dengan berat badan 32-37 kg (70 hingga 81): 375 mg diminum
pada saat perut kosong setiap enam jam tiga kali sehari selama satu hari.
Suspensi Dalam ilmu kimia, suspensi (Inggris: suspension) adalah suatu campuran
fluida yang mengandung partikel padat. Atau dengan kata lain campuran heterogen
dari zat cair dan zat padat yang dilarutkan dalam zat cair tersebut. Partikel padat
dalam sistem suspensi umumnya lebih besar dari 1 mikrometer sehingga cukup
besar untuk memungkinkan terjadinya sedimentasi. Tidak seperti koloid, padatan
pada suspensi akan mengalami pengendapan/sedimentasi walaupun tidak terdapat
gangguan.
Suspensi cairan atau padatan (dalam jumlah kecil) di dalam gas disebut sebagai
aerosol. Contoh sistem aerosol dalam kehidupan manusia adalah debu di atmosfer.
Anti Malaria
Antimalaria adalah obat-obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati
penyakit yang disebabkan oleh parasite bersel tunggal (protozoa) yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang menggigit pada malam hari dengan
posisi menjungkit.
Ciri-ciri penyakit malaria
1. demam berkala disertai menggigil
2. nyeri kepala dan nyeri otot
3. hati membesar sehingga timbul rasa mual dan muntah
4. anemia.
Ada 3 jenis Malaria
1. Malaria Tropika, disebabkan oleh plasmedium fgalcifarum
Gejala : Serangan demam tidak menentu disertai nyeri kepala yang hebat
Sifat : Tidak residitif (dapat sembuh total dan tidak berulang)
2. Malaria Tertiana, disebabkan oleh plasmodium vivax & ovale
Gejala : Demam berkali yang timbul 3 hari sekali
Sifat : Sering kambuh (residitif)
3. Malaria Kwartana, disebabkan oleh plasmadium Malariae
Gejala : demam berkala 4 hari 1x
Sifat : Sering kambuh (residitif)
Siklus Malaria
1. Nyamuk terinfeksi memesukan sporozoid
2. Sporozoid berpindah ke hati dan membentuk merazoid
3. Merazoid dilepaskan menginfasi sel darah merah
4. Sel darah merah melepaskan merozid yang dapat menginfeksi sel darah
merah lain
5. Nyamuk betina mengambil gemotosit dari orangyan terinfeksi
Penggolongan obat Anti Malaria
1. Obat-obat pencegah / profilaktik (contoh : Kloroquin, Mefliquin)
2. Obat-obat penyembuh / pencegah demam = kurativum (contoh : Kina,
Kloroquin, Pirimethamin, Mefloquin, halofantrin)
3. Obat-obat pencegah kambuh (contoh : Primaquin)
4. Obat-obat pencegah gametosid
BAB I
PENDAHULUAN
Pengobatan malaria merupakan salah satu upaya dalam rangkaian kegiatan program
pemberantasan. Keberhasilan pengobatan untuk penyembuhan maupun pencegahan tergantung
apakah obat itu ideal, diminum secara teratur sesuai dengan jadwal pengobatan dan takaran yang
telah ditetapkan. Obat antimalaria yang ideal adalah obat yang mempunyai efek terhadap semua
jenis dan stadia parasit, menyembuhkan infeksi akut maupun laten, cara pemakaian mudah,
harganya terjangkau oleh seluruh lapisan penduduk dan mudah diperoleh, efek samping ringan
dan toksisitas rendah '. Sampai saat ini belum ada obat antimalaria yang ideal. Oleh sebab itu
digunakan kombinasi beberapa obat dalam pengobatan.
Dalam program pemberantasan malaria dengan pengobatan, Departemen Kesehatan mempunyai
standar pengobatan sesuai dengan daerah dan sensitivitas Palsmodium falciparum terhadap obat-
obat antimalarial. Standarisasi tersebut berguna untuk mencegah berkembangnya kasus resistensi
terhadap obat-obat antimalaria lainnya. Resistensi merupakan akibat pemakaian obat yang tidak
tepat. Sampai saat ini hanya P. falciparum yang dilaporkan telah resisten terhadap klorokuin,
maupun obat-obat anti rnalaria lainnya. Di antara keempat spesies Plasmodia manusia, kasus
malaria P. falciparum tampaknya lebih dominan dan juga merupakan penyebab malaria berat
yang banyak menimbulkan kematian.
Di Indonesia dilaporkan terdapat fokus-fokus P. falciparum resisten terhadap klorokuin pada 26
propinsi, resisten terhadap sulfadoksin-pirimetamin pada 3 propinsi, dan resisten terhadap
meflokuin pada 2 propinsi. Untuk mengatasinya, perlu diketahui obat-obat antimalaria lainnya
yang dapat dipakai sebagai obat alternative.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penyakit Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium. Penyakit ini
ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Di dalam tubuh manusia,
parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah.
Pasien yang terinfeksi oleh malaria akan menunjukan gejala awal menyerupai penyakit
influenza, namun bila tidak diobati maka dapat terjadi komplikasi yang berujung pada kematian.
Penyakit ini paling banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis di mana parasit Plasmodium
dapat berkembang baik begitu pula dengan vektor nyamuk Anopheles. Daerah selatan Sahara di
Afrika dan Papua Nugini di Oceania merupakan tempat-tempat dengan angka kejadian malaria
tertinggi.
Berdasarkan data di dunia, penyakit malaria membunuh satu anak setiap 30 detik. Sekitar 300-
500 juta orang terinfeksi dan sekitar 1 juta orang meninggal karena penyakit ini setiap tahunnya.
90% kematian terjadi di Afrika, terutama pada anak-anak.
Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah manusia. Bibit
penyakit malaria tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang disebut
Plasmodium.
Berdasarkan efek atau kerja obat pada stadia parasit, obat-obat antimalaria dapat digolongkan
sebagai berikut :
1) Sisontosida jaringan primer (pre-eritrositer). Digunakan untuk profilaksis kausal :
B-aminokuinolin, dia-minopirimidin, biguanida, sulfanamida, dan tetrasiklin.
2) Sisontosida jaringan sekunder (ekso eritrositer). Digunakan untuk mencegah relaps :
8-aminokuinolin.
3) Sisontosida darah (eritrosit). Digunakan untuk penyembuhan klinis atau supresi :
alka-loida chinchona, 4-aminokuinolin, sulfanamida, sulfon, dan 9-aminoakridin.
4) Gamesitosida. Digunakan untuk membunuh bentuk seksual parasit : al-kaloida chinchona, 4-
aminokuinolin, dan 8-aminokuinolin.
5) Sporontosida. Digunakan untuk mencegah pembentukan ookist dan sporosoit dalam tubuh
nyamuk : diaminopirimidin, sulfanamida, dan biguanida.
Obat-obat antimalaria yang dipakai dalam program adalah klorokuin, sulfadoksin pirimetamin,
kina, tetrasiklin, dan primakuin.
3. Klindamisi
Merupakan obat antimalaria golongan antibiotika lain. Obat ini sudah terdaftar, beredar dan
digunakan sebagai obat antibiotika.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk P.falciparum.
Dikemas dalam bentuk 75 mg dan 150 mg/ kapsul, diberikan secara oral, dengan dosis 5-10
mg/kgbb, tiap 12 jam, selama 5 hari, dan sebaiknya diberikan bersama kina atau amodiakuin.
Oemijati dkk (1989), telah meneliti obat ini di RSU Dili, Timor Timur, dengan hasil baik.
Klindamisin diberikan kepada penderita P. falciparum resisten klorokuin secara in vitro dengan
dosis 2 x 300 mg, peroral. selama 5 hari.
Angka penyembuhan 100%, dan bebas parasit dicapai pada hari ke 2-6.
Efek samping yang ditemukan ringan dan bersifat sementara.
4. Meflokuin.
Merupakan obat antimalaria golongan 4-metanol kuinolin. Obat ini pernah diteliti, belum
terdaftar dan beredar di Indonesia. Di beberapa negara obat ini sudah digunakan secara luas.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk keempat spesies plasmodium manusia.
Dikemas dalam bentuk 250 mg/tablet, diberikan secara oral, dosis tunggal, dengan dosis 15-25
mg/kgbb.
Obat ini aman untuk wanita hamil. Dapat diberikan untuk profilaksis dengan loading dose
750 mg, kemudian 125 mg/minggu. Waktu paruh obat ini adalah sekitar 3 minggu, dan
konsentrasi dalam plasma mencapai puncaknya dalam 12-16 jam. Belum ditemukan kasus
resistensi silang dengan obat antimalaria lain.
Untuk memperlambat terjadinya resistensi P. falciparum meflokuin sebaiknya digunakan
kombinasi dengan sulfadoksin-pirimetamin menjadi MSP (meflokuinsulfadoksin-pirimetamin)
yang dapat diberikan dengan dosis tunggal.
Efikasi obat ini di Thailand baik, dengan angka penyem-buhan 90-100%, bebas demam
dicapai pada hari ke 1-3 dan bebas parasit pada hari ke 3-5. Di Indonesia, walaupun belum
beredar dan dipakai, telah ditemukan kasus resisten di Irian Jaya dan Jawa Tengah.
Efek samping obat ringan dan sementara yaitu : gangguan saluran pencernaan, lemah,
pusing, insomnia, pruritus, dan skin rash. Semua efek samping ini bersifat sementara dan tidak
memerlukan pengobatan khusus.
5. Halofantrin
Merupakan obat antimalaria golongan penantren metanol. Obat ini belum terdaftar dan
beredar di Indonesia. Di beberapa negara (Perancis dan negara-negara Afrika Barat) obat ini
dalam waktu dekat akan dipakai. Di Indonesia obat ini sedang diteliti.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk keempat spesies plasmodium manusia.
Dikemas dalam bentuk 250 mg/tablet, 500 mg/kapsul, dan 100 atau 250 mg/5 ml suspensi.
Diberikan secara oral dengan dosis untuk anak-anak 8-10 mg/kgbb, tiap 6 jam, dengan dosis total
24 mg/kgbb. Untuk orang dewasa (> 12 tahun) diberikan 500 mg tiap 6 jam, dengan dosis total
1500 mg.
Tidak diberikan pada wanita hamil dan menyusui karena mempunyai efek fetotoksik pada
binatang percobaan.
Waktu paruh halofantrin adalah 1-2 hari, dan konsentrasi dalam plasma mencapai puncaknya
dalam 6 jam. Belum ditemukan kasus resistensi silang dengan obatobat antimalaria lainnya.
Efikasi obat ini baik, dengan angka penyembuhan mendekati 100%, waktu bebas demam 1-3
hari, dan bebas parasite 2-3 hari.
Efek samping obat ini ringan dan sementara yaitu gangguan saluran pencernaan : mual, sakit
perut, dan diare.
6. Qinghaosu
Merupakan obat antimalaria golongan seskuiterpen lakton. Obat ini belum terdaftar dan
beredar di Indonesia. Merupakan obat tradisionil Cina dari ekstrak tumbuhan Artemesia annua L
(Qinghao) yang sebenarnya sudah dipakai sejak ribuan tahun yang lalu. Selain di Cina,
qinghaosu juga diteliti di Birma dan Thailand.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk P. falciparum dan P. vivax. Obat ini
baik untuk mengobati malaria berat atau dengan komplikasi karena efek obat yang sangat cepat.
Dikemas dalam bentuk tablet (artemisin-qinghaosu) untuk per oral, dalam larutan minyak
(artemeter) untuk sun- tikan intramuskular, dalam larutan garam fisiologis (artesunat) untuk
suntikan intravena atau intramuskular, dan dalam bentuk supositoria untuk rektal supositoria.
Dosis yang efektif masih diteliti. Dosis total untuk orang dewasa adalah tablet : 2,5-3,2 g,
larutan minyak : 0,6-1,2 g, dan larutan garam fisiologis : 1,2 g.
Tidak diberikan pada wanita hamil karena mempunyai efek fetotoksik. Waktu paruh
qinghaosu adalah 7 jam dan konsentrasi maksimum dalam plasma terlihat setelah 0,5-4 jam
pemberian obat. Tidak ditemukan kasus resistensi silang dengan klorokuin. Obat ini sangat cepat
menurunkan demam dan parasit. Waktu bebas demam yang dibutuhkan adalah 15-22 jam,
sedangkan bebas parasit antara 30-68 jam. Angka rekrudensi cukup tinggi yitu > 18% yang
biasanya timbul pada hari ke 15-30 setelah pengobatan.
Efek samping obat ini yang didapat adalah penurunan jumlah lekosit dan retikulosit yang
bersifat sementara.
7. Yingzhaosu
Merupakan obat antimalaria golongan seskuiterpen pe- roksid. Obat ini baru dikembangkan
dan didapatkan dari tanaman obat tradisionil Cina.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk P. falciparum dan tidak ditemukan
resistensi silang dengan klorokuin, meflokuin, dan qinghaosu.
Obat ini baik digunakan dengan kombinasi. Dapat diberikan peroral, atau parenteral.
Toksisitas rendah dan tidak ditemukan mutagenisitas.
8. Pironaridin
Merupakan obat antimalaria derivat hidroksianilino-benso-naphtiridin. Obat ini ban' diteliti
pada binatang percobaan dan in vitro.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk P. falciparum dan sensitif terhadap P.
falciparum resisten kiorokuin.
9. Falcimax TM
Merupakan obat antimalaria kombinasi kina, kinidin dan cinchonin.
Adapun kerja obat ini adalah sisontosida darah untuk keempat spesies plasmodium manusia.
Obat ini diberikan dengan dosis 12 mg/kgbb. flap 8 jam, selama 7 hari, per oral. Efikasi obat
ini baik, dengan angka penyembuhan 100%, sedangkan efek samping obat ringan dan sementara.
10. Lain-lain :
4-piridin metanol, ariltio kuinasolin, 2 fenil fenol, dihidrotriasin 13. Merupakan obat-obat
antimalaria yang sedang diteliti pada binatang percobaan dan bersifat sisontosida darah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anti malaria adalah obat-obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit yang
disebabkan oleh parasite bersel tunggal (Protozoa) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina yang menggigit pada malam hari dengan posisi menjungkit.
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium. Penyakit ini
ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Di dalam tubuh manusia,
parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah.
Pasien yang terinfeksi oleh malaria akan menunjukan gejala awal menyerupai penyakit
influenza, namun bila tidak diobati maka dapat terjadi komplikasi yang berujung pada kematian.
Obat anti malaria yang ideal adalah obat yang efektif terhadap semua jenis dan stadium parasite,
menyembuhkan infeksi akut maupun laten, efek samping ringan dan toksisitas rendah.
3.2 Saran
Pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN),
berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk, atau upaya pencegahan dengan pemberian
obat anti malaria bila mengunjungi daerah endemik malaria.
Ada empat jenis Plasmodium yang dapat menyebabkan penyakit malaria, yaitu sebagai berikut :
- Plasmodium Vivax, menyebabkan malaria vivax yang disebut pula sebagai malaria tertiana.
- Plasmodium falciparum, menyebabkan malaria falciparum yang dapat pula disebut sebagai
malaria tersiana.
- Plasmodium malariae, menyebabkan malaria malariae atau malaria kuartana karena serangan
demam berulang pada tiap hari keempat.
- Plasmodium ovale, menyebabkan malaria ovale dengan gejala mirip malari vivax. Malaria ini
merupakan jenis ringan dan dapat sembuh sendiri.