Anda di halaman 1dari 41

Infeksi parasit

Latar Belakang

Data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)


tahun 2013 menyebutkan bahwa Insidensi
malaria pada penduduk Indonesia adalah
1,9% menurun dibanding tahun 2007 (2,9 %).
Prevalensi malaria tahun 2013 adalah 6,0 %.
(Riset Kesehatan Dasar, 2013)
Provinsi Sumatera Barat mempunyai insidensi
malaria yaitu 0,3 % dan prevalensinya yaitu
1,1 % pada tahun 2013. Untuk kota Padang
angka kesakitan malaria nya adalah 0,07 per
1.000 penduduk berisiko. Dapat dilihat bahwa
kejadian infeksi parasit seperti malaria ini
masih tinggi. (Profil Kesehatan Kota Padang,
2014)

Definisi
PARASIT
Parasit adalah
organisme yang
membutuhkan
makhluk hidup lain
sebagai sumber
makanan sehingga
dapat merugikan
kehidupan bahkan
dapat menimbulkan
kematian induk
INFEKSI PARASIT
semang (hospes)
proses invasi dan multiplikasi suatu parasit ke dalam tubuh
tempatnya
sehingga menimbulkan infeksi. (Natadisastra, 2009)
menumpang hidup.
INFEKSI
Infeksi merupakan proses
invasi dan multiplikasi
berbagai mikroorganisme
ke dalam tubuh (seperti
bakteri, virus, jamur, dan
parasit), yang saat dalam
keadaan normal,
mikroorganisme tersebut
tidak terdapat di dalam
tubuh. (Mandal, 2006)

Infeksi parasit disebabkan oleh tiga jenis


organisme: protozoa, helminth (cacing), dan
ektoparasit seperti serangga.

binatang, disebut zooparasit, sedangkan jika


tumbuhan disebut phytoparasit. Sekarang ini
yang dimaksud dengan parasit yaitu
zooparasit.

Menurut tempat hidup parasit pada hospes

ada dua macam parasit


yaitu

ektoparasit,
hidupnya pada
permukaan tubuh (kulit)
hospes, kebanyakan
dari arthropoda.
Ektoparasit merupakan
organisme yang juga
memiliki banyak sel
yang biasanya hidup
atau makan dari kulit
manusia, seperti
nyamuk, lalat, kutu,
atau tungau.

endoparasit
hidupnya didalam
tubuh hospes.
Helminth merupakan
organisme yang
memiliki banyak sel
(multi sel) yang
biasanya dikenal
dengan nama
cacing.

Proses masuknya endoparasit ke dalam tubuh


hospes disebut infeksi.
Sedangkan menempelnya ektoparasit pada
tubuh hospes disebut infestasi.
Dilihat dari segi kerusakan yang ditimbulkan
oleh parasit, parasit dibagi dua kelompok,
yaitu yang dapat menimbulkan kerusakan
lokal/sistemik disebut parasit patogen,
sedangkan yang tidak menimbulkan
kerusakan disebut parasit apotogen.

HOSPES
Hospes definitif (hospes terminal/akhir)
yaitu manusia, hewan, atau tumbuhan yang
menjadi tempat hidup parasit dewasa dan atau
parasit mengadakan reproduksi seksual.

Hospes perantara (intermediate host)


yaitu manusia, hewan, atau tumbuhan yang
menjadi tempat parasit menyempurnakan
sebagian dari siklus hidupnya dan atau tempat
parasit mengadakan pembiakan aseksualnya.

Tuan rumah peserta


ialah hospes yang dapat juga dihuni oleh parasit tertentu
walaupun sebenarnya bukan merupakan tuan rumah
definitif bagi parasit tersebut.
Hospes paratenik
merupakan tuan rumah potensial dan di dalamnya tidak
terjadi perkembangan parasit muda, hospes itu tidak
mendukung atau menghalangi parasit itu dalam
menyelesaikan siklus hidupnya, misalnya Toxocara cati
yang merupakan ascaris pada kucing. Jika telur yang tela
matang termakan manusia maka larva keluar setelah
larva menetas akan tetapi larva ini tidak akan pernah
berkembang lebih lanjut, manusia bertindak sebagai
hospes paratenik.

VEKTOR

Ada hospes yang menularkan parasit pada


manusia disebut vektor, biasanya yang
bertindak sebagai vektor tersebut
arthopoda.

Ada dua jenis vektor yaitu vektor mekanis


(phoretik) dan vektor biologis.
Yang dimaksud vektor biologis adalah yang
sebagian siklus hidup parasitnya terjadi pada
tubuh vektor tersebut, jika dalam tubuh
vektor tidak terjadi sebagian siklusnya maka
disebut vektor mekanis. (Natadisastra, 2009)

SUMBER INFEKSI

Parasit yang dapat menjadi sumber infeksi bagi


manusia dapat bersal dari tanah atau air yang
terkontaminasi, makanan yang mengandung stadium
infektif yaitu stadium parasit yang dapat menginfeksi
manusia, arthopoda penghisap darah, binatang,
tumbuhan air, dari manusia lain ( dari seseorang ke
orang lain) atau dapat berasal dari diri sendiri.
Tanah yang dikotori tinja manusia terutama sekali
dapat dapat bertindak sebagai sumber infeksi dari
beberapa cacing, yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris
trichiura, cacing tambang (Necator americanus dan
Ancylostoma duodenale), Stongyloides stercoralis.

Air dapat berisi krista amoeba, flagelata usus,


telur Taenia solium, dan stadium cercaria
trematoda darah.
Ikan air tawar dapat mengandung larva
Diphyllothrium latum,
Manusia lain dapat menjadi sumber infeksi
bagi amoeba patogen (Entamoeba
histolytica), Enterobius vermicularis dan
Hymenolepis nana. Autoinfeksi terjadi pada
reinfeksi oleh Strongyloides stercoralis.
(Natadisastra, 2009)

Cara Masuk Parasit

Parasit masuk ke dalam tubuh manusia


dengan berbagai jalan/tempat masuk,
diantaranya melalui mulut, menembus kulit,
gigitan arthopoda (arthopoda berperan
sebagai ektoparasit atau vektor bagi cacing
ataupun protozoa) atau melalui inhlasi.
Cara lain walaupun jarang dengan menembus
plasenta/transplansentral/kongenital,
hubungan seksual, jarum suntik, transfusi
darah atau melalui transplantasi jaringan.

Cara transmisi lainnya, meliputi : inhalasi telur


Enterobius vermicularis (air borne) sampai di
pharinx posterior, infeksi transplasenta
(kongenital) pada toxoplasma gondii kadangkadang parasit malaria, trematoda darah dan
lainnya, infeksi transmammary(susu) oleh
spesies Strongyloides stercolaris, Ancylostoma
duodenale serta beberapa trematoda, melalui
hubungan seksual pada Trichomonas vaginalis,
melalui ransfusi darah serta transplantasi
jaringan antara lain Plasmodium sp, dari ibu
hamil ke janin melalui plasenta. (Muslim, 2009)

SIKLUS HIDUP

Parasit dalam siklus hidupnya terjadi beberapa


tingkat perubahan bentuk (metamorfosis).
Banyak parasit yang memiliki daur hidup yang
sederhana dan langsung, ialah stadium infektif
(misalnya kista spora atau larva motil) yang
dilepaskan oleh hospes, langsung diambil
(sering kali dimakan) oleh hospes lain,
kemudian parasit tumbuh dan berkembang.
Spesies parasit lain dapat memiliki siklus hidup
yang rumit dan tidak langsung, sering kali
membutuhkan satu atau lebih tuan rumah
perantara.

SIKLUS HIDUP

Untuk menjalankan siklus hidupnya, parasit tidak


hanya selalu membutuhkan satu tuan rumah. Untuk ini
dikenal adanya tuan rumah definitif (hospes
terminal/akhir) dan tuan rumah perantara
(intermediate host).
Tempat hidup parasit dewasa adalah tuan rumah
definitif sedangkan tempat hidup stadium lainnya
(persiapan parasit untuk menjadi dewasa) disebut tuan
rumah perantara.
Khusus untuk kelompok protozoa yang dimaksud
dengan tuan rumah definitif, yaitu pada tuan rumah
tersebut terjadi pembiakan secara seksual. Misalnya
Plasmodium sp betina karena pembiakan seksual
terjadi dalam

Perkembangan parasit dalam tubuh manusia dikenal


adanya masa tunas biologi/masa tunas prepaten
serta masa tunas klinis.
Masa tunas biologi yaitu waktu yang dibutuhkan
parasit, sejak parasit masuk ke dalam tubuh sampai
berkembang biak dan salah satu stadium parasit
ditemukan pada pemeriksaan laboratorium ( dari
tinja atau darah)
sedangkan masa tunas klinik yaitu waktu yang
dibutuhkan sejak parasit masuk sampai munculnya
gejala awal penyakit.
Biasanya masa tunas biologi lebih singkat waktunya
dibandingkan dengan masa tunas klinik.

Epidemiologi dan Distribusi Geografik

Penyebaran parasit tergantung beberapa faktor,


diantranya adanya sumber infeksi keadaan lingkungan ,
tersedianya vektor , dan keadaan penduduk.
Daerah tropik merupakan tempat hidup yang baik bagi
tumbuh dan berkembangnya parasit. Karena penduduk
padat, sosial ekonomi rendah, pendidikan kesehatan
kurang baik, sanitasi lingkungaan serta kebiasaan
masyarakat yang kurang baik terutama dalam hal
pembuangan sampah, tinja, kebiasaan penggunaan air
untuk minum dan cuci makanan dan sebagainya.
Penyakit parasit akan lebih susah dicegah dan
diberantas jika parasit tersebut memiliki hospes
reservoir yang terdapat di sekeliling penduduk.

Diagnosis

untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan laboratorium


untuk mencari salah satu stadium parasit, seperti
pemeriksaan tinja secara langsung, konsentrasi ataupun
biakan, pemeriksaan usapan anus, biopsi, autopsi,
pemeriksaan darah, urine atau sputum serta reaksi
imunologis (imunodiagnosis).
Penyakit parasitik umumnya bersifat menahun dan jarang
menimbulkan kematian mendadak. Kekurangan gizi dan
anemia merupakan akibat yang sering dialami oleh
penderita.
Ibu hamil dapat mengalami gangguan kehamilan dan
proses persalinannya, misalnya terjadinya abortus dan
bayi lahir prematur. Anak-anak penderita anemia menahun
atau kurang gizi dapat mengalami gangguan pertumbuhan
fisik dan perkembangan mentalnya

Pengobatan

dapat berupa pengobatan masal atau


perorangan.
Pada pengobatan penyakit parasit harus juga
diperhatikan beberapa hal anatara lain obatobat berupa obat kemoterapi dengan efek
letal terhadap parasit, efek samping minimal
pada hospes, memperbaiki keadaan umum
dan daya tahan penderita.
Agar pengobatan berhasil dengan baik,
sangat penting pengobatan penyakit parasit
disertai dengan perbaikan sanitasi lingkungan.

Pencegahan

Pencegahan infeksi parasit dapat dilakukan dengan cara


mengurangi sumber infeksi dengan mengobati penderita,
berikut ini bentuk pencegahannya:
1. Mengurangi sumber infeksi dengan mengobati penderita
2. Melakukan penyuluhan kesehatan dan menghindari
kontak dengan parasit untuk tujuan mencegah
penyebaran penyakit parasit
3. Melakukan pengawasan dan menjaga kebersihan air,
makanan, lingkungan dan pembuangan sampah dengan
cara yang baik
4. Memberantas vektor penular penyakit
5. Mengendalikam hewan-hewan yang menjadi hospes
cadangan (reservoir host)
6. Meningkatkan daya tahan tubuh penderita

MALARIA DALAM KEHAMILAN


Malaria adalah penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh parasit dari genus

Plasmodium,
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk

anopheles
dengan gambaran penyakit berupa demam
yang sering periodik, anemia, pembesaran
limpa dan berbagai kumpulan gejala
oleh karena pengaruhnya pada beberapa
organ
misalnya otak, hati dan ginjal.

Etiologi Malaria

Etiologi penyakit malaria adalah parasit malaria,


suatu protozoa dari genus Plasmodium.
4 jenis spesies plasmodium penyebab malaria
pada manusia, yaitu :
Plasmodium falciparum, penyebab malaria
tropika yang sering menyebabkan malaria
yang berat (malaria serebral dengan kematian)
Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana
Plasmodium malariae, penyebab malaria
quartana
Plasmodium ovale, menyebabkan malaria
ovale tetapi jenis ini jarang dijumpai.

Gejala Malaria

Mirip dengan gejala flu biasa, spt menggigil, nyeri otot


persendian dan sakit kepala.
Mual, muntah, batuk, diare.
Gejala khas malaria adalah adanya siklus menggigil,
demam, dan berkeringat yang terjadi berulang-ulang.
Pengulangan bisa berlangsung tiap hari, dua hari sekali
atau tiga hari sekali tergantung jenis malaria yang
menginfeksi.
Gejala lain warna kuning pada kulit akibat rusaknya sel
darah merah dan sel hati.
Infeksi awal malaria umum nya memiliki tanda dan gejala
seperti menggigil, demam tinggi, berkeringat secara
berlebihan seiring menurunnya suhu tubuh, mengalami
ketidak nyamanan dan kegelisahan.

Cara Penularan

Penularan secara alamiah (natural


infection)
Penularan tidak alamiah (non natural
infection)

Penularan secara alamiah (natural


infection)

Ditularkan oleh nyamuk anopheles betina


yang terinfeksi plasmodium
Terdapat 80 jenis nyamuk anopheles, 16
diantaranya menjadi vektor penyebar di
Indonesia.
Menggigit di senja menjelang malam hari.

Penularan tidak alamiah (non natural


infection)
1) Malaria bawaan.
Terjadi pada bayi yang baru lahir karena
ibunya menderita malaria. Penularannya
terjadi melalui tali pusat atau plasenta
(transplasental)
2) Secara mekanik.
Penularan terjadi melalui transfusi darah
melalui jarum suntik.
3) Secara oral.
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada
burung (P.gallinasium), burung dara
(P.relection) dan monyet (P.knowlesi).

Manifestasi klinik malaria dalam kehamilan berbeda antara daerah


dengan transmisi rendah dengan transmisi tinggikarena berbedanya
tingkat imunitas.
Pada daerah endemik, imunitas yang didapat tinggi sehingga mortalitas
jarang terjadi, sering asimtomatik dan juga jarang terjadi
parasitemia.Sekuestrasi plasmodium di plasenta dan terjadi plasenta
malaria, sedangkan hasil pemeriksaan plasmodium di darah tepi
seringkali negatif.
Parasitemia yang berat terjadi terutama pada trimester 2 dan 3, anemia
dan gangguan integritas plasenta meyebabkan berkurangnya hantaran
nutrisi ke janin sehingga menyebabkan berat lahir rendah, abortus,
kematian janin dalam rahim, persalinan prematur dan semakin
meningkatnya morbiditas dan mortalitas pada janin.
Masalah ini lebih sering terjadi pada kehamilan pertama dan kedua
karena kadar parasitemia akan menurun pada kehamilan
berikutnya.Strategi penanganan malaria pada ibu hamil di area dengan
transmisi tinggi adalah terapi intermiten dan pemakaian kelambu
berinsektisida.

Di daerah dengan transmisi rendah,


masalahnya sangat berbeda.Risiko malaria
dalam kehamilan lebih tinggi dan dapat
menyebabkan kematian maternal
sertaabortus spontan pada >60%
kasus.Berat lahir rendah dapat terjadi
walaupun telah diterapi; namun malaria yang
asimtomatik jarang terjadi.Strategi
penanganannya adalah pencegahan dengan
kemoprofilaksis, deteksi dini dan pengobatan
yang adekuat.

SIKLUS PENULARAN MALARIA

Komplikasi Malaria dalam Kehamilan


1.
2.
3.
4.

Anemia
Edema Paru Akut
Hipoglikemia
Imunosupresi

Resiko Terhadap Janin

Baik malariaP. vivaxdanP. falciparumdapat


menimbulkan masalah bagi janin. Akibatnya
dapat terjadi abortus spontan, persalinan
prematur, kematian janin dalam rahim,
insufisiensi plasenta, gangguan pertumbuhan
janin (kronik/temporer), berat badan lahir
rendah dan gawat janin.Selain itu
penyebaran infeksi secara transplasental ke
janin dapat menyebabkan malaria kongenital.

Malaria Kongenital

Malaria kongenital sangat jarang terjadi, diperkirakan timbul pada


<5% kehamilan.Barier plasenta dan antibodi Ig G maternal yang
menembus plasenta dapat melindungi janin dari keadaan ini.
Akan tetapi pada populasi non imun dapat terjadi malaria
kongenital, khususnya pada keadaan epidemi malaria.Kadar
quinine plasma janin dan klorokuin sekitar l/3 dari kadarnya dalam
plasma ibu sehingga kadar subterapeutik ini tidak dapat
menyembuhkan infeksi pada janin.
Keempat spesies plasmodium dapat menyebabkan malaria
kongenital, tetapi yang lebih sering adalahP. malariae.
Neonatus dapat menunjukan adanya demam, iritabilitas, masalah
minum, hepatosplenomegali, anemia, ikterus dll.Diagnosis dapat
ditegakkan dengan melakukan apus darah tebal dari darah
umbilikus atau tusukan di tumit, kapan saja dalam satu minggu
pascanatal.
Diferensial diagnosisnya adalah inkompatibilitas Rh, infeksi CMV,
Herpes, Rubella, Toksoplasmosis dan sifilis

INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS


(STH)

Soil Transmitted Helminths (STH) adalah suatu


kelompok parasit nematoda yang menyebabkan
infeksi pada manusia melalui kontak dengan telur
parasit atau larva yang berkembang di dalam
tanah yang hangat dan lembab pada negaranegara tropis dan subtropis di dunia.

STH yang paling sering ditemui meliputi Ascaris


lumbricoides (cacing gelang atau roundworm),
Trichuris trichiura (cacing cambuk atau whipworm),
Necator americanus, dan Ancylostoma duodenale
(cacing tambang atau hookworm)

Infeksi STH pada manusia dapat


menyebabkan gangguan pada jaringan dan
organ tubuh, di mana parasit tersebut hidup
dan mengambil nutrisi dari dalam tubuh
manusia. Pada keadaan kronis, infeksi STH
mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan intelektual anakanak. Selain itu, infeksi STH juga diperkirakan
berdampak negatif terhadap kemampuan
kognitif, mempengaruhi prestasi belajar di
sekolah, di mana akan mempengaruhi
produktivitas ekonomi masa depan.

Ascaris lumbricoides

Trichuris trichiura

Necator americanus
(Cacing Tambang)

Trichuris trichiura
pada usus

Siklus Hidup

Siklus Hidup Ascaris lumbricoides

Siklus Hidup Trichuris trichiura

Siklus Hidup Necator Americanus (Cacing Tambang)

Komplikasi STH

Cacing Necator americanus menyebabkan kehilangan darah


sebanyak 0,05-0,10 cc per hari, sedangkan Ancylostoma
duodenale 0,08-0,34 cc per hari. Penyakit yang disebabkan
oleh cacing tambang terjadi ketika darah yang hilang melebihi
cadangan nutrisi hospes, dan akan menyebabkan anemia
defisiensi besi.
Anemia yang disebabkan oleh cacing tambang menyebabkan
gambaran eritrosit mikrositik hipokromik dengan gejala pucat,
lemah, dipsnoe, terutama pada anak malanutrisi. Kehilangan
protein yang kronis dari infeksi berat cacing tambang dapat
menyebabkan hipoproteinemia dan edema anasarka. Infeksi
sedang dan anemia dapat mengganggu fisik, kognitif, dan
intelektual pada anak yang sedang bertumbuh. Pada banyak
kasus infeksi berat, anemia yang disebabkan oleh cacing
tambang dapat menyebabkan gagal jantung kongestif.

terimakasih

Anda mungkin juga menyukai