Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Endoparasit merupakan jenis parasit yang dapat hidup didalam tubuh organisme
atau inang.jenis parasit ini disebut juga parasit intaernal yang dapat hidup didalam sel
tubuh sedang kan parasit pada ekstraseluler ia mampu hidup dapat hidup dalam
beberapa jaringan tubuh
Protozoa merupakan anggota dari hewan yang sederhana. Tubuhnya walaupun
komplek, tersusun dari sel tunggal dan hampir semuanya mempunyai ukuran
mikroskopis. Protozoa tersusun dari organela – organela tetapi bukan organ, karena
mereka merupakan diferensiasi dari satu sel
Penyakit parasite merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang
ternak,baik ternak ruminansia maupun ternak ungags,dan keberadaan penyakit ini
sering tidak diketahui oleh peternak.parasit cacing merupakan penyakit yang mudah
berkembang dan menyerang ternak pada kondisi daerah yang beriklim tropisdengan
kelembaban yang tinggi.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis penyakit
endoparasit.

1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah supaya praktikan
mengetahui jenis-jenis penyakit endoparasit.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Parede et al., (2005).Invasi parasit dapat menurunkan jumlah produk


peternakan seperti telur dan daging serta menurunkan kualitas ayam produksi. Parasit
yang berada pada tubuh suatu hewan, misalnya ayam, dapat menyebabkan kerusakan
organ hewan tersebut. Ayam yang terserang parasit dapat mengalami penurunan berat
badan sehingga ayam menjadi kurus. Ayam dapat terinfeksi oleh endoparasit salah
satunya, yaitu melalui makanan. Endoparasit dapat ditularkan melalui makanan, yaitu
melalui makanan yang kurang bersih sehingga mudah terinfeksi parasit. Selain
melalui makanan, penyebaran endoparasit dapat melalui air serta peralatan ternak
Rogerio dkk (2006) melaporkan bahwa frekuensi Heterakis gallinarum yaitu
70% menginfeksi unggas di antaranya ayam dan burung di beberapa daerah di Brazil.
Frekuensi kehadiran Davainea proglottina pada ayam petelur sebesar 12%. Cacing
Davainea proglottina merupakan jenis cacing pita yang dapat ditemukan dalam usus
halus pada ayam. Cacing Davainea proglottina betina bertelur di usus dan dapat
keluar tubuh melalui feses ayam. Gejala cacing Davainea proglottina menyebabkan
ayam mengalami penurunan berat badan, nafsu makan berkurang serta diare pada
ayam petelur gejala cacing Davainea proglottina dapat menyebabkan produksi telur
yang dihasilkan
Mukaratirwa dan Hove (2009) melaporkan bahwa pemeriksaan cacing
Davainea proglottina pada usus ayam menginfeksi ayam di 6 desa di Zimbabwe
dengan frekuensi sebesar 4,1%. Frekuensi kehadiran Trichostrongylus tenuis pada
ayam petelur sebesar 8%. Cacing Trichostrongylus tenuis hidup dan berkembang di
usus ayam. Cacing betina mengeluarkan telur. Infeksi biasanya gangguan pencernaan
berupa diare dan menurunnya berat badan. Telur keluar bersama tinja, cepat
berkembang dalam temperatur dan kelembapan yang menguntungkan, dan menetas
dalam waktu 24-48 jam
Hadipour dkk (2013) melaporkan bahwa prevalensi Eimeria sp dengan
frekuensi kehadiran sebesar 64% di kota Shiraz, Iran karena masih menggunakan

2
teknik tradisional dalam pemeliharaan ayam. Protozoa Eimeria sp dapat
menyebabkan coccidiosis pada ayam. Keganasan Eimeria sp dapat memengaruhi
umur ayam serta penyerapan nutrisi pada ayam. Gejala yang ditunjukkan pada ayam
yang terinfeksi yaitu tidak ada nafsu makan, dan sayap menggantung diikuti diare
berdarah. Pada ayam petelur dapat menganggu proses produksi telur. Apabila ayam
berhasil melalui infeksi protozoa Eimeria sp maka pada infeksi selanjutnya ayam
akan mengalami kekebalan pada tubuhnya.
Suhaeni (2007) pada kandang ayam seharusnya dilakukan perawatan secara
intensif agar ayam terbebas dari penyakit. Tempat makan dan minum yang kotor serta
ayam yang berdesakdesakan merupakan pemeliharaan yang buruk dan dapat
mengakibatkan penyakit. Ventilasi (pertukaran udara) yang baik dapat mengalirkan
oksigen yang dibutuhkan oleh ayam pedaging dan petelur. Apabila ayam dalam
kandang aktif bergerak, maka kebutuhan oksigen meningkat tiga kali lebih besar.
Pada ayam petelur Heterakis gallinarum memiliki frekuensi kehadiran sebesar 32%,
sedangkan pada ayam pedaging tidak ditemukan karena peternak ayam pedaging
memberikan obat Phenotiazin yang membunuh cacing Heterakis
Marhiyanto (2010) untuk keperluan beternak ayam petelur sebaiknya tidak
menggunakan kandang tradisional dan berpelataran. Model kandang yang cocok
untuk ayam petelur adalah menggunakan sistem baterai, yaitu kandang yang dibuat
menjadi berpetakpetak. Cara pemeliharaan, kebutuhan nutrisi, dan sistem kandang
ayam pedaging dan petelur yang berbeda, diduga berpengaruh terhadap kualitas
kesehatannya. Namun, hingga saat ini belum ada informasi perbandingan endoparasit
yang menyerang kedua ayam tersebut. Berdasarkan latar belakang yang telah
dijelaskan tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi jenis cacing
endoparasit yang menginfeksi saluran pencernaan ayam pedaging dan ayam petelur
serta menghitung tingkat persentase kehadiran endoparasit pada feses ayam pedaging
dan ayam petelur.
Admin (2008)Ascaridia galli merupakan parasit besar yang umum terdapat di
dalam usus kecil berbagai unggas peliharaan maupun unggas liar. Penyebarannya luas
di seluruhdunia. Cacing A. galli merupakan cacing terbesar dalam kelas nematoda

3
pada unggas. Tampilan cacing dewasa adalah semitransparan, berukuran besar, dan
berwarna putih kekuning-kuningan

4
BAB III
MATERI DAN METODA

3.1 Waktu dan Tempat


Adapun pelaksanaan praktikum tentang penyakit endoparasit (cacing &
protozoa) dilaksanakan pada hari selasa tanggal 22 Oktober 2019 pukul 14:00 selesai
di laboratorium fakultas peternakan Universitas Jambi.

3.2 Materi
Alat dan bahan yang dibawa meliputi veses itik ,larutan air garam,tabung
reaksi,pengaduk,objek glass,cover glass dan mikroskop.

3.3 Metoda
Pertama siapkan larutan air garam,lalu masukan 10 gram veses itik kedalam
gelas ,kemudian tambahkan larutan air garam kedalam gelas , lalu diaduk sampai
homogen,sambil menunggu larutan tersebut kita siapkan 3 tabung reaksi, lalu tuang
larutan tersebut kedalam 3 tabung reaksi sampai permukaan cembung,selanjutnya
letakkan cover glass pada atas tabung reaksi,setelah itu amati bagian yang menempel
pada cover glass di bawah mikroskop.

5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Asciridia Galli


Dari hasil pengamatan saya cacing yang saya amati merupakan jenis cacing
asciridia galli dengan ciri-ciri panjang dan gillik.

Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Class : Secernentea
Ordo : Ascirididae
Family :Asciridiidae
Genus :Asciridia
Spesies : Asciridia galli
Ascaridosis yang disebabkan oleh cacing Ascahdia galli merupakan penyakit
parasitik yang sering menginfeksi temak unggas, khususnya ayam. Ascaridiosis dapat
menyebabkan penurunan berat badan serta berat karkas (Raote et al., 2001) yang
berkisardari 1,5 gram hingga 250 gram per ekor . Infeksi cacing ini dapat pula
menurunkan jumlah telur dan berat telur hingga mencapai 33% (Tiuria, 2007).
Menurut He et al., (2000) kerugian aktbat infeksi cacing saluran pencernaan termasuk
A. galli diperkirakan mencapai US $ 2,49 - 3,48 juta per tahun.
Ascaridia galli merupakan parasit besar yang umum terdapat di dalam usus
kecil berbagai unggas peliharaan maupun unggas liar. Penyebarannya luas di
seluruhdunia. Cacing A. galli merupakan cacing terbesar dalam kelas nematoda pada

6
unggas. Tampilan cacing dewasa adalah semitransparan, berukuran besar, dan
berwarna putih kekuning-kuningan (Admin,2008).
Pada bagian anterior terdapat sebuah mulut yang dilengkapi dengan tiga buah
bibir, satu bibir terdapat pada dorsal dan dua lainnya pada lateroventral. Pada kedua
sisi terdapat sayap yang sempit dan membentang sepanjang tubuh. Cacing jantan
dewasa berukuran panjang 51 – 76 mm dan cacing betina dewasa 72 – 116 mm.
Cacing jantan memiliki preanal sucker dan dua spicula berukuran panjang 1 – 2,4
mm, sedangkan cacing betina memiliki vulva dipertengahan tubuh. Telur A. galli
berbentuk oval, kerabang lembut, tidak bersegmen, dan berukuran 73–92 x 45–57µm
(Levine, 2004).
Infeksi Ascaridia disebabkan oleh Ascaridia galli , Ascaridia dissimilis,
Ascaridia numidae, Ascaridia columbae dan Ascaridia bonase. Ascaridia galli selain
berparasit pada ayam juga pada kalkun, burung dara, itik dan angsa. Ascaridia galli
merupakan cacing yang sering ditemukan pada unggas dan menimbulkan kerugian
ekonomik yang tinggi karena menimbulkan kerusakan yang parah selama bermigrasi
pada fase jaringan dari stadium perkembangan larva. Migrasi terjadi dalam lapisan
mukosa usus dan menyebabkan pendarahan, apabila lesi yang ditimbulkan parah
maka kinerja ayam akan turun drastic. Ayam yang terserang akan mengalami
gangguan proses digesti dan penyerapan nutrient sehingga dapat menghambat
pertumbuhan.
Ayam muda lebih sensitif terhadap kerusakan yang ditimbulkan Ascaridia
galli. Sejumlah kecil cacing Ascaridia galli yang berparasit pada ayam dewasa
biasanya dapat ditolerir tanpa adnya kerusakan tertentu pada usus. Infeksi Ascaridia
galli dapat menimbulkan penurunan berat badan, pada kondisi yang berat dapat
terjadi penyumbatan pada usus. (Zalizar dkk., 2005) Ayam yang terinfeksi Ascaridia
galli dalam jumlah besar akan kehilangan darah, mengalami penurunan kadar gula
darah, peningkatan asam urat, atrofi timus, gangguan pertumbuhan, dan peningkatan
mortalitas.

7
4.2. Nematoda Usus Cacing

Nematoda merupakan salah satu jenis cacing parasite yang paling sering
ditemukan pada tubuh manusia. Nematode usus terdiri dari beberapa spesie, yang
banyak ditemukan didaerah tropis dan tersebar disluruh dunia. Spesie tersebut
diantaranya Ascaris lumbricoides, Toxocara canis, Toxocara cati, Enterobius
vermicularis, Anyclostoma duodenale, Strongyloides stercoralis, Trichusris trichiura,
Trichinella spiralis, Ancylostoma branziliense, Ancylostoma caninum dan
Ancylostoma ceylanicum.
 Ascaris lumbricoides
Cacing jantan berukuran 10-30 cm, sedangkan betina 22-35 cm. Pada cacing
jantan ujung posteriornya lancip dan melengkung ke arah ventral, dilengkapi pepil
kecil dan dua buah spekulum berukuran 2 mm, sedangkan pada cacing betina bagian
posteriornya membulat dan lurus, dan 1/3 pada anterior tubuhnya terdapat cincin
kopulasi, tubuhnya berwarna putih sampai kuning kecoklatan dan diselubungi oleh
lapisan kutikula yang bergaris lurus.
 Toxocara canis dan Toxocara cati
Toxocara canis jantan mempunyai ukuran panjang 3,6-8,5 cm sedangkan yang
betina 5,7-10 cm, Toxocara cati jantan mempunyai ukuran 2,5-7,8 cm, sedangkan
yang betina berukuran 2,5-14 cm. Bentuknya menyerupai Ascaris lumbricoides
muda. Pada Toxocara canis terdapat sayap servikal yang berbentuk seperti lanset,
sedangakan pada Toxocara cati bentuk sayap lebih lebar, sehingga kepalanya
menyerupai kepala ular kobra. Bentuk ekor kedua spesies hampir sama; yang jantan
ekornya berbentuk seperti tangan dengan jari yang sedang menunjuk (digitiform),
yang betina ekornya bulat meruncing.
 Enterobius vermicularis
Cacing betina berukuran 8-13 mm x 0,4 mm. Pada ujung anteriornya ada
pelebaran kutikulum seperti sayap yang disebut alae. Bulbus esofagus jelas sekali
ekornya panjang dan runcing. Uterus cacing yang gravid melebar dan penuh telur.
Cacing jantan berukuran 2-5 mm juga mempunyai sayap dan ekornya melingkar

8
sehingga bentuknya seperti tanda tanya, spikulum pada ekor jarang ditemukan.
Habitat cacing dewasa biasanya di rongga sekum, usus besar, dan di usus halus yang
berdekatan dengan rongga sekum.
 Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
Cacing tambang dewasa berbentuk silindris, cacing betina berukuran 9-13 mm
sedangakan cacing jantan berukuran 5-10 mm bentuk Necator americanus berbentuk
seperti huruf S, sedangkan Ancylostoma duodenale memiliki bentuk seperti huruf C.
Rongga mulut kedua spesies cacing ini lebar dan terbuka. Pada Necator americanus
mulut dilengkapi dengan gigi kitin, sedangkan pada Ancylostoma duodenale
dilengkapi dua pasang gigi berbentuk lancip. Cacing jantan pada kedua cacing ini,
ujung ekornya mempunyai bursa kopulatriks, sedangkan yang betina ujung ekornya
lurus dan lancip. Secara morfologis kedua spesies cacing dewasa ini mempunyai
perbedaan yang nyata (terutama bentuk tubuh, rongga mulut dan bursa
kopulatriksnya).
 Strongyloides stercoralis
Cacing ini disebut cacing benang, terdapat bentuk bebas di alam dan bentuk
parasitik di dalam intestinum vertebrata. Bentuk parasitik adalah parthenogenetik dan
telur dapat berkembang di luar tubuh hospes, langsung menjadi larva infektif yang
bersifat parasitik atau dapat menjadi bentuk larva bebas yang jantan dan betina.
Bentuk bebas ditandai dengan adanya cacing jantan dan betina dengan esofagus
rabditiform, ujung posterior cacing betina meruncing ke ujung vulva terletak di
pertengahan tubuh. Bentuk parasitik ditandai dengan esofagus filariform tanpa bulbus
posterior, larva infektif dari generasi parasitik mampu menembus kulit dan ikut aliran
darah.
 Trichuris trichiura
Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan cacing jantan kira-kira 4
cm. Bagian enterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang
seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk dan cacing betina bentuknya
membulat tumpul, sedangkan pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu
spikulum. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dan sekum (caecum) dengan satu

9
spikulum dengan bagian anteriornya yang seperti cambuk masuk kedalam mukosa
usus. Seekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur setiap hari antara 3000 –
10.000 butir. Telur berukuran 50-54 mikron x 32 mikron, berbentuk seperti tempayan
dengan semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar
berwarna kekuning-kuningan dan bagian dalamnya jernih.
 Trichinella spiralis
Bentuk cacing dewasa ini sangat halus menyerupai rambut. Ujung anteriornya
langsing, mulut kecil, bulat tanpa papel. Cacing jantan panjangnya 1,4-1,6 mm, ujung
posteriornya melengkung ke ventral dan mempunyai umbai berbentuk lobus, tidak
mempunyai spikulum tepi, dan tidak terdapat vas deferens yang bisa dikeluarkan
sehingga dapat membantu kopulasi. Cacing betina panjangnya 3-4 mm, posteriornya
membulat dan tumpul, vulva terletak seperlima bagian dari anterior tubuh. Cacing
betina tidak mengelurkan telur tetapi mengelurakan larva. Panjang larva yang baru
dikeluarkan kurang lebih 80-120 mikron, bagian anterior runcing dan ujungnya
menyerupai tombak.
 Ancylostoma branziliense, Ancylostoma caninum dan Ancylostoma ceylanicum.
Cacing dewasa tidak ditemukan pada manusia. Ancylostoma braziliense
dewasa yang jantan panjangnya 4,7-6,3 mm, sedangkan yang betina panjangnya 6,1-
8,4 mm. Mulutnya mempunyai sepasang gigi besar dan sepasang gigi kecil. Cacing
jantan mempunyai bursa kopulatrik kecil dengan ras pendek. Ancylostoma caninum
jantan panjangnya 10 mm dan betinanya 14 mm. Mulutnya mempunyai 3 pasang gigi
besar. Cacing jantan mempunyai bursa kopulatrik besar dengan ras panjang dan
langsing. Ancylostoma ceylanicum dapat menjadi dewasa pada manusia. Di rongga
mulut terdapat dua pasang gigi yang tidak sama besarnya.

10
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada pratikum penyakit endoparasit cacing
dan protozoa adalah praktikum ini didasarkan atas kewajiban atau keharusan untuk
menemukan sebuah hasl yang tidak tentu kebenarannya sehingga hasil praktikum
hanya sebuah karangan para praktikan saja. Penyakit parasit cacing dapat
menyebabkan penderita-penderita mengalami hambatan pertumbuhan berat badan
.Karena parasit cacing ini dapat menyerang hati ternak ruminansia dengan menetap di
usus kecil,menyebar kedalam jaringan otot, menyerang dan berdiam di lambung dan
mengisap darah serta dapat menyerang bagian mata, seperti pada kantong
konjungtiva, kamar mata dan saluran air mata.

5.2 Saran
Saran dari praktikum ini di harapkan para praktikan selalu memperhatikan apa
yang di terangkan oleh para asisten dosen.Manajemen pemeliharaan ternak yang baik
akan dapat mencegah ternak terserang berbagai macam penyakit, faktor kebersihan
kandang dan ternak juga tak lain adalah faktor yang ikut menentukan kesehatan
ternak.

Tata laksana vaksinasi dan kehati-hatian merupakan hal penting agar


vaksinasi tidak menyebabkan kematian pada ternak, kebanyakan kematian ternak
pasca vaksinasi karena kesalahan pelaksanaan vaksinasi. Vaksinlah ayam sedini
mungkin untuk menghindari serangan penyakit agar ternak mempunyai daya tahan
tubuh.

11
DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2008. Parasitologi. Gadjah mada University Press. Yogyakarta.


Levine.2004. Ilmu Gizi Ruminansia. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. LUW-Un.
Universitas brawijaya
Rogerio Tortelly BB, Rodrigo CM, Luis CM, Roberto MP, 2006. Prevalence and
Pathology of the Nematode Heterakis gallinarum, the Trematode Paratanaisia
bragai, and the Protozoan Histomonas meleagridis in the turkey, Meleagris
gallopavo. Mem Inst Oswaldo Cruz 101(6): 677-681
Parede L, Zainuddin D, Huminto H, 2005. Penyakit Menular Pada Intensifikasi
Unggas Lokal dan Cara Penanggulangannya. Bogor: Lokakarya Nasional
Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal.
Mukaratirwa S, Hove T, 2009. A Survey of Ectoparasites, Cestodes and
Management of FreeRange Indigenous Chickens in Rural Zimbabwe. Journal
South Africa Veterinary 80(3): 188-191. Species in
Hadipour, Mohammad M, Ahad O, Mohammad N, Fariborz A, Omid N, 2013.
Prevalence of Eimeria Scavenging Native Chickens of Shiraz, Iran. African
Journal of Poultry Farming. 1(2): 034036.
Marhiyanto B, 2010. Beternak Ayam Buras Peluang Bisnis Menguntungkan.
Surabaya: SIC.

12

Anda mungkin juga menyukai