Oleh:
Mohammad Exceltyanto Widodo, S.KH.
NIM. 2109612003
Gelombang 20 Kelompok I
2022
PENDAHULUAN
Parasit adalah organisme yang hidup baik di luar maupun di dalam tubuh
hewan yang untuk kelangsungan hidupnya mendapatkan perlindungan dan
memperoleh makanan dari induk semangnya. Parasit dapat dibedakan menjadi
dua yaitu, endoparasit dan ektoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidup pada
permukaan luar tubuh inang, sedangkan endoparasit yaitu parasit yang hidup pada
organ seperti hati, limfa, otak, sistem pencernaan, sirkulasi darah, pernafasan,
rongga perut, daging dan jaringan tubuh (Purbomartono et al., 2010). Ascaridia
galli merupakan nematoda parasitik yang sering ditemukan pada unggas termasuk
ayam (Susanti dan Prabowo, 2014). Parasit tersebut menyebabkan kerugian
berupa penurunan berat badan dan hambatan pertumbuhan, penurunan produksi
telur serta penurunan kualitas telur. Meskipun dikenal luas selama berabad-abad
memiliki dampak sangat besar pada industri perunggasan, di Indonesia nematoda
belum mendapat banyak perhatian sehubungan dengan memahami biologinya
(Zalizar et al., 2007).
ETIOLOGI
SIKLUS HIDUP
KEPEKAAN AYAM
Kepekaan ayam terhadap infeksi cacing ascaris sangat dipengaruhi oleh
umur dan jenis ayam (Permin dan Ranvig, 2001; Gauly et al., 2007), dosis infeksi,
tipe kandang, nutrisi, sistem pemeliharaan dan cuaca. Ayam yang lebih mudah
lebih rentan terhadap infeksi cacing Ascaridia galli dibandingkan ayam yang
dewasa atau yang telah mendapat infeksi sebelumnya. Hal yang sama juga
menunjukkan bahwa umur tampaknya tidak mempunyai pengaruh yang besar
terhadap resistensi terhadap infeksi cacing Ascaridia galli pada ayam petelur
(Gauly et al., 2007).
GEJALA KLINIS
Gejala yang terutama dari infeksi cacing ini terlihat selama masa prepaten,
ketika larva berada di dalam mukosa dan menyebabkan enteritis yang kataral,
tetapi pada infeksi berat dapat terjadi hemoragi. Unggas akan menjadi anemia,
diare, lesu, kurus, kelemahan secara umum dan produksi telur menurun. Selain itu
infeksi berat juga dapat menyebabkan kematian karena terjadi penyumbatan usus.
Pada pemeriksaan pasca mati terlihat peradangan usus yang hemoragik dan larva
yang panjangnya 7 mm ditemukan dalam mukosa usus. Selain itu kadang-kadang
ditemukan parasit yang sudah berkapur dalam bagian albumin dari telur (Adang et
al., 2012).
PATOGENESA
Unggas muda lebih peka terhadap infeksi dibanding unggas dewasa atau
unggas yang pernah menderita infeksi cacing Ascaridia galli sebelumnya.
Defisiensi beberapa vitamin seperti A dan B terutama vitamin B 12, beberapa
mineral dan protein merupakan predisposisi terhadap infeksi yang berat.
Pemberian mangan (Mn) yang berlebih akan meningkatkan bobot badan dan level
Mn dalam darah tetapi tidak berpengaruh terhadap mortalitas dan banyaknya
cacing Ascaridia galli dalam usus ayam (Gabrashanska et al., 2004). Selain itu
pemberian Cobalt (Co) yang berlebih dalam dosis yang kecil akan meningkatkan
bobot badan dan menurunkan mortalitas terhadap ascaridiosis (Gabrashanska et
al., 2004). Pemberian kombinasi antara Zn-Co-Mn akan menurunkan jumlah
cacing sebesar 20,4% dibanding ayam yang terinfeksi cacing tanpa pemberian.
Gabrashanska et al. (2004) membuktikan bahwa ayam yang diberi garam yang
mengandung ZnCo-Mn kemudian diinfeksi dengan 1450 telur infektif Ascaridia
galli mampu menekan pertumbuhan cacing tersebut. Faktor predisposisi yang
paling penting dalam penyebaran penyakit kecacingan akibat Ascaridia galli
antara lain umur yang masih muda, koksidiosis serta defisiensi vitamin A dan
protein. Kerentanan ayam terhadap infeksi cacing Ascaridia galli dipengaruhi
umur dan ras. Anak ayam lebih peka dari pada ayam dewasa, ayam White
Leghorn lebih peka dari pada ayam ras lainnya. Ayam yang berumur lebih dari
tiga bulan lebih tahan terhadap kecacingan. Hal ini ada kaitannya dengan
meningkatnya sel-sel goblet dalam usus. Selain umur dan ras, pakan dan kondisi
litter juga mempengaruhi kerentanan ayam terhadap infeksi Ascaridia galli. Faktor
predisposisi yang paling penting dalam penyebaran penyakit kecacingan akibat
Ascaridia galli antara lain umur yang masih muda, koksidiosis serta defisiensi
vitamin A dan protein. Perubahan patologi anatomi yang terlihat adalah kekurusan
yang sangat mencolok pada daerah dada dan paha. Kepucatan pada daerah paruh
dan jengger yang mengindikasikan anemia. Kerusakan pada mukosa duodenum
terjadi pada saat cacing muda menancapkan diri pada mukosa (Khatimah, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Adang, L., P. Abdu., J. Ajanusi., J Oniye., dan A. Ezealor. (2012). Effects of
Ascaridia galli check for this species in other resources infection on body
weight and blood parameters of experimentally infected domestic pigeons
(Columba livia domestica) in Zaria, Nigeria. Revista Científica UDO
Agrícola.
Al-ghazali, I. 2017. Identifikasi dan penanganan kejadian Ascariasis(Ascariadia
galli) pada ayam layers di PT. Inti Tani Satwa Kab. Maros. Universitas
hasanudin. Makasar.
Samadi B. 2012. Buku Terlengkap Sukses Beternak Ayam Ras Petelur dan
Pedaging. Jakarta: Pustaka Mina.
Bharat, G. A., N.P Kumar., B. Subhasish., dan B. Ria. (2017). A report of
Ascaridia galli in commercial poultry egg from India. Journal of World’s
Poultry Research.7(1), 23-26.
Darmawi, B. U., M. Hambal., R. Tiuria., B.P Priosoeryanto., dan E. Handharyani.
(2012). The ability of Immunoglobulin yolk recognized the antigen in the
tissue of Ascaridia galli. Jurnal Media Peternakan 35: 190-195.
Fadilah, R. 2005. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. Jakarta:
Agromedia Media Pustaka
Gauly, M., C. Duss., dan G. Erhardt., (2007). Influence of Ascaridia galli
infections and anthelmintic treatments on the behaviour and social ranks
of laying hens (Gallus gallus domesticus). Vet. Parasitol. 146, 271–280.
Mubarokah, W. W., J. Daryatmo., B.P Widiarso., dan P. Sambodo. (2019).
Morfologi Telur dan Larva 2 Ascaridia Galli pada Ayam Kampung.
Jurnal Ilmu Peternakan Dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical
Animal and Veterinary Science).
Sudarmono AS. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Jakarta:
Penerbit Kanisius.
Susanti, A.E. and Prabowo, A. 2014. The potential of pinang (Areca catechu) as
an anthelmintic for livestock. Proceedings of the National Seminar on
Environmentally Friendly Agriculture Supporting Bioindustry in
Palembang Sub-Optimal Land. September 16th 2014.
Zalizar, L., F. Satrija., R. Tiuria., dan D.A Astuti. (2007). Respon Ayam yang
Mempunyai Pengalaman Infeksi Ascaridia galli Terhadap Infeksi Ulang
dan Implikasinya Terhadap Produktivitas dan Kualitas Telur. J. Animal
Production 9(2): 92-98.