Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KEGIATAN PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN

LABORATORIUM REPRODUKSI DAN KEMAJIRAN VETERINER

“KOLEKSI EMBRIO PADA MENCIT”

Disusun oleh :

Gelombang 20 Kelompok H

Rima Nurmayani, S.KH 2109612008

Martin Pedro Krisenda R, S.KH 2109612033

Laras Ayu Nadira, S.KH 21096120035

Vinensia Ghona Gani, S.KH 2109612036

I Made Beratha Mukt, S.KH 2109612038

LABORATORIUM REPRODUKSI DAN KEMAJIRAN VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

DENPASAR

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan kegiatan Koleksi Embrio Pada Mencit. Laporan ini disusun sebagai
syarat kelulusan program Pendidikan Dokter Hewan Laboratorium Reproduksi dan Kebidanan
Veteriner.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masi masih jauh dari kata sempurna, baik itu dalam
penulisan maupu kata-kata. Oleh karena itu segala bentuk kritik dan saran akan penyusun terima
untuk perbaikan kedepannya. Semoga, laporan ini mampu memberikan manfaat bagi pembaca
dalam memahami kegiatan koasistensi reproduksi veteriner.

Denpasar, 19 Juli 2022

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan...................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ................................................................................................... 2
BAB II MATERI DAN METODE ....................................................................... 3
2.1 Materi ...................................................................................................... 3
2.2 Metode..................................................................................................... 3
2.3 Waktu Pelaksaan ..................................................................................... 4
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 5
3.1 Hasil ........................................................................................................ 5
3.2 Pembahasan ............................................................................................. 6
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 10
4.1 Kesimpulan............................................................................................... 10
4.2 Saran ....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 10

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. .............................................................................................................. 5

iv
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mencit merupakan hewan percobaan laboratorium yang banyak digunakan dalam
penelitian. Strain mencit yang digunakan untuk penelitian dapat berupa strain murni ataupun
strain hasil mutasi. Sebagian besar penelitian khususnya di bidang genetika dan
perkembangan embrio (Nakagata, 2000), serta manipulasi embrio menggunakan mencit strain
hasil mutasi. Sedangkan penelitian untuk uji patogenesis, imunologi, reproduksi dan transfer
embrio menggunakan mencit strain murni (Goenarso, 2004). Pada penelitian ini mengguna kan
mencit strain hasil mutasi khususnya dalam perkembangan embrio.
Embriologi merupakan bagian dari kajian biologi perkembangan (developmental of
biology). Biologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan progresif
struktur dan fungsi tubuh dalam hidup makhluk hidup. Sedangkan embriologi adalah studi
mengenai embrio dengan penekanan kepada pola-pola perkembangan embrio. Kedua definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa, perkembangan merupakan suatu perubahan (transformasi)
dari suatu keadaan, komposisi atau fungsi dari bagian atau keseluruhan organisme atau bakal
organisme yang terjadi secara progresif dan relatif permanen pada kondisi alami.
Perkembangan embrio pada mencit dimulai setelah ovum dibuahi oleh sperma. Ovum
yang telah dibuahi akan berkembang menjadi zigot. Selanjutnya, zigot akan mengalami proses
pembelahan dan berkembang menjadi morula dan blastokista dan terbentuk rongga blastocoel.
Selanjutnya, terjadi proses gastrulasi dan neurulasi. Tahapan selanjutnya dalam
perkembangan embrio adalah pembentukan organ-organ atau organogenesis. Embrio akan
mengalami implantasi pada tahap blastokista ketika umur kebuntingan 4 hingga 5 hari
(Marliana, 2014).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara
melakukan koleksi embrio pada mencit serta untuk mengetahui fase dari perkembangan
embrio tersebut.

1
1.3 Manfaat
Diharapkan penulisan laporan ini bisa memiliki manfaat khusunya bagi para pembaca
terlebih bagi penulis guna menambah pengetahuan dan wawasan di bidang embriologi.

2
BAB II MATERI DAN METODE

2.1 Materi
Pada laporan ini menggunakan satu ekor mencit (Mus musculus) dengan jenis kelamin betina
berumur tiga bulan yang telah dikawinkan dengan pejantan. Adapun alat dan bahan yang
digunakan, sebagai berikut:
2.1.1 Alat dan Bahan
1. Spuit ( 3 ml dan 5 ml)
2. Spuit tuberkulin ( 1 ml)
3. Alat bedah (blade, gunting, pinset anatomis)
4. Tisue
5. Cawan petri plastik
6. Cawan petri kaca
7. Mikroskop cahaya binokuler
8. Mikroskop stereo
9. Nacl fisiologis 0,9%
10. Mencit betina yang sudah dikawinkan
2.2 Metode
Metode yang digunakan dalam melakukan koleksi embrio pada mencit adalah metode slicing
oviduct. Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan koleksi embrio adalah:
- Langkah pertama, perhatikan adanya vaginal plug pada mencit betina yang sudah
dikawinkan untuk memastikan terjadinya perkawinan pada mencit.
- Mencit yang sudah siap, di euthanasia dengan cara dislokasi pada os vertebrae cervicalis.
- Setelah mati, mencit kemudian di baringkan dengan posisi terlentang diatas alas bedah,
kemudian tubuh mencit diberikan alkohol pada bagian yangakan di insisi.
- Insisi dilakukan pada kulit bagian abdomen, di sepanjang mediana abdomen, dan
dilanjutkan dengan memotong otot-otot perut dengan menggunakan gunting tumpul, agar
tidak melukai organ-organ rongga perut terutama organ reproduksi yang akan diamati.
- Preparasi dilanjutkan hingga mendapatkan organ reproduksi mencit betina yaitu Uterus,
Oviduk dan Ovarium. Setelah ditemukan organ reproduksi mencit betina, diangkat dan
ditempatkan dalam cawan petri yang berisi NaCl fisiologis.

3
- Organ reproduksi mencit betina kemudian dibersihkan dan dipisahkan dari lemak-lemak
yang melekat pada Uterus, Oviduk dan Ovarium menggunakan spuit 1 cc (tuberculin).
Dikarenakan organ reproduksi mencit betina sangat kecil, sehingga pengamatan dilakukan
di bawah mikroskop stereo
- Pada mikroskop stereo, diamati jumlah Corpus luteum (CL) pada ovarium mencit untuk
mengetahui banyaknya embrio pada oviduk maupun uterus. Berikut beberapa metode
untuk melakukan koleksi embrio pada mencit: a. Metode Slicing pada Oviduk Mencit
- Oviduk dipisahkan dari ovarium dan uterus.
- Kemudian ditempatkan kedalam cawan petri kecil yang sudah berisi NaCl fisiologis.
- Selanjutnya dilakukan slicing pada oviduk dan ovarium menggunakan tuberculin (spuit
1cc) hingga terlihat hancur.
- Hasil slicing oviduk selanjutnya diidentifikasi dibawah mikroskop cahaya.
- Identifikasi tahap embrio yang ditemukan. b. Metode Flushing pada Uterus Mencit
- Cornua dan corpus uterus mencit yang sudah dipisahkan dari ovarium diletakkan dalam
cawan petri.
- Dimasukkan larutan NaCl fisiologis sebanyak 3 cc ke dalam spuit 5 cc.
- Dilakukkan flushing pada cornua dan corpus uterus mencit dengan cara menyemprotkan
larutan NaCl ke dalam lumen uterus secara ascending dan descending.
- Hasil cairan flushing kemudian diidentifikasi dibawah mikroskop cahaya melihat adanya
embrio.
- Identifikasi tahap embrio yang ditemukan.
2.3 Waktu Pelaksanaan
Kegiatan praktikum koleksi embrio dilakukan pada tanggal 6 Juli 2022 di Laboratorium
Embriologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana.

4
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pratikum

No. Gambar Keterangan


1. Mencit (Mus musculus)
1. Vaginal Plug

2. Ovarium
1. Corpus Luteum
1

3. Organ Reproduksi Betina


1. Ovarium
2 2. Oviduct
1
3. Cornua uteri
3
4. Corpus uteri

5
4. Preparasi lemak serta
pemisahan organ ovarium
dengan oviduct dan uterus
menggunakan tuberkulin

5. Slicing pada organ ovarium

6 Embrio Tahap Pembelahan


Delapan Sel
1
1. Zona Pelusida
3 2. Membran sel
blastomer
2
3. Blastomer

3.2 Pembahasan
Koleksi embrio dilaksanakan pada hari Rabu, 6 Juli 2022 di Laboratorium Reproduksi dan
Genetika Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Mencit (Mus musculus)
yang digunakan adalah mencit yang telah diketahui memiliki vaginal plug. Mencit dikawinkan
pada hari Minggu, 2 Juli 2022 dan diketahui memiliki vaginal plug hingga pukul 08.00 WITA di
hari Senin, 3 Juli 2022. Eutanasi mencit dilakukan pada pukul 11.00 WITA, kurang lebih tiga hari
setelah diketahui adanya vaginal plug. Berdasarkan hasil slicing oviduct, didapati embrio pada
tahap pembelahan delapan sel dengan delapan blastomer yang terlihat bertumpuk dan berada di
dalam zona pelusida. Hal ini menandakan bahwa telah terjadi fertilisasi.

6
Embrio merupakan tahap paling awal dari perkembangan organisme multiseluler. Proses
di mana embrio terbentuk dan berkembang disebut embriogenesis. Pada mamalia, mengacu pada
tahap awal perkembangan prenatal yang dimulai ketika terjadi pembuahan sel telur oleh sel sperma
membentuk zigot. Zigot merupakan sel diploid tunggal yang akan mengalami banyak pembelahan
mitosis dan diferensiasi seluler yang mengarah pada perkembangan organisme multiseluler
(Mahajan et al., 2018). Hasil pembelahan sel pada embriogenesis disebut sebagai blastomer.
Kecepatan pembelahan setiap sel tidak sama. Blastomer yang Iambat membelah akan tampak lebih
besar sehingga disebut makromer sedangkan blastomer yang membelah lebih cepat akan tampak
lebih kecil sehingga disebut sebagai mikromer (Warkany, 1983).
Sel embriogenik tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase. Fase awal adalah
pembentukan zigot. Fertilisasi merupakan proses fusi antara satu sel sperma yang sudah dewasa
dan sudah mengalami pematangan dengan satu sel ovum yang sudah matang pula. Proses
pembuahan ini terjadi di dalam tuba Falopii atau Oviduk di bagian Ampula, yaitu bagian salutan
yang paling lebar (Soenardirahardjo, 2017). Sebelum spermatozoa dapat melakukan fertilisasi
terhadap ovum, keduanya harus menjalani proses modifikasi biokimiawi dan fisiologis pada
saluran reproduksi betina. Proses ini disebut dengan kapasitasi yang melibatkan perubahan pada
plasma seminal, yang menutupi spermatozoa di epididimis. Proses kapasitasi dimulai di uterus dan
diselesaikan di isthmus (McGeady et al., 2006).
Spermatozoa yang mengelilingi ovum akan menghasilkan enzim hialuronidase, yaitu
enzim yang memecah protoplasma pelindung ovum agar dapat menembus ovum dengan lebih
mudah. Enzim tersebut merusak korona radiata dan memudahkan penembusan zona pellucida
hanya untuk satu sperma saia. Badan dan ekor sperma terpisah dari kepala segera setelah masuk
ke dalam ovum. Segera setelah kedua sel bersatu, kumparan kutub kedua dalam inti (nukleus)
ovum mengalami pembelahan meiosis kedua dan mampu bersatu dengan inti sperma, Kromosom
yang terkandung dalam pronukleus jantan haploid bersatu dengan kromosom dalam pronukleus
betina sehingga terbentuk kromosom diploid (2n). Penyatuan kedua kromosom ini disebut dengan
singami (Soenardirahardjo, 2017).
Perkembangan zigot menjadi embrio berlangsung melalui serangkaian tahapan yang
umumnya dibagi menjadi tahap pembelahan (cleavage), blastulasi, gastrulasi, dan organogenesis
(Gilbert, 2000). Pembelahan atau cleavage atau juga disebut segmentasi terjadi di sepanjang
saluran oviduk sambil bergerak ke arah uterus, zigot membelah berkali-kali secara mitosis. Zigot
membelah diri menjadi dua sel kemudian 4, 8, 16, dan seterusnya. Proses pembelahan ini
7
merupakan pembelahan sel blastomer tanpa disertai dengan pertambahan massa sel dan tanpa
diikuti oleh pertumbuhan sel atau ekspresi gen (Nugroho, 2015).
Hasil pembelahan zigot tersebut pada akhirnya membentuk massa sel padat yang disebut
morula. Morula merupakan pembelahan sel yang teriadi setelah sel beriumlah 32 sel dan berakhir
bila sel sudah menghasilkan sejumlah blastomer yang berukuran sama akan tetapi ukurannya lebih
kecil. Morula berbentuk seperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus dan antara sel
satu dengan yang lain rapat (Mahajan et al., 2018). Sel tersebut memadat untuk menjadi blastodik
kecil yang pada akhir pembelahan akan menghasilkan dua kelompok sel. Pertama kelompok sel
utama (blastoderm), yang meliputi sel formatik atau gumpalan sel dalam (irner mass cells),
fungsinya membentuk tubuh embrio. Kedua adalah kelompok sel pelengkap, yang melipuli
trophoblast, periblast, dan auxilliary cells. Fungsinya melindungi dan menghubungi antara embrio
dengan induk atau lingkungan luas (Soenardirahardjo, 2017).
Perkembangan lanjut dari morula disebut blastula. Blastulasi adalah proses yang
menghasilkan blastula yaitu campuran sel-sel blastoderm yang membentuk rongga penuh cairan
yang disebut sebagai blastocoel. Pada akhir blastulasi, sel-sel blastoderm akan terdiri dari neural,
epidermal, notochordal, mesodermal, dan endodermal yang merupakan bakal pembentuk
organorgan. Pada blastula sudah terdapat daerah yang berdifferensiasi membentuk organ-organ
tertentu seperti sel saluran pencernaan, notochord syaraf eksoderm, ectoderm, mesoderm, dan
endoderm. Lapisan luar dari blastula ini membentuk lapisan yang mengelilingi embrio sebenarnya,
sedangkan embrio dibentuk dari bagian morulla inner cells mass (masa sel dalam) dan trophoblast
(lapisan luar) pada satu sisi masa sel membentuk suatu bentuk yang mirip blastula dan struktur ini
disebut sebagai blastokista. Embrio akan menempel dan menetap pada dinding uterus untuk
periode waktu tertentu, ditempat dimana embrio akan mendapatkan makanan sampai dilahirkan
(Soenardirahardjo, 2017).
Gastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya sudah semakin
nyata dan mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta rongga tubuh. Gastrula pada beberapa
hewan tertentu, seperti hewan tingkat rendah dan hewan tingkat tinggi, berbeda dalam hal jumlah
lapisan dinding tubuh embrionya. Triploblastik yaitu hewan yang mempunyai 3 lapisan dinding
tubuh embrio, yaitu lapisan bagian luar (ektoderm), lapisan bagian tengah (mesoderm), dan lapisan
bagian dalam (endoderm). Jadi gastrulasi merupakan proses pembentukan tiga lapisan embrionik.

8
Dalam perkembangan selanjutnya lapisan embrionik akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan menghasilkan berbagai organ tubuh (Nugroho, 2015).
Proses implantasi terjadi setelah melalui proses fertilisasi dan proses claveage
(pembelahan). Tepat saat berbentuk morula (mengalami pembelahan menjadi 32 sel), embrio
mulai memasuki uterus. Proses pembelahan masih tetap terjadi. Ketika akan mengalamai
implantasi, embrio yang berupa blastosit. Pertama, zona pellucida akan terlepas sebagai aktivitas
dari enzim proteolitik dari airan uterus disebut proses hatching. Lalu bagian dari blastosit, yaitu
tropoblast akan menempel pada endometrium dan berkembang menjadi plasenta yang berfungsi
sebagai penyuplai zat-zat makanan kepada fetus (Nugroho, 2015).
Pada Hewan, pembelahan pertama dan kedua dari ovum yang telah dibuahi terjadi semasa
ovum berada di dalam tuba falopii. Secara normal, embrio berada pada tahap 4 sel dalam masa
pembangunannya sewaktu memasuki uterus. Embrio-embrio tidak segera di distribusikan ke
seluruh uterus akan tetapi untuk sementara di tahan di bagian anterior cornua uteri. Cleavage telah
mencapai tingkatan morula pada hari ke-5 sampai hari ke-6 sesudah permulaan estrus dan
pembentukan blastocyst dengan penghilangan zona pellucida terjadi pada hari ke-6 sampai hari
ke-8. Pemanjangan blastocyst terjadi sebelum implantasi. Sesudah pemanjangan chorion, embrio
didistribusikan secara merata di dalam cornua uteri. Panjang uterus bertambah dengan cepat dari
hari ke-2 sampai hari ke-6 sesudah permulaan estrus. Suatu pertambahan berat uterus linear terjadi
selama masa kebuntingan. Ruangan yang tersedia di dalam uterus mempengaruhi jumlah anak pada
kebuntingan muda tetapi cukup menentukan pada umur kebuntingan 105 hari (Fenton et al., 2009).
Pada mamalia, pembelahan awal terjadi selama 24 jam kemudian pembelahan selanjutnya
terjadi pada interval setiap 12 jam hingga hari ketiga. Menurut Theiler (1989), tahap dan waktu
perkembangan embrio mencit mulai dari pembelahan 1 sel (0-20 jam), 2 sel (24 jam), 4 sel (48
jam), 8 sel (52 jam), morula (72 jam), blastosit (96 jam), dan blastosis hatched-implantasi (120
jam) (McGeady et al., 2006).

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

9
4.1 Kesimpulan
Kegiatan koleksi embrio yang dilakukan oleh Kelompok 20H menggunakan seekor
mencit yang telah dikawinkan 3 hari yang lalu yang ditandai dengan adanya vagina plug
(sumbatan vagina). Pemeriksaan embrio dilakukan dengan mengeutanasi dengan cara
dislokasi os vertebrae cervicalis, selanjutnya dilakukan pembedahan untuk mendapatkan
organ reproduksinya. Pemeriksaan embrio mencit dilakukan dengan metode flushing
uterus dan slicing pada oviduct. Berdasarkan hasil pemeriksaan, hasil yang diperoleh
merupakan embrio pembelahan 8 sel.
4.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan yaitu diperlukan keterampilan dalam
melakukan koleksi embrio dan diharapkan adanya peningkatan sarana dan prasaran di
laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Frandson, R. D., W. L. Wilke, and A. D. Fails. 2009. Anatomy and Physiology of Farm Animals.
7 ed. Wiley-Blackwell, Colorado
Soenardirahardjo, B. P. 2017. Teratologi Pada Hewan Dan Ternak. Surabaya: Airlangga University
Press

Nugroho, Rudy Agung. 2015. Buku Ajar Reproduksi Perkembangan Hewan. Yogyakarta :
Universitas Atma Jaya Press.
McGeady TA, Quinn PJ, FizPatrick ES, Ryan MT, Cahalan S. 2006. Veterinary Embryology.
Blackwell Publishing Ltd. United Kingdom (UK).
Mahajan, Tanvi. Ganguly, Subha and Pagrut, Nileshkumar. 2018. Embryogenesis: A
comprehensive review. Journal of Entomology and Zoology Studies. 6(1): 1151-1153
Warkany, J. 1983. Issues and Review in Teratology volume I, edited by Kalter H. New York:
Plenum Press.
Gilbert, Scott F. 2000. The Circle of Life: The Stages of Animal Development. Developmental
Biology. 6th Edition.

10
11

Anda mungkin juga menyukai