Anda di halaman 1dari 31

MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

“Jenis-jenis Penyakit Akibat Parasit ( Cestoda,Trematoda dan


Nematoda) dan jenis Parasit Paling Membahayakan manusia”

DISUSUN OLEH :

ANISYA RIZKY KARTIKA


P07220116006

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SAMARINDA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN


TIMUR

2017/2018

1
Penyakit – Penyakit Akibat Parasit

Berikut ini ada 12 (dua belas) jenis penyakit yang disebabkan oleh parasit
pada manusia :
1. Malaria disebabkan oleh Plasmodium melalui nyamuk anopheles betina
2. Pediculosis disebabkan oleh kutu penghisap darah,serangga dan parasit
lainnya
3. Schistosomoasis disebabkan oleh parasit Trematoda
4. mebiasis disebabkan oleh Amoeba
5. Ascariasis disebabkan oleh parasit Ascaris Lumbricoides (cacing usus)
6. Anchilostomiasis disebabkan oleh parasit Ancylostoma Duodenale
(cacing tambang)
7. Enterobiasis disebabkan oleh parasit Enterobius Vermicularis (cacing
kremi)
8. Trichuriasis disebabkan oleh parasit Trichuris Trichuira (cacing cambuk)
9. Taeniasis disebabkan oleh parasit Taenia Solium (cacing pita)
10. Strongiloiddiasis disebabkan oleh parasit strongiloides stercoralis (cacing
benang)
11. Trichinosis disebabkan oleh parasit trichinella spiralis (cacing otot)
12. Filariasis disebabkan oleh parasit Brugia Malayi (cacing filaria)

2
1. Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang dapat ditularkan oleh
nyamuk bernama Anopheles. Nyamuk ini membawa parasit plasmodium dan
menggigit orang sekaligus menyebarkannya melalui peredaran darah. Malaria
merupakan penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kematian. Dari
pernyataan yang saya kutip dari Wikipedia, berdsarkan data di dunia, penyakit
malaria membunuh anak setiap 30 detik. Sekitar 300-500 juta orang terinfeksi dan
sekitar 1 juta orang meninggal karena penyakit ini setiap tahunnya. 90% kematian
terjadi di Afrika, terutama pada anak-anak.
Nyamuk yang menyebarkan parasit ini yaitu nyamuk betina yang
sebelumnya sudah terinfeksi oleh plasmodium. Selain melalui nyamuk, penyakit
malaria juga dapat menyebar melalui beberapa hal seperti transfusi darah,
transplantasi organ, jarum suntuk yang sudah terkontaminasi. Ibu hamil juga dapat
menularkan penyakit ini kepada bayinya.
A. Penyebab Penyakit Malaria
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit yang merupakan golongan
plasmodium. Media utama yang menjadi penyebar penyakit ini yaitu nyamuk
Anopheles betina. Nyamuk ini terinfeksi oleh parasit plasmodium dari gigitan
yang dilakukan terhadap seseorang yang sudah terinfeksi parasit tersebut.
Nyamuk tersebut akan terinfeksi selama satu mingguan hingga waktu makan
selajutnya. Pada saat makan, maka nyamuk ini menggigit orang lain sekaligus
menyuntikkan parasit plasmodium ke dalam darah orang tersebut sehingga
orang tersebut akan terinsfeksi malaria.
Ada 4 jenis plasmodium yang dapat menginfeksi manusia, diantaranya
yaitu:
1. Plasmodiumovale
2. Plasmodium malariae
3. Plasmodium falciparum
4. Plasmodium vivax

3
Dari kasus-kasus tentang penyakit malaria di seluruh dunia, disimpulkan
bahwa jenis plasmodium vivax yang paling sering ditemukan pada pasien
yang terserang penyakit ini. Selain itu plasmodium falciparum merupakan
penyumbang kematian paling besar pada penyakit malaria yang menyerang
manusia di dunia yaitu sekitar 90%.
B. Gejala Penyakit Malaria
Gejala malaria dapat dibagi menjadi 2 bagian ditinjau dari berat-
ringannya. Gejalanya yaitu sebagai berikut.
1. Gejala Penyakit Malaria Ringan (Malaria tanpa Komplikasi)
Pada penderita penyakit malaria, umumnya mengalami demam dan
menggigil, sakit kepala, mual-mual, muntah, diare, terasa nyeri pada otot,
pegal-pegal. Pada gejala malaria ringan, dapat dibagi menjadi 3 stadium
yaitu sebagai berikut.
a. Stadium dingin
Pada stadium dingin penderita merasakan dingin dan menggigil yang
luarbiasa, denyut nadi terasa semakin cepat namun lemah, bibir dan
jari terlihat kebiruan, kulit kering, muntah-muntah yang terjadi kurang
lebih 15 menit hingga 1 jam.
b. Stadium demam
Pada stadium ini penderita merasakan panas, muka merah, kulit
kering, muntah dan kepala rasanya sangat sakit. Suhu tubuh biasanya
mencapai 40 derajat celcius atau lebih. Kadang penderita mengalami
kejang-kejang. Gejala ini berlangsung biasanya 2 hingga 4 jam lebih.
c. Stadium berkeringat
Stadium berkeringat yaitu pengidap penyakit malaria ini selalu
berkeringat, suhu tubuh dibawah rata-rata sehingga menyebabkan
suhu tubuh menjadi dingin. Karena sering berkeringat, biasanya sering
merasakan haus dan kondisi tubuh sangat lemah.

4
2. Gejala Penyakit Malaria Berat (Malaria dengan Komplikasi)
Penderita yang masuk dalam criteria ini biasanya sangat lemah
sekali. Malaria berat dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
laboratorium sendian darah tepi dan penderita juga memiliki komplikasi
sebagai berikut ini.
a. Tidak sadarkan diri kadang hingga koma
b. Sering mengigau
c. Bicara yang salah-salah (tidak terkontrol)
d. Kejang-kejang
e. Suhu tubuh sangat tinggi
f. Dehidrasi
g. Nafas cepat, sesak nafas
C. Cara Mencegah Penyakit Malaria
Penyakit malaria ini disebarkan oleh nyamuh sehingga kita harus menjaga
kebersihan diri maupun lingkungan sekita sehingga tidak ada nyamuk yang
berkembang biak. Bila anda sedang mengujungi tempat-tempat yang terkenal
sebagai timbulnya penyakit malaria, minumlah obat Klorokuin yang
berfungsi untuk mencegah masuknya parasit plasmodium falciparum ke
dalam tubuh.
D. Cara Mengobati Penyakit Malaria
1. Cara Modern
Jika terkena penyakit malaria, usahakan cepat ditangani dengan
membawanya berobat ke dokter ahli penyakit malaria. Jika sudah ditangan
dokter pastinya akan cepat ditangani namun bagaimana jika anda berada
ditempat terpencil dan sangat jauh dari tempat dokter, anda bisa
menggunakan cara tradisional
2. Cara Tradisional
Cara tradisional dapat dijadikan alternatif jika ada kendala berobat
kepada dokter. Untuk pengobatan secara tradisonal sangat mudah yaitu
menggunakan “Daun Pepaya”. Jangan salah, daun papaya juga sangat
manjur untuk mengobati penyakit malaria. Caranya yaitu siapkan beberapa

5
daun papaya kemudian rebus dan minum airnya 3 kali sehari. Lakukan ini
secara teratur setiap hari dan yakinlah bahwa anda akan sembuh.

2. Pediculosis Kapitis
Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala atau tuma yang
disebut pediculus humanus capitis pada kulit kepala. (Brunner & Suddarth)
Tuma betina akan meletakkan telurnya (nits) di dekat kulit kepala. Telur ini akan
melekat erat pada batang rambut dengan suatu substansi yang liat. Telur ini akan
menetas menjadi tuma muda dalam waktu sekitar 10 hari dan mencapai
maturitasnya dalam tempo 2 minggu.
a. Cara penularan
Melalui perantara benda seperti pakaian, sisir, sikat yang dipakai bersama,
wig, topi, dan perangkat tempat tidur yang terinfeksi.
b. Gejala klinis
a. tuma paling sering ditemukan di sepanjang bagian posterior kepala dan di
belakang telinga.
b. Telur tuma ini dapat dilihat dengan mata telanjang sebagai benda yang
berbentuk oval, mengkilap dan berwarna perak yang sulit dilepas dari
rambut.
c. Gigitan serangga ini menyebabkan rasa gatal yang hebat dan garukan
yang dilakukan untuk menghiulangkan gatal seringkali menimbulkan infeksi
bakteri sekunder seperti impetigo serta furunkulosis.
d. Infestasi tuma lebih sering ditemukan pada anak-anak dan orang yang
berambut panjang.
c. Pengobatan
a. Pengobatan bertujuan memusnahkan semua kutu dan telur serta
mengobatiinfeksisekunder.
b. Menurut kepustakaan, pengobatan terbaik ialah secara topical dengan
malathion 0,5 % atau 1 dalam bentuk losio atau spray
caranya: malam sebelum tidur rambut dicuci dengan sabun kemudian

6
dipakai losio malathion, lalu kepala ditutup dengan kain. Keesokan harinya
rambut dicuci lagi dengan sabun lalu disisir dengan sisir yang halus dan
rapat (serit. Pengobatan ini dapat diulang lagi seminggu kemudian, jika
masih terdapat kutu atau telur. Obat tersebut sulit didapat
c. Di Indonesia obat yang mudah didapat dan cukup efektif adalah krim
gama benzene heksaklorida (gameksan=gammexan) 1 %. Cara
pemakaiannya adalah: setelah dioleskan lalu didiamkan 12 jam, kemudian
dicuci dan disisir dengan serit agar semua kutu dan telur terlepas. Jika masih
terdapat telur, seminggu kemudian diulangi dengan cara yang sama.
d. Obat lain adalah zil benzoate 25 %, dipakai dengan cara yang sama.
e. Pada keadaan infeksi sekunder yang berat sebaiknya rambut dicukur,
infeksi sekunder dionati dulu dengan antibiotic sistemik dan topical. Dan
kemudian disusul dengan pemberian oabat dia atas dalambentuk shampoo.
Hygiene merupakan syarat agar tidak terjadi residif.

3. Schistosomoasis
Schistosomiasis (bilharziasis) adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing
pipih (cacing pita). Ini seringkali menyebabkan ruam, demam, panas-dingin, dan
nyeri otot dan kadangkala menyebabkan nyeri perut dan diare atau nyeri berkemih
dan pendarahan.
Schistosomiasis mempengaruhi lebih dari 200 juta orang di daerah tropis
dan subtropis di Amerika Selatan, Afrika, dan Asia. Lima jenis schistosoma yang
paling menyebabkan kasus pada schistosomiasis pada orang :

 Schistosoma hematobium menginfeksi saluran kemih (termasuk kantung


kemih)
 Schistosoma mansoni, Schistosoma japonicum, Schistosoma mekongi, dan
Schistosoma intercalatum menginfeksi usus dan hati. Schistosoma
mansoni menyebar luas di Afrika dan satu-satunya schistosome di daerah
barat.

7
a. Penyebab
Schistosomiasis diperoleh dari berenang, menyeberangi, atau mandi di air
bersih yang terkontaminasi dengan parasit yang bebas berenang. Schistosomes
berkembang biak di dalam keong jenis khusus yang menetap di air, dimana
mereka dilepaskan untuk berenang bebas di dalam air. Jika mereka mengenai
kulit seseorang, mereka masuk ke dalam dan bergerak melalui aliran darah
menuju paru-paru, dimana mereka menjadi dewasa menjadi cacing pita
dewasa. Cacing pita dewasa tersebut masuk melalui aliran darah menuju
tempat terakhir di dalam pembuluh darah kecil di kandung kemih atau usus,
dimana mereka tinggal untuk beberapa tahun. Cacing pita dewasa tersebut
meletakkan telur-telur dalam jumlah besar pada dinding kandung kemih atau
usus. Telur-telur tersebut menyebabkan jaringan setempat rusak dan meradang,
yang menyebabkan borok, pendarahan, dan pembentukan jaringan luka parut.
Beberapa telur masuk ke dalam kotoran(tinja)atau kemih. Jika kemih atau
kotoran pada orang yang terinfeksi memasuki air bersih, telur-telur tersebut
menetas, dan parasit memasuki keong untuk mulai siklusnya kembali.
Schistosoma mansoni dan schistosoma japonicum biasanya menetap di
dalam pembuluh darah kecil pada usus. Beberapa telur mengalir dari sana
melalui aliran darah menuju ke hati. Akibatnya peradangan hati bisa
menyebabkan luka parut dan meningkatkan tekanan di dalam pembuluh darah
yang membawa darah antara saluran usus dan hati (pembuluh darah portal).
Tekanan darah tinggi di dalam pembuluh darah portal (hipertensi portal) bisa
menyebabkan pembesaran pada limpa dan pendarahaan dari pembuluh darah di
dalam kerongkongan.
Telur-telur pada schistosoma hematobium biasanya menetap di dalam
kantung kemih, kadangkala menyebabkan borok, ada darah dalam urin, dan
luka parut. Infeksi schistosoma hematobium kronis meningkatkan resiko
kanker kantung kemih.
Semua jenis schistosomiasis bisa mempengaruhi organ-organ lain (seperti
paru-paru, tulang belakang, dan otak). Telur-telur yang mencapai paru-paru

8
bisa mengakibatkan peradangan dan peningkatan tekanan darah di dalam arteri
pada paru-paru (hipertensi pulmonari).
b. Gejala
Ketika schistosomes pertama kali memasuki kulit, ruam yang gatal bisa
terjadi (gatal perenang). Sekitar 4 sampai 8 minggu kemudian (ketika cacing
pita dewasa mulai meletakkan telur), demam, panas-dingin, nyeri otot, lelah,
rasa tidak nyaman yang samar (malaise), mual, dan nyeri perut bisa terjadi.
Batang getah bening bisa membesar untuk sementara waktu, kemudian kembali
normal. kelompok gejala-gejala terakhir ini disebut demam katayama.
Gejala-gejala lain bergantung pada organ-organ yang terkena ::

1. Jika pembuluh darah pada usus terinfeksi secara kronis : perut tidak
nyaman, nyeri, dan pendarahan (terlihat pada kotoran), yang bisa
mengakibatkan anemia.
2. Jika hati terkena dan tekanan pada pembuluh darah adalah tinggi :
pembesaran hati dan limpa atau muntah darah dalam jumlah banyak.
3. Jika kandung kemih terinfeksi secara kronis : sangat nyeri, sering
berkemih, kemih berdarah, dan meningkatnya resiko kanker kandung
kemih.
4. Jika saluran kemih terinfeksi dengan kronis : peradangan dan akhirnya
luka parut yang bisa menyumbat saluran kencing.
5. Jika otak atau tulang belakang terinfeksi secara kronis (jarang terjadi) :
Kejang atau kelemahan otot.
c. Pengobatan
Untuk pengobatan, 2 sampai 3 dosis praziquantel digunakan melalui mulut
lebih selama 1 hari.
d. Pencegahan
Schistosomiasis paling baik dicegah dengan menghindari berenang,
mandi, atau menyeberang di air alam di daerah yang diketahui mengandung
schistosomes.

9
4. Amebiasis
Amebiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh
Entamoeba histolytica.
a. Penyebab
Penyebabnya adalah Entamoeba histolytica. Penularan langsung terjadi
melalui kontak dengan tinja yang terinfeksi. Penyakit ini paling sering
ditemukan pada masyarakat yang tinggal di daerah yang derajat kesehatan
lingkungannya buruk. Buah – buahan dan sayuran bisa terkontaminasi jika
tumbuh di dalam tanah yang diberi pupuk kotoran manusia, atau dicuci dengan
air yang terkontaminasi pada orang yang telah mengadakan atau diolah oleh
seseorang terinfeksi. Penyakit ini juga ditemukan pada orang yang telah
mengadakan perjalanan ke negara berkembang dan pada pria homoseksual.
b. Gejala
Kebanyakan penderita, terutama yang tinggal di daerah beriklim sedang,
tidak menunjukkan gejala. Kadang – kadang gejalanya samar – samar,
sehingga hampir tidak diketahui. Gejalanya bisa berupa diare yang hilang –
timbul dan sembelit, banyak buang angin dan keram perut. Bila disentuh, perut
akan terasa nyeri dan tinja bisa mengandung darah serta lendir. Bisa terjadi
demam ringan dan sering terjadi penurunan berat badan dan anemia.
c. Pengobatan
Ini dapat diobati dengan obat anti amuba (amebisid). Pengobatan ini harus
berdasarkan resep dokter. Tinja akan diperiksa ulang dalam waktu 1,3 dan 6
bulan setelah pengobatan untuk memastikan kesembuhan pasien.
d. Pencegahan
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah terkena amebiasis :
1) Selalu cuci tangan dengan bersih menggunakan sabun dan air mengalir
setelah buang air besar.
2) Pastikan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bersih.

10
5. Ascariasis

Ascariasis adalah kondisi untuk menyebut infeksi yang disebabkan cacing


gelang. Cacing gelang bersifat parasit karena menggunakan tubuh manusia
sebagai inang untuk tumbuh dewasa dan bereproduksi. Cacing dewasa dapat
berukuran hingga 30 cm. Ascariasis paling banyak terjadi pada anak-anak di
daerah tropis dan subtropis, terutama pada lingkungan dengan sanitasi dan
kebersihan yang buruk.

a. Gejala
Kebanyakan kasus ascariasis tidak menunjukkan gejala. Sedangkan kasus
infeksi berat mungkin menimbulkan gejala yang bervariasi, tergantung bagian
tubuh yang terpengaruh. Berikut adalah diantaranya:
1. Paru-paru
Setelah tertelan, telur ascariasis akan menetas dalam usus kecil dan
larva bermigrasi melalui aliran darah atau sistem limfatik ke paru-paru.
Pada tahap ini, penderita mungkin mengalami tanda-tanda dan gejala yang
mirip dengan asma atau pneumonia, termasuk: Batuk terus – menerus,
sesak napas, dan mengi. Setelah 6 hingga 10 hari di paru-paru, larva
kemudian melanjutkan perjalanan ke tenggorokan untuk kemudian
dibatukkan dan tertelan.
2. Usus
Larva tumbuh menjadi cacing dewasa di usus kecil dan terus hidup
disana hingga mati. Dalam kasus ascariasis ringan hingga sedang, infeksi
pada usus akan menimbulkan gejala yaitu nyeri perut samar, mual dan
muntah, diare atau tinja berdarah. Sedangkan infeksi berat ascariasis akan
menimbulkan gejala yaitu sakit perut parah, kelelahan, muntah, berat
badan.
b. Penyebab
Ascariasis tidak menular secara langsung dari manusia ke manusia. Untuk
tertular, seseorang harus mengalami kontak dengan tanah yang tercampur tinja
yang mengandung telur cacing.

11
Karena anak kecil sering bermain di tanah, infeksi terjadi saat tangan yang
kotor dimasukkan ke mulut atau digunakan memegang makanan.
Buah atau sayuran yang belum dicuci dan tumbuh di tanah yang
terkontaminasi juga dapat menularkan telur cacing gelang yang menyebabkan
ascariasis.
Seluruh proses daur hidup cacing, mulai dari telur yang tertelan hingga
telur yang dikeluarkan melalui kototran, berlangusng sekitar dua hingga tiga
bulan.
Sebagai informasi, cacing gelang bisa hidup di dalam tubuh manusia
selama satu hingga dua tahun.

6. Anchilostomiasis
a. Gejala
Gejala penderita cacing tambang (Nekatoriasis/Ankilostomiasis) adalah
gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare dan nyeri ulu hati), pusing nyeri
kepala, lemah dan lelah, anemia, gatal di daerah masuknya cacing.
b. Penyebab
Cacing tambang (Nekatoria dan ankilostomia)
Cacing masuk tubuh manusia dengan berbagai cara. Telur cacing gelang
tertelan sewaktu makan makanan yang terkontaminasi oleh kotoran. Sedang
larva cacing tambang hidup ditanah dan masuk lewat kulit yang menyebabkan
infeksi.
c. Hal Yang Dapat Dilakukan
1. Menjaga kebersihan diri dengan memotong kuku, menggunakan sabun
pada waktu mencuci tangan sebelum makan, setelah buang air besar dan
pada waktu mandi
2. Menghindari makanan yang telah dihinggapi lalat dan cuci bersih bahan
makanan untuk menghindari telur cacing yang mungkin ada serta biasakan
memasak makanan dan minuman
3. Menggunakan karbol di tempat mandi.

12
4. Menggunakan alas kaki untuk menghindari sentuhan langsung dengan
tanah saat bekerja dihalaman, perkebunan pertanian, pertambangan, dll

7. Enterobiasis
Enterobiasis atau oxyuriasis adalah penyakit akibat infeksi cacing
Enterobius vermicularis atau Oxyuris vermicularis. Disebut pula sebagai pinworm
infection, atau di Indonesia dikenal sebagai infeksi cacing kremi. Penyakit ini
identik dengan anak-anak, meski tak jarang orang dewasa juga terinfeksi.
a. Diagnosa
Pada pemeriksaan tinja dapat ditemukan adanya cacing dewasa. Cacing
jantan dewasa setelah kopulasi mati dan keluar bersama tinja. Sementara
dengan metode Scotch adhesive tape swab, dapat menemukan telur yang
diletakkan didaerah perianal.
b. Gejala Klinis
Enterobiasis relatif tidak berbahaya. Gejala klinis yang paling menonjol
adalah rasa gatal (pruritus ani) mulai dari rasa gatal sampai timbul rasa nyeri.
Akibat garukan akan menimbulkan iritasi di sekitar anus, kadang sampai
terjadi perdarahan dan disertai infeksi bakteri. Keadaan ini sering terjadi pada
waktu malam hari. Hal ini akan menyebabkan gangguan tidur pada anak-anak
(insomnia) oleh karena rasa gatal, anak akan kurang tidur dan badannya pun
menjadi lemah serta lebih cengeng atau sensitif. cepat marah, dan gigi
menggeretak. Kondisi yang tidak mengenakkan ini membuat nafsu makan anak
berkurang. Berat badannya serta merta berkurang.
Kadang-kadang cacing dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian
proksimal sampai ke lambung, esofagus dan hidung sehingga menyebabkan
gangguan di daerah tersebut. Cacing sering ditemukan di apendiks (usus buntu)
tetapi jarang menyebabkan appendisitis. Pada beberapa kasus dilaporkan
adanya migrasi cacing betina pada penderita wanita bisa sampai ke vagina-
rahim-akhirnya ke tuba fallopi dan menimbulkan radang saluran telur atau
salpingitis. Kondisi ini sangat berbahaya, terutama pada wanita usia subur,
sebab dapat menyebabkan kemandulan, akibat buntunya saluran tuba.

13
Adanya cacing dewasa pada mukosa usus akan menimbulkan iritasi dan
trauma sehingga dapat menyebabkan ulkus kecil. Jumlah cacing yang banyak
dalam rektum dapat menyebabkan rectal kolil (rasa nyeri hebat pada usus
besar).
c. Penularan Penyakit
Penularan dari tangan ke mulut (hand to mouth), setelah anak-anak
menggaruk daerah sekitar anus oleh karena rasa gatal, kemudian mereka
memasukkan tangan atau jari-jarinya ke dalam mulut. Kerap juga terjadi,
sesudah menggaruk daerah perianal mereka menyebarkan telur kepada orang
lain maupun kepada diri sendiri karena memegang benda-benda maupun
pakaian yang terkontaminasi. Telur Enterobius vermicularis menetas di daerah
perianal kemudian larva masuk lagi ke dalam tubuh (retroinfeksi) melalui anus
terus naik sampai sekum dan tumbuh menjadi dewasa. Cara inilah yang kita
kenal sebagai : autoinfeksi
d. Pencegahan
Sangat penting untuk menjaga kebersihan pribadi, dengan menitikberatkan
kepada mencuci tangan setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan
makanan.Pakaian dalam dan seprei penderita sebaiknya dicuci sesering
mungkin.
Langkah-langkah umum yang dapat dilakukan untuk mengendalikan
infeksi cacing kremi adalah:
1. Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar.
2. Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku.
3. Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu.
4. Mencuci jamban setiap hari.
5. Menghindari penggarukan daerah anus.
6. Menjauhkan tangan dan jari tangan dari hidung dan mulut.

8. Trichuriasis
Trichuriasis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh Trichuris trichiura.
Penyakit ini terutama terjadi di daerah subropis dan tropis, dimana kebersihan

14
lingkungannya buruk serta iklim yang hangat dan lembab memungkinkan telur
dari parasit ini mengeram di dalam tanah.
a. Penyebab
Penyebabnya adalah Trichuris trichiura, suatu cacing cambuk usus.Infeksi
terjadi jika manusia menelan makanan yang mengandung telur parasit yang
telah mengeram di dalam tanah selama 2-3 minggu.
Larva akan menetas di dalam usus halus lalu berpindah ke usus besar dan
menancapkan kepalanya di dalam lapisan usus.
Setiap larva akan tumbuh sepanjang 12,5 cm. Cacing betina dewasa
menghasilkan sekitar 5000 telur/hari dan dibuang melalui tinja.
b. Gejala
Hanya infeksi yang berat yang menyebabkan gejala berupa nyeri perut dan
diare. Infeksi yang sangat berat menyebabkan perdarahan usus, anemia,
penurunan berat badan dan peradangan usus buntu (apendisitis). Kadang
rektum menonjol melewati anus (prolapsus rektum), terutama pada anak-anak
atau wanita dalam masa persalinan.
c. Diagnosa
Pada pemeriksaan contoh tinja dengan mikroskop, akan ditemukan telur parasit
yang bebentuk seperti tong.
d. Pengobatan
Infeksi ringan tidak memerlukan pengobatan khusus.
Jika diperlukan pengobatan, biasanya diberikan mebendazol. Mebendazol<
tidak boleh diberikan kepada wanita hamil karena bisa membahayakan janin
yang dikandungnya.
e. Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya penyakit ini perlu diperhatikan hal-hal berkut:
1. Gunakan jamban yang bersih
2. Tingkatkan kebersihan individu
3. Hindari sayuran yang belum dicuci bersih.

15
9. Taeniasis
Taenia saginata (cacing pita daging sapi) : Cacing dewasa dapat
ditemukan dalam usus manusia penderita taeniasis, berbentuk pipih panjang
seperti pita dan tubuhnya beruas-ruas (segmen). Panjangnya rata-rata 5m bahkan
bisa mencapai 25m yang terdiri atas lebih dari 1000 segmen (Pawlowski &
Schultz 1972; Soulsby 1982; Smyth 2004).
a. Cara Penularan
Telur Taenia saginata yang dikeluarkan lewat tinja orang yang
terinfeksi hanya bisa menular kepada sapi & didalam otot sapi parasit akan
berkembang menjadi Cysticercus bovis, stadium larva dari Taenia
saginata. Infeksi pada manusia terjadi karena orang tersebut memakan
daging sapi mentah atau yang dimasak tidak sempurna yang mengandung
Cysticerci; di dalam usus halus cacing menjadi dewasa & melekat dalam
mukosa usus. Begitu juga infeksi Taenia solinum terjadi karena memakan
daging babi mentah atau yang dimasak kurang sempurna (“measly pork”)
yang mengandung cysticerci; cacing menjadi dewasa didalam intestinum.
b. Gejala dan Tanda
Infestasi T.saginata umumnya bersifat asimptomatik. Masa inkubasi
berlangsung selama 8-10 minggu. Segmen cacing yang disebut proglotid
dapat keluar dari anus secara sendiri atau bersama tinja. Pada beberapa
kasus dapat ditemukan gejala sakit perut, kolik, nausea, kelelahan dan
penurunan berat badan. Nafsu makan dapat turun, tetapi ada juga yang
meningkat. Perut menggembung dan merasa kurang nyaman akibat
akumulasi gas dalam saluran pencernaan.
Gejala klinik yang ditimbulkan oleh infestasi T.solium mirip dengan
T.saginata. gejala klinik yang cukup parah dapat terjadi apabila manusia
bertindak sebagai induk semang antara. Cysticercus umumnya terbentuk
pada jaringan dibawah kulit, namun dapat pula terbentuk di otak dan mata.
Apabila terbentuk diota, gejala klinik yang timbul berupa kelumpuhan,
epilepsi, bahakan dapat bersifat fatal. Gejala epilepsi akibat cysticercus
terbentuk diotak pernah dilaporkan di Papua.

16
c. Pengobatan
Pengobatan pada hakekatnya sama untuk semua cacing pita manusia.
Untuk mencapai penyembuhan sempurna. Scolexnya harus dikeluarkan.
Maka untuk memeriksa hasil pengobatan, pencarian teliti daripada scolex
dalam tinja harus dilakukan. Bila scolex tidak ditemukan, perlu ditunggu 3
bulan untuk memastikan apakah penderita sudah tidak mengeluarkan
proglotid atau telur lagi (Brotowidjoyo, 1987).
d. Pencegahan
1. Mencegah terjadinya pencemaran/kontaminasi tinja terhadap tanah,
air, makanan & pakan ternak dengan cara mencegah penggunaan air
limbah untuk irigasi
2. Memasak daging sapi atau daging babi secara sempurna.
3. Daging sapi atau daging babi yang dibekukan pada suhu di bawah
minus 5oC (23oF) selama lebih dari 4 hari dapat membunuh cysticerci.
4. Jauhkan ternak babi kontak dengan jamban & kotoran manusia.

10. Strongiloiddiasis
Jenis cacing ini membahayakan bagi bayi karena dapat ditularkan melalui
ASI. Strongyloides stercoralis hidup pada daerah beriklim tropis dan subtropis.
Hanya cacing betina dari jenis cacing ini yang hidup sebagai parasit di usus
manusia, terutama di duodenum dan yeyunum. Telurnya menetas di kelenjar usus,
kemudian keluar bersama feces dalam bentuk larva rhabditiform. Larva ini akan
berubah menjadi larva filariform apabila sudah berada di tanah. Namun demikian,
larva filariform bisa juga terbentuk di dalam usus sehingga terjadi infeksi yang
disebut autoinfeksi interna. Ada tiga tipe strongiloiddiasis (nama penyakit yang
disebabkan Strongyloides stercoralis,-red) yaitu tipe ringan, tipe sedang, dan tipe
berat. Tipe ringan tidak memberikan gejala apa-apa. Pada tipe sedang, dapat
menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan, umumnya gejala di usus. Jika
sudah pada tipe atau infeksi berat, penderita mengalami gangguan hampir di
seluruh sistem tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian.

17
11. Trichinosis
Trichinosis adalah penyakit yang disebabkan oleh larva cacing Trichinela
spiralis. Cacing dewasanya hidup dalam usus mamalia dan larvanya dalam
jaringan otot hospes yang sama. Hewan yang rentan adalah babi, tikus, beruang
dan manusia. Sapi, domba, kambing kurang rentan.
a. Cara Penularan
Babi terinfeksi akibat makan tikus yang menderita trichinosis.
Disamping itu tinja tikuspun dapat infektif apabila tikus makan daging
yang mengkista dan larvanya dikeluarkan dalam keadaan tidak tercerna.
Selain itu babi juga dapat sebagai sumber infeksi bagi babi lain. Babi
tertular biasanya bila diberikan makanan dari sisa restoran yang tercemar
daging babi yang mengandung lava infektif.
b. Gejala Klinis
Gejala klinis ditimbulkan dipengaruhi oleh faktor-faktor sbb:
Jumlah cacing, besar dan umur hewan, otot yang diserang, daya
tahan tubuh hewan dan adanya penyakit lain. Gejala yang patogenitas
adanya larva pada alat-alat pernapasan yang dapat melumpuhkan alat
pernapasan. Gejala yang jelas (manusia) adalah diare, sakit otot, suara
parau, oedema pada dahi dan tuli, cacing ini memproduksi zat racun yang
sangat berbahaya pada hewan.
Penyakit ini bersifat zoonosis, berbahaya bagi manusia pemakan
daging babi. Cacing dewasa pada usus dapat menimbulkan iritasi dan
menyebabkan enteritis.

c. Pencegahan

1. Memutuskan siklus hidup


a. pengobatan penderita

b. bahan makanan untuk babi yang berasal dari sisa dapur dan RPH
harus dimasak terlebih dahulu.

c. Pemeliharaan ternak secara intensif dan higiene

18
d. Meniadakan tikus yang berkeliaran di RPH dan kandang babi

2. pengawasan terhadap ternak potongan, terutama didaerah tertular


3. memasak daging dengan sempurna dengan suhu paling sedikit 65,6C
4. RPH harus dilengkapi dengan kamar pendingin hal ini untuk
pencegahan kiste terhadap konsumen. Kiste pada tempratur-27 C
selama 36 jam akan mati.
12. Filariasis
Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis) adalah golongan
penyakit menular yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan melalui
berbagai jenis nyamuk. Setelah tergigit nyamuk, parasit (larva) akan menjalar dan
ketika sampai pada jaringan sistem lympa maka berkembanglah menjadi penyakit
tersebut.
Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan
pengobatan, dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan
dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Penyakit Kaki Gajah
bukanlah penyakit yang mematikan, namun demikian bagi penderita mungkin
menjadi sesuatu yang dirasakan memalukan bahkan dapat mengganggu aktifitas
sehari-hari.
Penyakit Kaki Gajah umumnya banyak terdapat pada wilayah tropis.
Menurut info dari WHO, urutan negara yang terdapat penderita mengalami
penyakit kaki gajah adalah Asia Selatan (India dan Bangladesh), Afrika, Pasifik
dan Amerika. Belakangan banyak pula terjadi di negara Thailan dan Indonesia
(Asia Tenggara).
a. Penularan
Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah
seseorang yang telah tertular sebelumnya. Darah yang terinfeksi dan
mengandung larva dan akan ditularkan ke orang lain pada saat nyamuk
yang terinfeksi menggigit atau menghisap darah orang tersebut.
Tidak seperti Malaria dan Demam berdarah, Filariasis dapat ditularkan
oleh 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes &
Armigeres. Karena inilah, Filariasis dapat menular dengan sangat cepat.

19
b. Tanda dan Gejala
Seseorang yang terinfeksi penyakit kaki gajah umumnya terjadi
pada usia kanak-kanak, dimana dalam waktu yang cukup lama (bertahun-
tahun) mulai dirasakan perkembangannya. Adapun gejala akut yang dapat
terjadi antara lain :
1. Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila
istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat
2. Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan
paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit
3. Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit
yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung
(retrograde lymphangitis)
4. Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar
getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah
5. Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak
kemerahan dan terasa panas (early lymphodema)

Sedangkan gejala kronis dari penyakit kaki gajah yaitu berupa


pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah
dada, buah zakar (elephantiasis skroti).

c. Penanganan dan Pengobatan


Tujuan utama dalam penanganan dini terhadap penderita penyakit kaki
gajah adalah membasmi parasit atau larva yang berkembang dalam tubuh
penderita, sehingga tingkat penularan dapat ditekan dan dikurangi.
Dietilkarbamasin {diethylcarbamazine (DEC)} adalah satu-satunya obat
filariasis yang ampuh baik untuk filariasis bancrofti maupun malayi,
bersifat makrofilarisidal dan mikrofilarisidal. Obat ini tergolong murah,
aman dan tidak ada resistensi obat. Penderita yang mendapatkan terapi
obat ini mungkin akan memberikan reaksi samping sistemik dan lokal
yang bersifat sementara dan mudah diatasi dengan obat simtomatik.

20
Dietilkarbamasin tidak dapat dipakai untuk khemoprofilaksis.
Pengobatan diberikan oral sesudah makan malam, diserap cepat, mencapai
konsentrasi puncak dalam darah dalam 3 jam, dan diekskresi melalui air
kemih. Dietilkarbamasin tidak diberikanpada anak berumur kurang dari 2
tahun, ibu hamil/menyusui, dan penderita sakit berat atau dalam keadaan
lemah.
Namun pada kasus penyakit kaki gajah yang cukup parah (sudah
membesar) karena tidak terdeteksi dini, selain pemberian obat-obatan
tentunya memerlukan langkah lanjutan seperti tindakan operasi.
d. Pencegahan
Bagi penderita penyakit gajah diharapkan kesadarannya untuk
memeriksakan kedokter dan mendapatkan penanganan obat-obtan
sehingga tidak menyebarkan penularan kepada masyarakat lainnya. Untuk
itulah perlu adanya pendidikan dan pengenalan penyakit kepada penderita
dan warga sekitarnya.
Pemberantasan nyamuk diwilayah masing-masing sangatlah penting
untuk memutus mata rantai penularan penyakit ini. Menjaga kebersihan
lingkungan merupakan hal terpenting untuk mencegah terjadinya
perkembangan nyamuk diwilayah tersebut.

21
Jenis Parasit yang Paling Membahayakan Manusia

1. Plasmodium Falciparum
Plasmodium falciparum adalah protozoa parasit , salah satu spesies
Plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria pada manusia . Protozoa ini
masuk pada tubuh manusia melalui nyamukAnopheles betina. P. falciparum
menyebabkan infeksi paling berbahaya dan memiliki tingkat komplikasi dan
mortalitas malaria tertinggi.
Nama penyakit yang di akibatkan oleh Plamodium Falciparum adalah
malaria falsiparum atau serting di sebut malaria tropikana. Manusia merupakan
hospes perantara parasit ini dan nyamuk Anopheles betina menjadi hopses
definitifnya atau merupakan vektornya. Parasit ini ditemukan didaerah tropic,
terutama di Afrika dan Asia Tenggara. Di Indonesia parasit ini terbesar di seluruh
kepulauan.
P. falciparum, salah satu organisme penyebab malaria, merupakan jenis
yang paling berbahaya dibandingkan dengan jenis plasmodium lain yang
menginfeksi manusia, yaitu P. vivax, P. malariae, dan P. ovale. Saat ini, P.
falciparum merupakan salah satu spesies penyebab malaria yang paling banyak
diteliti. Hal tersebut karena spesies ini banyak menyebabkan angka kesakitan dan
kematian pada manusia.
a. Morfologi Plasmodium falciparum
Parasit ini merupakan species yang berbahaya karena penyakit yang
ditimbulkannya dapat menjadi berat dan menyebabkan kematian.
Perkembangan aseksual dalam hati hanya menyangkut fase preritrosit saja,
tidak ada fase ekso-eritrosit. Bentuk dini yang dapat dilihat dalam hati adalah
skizom yang berukuran ± 30 µ pada hari keempat setelah infeksi.
Jumlah morozoit pada skizon matang (matur) kira-kira 40.000 bentuk
cacing stadium trofosoit muda plasmodium falciparum sangat kecil dan halus
dengan ukuran ±1/6 diameter eritrosit. Pada bentuk cincin dapat dilihat dua
butir kromatin; bentuk pinggir (marginal) dan bentuk accole sering ditemukan.
Beberapa bentuk cincin dapat ditemukan dalam satu eritrosit (infeksi multipel).

22
Walaupun bentuk marginal, accole, cincin dengan kromatin ganda dan infeksi
multiple dapat juga ditemukan dalam eritrosit yang di infeksi oleh species
plasmodium lain pada manisia, kelainan-kelainan ini lebih sering ditemukan
pada Plasmodium Falciparum dan keadaan ini penting untuk membantu
diagnosis species.
Bentuk cincin Plasmodium falciparum kemudian menjadi lebih besar,
berukuran seperempat dan kadang-kadang setengah diameter eitrosit dan
mungkin dapat disangka parasit Plasmodium malariae. Sitoplasmanya dapat
mengandung satu atau dua butir pigmen. Stadium perkembangan siklus
aseksual berikutnya pada umumnya tidak berlangsumg dalam darah tepi,
kecuali pada kasus brat (perniseosa)
b. Siklus hidup Plasmodium falciparum
Daun / Siklus Hidup Plasmodium Falciparum Vivax Malariae Ovale –
Siklus hidup Plasmodium ditemukan oleh Ronald Ross dan Grassi.
Reproduksi secara aseksual terjadi di dalam tubuh manusia secara skizogoni
(pembelahan diri dalam tubuh inang tetap) dan pada tubuh nyamuk Anopheles
betina secara sporogoni (pembentukan spora pada inang sementara).
Sedangkan reproduksi secara seksual terjadi melalui peleburan
gamet. Ketika nyamuk Anopheles betina menggigit manusia, maka air
liur nyamuk tersebut akan masuk ke dalam tubuh manusia. Dalam air
liur tersebut terkandung zat anti pembekuan darah dan sel-sel
Plasmodium yang disebut sporozoit. Sporozoit selanjutnya akan ikut dalam
aliran darah menuju ke sel hati. Dalam sel hati, sporozoit melakukan
pembelahan berkalikali membentuk merozoit. Merozoit selanjutnya akan
menginfeksi sel darah merah hingga rusak dan pecah. Merozoit-merozoit
tersebut sebagian akan menginfeksi sel darah merah lainnya, dan sebagian
lagi akan membentuk gametosit.
Ketika berada dalam dinding usus nyamuk Anopheles betina, gametosit
akan menghasilkan gamet jantan (makrogametosit) dan gametosit betina
(mikrogametosit). Jadi, gametosit akan masuk kembali ke dalam tubuh nyamuk
ketika nyamuk tersebut menghisap darah manusia yang telah terinfeksi. Setelah

23
terjadi pembuahan, maka terbentuklah zigot yang selanjutnya tumbuh menjadi
oosit, dan oosit akan tumbuh membentuk sporozoit kembali.
c. Penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum
Pada malaria Falciparum ada tiga macam penyakit :
1) Malaria serebral dapat dimulai secara lambat atau mendadak setelah
gejala permulaan.
2) Malaria algida menyerupai syok/renjatan waktu pembedahan.
3) Gejala gastro-intestinal menyerupai disentri atau kolera.
4) Malaria falciparum berat adalah penyakit malaria dengam P.falciparum
stadium aseksual ditemukan di dalam darahnya, disertai salah satu bentuk
gejala klinis tersebut dibawah ini (WHO, 1990) dengan menyingkirkan
penyebab lain (infeksi bakteri atau virus) :
a. malaria otak dengan koma (unarousable coma)
b. anemia normositik berat
c. gagal ginjal
d. Edema paru
e. Hipoglikemia
f. Syok
g. Perdarahan spontan/DIC (disseminated intravascular coagulation
h. kejang umum yang berulang.
i. Asidosis
j. Malaria hemoglobinuria (backwater fewer)
Manifestasi klinis lainnya (pada kelompok atau daerah didaerah tertentu) :
1. Gangguan kesadaran (rousable)
2. Penderita sangat lemah (prosrated)
3. Hiperparasitemia
4. Ikterus (jaundice)
5. hiperpireksia

24
Hemolisis intravascular secara besar-besaran dapat terjadi dan memberikan
gambaran klinis khas yang dikenal sebagai “blackwater fever” atau febris
iktero-hemoglobinuria. Gejala dimulai dengan mendadak, urin berwarna merah
tua samapi hitam, muntah cairan yang berwarna empedu, ikterus, badan cepat
lemah dan morolitasnya tinggi. Pada “blackwater” parasit sedikit sekali,
kadang-kadang tidak ditemukan dalam darah tepi.
Diagnosis malaria falcifarum dapat dibuat dengan menemukan parasit
trofozoit muda ( bentuk cincin ) tanpa atau dengan stadium gametosit dalam
sediaan darah tepi. Pada autopsy dapat ditemukan pigmen dan parasit dalam
kapiler otak dan alat-alat dalam. G.Resistensi parasit malaria terhadap obat
malaria.
Resistensi adalah kemampuan strain parasit untuk tetap hidup ,
berkembangbiak dan menimbulkan gejala penyakit, walaupun diberi
pengobatan terhadap parasit dalam dosis standar atau dosis yang lebih tinggi
yang masih dapat ditoleransi.
Resistensi P.falciparum terhadap obat malaria golongan 4 aminokuinolin
(klorokuin dan amodiakuin untuk pertama kali ditemukan pada tahun 1960 -
1961 di Kolombia dan Brasil. Kemudian secara berturut-turut ditemukan di
Asia Tenggara, di Muangthai, Kamboja, Malaysia, Laos, Vietnam, Filifina. Di
Indonesia ditemukan di Kalimantan timur (1974), Irian Jaya (1976), Sumatera
Selatan (1978), Timor Timur (1974), Jawa Tengah (Jepara, 1981) dan Jawa
Barat (1981). Focus resistensi tidak mengcakup semua daerah, parasit masih
sensitive dibeberapa tempat di daerah tersebut. Bila resistensi P.Falciparum
terhadap klorokuin sudah dapat dipastikan.

25
2. Schistosoma

Cacing Schistosoma termasuk ke dalam class Trematoda dalam phylum


Platyhelminthes. Pada manusia ditemukan 3 spesies penting Schistosoma yaitu,
Schistosoma japonicum, Schistosoma mansoni dan schistosoma haematobium.

a. SCHISTOSOMA JAPONICUM

Ini adalah cacing yang lebih


berbahaya daripada cacing
schistosoma yang dikenal di Mesir.
Dan babi adalah satu-satunya binatang
yang mengandung cacing ini. Cacing
ini dapat menyerang manusia apabila
mereka menyentuh atau mencuci
dengan air yang mengandung larva cacing ini yang biasanya datang dari kotoran
babi yang masuk ke dalamnya. Cacing ini dapat membakar kulit manusia serta
dapat menyelinap ke dalam darah, paru, dan hati. Cacing ini berkembang sangat
cepat, dalam sehari bisa mencapai lebih dari 20000 telur, yang dapat membakar
kulit, lambung dan hati, terkadang dapat menyerang otak dan saraf tulang
belakang yang bisa menyebabkan kelumpuhan dan kematian.

1) Nama Penyakit
Jika cacing ini menulari manusia, maka akan menyebabkan penyakit
schistosomosis, skistosomiasis japonika, penyakit katayama atau penyakit
demam keong yang menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat terbesar
di Asia dan Afrika.
Seseorang yang menderita penyakit ini akan mengalami kerusakan hati,
kelainan jantung, limpa, ginjal, dan kantung kemih.

26
2) Lingkaran Hidup
Orang yang terinfeksi buang air kecil atau buang air besar di air. Air
kencing atau kotoran mengandung telur cacing. Telur cacing menetas dan
cacing pindah ke keong, Cacing muda pindah dari keong ke manusia. Dengan
demikian, orang yang mencuci atau berenang di air di mana orang yang
terinfeksi pernah buang air kecil atau buang air besar, maka ia akan terinfeksi.
Cacing atau serkaria (bentuk infektif dari cacing Schistosoma)
menginfeksi dengan cara menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam
air yang mengandung serkaria. Waktu yang diperlukan untuk infeksi adalah 5-
10 menit. Setelah serkaria menembus kulit, larva ini kemudian masuk ke dalam
kapiler darah, mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan, lalu paru
dan kembali ke jantung kiri; kemudian masuk ke sistem peredaran darah besar,
ke cabang-cabang vena portae dan menjadi dewasa di hati.
Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan vena usus atau vena
kandung kemih dan kemudian betina bertelur setelah berkopulasi. Cacing
betina meletakkan telur di pembuluh darah. Telur dapat menembus keluar dari
pembuluh darah, bermigrasi di jaringan dan akhirnya masuk ke lumen usus
atau kandung kemih untuk kemudian ditemukan di dalam tinja atau urin. Telur
menetas di dalam air; dan larva yang keluar disebut mirasidium. Mirasidium ini
kemudian masuk ke tubuh keong air dan berkembang menjadi serkaria.
3) Gejala Klinis
Kelainan tergantung dari beratnya infeksi. Kelainan yang ditemukan pada
stadium I adalah gatal-gatal (uritikaria). Gejala intoksikasi disertai demam
hepatomegali dan eosinofilia tinggi.
Pada stadium II ditemukan pula sindrom disentri. Pada stadium III atau
stadium menahun ditemukan sirosis hati dna splenomegali; biasanya penderita
menjadi lemah (emasiasi). Mungkin terdapat gejala saraf, gejala paru dan lain-
lain.

27
4) Morfologi
Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1,5 cm dan yang betina kira-kira
1,9 cm, hidupnya di vena mesenterika superior. Telur ditemukan di dinding
usus halus dan juga di alat-alat dalam seperti hati, paru, dan otak.
5) Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur di dalam tinja atau jaringan
biopsi hati dan biopsi rektum. Reaksi serologi dapat dipakai untuk membantu
menegakkan diagnosis. Reaksi serologi dapat dipakai adalah COPT
(Circumoval precipitin test), IHT (Indirect Haemagglutation test), CFT
(Complement fixation test), FAT (Fluorescent antibody test) dan ELISA
(Enzyme linked immuno sorbent assay).

b. SCHISTOSOMA MANSONI

Orang yang terinfeksi buang air


kecil atau buang air besar di air. Air
kencing atau kotoran mengandung telur
cacing. Telur cacing menetas dan cacing
pindah ke keong, Cacing muda pindah
dari keong ke manusia. Dengan
demikian, orang yang mencuci atau
berenang di air di mana orang yang
terinfeksi pernah buang air kecil atau buang air besar, maka ia akan terinfeksi.

Cacing atau serkaria (bentuk infektif dari cacing Schistosoma)


menginfeksi dengan cara menembus kulit pada waktu manusia masuk ke
dalam air yang mengandung serkaria. Waktu yang diperlukan untuk infeksi
adalah 5-10 menit. Setelah serkaria menembus kulit, larva ini kemudian masuk
ke dalam kapiler darah, mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung kanan,
lalu paru dan kembali ke jantung kiri; kemudian masuk ke sistem peredaran
darah besar, ke cabang-cabang vena portae dan menjadi dewasa di hati.

28
Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan vena usus atau vena
kandung kemih dan kemudian betina bertelur setelah berkopulasi. Cacing
betina meletakkan telur di pembuluh darah. Telur dapat menembus keluar dari
pembuluh darah, bermigrasi di jaringan dan akhirnya masuk ke lumen usus
atau kandung kemih untuk kemudian ditemukan di dalam tinja atau urin. Telur
menetas di dalam air dan larva yang keluar disebut mirasidium. Mirasidium ini
kemudian masuk ke tubuh keong air dan berkembang menjadi serkaria.

1. Gejala Klinis
Kelainan dan gejala yang ditimbulkannya kira-kira sama seperti pada S.
Japonicum, akan tetapi lebih ringan.
2. Morfologi
Cacing dewasa jantan berukuran 1 cm, dan cacing dewasa betina
berukuran 1,4 cm. Pada cacing dewasa terdapat tonjolan lebih kasar bila
dibandingkan dengan Schistosoma japonicum dan Schistosoma
haematobium
3. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur di dalam tinja atau
jaringan biopsi hati dan biopsi rektum. Reaksi serologi dapat dipakai untuk
membantu menegakkan diagnosis. Reaksi serologi dapat dipakai adalah
COPT (Circumoval precipitin test), IHT (Indirect Haemagglutation test),
CFT (Complement fixation test), FAT (Fluorescent antibody test) dan
ELISA (Enzyme linked immuno sorbent assay).

29
c. SCHISTOSOMA HAEMATOBIUM
Orang yang terinfeksi buang air kecil atau
buang air besar di air. Air kencing atau kotoran
mengandung telur cacing. Telur cacing
menetas dan cacing pindah ke keong, Cacing
muda pindah dari keong ke manusia. Dengan
demikian, orang yang mencuci atau berenang
di air di mana orang yang terinfeksi pernah
buang air kecil atau buang air besar, maka ia
akan terinfeksi.
Cacing atau serkaria (bentuk infektif dari
cacing Schistosoma) menginfeksi dengan cara menembus kulit pada waktu
manusia masuk ke dalam air yang mengandung serkaria. Waktu yang
diperlukan untuk infeksi adalah 5-10 menit. Setelah serkaria menembus kulit,
larva ini kemudian masuk ke dalam kapiler darah, mengalir dengan aliran
darah masuk ke jantung kanan, lalu paru dan kembali ke jantung kiri;
kemudian masuk ke sistem peredaran darah besar, ke cabang-cabang vena
portae dan menjadi dewasa di hati.
Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan vena usus atau vena
kandung kemih dan kemudian betina bertelur setelah berkopulasi. Cacing
betina meletakkan telur di pembuluh darah. Telur dapat menembus keluar dari
pembuluh darah, bermigrasi di jaringan dan akhirnya masuk ke lumen usus
atau kandung kemih untuk kemudian ditemukan di dalam tinja atau urin. Telur
menetas di dalam air; dan larva yang keluar disebut mirasidium. Mirasidium ini
kemudian masuk ke tubuh keong air dan berkembang menjadi serkaria.

1. Gejala Klinis
Penyakit ini seringkali tidak memperlihatkan tanda-tanda awal. Di
beberapa tempat tanda-tanda umum yang sering terlihat adalah adanya darah
di dalam air kencing atau kotoran. Pada wanita tanda ini bisa juga
disebabkan oleh adanya luka pada alat kelaminnya. Di daerah di mana

30
penyakit ini banyak terjadi, orang yang memperlihatkan sekedar gejala-
gejala yang tidak parah atau hanya sekedar sakit perut saja, patut diperiksa.
2. Morfologi
Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1,3 cm dan yang betina kira-kira
2,0 cm. Hidupnya di vena panggul kecil, terutama di vena kandung kemih.
Telur ditemukan di urin dan alat-alat dalam lainnya, juga di alat kelamin dan
rektum.
3. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur di dalam tinja atau
jaringan biopsi hati dan biopsi rektum. Reaksi serologi dapat dipakai untuk
membantu menegakkan diagnosis. Reaksi serologi dapat dipakai adalah
COPT (Circumoval precipitin test), IHT (Indirect Haemagglutation test),
CFT (Complement fixation test), FAT (Fluorescent antibody test) dan
ELISA (Enzyme linked immuno sorbent assay).

31

Anda mungkin juga menyukai