PREVALENSI PENY
PREVALENSI AKIT CACING MA
PENYAKIT MATTA (OXYSPIRURIASIS)
PADA AYAM BURAS DI MALANG
AYAM
UPA
DAN UP PENGOBAT
AYA PENGOBA ANNYA
TANNY A
Drh. Lili Zalizar, MS, Ir. Listiari Hendraningsih, MP, Ir. Suyatno, M.Si
Fakultas Peternakan – Universitas Muhammadiyah Malang
Ringkasan
Kegiatan dilaksanakan di 5 desa dan 2 tempat pemotongan ayam di Kabupaten
Malang. Kegiatan ini meliputi penyuluhan baik secara individual dan komunal,
pengamatan pengobatan pada ayam yang terinfeksi dan monitoring.
Jenis ayam yang diamati terdiri dari beberapa ayam buras yaitu: ayam jawa,
arab, kate, kedu dan Bangkok dengan jumlah 488 ekor.
Respon peternak terhadap penyuluhan cukup baik, karena merupakan informasi
baru dan juga obat yang dibutuhkan murah.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa angka prevalensi oksispiruriasis di
Kabupaten Malang adalah 4,71 % (23 dari 488 ekor ayam). Prevalensi tertinggi
terjadi pada ayam jawa 95,65 % (22 dari 23 ekor ayam), dan pada umur 3-12 bulan
95,65 % (22 dari 23 ekor ayam).
Rendahnya nilai prevalensi oksispiruriasis di Kabupaten Malang erat kaitannya
dengan sanitasi kandang yang sudah baik dan pengamatan pada musim kemarau.
PENDAHULUAN
ancaman dan dapat mengakibatkan
Dari sudut perkembangannya, ayam kerugian. Berdasarkan indikator yang
buras merupakan perpaduan hasil ada maka kiranya peternak dapat segera
produksi dan seleksi lingkungan. Oleh mungkin mencegah meningkatnya
sebab itu interaksi antara ayam buras penyakit dengan pemberian obat atau
dengan lingkungan sudah merupakan pun tindakan preventif lainnya.
keterpaduan dominan dan tidak dapat Fenomena penggunaan obat-obatan
terpisahkan. Apabila salah satu dari yang murah dan mudah didapat atau
kedua unsur tersbut diubah, akan penggunaan obat-obatan secara asal-
menyebabkan ketidakseimbangan (Agus, asalan saja sering dijumpai di
1992). Namun demikian, Murtidjo (1992) masyarakat pedesaan. Hal ini terjadi
menyatakan bahwa ayam buras yang bukan saja karena terbatasnya dana,
juga disebut ayam kampung, umumnya tetapi juga karena adanya keyakinan
diternakkan masyarakat terutama di terhadap kemanjuran dari obat-obatan
pedesaan secara liar, akibatnya kontrol tersebut. Namun demikian, ditinjau dari
terhadap produksi, pakan, maupun sisi medis hal tersebut belum tentu
penyakit sangat rendah. memberikan kontribusi yang berarti.
Ditinjau dari pertumbuhannya, Dengan melihat kecenderungan tersebut
berdasarkan indikator mortalitas dan di atas, maka perlu kiranya dalam
konsumsi, terlihat bahwa pada ayam pengabdian masyarakat ini meman-
buras sering terjadi serangan penyakit faatkan potensi dan kecenderungan
yang pada gilirannya merupakan tersebut, khususnya berkenaan dengan
73
Jurnal Volume 1 No. 1 Mei 2003
74
Lili Zalizar, Listiari H., Suyatno, Prevelensi Penyakit Cacing Mata pada Ayam Buras ...
75
Jurnal Volume 1 No. 1 Mei 2003
76
Lili Zalizar, Listiari H., Suyatno, Prevelensi Penyakit Cacing Mata pada Ayam Buras ...
Tabel 1.
Prevalensi Penyakit Cacing Mata Pada Sejumlah Lokasi Kandang dan Tempat
Pemotongan Ayam Serta Keadaan Sanitasinya
Setelah dilakukan pengobatan
77
Jurnal Volume 1 No. 1 Mei 2003
sekaligus memberi contoh kepada Syahri, dan Bapak A.Yani serta di tempat
peternak cara mengobati oksispiruriasis pemotongan ayam di pasar Besar dan
maka peternak diberi sampel (bekal) obat pasar Blimbing dan ternyata dari hasil
ubtuk melanjutkan pengobatan sampai pemeriksaan ternyata pada lokasi-lokasi
sakit matanya hilang dan tidak tersebut terdapat kasus cacing mata.
ditemukan lagi cacing mata .Selain itu Cacing O. mansoni dalam daur
kepada para peternak yang di hdupnya memerlukan inang antara yaitu
kandangnya terdapat kasus oksis- kecoa. Umum diketahui bahwa kecoa
piruriasis maka diberikan pengertian menyukai tempat-tempat yang kotor
agar meningkatkan kebersihan (sanitasi) seperti sampah. Menurut Ketaren dan
kandang dan lingkungannya.Untuk Arief (1989), kecoa bisa hidup di hutan
memastikan apakah oksispiruriasisnya tropis, di tanah, ada juga di bawah batu
sudah sembuh atau belum dilakukan dan papan, di sampah, di gua dan
peninjauan ulang (monitoring) satu membuat lubang pada kayu busuk.
minggu setalah pengobatan. Berhubung Menurut Anonim (1990), kecoa selain
derajat infeksinya umumnya rendah ( hidup di hutan juga ditemukan dimana
setiap ekor ayam yang positif rata-rata saja ada manusia. Hidupnya di rumah
mengandung5,77 ekor cacing), maka serta di selokan dan untuk mencari
penyakitnya masih mudah untuk makan terutam malam hari. Jenis-jenis
disembuhkan. ini kotor, berbau dan menyebalkan bila
Ada beberapa faktor yang diduga berkeliaran karena tertarik pada
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya makanan, sampah dan tinja.
derajat infeksi dan prevalensi parasit Menurut Kusumamihardja (1992)
cacing mata pada ayam yaitu sanitasi daur hidupnya cacing ini dimulai dari
dan musim. telur. Cacing ini terbawa melalui saluran
Yang dimaksud dengan sanitasi yaitu air mata (lakrimallis) pada ayam
kebersihan untuk menjaga kesehatan penderita, lalu tertelan dan keluar
dalam pemeliharaan ayam dengan bersama tinja. Kemudian telur cacing
pengontrolan antara lain : lantai kandang yang terdapat pada tinja ayam tersebut
selalu bersih dan penyemprotan kandang tertelan oleh kecoadan berkembeng
dengan disinfektan (Wjedarto dan menjadi larva dalam tubuh kecoa. Bila
Madayana, 1986). Kandang yang kotor, kecoa dimakan oleh ayam, di dalam tubuh
bau dan lalat-lalat yang kotor, berlumut, ayam kecoa akan dicerna dan larva cacing
kandang berdebu dan lain-lain akan meninggalkan tubuh kecoa yang
sebagainya merupakan bibit penyakit hancur dan migrasi ke esofagus, faring
untuk tumbuh dengan subur (Rasyaf, dan naik ke saluran lakrimalis dan
1994). sampai di mata dalam waktu 20 menit
Hasil pengamatan di lapangan sesudah ayam makan kecoa.
menunjukkan bahwa sanitasi peternak Faktor lain yang diduga ikut
ayam di Kabupaten Malang ini sudah berpengaruh terhadap tinggi rendahnya
cukup baik (Tabel 1), dengan tolak ukur derajat infeksi prevalensi penyakit ini
yang dipakai yaitu kebersihan kandang, adalah musim.Telah diketahui bahwa
alat makan, alat minum, dan kebersihan musim merupakan salah satu aspek yang
lingkungan kandang. Namun ada amat penting dalam epidemiologi.
beberapa kandang yang kurang baik Indonesia yang beriklim tropis memiliki
sanitasinya yaitu kandang Bapak Rofii, 2 musim utama yaitu musim kemarau
78
Lili Zalizar, Listiari H., Suyatno, Prevelensi Penyakit Cacing Mata pada Ayam Buras ...
79
Jurnal Volume 1 No. 1 Mei 2003
(ayam sayur, ayam kedu, ayam pelung, karena itu digunakan yodium 0,05 %
ayam ranupane, dan ayam bangkok), yang sudah diketahui aman dan manjur
diantaranya: produksi telurnya tinggi (55 untuk pengobatan oksispiruriasis
– 60 butir/peiode), berat telur sekitar (Soulsby, 1982)
43,3 gram, warna cangkang putih, tidak
memiliki sifat mengeram, dalam satu Kesimpulan
kelompok sifat kanibal rendah. 1. Pengetahuan tentang penyakit
Disamping itu memiliki keseragaman Cacing Mata (oksispiruriasis)
fenoti[ dan genotip yang tinggi sehingga merupakan suatu yang baru dan
dikembangkan sebagai galur murni ras berguna bagi para peternak ayam
tipe petelur. buras di beberapa des di Kabupaten
Pada tabel 3 terlihat bahwa Malang .
oksispiruriasis paling banyak ditemukan 2. Prevalensi oksispiruriasis di daerah
pada ayam buras yang berumur 3 – 12 tersebut diatas kecil sekali yaitu
bulan (95,65 %), sedangkan pada umur hanya (23 dari 488 ekor ayam).
kurang dari 3 bulan tidak ditemukan Rendahnya tingkat prevalensi
kasus. Kemungkinan ayam yang berumur tersebut diduga berhubungan dengan
kurang dari 3 bulan belum bisa cukup tingginya kesadaran tentang
menangkap kecoa (vektor/pembawa sanitasi kendang serta keadaan
oksispiruriasis) atau ayam pada umur musim panas pada saat pengamatan
tersebut masih diberi pakan oleh tersebut dilakukan.
peternak dalam jumlah yang cukup 3. Walaupun tingkat prevalensi rendah
sehingga kebutuhan pakannya sudah namun karena akibat yang
terpenuhi dengan demikian tidak perlu ditimbulkan dapat menyebabkan
mencari sumber pakan lain termasuk kebutaan maka pengetahuan tentang
kecoa. oksispiruriasis dan cara pencegahan
Pada tabel tersebut diatas juga dan pengobatannya kepada para
terlihat bahwa hanya ada 1 kasus (4,35 peternak tetap diperlukan.
%) oksispiruriasis pada ayam umur lebih 4. Pengobatan oksispiruriasis dengan
dari 12 bulan. Menurut Sudradjat (1990), larutan yodium 0,05 % memberikan
dalam populasi hewan, sifat karakteristik hasil yang memuaskan.
dan komposisi induk semang atau inang
perlu diperhatikan karena bibit penyakit
dapat menginfeksi hanya pada umur-
Daftar Pustaka
umur tertentu atau pada umur-umur
tertentu lebih rentan atau lebih kebal Agus, B.M. 1992. Mengelolah Ayam
dari umur lainnya. Menurut He (1990) Buras
Buras, PT. Penebar Swadaya
dan Kusumamihardja (1992) ayam Masyarakat Jakarta
dewasa lebih tahan terhadap terinfeksi
cacing dibandingkan dengan anak ayam. Anonim. 1990. Serangga
Serangga. Tira Pustaka.
Obat yang digunakan untuk pengobatan Jakarta
oksispiruriasis dalam kesempatan ini
yaitu yodium 0,05 %, tidak yodium 0,5 % Baker, B.T. Roger, D.W. Sharon,P.1996.
seperti yang disarankan oleh Wasito dan Invermectin T reatment of Ocular
Treatment
Tarmudji (1991) karena efek samping dari Nematodiasis In Bird. Journal of
yodium 0,5 % belum diketahui. Oleh The American Veterinary Medical
80
Lili Zalizar, Listiari H., Suyatno, Prevelensi Penyakit Cacing Mata pada Ayam Buras ...
81