DISUSUN OLEH :
Kelompok C1
1. Siti Parwati 2010701063
2. Septiantiko Fajar Anggoro 2010701069
3. Muhammad Reza Pahlawan 2010701075
4. Firnando Febrian 2010701081
5. Sihab Nailul Muna 2010701087
6. Fuad Shafly Taimullah 2010701094
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
praktikum dan laporan akhir Ilmu Reproduksi Ternak yang merupakan rangkaian
Mata Kuliah Ilmu Reproduksi Ternak di Program Studi Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Tidar. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun dan
menyelesaikan laporan ini khususnya kepada:
1. Dosen Mata Kuliah dan Pendamping Praktikum Ilmu Reproduksi Ternak
Yosephine Laura Raynardia Esti Nugrahini, S.Pt., MSc., Galy Hardyta,
S.Pt., M.Sc., dan Labib Abdillah, S.Pt., M.Sc.
2. Tim Asisten Praktikum Ilmu Reproduksi Ternak
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan LAPORAN PRAKTIKUM ILMU
REPRODUKSI TERNAK masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan
laporan berikutnya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar belakang .............................................................................. 1
1.2 Tujuan .......................................................................................... 3
1.3 Manfaat ........................................................................................ 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 5
2.1 Anatomi Reproduksi Jantan ......................................................... 5
2.2 Anatomi Reproduksi Betina ......................................................... 9
2.3 Histologi Reproduksi Jantan ........................................................ 10
2.4 Histologi Reproduksi Betina ........................................................ 11
BAB III. MATERI DAN METODE ...................................................... 12
3.1 Anatomi Reproduksi Jantan ......................................................... 12
3.2 Anatomi Reproduksi Betina ......................................................... 12
3.3 Histologi Reproduksi Jantan ........................................................ 13
3.4 Histologi Reproduksi Betina ........................................................ 14
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 15
4.1 HASIL ......................................................................................... 15
Anatomi Reproduksi Jantan ............................................................... 15
Anatomi Reproduksi Betina ............................................................... 16
Histologi Reproduksi Jantan .............................................................. 19
Histologi Reproduksi Betina .............................................................. 20
4.2 PEMBAHASAN ......................................................................... 22
Anatomi Reproduksi Jantan ............................................................... 22
Anatomi Reproduksi Betina ............................................................... 29
Histologi Reproduksi Jantan .............................................................. 24
Histologi Reproduksi Betina .............................................................. 35
iv
BAB V. PENUTUP.................................................................................. 40
5.1 Simpulan ...................................................................................... 40
5.2 Saran ............................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 41
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi organ reproduksi jantan ..................................................................15
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
sudut posterior organ ini terbungkus oleh selaput atau kapsula yang disebut
sebagai mediastinum testes (Azzahra et al., 2016).. Septula testes merupakan
selaput tipis yang meluas mengelilingi mediastinum sampai ke tunika
albugenia dan membagi testes menjadi 250–270 bagian berbentuk piramid
yang disebut lobuli testes.
Isi dari lobulus adalah tubulus seminiferus, yang merupakan tabung
kecil panjang dan berkelok-kelok memenuhi seluruh kerucut lobulus. Muara
tubulus seminiferus terdapat pada ujung medial dari kerucut. Pada ujung
apikal dari tiap-tiap lobulus akan terjadi penyempitan lumen dan akan
membentuk segmen pendek pertama dari sistem saluran kelamin yang
selanjutnya akan masuk ke rete testes. Dinding tubulus seminiferus terdiri
dari tiga lapisan dari luar ke dalam yaitu tunika propria, lamina basalis dan
lapisan epitelium (Supraptono et al., 2018).
Pada umumnya ovarium terdapat dua buah, kanan dan kiri dan terletak di
dalam pelvis. Bentuk dan ukuran ovarium berbeda-beda menurut spesies dan
fase dari siklus birahi. Pada sapi, berbentuk oval dengan ukuran yang
bervariasi dengan panjang 1,3–5 cm, lebar 1,3–3,2 cm dan tebal 0,6–1,9 cm.
Pada Domba ovarium berbentuk lonjong dengan panjang berkisar 1,3–1,9 cm,
sedangkan pada kuda berbentuk ginjal dengan ukuran panjang 4,0–8,0 cm,
lebar 3,0–6,0 cm dan tebal 3,0–5,0 cm. Ovarium pada babi, berbentuk
lonjong dengan bentukan seperti setangkai buah anggur karena banyaknya
folikel dan korpus luteum (Ismudiono et al., 2010).
Adapun tujuan pembuatan laporan akhir ini yaitu untuk memenuhi tugas
praktikum matakuliah Ilmu Reproduksi Ternak dan guna memberikan
pemahaman kepada penulis sebagai mahasiswa peternakan agar mengetahui
anatomi dan histologi reproduksi pada ternak bak ternak jantan maupun
betina, dan semoga nantinya bisa memberikan manfaat bagi penulis dan
orang lain.
2
1.2 Tujuan Praktikum
Anatomi Reproduksi Jantan
1. Mengetahui bagian-bagian dari organ reproduksi ternak jantan
2. Mengetahui fungsi-fungsi dari masing-masing organ reproduksi ternak.
3. Mengetahui ukuran dan faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran masing-
masing organ reproduksi ternak.
4. Memahami proses pembentukan spermatozoa dan faktor yang
mempengaruhinya.
3
2. Mahasiswa mampu mengetahui fungsi-fungsi dari masing-masing organ
reproduksi ternak.
3. Mahasiswa mampu mengetahui ukuran dan faktor-faktor yang
mempengaruhi ukuran masing-masing organ reproduksi ternak.
4. Mahasiswa mampu memahami proses pembentukan spermatozoa dan
faktor yang mempengaruhinya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Reproduksi Jantan
5
Pada golongan rodensia, testes dapat dengan mudah berpindah-pindah
dari dalam skrotum ke dalam rongga perut. Testes dapat menggantung di
dalam skrotum secara bebas dengan bantuan korda spermatika, yang di
dalamnya mengandung duktus deferens, pembuluh darah dan syaraf serta
pembuluh limfe. Testes terbungkus oleh kapsul berwarna putih mengkilat
yang disebut tunika albugenea. Tunika ini membungkus erat kapsul dan
mengandung pembuluh darah yang telihat berkelok-kelok serta pembuluh
syaraf.
Epydidimis
Epididymis merupakan saluran reproduksi jantan yang terdiri dari tiga
bagian yaitu kaput epididymis, korpus epididymis dan kauda epididymis.
Kaput epididymis merupakan muara dari sejumlah duktus efferentes dan
terletak pada bagian ujung atas dari testes. Korpus epididymis merupakan
saluran kelanjutan dari kaput yang berada di luar testes, sedangkan kauda
epididymis merupakan kelanjutan dari corpus yang terletak pada bagian ujung
bawah testes (Azzahra et al., 2016)..
Dinding epididymis terdiri dari lapisan otot sirkuler dan epitel berbentuk
kubus. Batas antara ketiga bagian dari epididymis dibedakan berdasarkan
susunan histologinya (Supraptono et al., 2018). Pada bagian kaput secara
histologis dicirikan atas epitel dengan stereo silia yang tinggi, pada bagian
corpus dengan stereo silia yang tidak lurus dan lumen lebih lebar, sedangkan
bagian kauda ditandai stereo silia yang pendek, lumen yang lebih lebar dan
banyak timbunan sel spermatozoa.
Ductus deferent
Duktus (vas) deferens merupakan saluran yang menghubungkan kauda
epididymis dengan urethra. Dindingnya mengandung otot polos yang berperan
dalam pengangkutan spermatozoa. Diameter vas deferens 2 mm dengan
konsistensi seperti tali, berjalan sejajar dengan corpus epididymis. Dekat
dengan kepala epididymis, vas deferens menjadi lurus dan bersama-sama
dengan pembuluh darah, limfe dan saraf membentuk funiculus spermaticus
yang berjalan melalui canalis inguinalis ke dalam cavum abdominal. Kedua
6
vas deferens (kiri dan kanan terletak sebelah menyebelah di atasvesica urinaria
lambat-laun menebal dan mem besar membentuk ampullae ductus deferens.
Uretra
Urethra adalah saluran urogenetalis untuk menyalurkan urine dan semen.
Urethra membentang dari daerah pelvis ke penis dan berakhir pada ujung
glans sebagai orificium urethrae externa. Sebelum ejakulasi, konsentrasi
spermatozoa dari ampula bercampur dengan cairan-cairan kelenjar pelengkap
pada urethra baigian pelvis. di sebelah caudal dari leher vesica urinaria
terdapat suatu penonjolan sebesar kacang yang disebut sebagai colliculus
seminalis disebelah dorsal terdapat muara bersama ampula dan saluran-saluran
eksretoris.
Penis
Penis mempunyai tugas ganda yaitu pengeluaran urine dan peletakan
semen ke dalam saluran reproduksi betina. Penis terdiri atas bagian akar,
badan dan ujung yang berakhir pada glans penis. Penis membentang dari arcus
ischiadicus pelvis sampai ke daerah umbilikal pada dinding ventral perut yang
ditunjang oleh fasia penis dan kulit. Di depan skrotum penis terletak di dalam
preputium. Bagian ujung penis disebut glans penis terletak bebas di dalam
preputium.
Bagian penis terdiri dari corpus cavernosum penis yang relatif besar dan
diselaputi oleh selubung fibrosa tebal berwarna putih, tunika albugenea. Di
bagian ventral terdapat corpus cavernosum urethrae, suatu struktur yang relatif
lebih kecil yang mengelilingi urethra. Pada bagian glans penis kedua corpus
tersebut bersatu dan disebut sebagai corpus fibrosum. Kedua corpora
cavernosa bersifat seperti spons dan terbagi atas rongga-rongga yang dapat
dianggap sebagai kapiler-kapiler yang sangat membesar dan bersambung
dengan venae penis.
Kelenjar-kelenjar aksesoris
Kelenjar seks pelengkap atau kelenjar aksesoris bervariasi antara spesies
dalam hal bentuk dan ukurannya. Pada babi mempunyai kelenjar
vesikulaseminalis dan bulbo urethralis yang menyebabkan besarnya volume
semen yang dihasilkan. Yang termasuk kelenjar seks pelengkap adalah
7
vesikula seminalis atau vesikularis, kelenjar prostata dan kelenjar bulbo
urethralis atau cowper`s.
Kelenjar Vesikula Seminalis
Kelenjar vesikularis pada tiap spesies berbeda. Pada sapi, berukuran 10–
15 cm dan diameter 2–4 cm. Pada sayatan kelenjar ini berwarna kekuningan
biasanya menyendol keluar dari permukaan sayatan. Pada sapi kelenjar ini
berlobi dengan septa muskuler yang kuat di antara lobuli (Supraptono et al.,
2018). Saluran-saluran sekretoris yang berbelit dan bercabang mempunyai
diameter 0.3 mm dan terletak sentral. Sekresi kelenjar ini pada postmortem
merupakan cairan berwarna keruh dan lengket. Sekresi tersebut mengandung
protein, kalium, asam sitrat, fruktose dan beberapa enzim dalam konsentrasi
tinggi pH berkisar 5,7– 6,2. Sekresi kelenjar ini membentuk 50% dari volume
ejakulat normal pada sapi.
Kelenjar Prostata
Kelenjar ini pada sapi terletak mengelilingi urethra dan terdiri dari dua
bagian yaitu badan prostata (corpus prostatae) dan prostata diseminata atau
prostata yang kriptik (pars disseminata prostatae). Badan prostata berukuran
2,5–4 cm dan tebal 1,0-1,5 cm.. Pada domba dan kambing kelenjar ini tidak
mempunyai korpus, hanya ada pars disseminata yang berdifusi dengan
sebagian besar urethra pelvis. Sekresi dari kelenjar prostata melalui beberapa
muara kecil masuk ke dalam urethra. Kelenjar ini pada sapi tidak terlalu
berkembang seperti pada golongan primata (Primawati, 2016).
Kelenjar Cowper
Terdapat sepasang, berbentuk bulat dan kompak, berselubung tebal dan
pada sapi lebih kecil daripada kuda yang berukuran 2,5–5 cm. Kelenjar ini
terletak di atas urethra dekat jalan keluar dari cavum pelvis. Saluran-saluran
sekretoris dari setiap saluran bergabung membentuk saluran sekretoris yang
panjangnya 2–3 cm. Kedua saluran eksretoris kelenjar ini mempunyai muara
kecil terpisah di tepi lipatan mukosa urethra. Cairan yang menetes dari
preputium sapi sebelum penunggangan adalah sekeresi kelenjar cowper,
kemungkinan besar fungsinya adalah untuk membersihkan dan menetralisir
8
urethra dari bekas urine dan kotoran lainnya sebelum ejakulasi. Derajat
keasaman kedua cairan sekresi tersebut berkisar 7.5–8.2.
2.2 Anatomi Reproduksi Betina
Saluran reproduksi betina merupakan salah satu sistem dalam tubuh hewan
yang mengalami perkembangan dan perubahan morfologi saat terjadi
kebuntingan, ovarium mengalami serangkaian perubahan morfologi dan
fisiologi selama siklus estrus dan proses reproduksi (Jalaluddin, 2014).
Bentuk ovarium pada dasarnya sama, namun demikian terjadi variasi sesuai
dengan siklus ovulasi. Perubahan yang dinamis tersebut berkalitan dengan
keberadaan folikel dan korpus luteum dengan bentuk dasar ovarium yang
sama menyerupai ginjal (Melia et al., 2016).
Vagina adalah organ kelamin betina dengan struktur selubung muskuler
yang terletak di dalam rongga pelvis dorsal dari vesica urinaria dan
berfungsi sebagai alat kopulatoris dan sebagai tempat berlalu bagi fetus
sewaktu partus. Legokan yang dibentuk oleh penonjolan cervix ke dalam
vagina disebut fornix (Feradis, 2010).
9
2.3 Histologi Reproduksi Jantan
10
2.4 Histologi Reproduksi Betina
Ovarium
Oviduct
11
Uterus
12
BAB III
1. Materi
2. Metode
1. Materi
2. Metode
1. Materi
13
Praktikum histologi menggunakan organ mikroskop dan preparat histologi
testis, epididymis, ductus deferen dan penis.
2. Metode
Praktikan mengamati, membedakan, mengetahui fungsi dan menggambar
bagian-bagian dari organ reproduksi yang diberikan.
3.4 Histologi Reproduksi Betina
1. Materi
Praktikum histologi menggunakan organ mikroskop dan preparat
histologitestis, epididymis, ductus deferen dan penis.
2. Metode
Praktikan mengamati, membedakan, mengetahui fungsi dan
menggambarbagian-bagian dari organ reproduksi yang diberikan.
14
BAB IV
4.1 Hasil
5. Alat kopulasi
6. Selaput pembungkus
testis
1. Tubulus 1. Tempat
seminiferus menghasilkan sel
2. Tunica sperma
albuginea 2. Pembungkus testis
3
3. Retetestis
3. Saluran untuk
2
mengumpulkan
1
spermatozoa
Gambar 2. Anatomi testis
15
Tabel 2. Hasil pengukuran organ reproduksi jantan
16
penampung urine
6. Vagina = organ kopulasi dan
tempat sperma dideposisikan
secara perkawinan alami, jalan
saat partus
7. Vulva = pelindung vagina
8. Klitoris = syaraf perasa memegang
peranan penting padawaktu
kopulasi
17
Keterangan :
1. Ovarium = menghasilnya
seltelur dan hormon estrogen,
progesteron, dan inhibin.
2. Oviduct = menerima se telur
yang diovulasikan ovarium
3. Uterus = saluran spermatozoa
menuju oviduct, tempat
implantasi embrio
4. Cervix = melindungi lumen
uterus sehingga tidak ada
mikroorganisme yang masuk
serta tempat reservoir
Gambar 4.Organ reproduksi babibetina
spermatozoa
5. Vagina = organ kopulasi dan
tempat sperma dideposisikan
secara perkawinan alami, jalan
saat partus
6. Urine bladder = penghasil dan
penampung urine
7. Klitoris = syaraf perasa
memegang peranan penting
pada waktu kopulasi
Vulva = pelindung vagina
18
Histologi Organ Reproduksi Jantan
19
Histologi Organ Reproduksi Betina
20
21
4.2 Pembahasan
22
270 bagian berbentuk piramid yang disebut lobuli testes (Hayati, 2011). Isi
dari lobulus adalah tubulus seminiferus, yang merupakan tabung kecil panjang
dan berkelok-kelok memenuhi seluruh kerucut lobulus. Muara tubulus
seminiferus terdapat pada ujung medial dari kerucut. Pada ujung apikal dari
tiap-tiap lobulus akan terjadi penyempitan lumen dan akan membentuk
segmen pendek pertama dari sistem saluran kelamin yang selanjutnya akan
masuk ke rete testes.
Dinding tubulus seminiferus terdiri dari tiga lapisan dari luar ke dalam
yaitu tunika propria, lamina basalis dan lapisan epitelium (Jalaluddin, 2014).
Tunika propria terdiri atas beberapa lapisan fibroblas, yang berfungsi sebagai
alat transportasi sel spermatozoa dari tubulus seminiferus ke epididymis
dengan jalan kontraksi. Lapisan epitel pada tubulus seminiferus terdiri dari
dua jenis sel yaitu sel-sel penyokong yang disebut sebagai sel Sertoli dan sel-
sel spermatogonium.
Sel-sel spermatogonium merupakan sel benih yang sejati, karena dari sel-
sel inilah dihasilkan spermatozoa melalui pembelahan sel. Sel-sel
spermatogonium tersusun dalam 4–8 lapisan yang menempati ruang antara
membrana basalis dan lumen tubulus (Primawati, 2016). Sel Sertoli berbentuk
panjang, berdasar luas, melekat pada membrana basalis, berfungsi merawat sel
spermatozoa yang baru saja terbentuk, menghasilkan semacam hormon
(inhibin), menghasilkan protein pembawa hormon jantan (ABP = Androgen
Binding Protein) dan menghasilkan cairan testes. Di antara lobuli pada testes
didapatkan tunika vaskulosa yang merupakan jaringan yang bentuknya mirip
jaringan ikat. Pada jaringan ini didapatkan sel-sel yang berbentuk poligonal
yang disebut sebagai sel interstitiil atau sel Leydig yang merupakan sistem
endokrin.
Jaringan testes mempunyai kemampuan memproduksi spermatozoa yang
luar biasa. Pada sapi satu gram tenunan testikular menghasilkan rata-rata 9 ×
106 spermatozoa per hari. Spermatozoa yang baru terbentuk dan tidak bergerak
diangkut dari tubulus seminiferus melalui rete testis oleh suatu arus cairan
yang berasal dari tubuli seminiferi dan rete testes ke dalam duktuli efferentes
yang bermuara kedalam duktus epididymis. Fungsi endokrinologis dari testes
23
adalah menghasilkan hormon jantan atau androgen (Ismudiono et al., 2018).
Testes memproduksi androgen jauh sebelum terjadi spermatogenesis yang
sempurna (pada sapi 1,5 bulan), dimana hormon ini diproduksi oleh sel-sel
interstitiil yang disebut sel Leydig. Sel-sel interstitiil adalah sel-sel yang
terdapat di antara lobuli, berbentuk poligonal teranyam bersama tenunan
pengikat.
B. Epydidimis
Epididymis merupakan saluran reproduksi jantan yang terdiri dari tiga
bagian yaitu kaput epididymis, korpus epididymis dan kauda epididymis.
Kaput epididymis merupakan muara dari sejumlah duktus efferentes dan
terletak pada bagian ujung atas dari testes (Jalaluddin, 2014). Korpus
epididymis merupakan saluran kelanjutan dari kaput yang berada di luar
testes, sedangkan kauda epididymis merupakan kelanjutan dari corpus yang
terletak pada bagian ujung bawah testes.
Dinding epididymis terdiri dari lapisan otot sirkuler dan epitel berbentuk
kubus. Batas antara ketiga bagian dari epididymis dibedakan berdasarkan
susunan histologinya. Pada bagian kaput secara histologis dicirikan atas epitel
dengan stereo silia yang tinggi, pada bagian corpus dengan stereo silia yang
tidak lurus dan lumen lebih lebar, sedangkan bagian kauda ditandai stereo silia
yang pendek, lumen yang lebih lebar dan banyak timbunan sel spermatozoa
(Arimbawa et al., 2012).
Epididymis mempunyai 4 fungsi utama yaitu transportasi, konsentrasi,
pendewasaan dan penyimpanan spermatozoa.
1. Transportasi
Pengangkutan spermatozoa dari rete testes ke duktus efferentes terjadi
oleh tekanan cairan dan jumlah spermatozoa yang diproduksi secara tetap dan
bertambah banyak. Dalam perjalanannya melalui duktus efferentes dibantu
oleh silia yang bergerak secara aktif ke arah luar dan gerakan kontraksi
peristaltik dari otot dinding duktus epididymis. Gerakan ini tidak selalu ada,
bergantung adanya rangsangan preejakulasi. Pengangkutan spermatozoa dari
epitel kecambah sampai ke kauda epididymis pada sapi selama 7–9 hari dan
bergantung pada frekuensi ejakulasi (Ismudiono et al., 2018).
24
2. Konsentrasi
Massa spermatozoa yang dialirkan keduktus epididymis mengandung
sekresi dari testes dengan konsentrasi 25.000–30.000 sel/mm3, selama
perjalanannya di epididymis air diresorpsi oleh dinding saluran terutama pada
kaput, sehingga sesampai pada bagian kauda konsentrasi spermatozoa menjadi
sangat tinggi yaitu 4.000.000 sel atau lebih per mm3 (Ismudiono et al., 2018).
3. Pendewasaan
Sewaktu spermatozoa meninggalkan tubulus seminiferus, masih
mempunyai butiran sitoplasma (cytoplasmic droplet) yang membalut bagian
lehernya (Primawati, 2016). Ini menandakan bahwa spermatozoa tersebut
masih muda. Dalam perjalanannya di duktus epididymis, butiran sitoplasma
tersebut berpindah ke ekor bagian bawah, sampai akhirnya hilang sama sekali
dari ekornya. Pendewasaan spermatozoa tersebut mungkin disebabkan atas
pengaruh sekresi dari sel-sel epithel pada duktus epididymis.
4. Penyimpanan
Pada bagian kauda epididymis merupakan tempat penyimpanan
spermatozoa. Konsentrasi spermatozoa didapatkan sangat tinggi pada bagian
tersebut, selain tempatnya yang relatif luas juga kondisi pada kauda
epididymis ini optimal untuk mempertahankan kehidupan spermatozoa (Yusuf
dan Ulum, 2017).
C. Ductus deferent
Duktus (vas) deferens merupakan saluran yang menghubungkan kauda
epididymis dengan urethra. Dindingnya mengandung otot polos yang berperan
dalam pengangkutan spermatozoa. Diameter vas deferens 2 mm dengan
konsistensi seperti tali, berjalan sejajar dengan corpus epididymis. Dekat
dengan kepala epididymis, vas deferens menjadi lurus dan bersama-sama
dengan pembuluh darah, limfe dan saraf membentuk funiculus spermaticus
yang berjalan melalui canalis inguinalis ke dalam cavum abdominal. Kedua
vas deferens (kiri dan kanan terletak sebelah menyebelah di atasvesica urinaria
lambat-laun menebal dan mem besar membentuk ampullae ductus deferens
(Ismudiono et al., 2018).
25
Vas deferens atau duktus deferens berfungsi mengangkut spermatozoa
dari kauda epididymis ke urethra. Dindingnya yang mengandung otot-otot
licin penting dalam mekanisme pengangkutan spermatozoa pada waktu
ejakulasi (Primawati, 2016). Di dekat kaput epididymis, vas deferens menjadi
lurus dan berjalan bersama-sama pembuluh darah, limfe dan serabut syaraf
bersama membentuk funiculus spermaticus yang berjalan melalui canalis
inguinalis ke dalam cavum abdominalis. Kedua vas deferens yang terletak
sebelah menyebelah kandung kencing berangsur-angsur membesar
membentuk ampullae duktus deferen. Penebalan ampula disebabkan karena
banyak terdapat kelenjar pada dinding saluran.
Kelenjar-kelenjar ampula mensekresikan fruktosa dan asam sitrat Pada
sapi ampulla mempunyai panjang 10–14 cm dengan diameter 1,0–1,5 cm,
sedangkan pada kuda panjang 15–24 cm dengan diameter 2–2,5 cm. Ampula
ini tidak didapatkan pada anjing dan kucing, sedangkan pada babi kecil.
Kelenjar-kelenjar ampula bersifat tubuler dan secara histologik mirip dengan
struktur kelenjar vesikularis (Hayati, 2011). Kedua ampula pada sapi terletak
sebelah dorsal dari leher vesica urinaria dan bermuara bersama saluran
ekretoris kelenjar vesikularis ke dalam urethra dengan orificium berbentuk
celah pada setiap sisi colliculus seminalis.
D. Uretra
Urethra adalah saluran urogenetalis untuk menyalurkan urine dan semen.
Urethra membentang dari daerah pelvis ke penis dan berakhir pada ujung
glans sebagai orificium urethrae externa. Urethra dibedakan atas tiga bagian
yaitu a. Bagian pelvis, saluran silindrik dengan panjang 15–20 cm diselubungi
oleh otot urethra yang kuat dan terletak pada lantai pelvis; b. Bulbus urethrae,
adalah bagian yang melengkung seputar arcus ischiadicus dan c. bagian penis
Saluran lumen urethra pada bagian pelvis mempunyai luas hampir dua kali
lipat dari lumen-lumen urethra pada bagian lain. Sebelum ejakulasi,
konsentrasi spermatozoa dari ampula bercampur dengan cairan-cairan kelenjar
pelengkap pada urethra baigian pelvis. di sebelah caudal dari leher vesica
urinaria terdapat suatu penonjolan sebesar kacang yang disebut sebagai
26
colliculus seminalis disebelah dorsal terdapat muara bersama ampula dan
saluran-saluran eksretoris kelenjar-kelenjarcvesikularis (Afiati et al., 2013)..
Colliculus seminalis terutama terdiri dari jaringan cavernosus (jaringan
yang mengandung buluh-buluh darah lebar) yang menutup leher vesica
urinaria sewaktu ejakulasi dan mencegah masuknya semen ke dalam vesica
atau mencegah bercampurnya semen dengan urine. Saluran pengeluaran untuk
kelenjar prostata berbentuk pintu-pintu kecil dan banyak, tersusun dalam
deretan sepanjang dinding urethra (Arimbawa et al., 2012). Kedua pintu
saluran eksretoris kelenjar Cowper terletak sedemikian rupa sehingga
sekresinya dapat mencuci bagian distal urethra, sehingga ia bebas dari urine
sebelum ejakulasi.
E. Penis
Penis mempunyai tugas ganda yaitu pengeluaran urine dan peletakan
semen ke dalam saluran reproduksi betina. Penis terdiri atas bagian akar,
badan dan ujung yang berakhir pada glans penis. Penis membentang dari arcus
ischiadicus pelvis sampai ke daerah umbilikal pada dinding ventral perut yang
ditunjang oleh fasia penis dan kulit. Di depan skrotum penis terletak di dalam
preputium. Bagian ujung penis disebut glans penis terletak bebas di dalam
preputium (Jalaluddin, 2014).
Bagian penis terdiri dari corpus cavernosum penis yang relatif besar dan
diselaputi oleh selubung fibrosa tebal berwarna putih, tunika albugenea. Di
bagian ventral terdapat corpus cavernosum urethrae, suatu struktur yang relatif
lebih kecil yang mengelilingi urethra. Pada bagian glans penis kedua corpus
tersebut bersatu dan disebut sebagai corpus fibrosum (Yusuf dan Ulum, 2017).
Kedua corpora cavernosa bersifat seperti spons dan terbagi atas rongga-rongga
yang dapat dianggap sebagai kapiler-kapiler yang sangat membesar dan
bersambung dengan venae penis. Pada hewan mammalia terdapat dua tipe
penis yaitu tipe fibro elastis yang terdapat pada hewan sapi, kerbau, kambing,
domba dan babi.
Pada penis tipe ini selalu dalam keadaan agak kaku dan kenyal walaupun
dalam keadaan tidak aktif atau non-erect, di mana perbedaan panjang penis
antara ereksi dan tak ereksi adalah 3:2. Hal ini disebabkan karena struktur/
27
bentuk S pada penis. Bagian yang berongga pada waktu aktif kelamin terisi
darah dan menjadi tegang tanpa memperbesar volume penis. Penis tipe
vaskuler didapatkan pada hewan kuda, gajah dan primata. Pada penis tipe ini,
banyak mengandung serabut-serabut otot dan tidak mempunyai flexura
sigmoidea. Pada waktu tidak ereksi penis terasa lunak, sedangkan pada waktu
ereksi ukuran panjang dan diameternya menjadi dua kali lipatnya (Primawati,
2016). Pada domba penis berukuran 5–7,5 cm dengan flexura sigmoid yang
berkembang baik, diameter relatif kecil yaitu 1.5–2 cm. Pada glans penis
terdapat penonjolan filiformis sepanjang 4–5 cm, yang disebut proscesus
urethrae yang mengandung bagian terminal urethra. Pada Babi sapi flexura
sigmoid terletak pada prescrotal.
Pada cranial penis tidak terdapat glans penis, tetapi berputar seperti spiral
ke arah yang berlawanan dengan arah jarum jam. Panjang penis 45–55 cm dan
pada waktu kopulasi sepanjang 20–35 cm bagian penis tersembul keluar dari
mulut preputium. Pada kuda yang bertipe vaskuler, tidak mempunyai flexura
sigmoid. Panjang penis mencapai 50 cm dengan diameter 2,5–6 cm. Urethra
menonjol keluar sebagai suatu saluran sepanjang 2,5 cm proscesus urethrae di
dalam suatu legokan pada permukaan glans penis yang disebut fossa glandis.
F. Kelenjar-kelenjar aksesoris
Kelenjar seks pelengkap atau kelenjar aksesoris bervariasi antara spesies
dalam hal bentuk dan ukurannya. Pada babi mempunyai kelenjar
vesikulaseminalis dan bulbo urethralis yang menyebabkan besarnya volume
semen yang dihasilkan. Yang termasuk kelenjar seks pelengkap adalah
vesikula seminalis atau vesikularis, kelenjar prostata dan kelenjar bulbo
urethralis atau cowper`s.
Kelenjar Vesikula Seminalis
Pada sapi kelenjar ini terdapat sepasang, berlobus jelas dan berada di
dalam lipatan urogenital lateral dari ampula. Kelenjar vesikularis pada tiap
spesies berbeda. Pada sapi, berukuran 10–15 cm dan diameter 2–4 cm. Pada
sayatan kelenjar ini berwarna kekuningan biasanya menyendol keluar dari
permukaan sayatan. Pada sapi kelenjar ini berlobi dengan septa muskuler yang
kuat di antara lobuli. Saluran-saluran sekretoris yang berbelit dan bercabang
28
mempunyai diameter 0.3 mm dan terletak sentral. Sekresi kelenjar ini pada
postmortem merupakan cairan berwarna keruh dan lengket (Yusuf dan Ulum,
2017). Sekresi tersebut mengandung protein, kalium, asam sitrat, fruktose dan
beberapa enzim dalam konsentrasi tinggi pH berkisar 5,7– 6,2. Sekresi
kelenjar ini membentuk 50% dari volume ejakulat normal pada sapi.
Kelenjar Prostata
Kelenjar ini pada sapi terletak mengelilingi urethra dan terdiri dari dua
bagian yaitu badan prostata (corpus prostatae) dan prostata diseminata atau
prostata yang kriptik (pars disseminata prostatae). Badan prostata berukuran
2,5–4 cm dan tebal 1,0-1,5 cm. Pars disseminata mengelilingi urethra pelvis,
berukuran panjang 10-12 cm dan tertutup oleh otot urethra (Sobah, 2014).
Sekresi kedua bagian ini berjalan melalui saluran-saluran kecil dan banyak
yang bermuara ke dalam urethra. Pada domba dan kambing kelenjar ini tidak
mempunyai korpus, hanya ada pars disseminata yang berdifusi dengan
sebagian besar urethra pelvis. Sekresi dari kelenjar prostata melalui beberapa
muara kecil masuk ke dalam urethra. Kelenjar ini pada sapi tidak terlalu
berkembang seperti pada golongan primata
Kelenjar Cowper
Terdapat sepasang, berbentuk bulat dan kompak, berselubung tebal dan
pada sapi lebih kecil daripada kuda yang berukuran 2,5–5 cm. Kelenjar ini
terletak di atas urethra dekat jalan keluar dari cavum pelvis. Saluransaluran
sekretoris dari setiap saluran bergabung membentuk saluran sekretoris yang
panjangnya 2–3 cm. Kedua saluran eksretoris kelenjar ini mempunyai muara
kecil terpisah di tepi lipatan mukosa urethra (Sobah, 2014). Kelenjar Cowper,
pada sapi letaknya lebih ke kaudal, yaitu pada belokan di mana urethra
menikung ke bawah sewaktu urethra mau keluar dari ruang pelvis. Cairan yang
menetes dari preputium sapi sebelum penunggangan adalah sekeresi kelenjar
cowper, kemungkinan besar fungsinya adalah untuk membersihkan dan
menetralisir urethra dari bekas urine dan kotoran lainnya sebelum ejakulasi.
Derajat keasaman kedua cairan sekresi tersebut berkisar 7.5–8.2.
29
Sistem reproduksi betina pada mamalia terdiri dari ovarium, oviduct,
uterus, cervix, vagina, vulva dan klitoris. Menurut Yusuf (2012) ,sistem
reproduksi betina terdiri dari dua ovarium dan sistem saluran. Sistem saluran
mencakup oviduct, uterus, tanduk uterus, vagina dan vulva. Organ dalam
didukung oleh ligamentum yang terdiri dari mesovarium yang mendukung
ovarium, mesosalpinx yang mendukung oviduct, dan mesometrium yang
mendukung uterus. Sokongan ligamentum pada sapi dan domba, secara
dorsolateral pada daerah ilimum dan ovarium berlokasi didekat pelvis.
1. Ovarium
2. Oviduct
30
diperoleh panjang oviduct pada sapi 11 cm dan pada babi 19 cm. Feradis
(2011) menyatakan perbedaan panjang oviduct berbeda-beda menurut umur,
bangsa, paritas, dan tingkatan makanan.
Tuba fallopi juga dikenal dengan istilah oviduct (saluran telur) dan
kadang- kadang disebut tuba uterina. Saluran ini terletak di setiap sisi uterus
dan membentang dari cornu uteri ke arah dinding lateral. Dengan cara
bilateral, strukturnya berliku-liku yang menjulur dari daerah ovarium ke cornu
uteri dan menyalurkan ovum, spermatozoa dan zigot. Tiga segmen tuba dapat
dibedakan, yaitu infundibulum (berbentuk corong besar), ampula (bagian
berdinding tipis yang mengarah ke belakang dari infundibulum, dan isthmus
segmen berotot yang berhubungan langsung dengan uterus) (Sobah, 2014).
3. Uterus
Uterus merupakan organ reproduksi yang berfungsi sebagai saluran
spermatozoa menuju oviduct, tempat implantasi embrio, tempat tumbuh dan
berkembangnya embrio. Pada sapi uterus memiliki panjang 18 cm,
sedangkan pada babi memiliki panjang 98 cm. Uterus digantung oleh
ligamentum (mesometrium) yang bertaut pada dinding ruang perut dan ruang
pelvis. Uterus merupakan suatu struktur saluran muskuler yang diperlukan
untuk menerima sel telur yang telah dibuahi dan perkembangan zigot. Uterus
terdiri dari cornu, corpus, dan serviks. Proporsi relatif masing-masing bangian
ini, bentuk dan susunan cornu uteri berbeda-beda setiap spesiesnya (Sobah,
2014).
Uterus babi tergolong uterus bicornus dengan cornu yang sangat
panjang tetapi corpus yang sangat pendek. Hal ini merupakan bagian dari
anatomik untuk memperoleh produksi anak dalam jumlah banyak. Sapi,
domba, dan kuda, dengan uterus yang tergolong uterus bipartitus,
merupakan salah satu dinding penyekat(septum) yang melengkapi cornu dan
corpus uteri yang cukup panjang. Pada sapi dara setiap cornu membuat satu
putaran lengkap, sedangkan pada sapi-sapi pluripara(sudah sering beranak)
spiral tersebut sering hanya mencapai setengah putaran (Feradis, 2011).
4. Servix
Cervix merupakan otot sphincter yang terletak diantara corpus uteri dan
31
vagina. Panjang cevix pada sapi 10 cm dan pada babi 11 cm. Lapisan urat
daging cervix sangat tebal, dan mucosanya mempunyai banyak lipatan-lipatan
atau cincin-cincin. Lapisan yang berhadapan saling menindih, membentuk
saluran berspiral di sepanjang cervix. Cervix berfungsi sebagai penutup lumen
uterus sehingga tidak memberi kemungkinan untuk masuknya jasad renik ke
dalam uterus. Cervix juga berfungsi menutup lumen uterus, lumen akan
terbuka apabila sedang estrus dan melahirkan (Yusufdan Ulum, 2017).
5. Vagina
6. Vulva
Vulva terdiri dari labia mayora dan labia minora. Labia mayora terletak
pada vulva bagian luar, sedangkan labia minora terletak pada vulva bagian
dalam. Vulva berfungsi sebagai saluran pembuka eksternal pada sistem
reproduksi. Menurut Sobah (2014) labia terdiri atas labia mayora (lipatan
luar vulva) dan labia minora (lipatan dalam vulva). Labia minora homolog
dengan preputium pada hewan jantan dan tidak menyolok pada hewan
ternak. Labia mayora homolog denganskrotum pada hewan jantan.
7. Klitoris
32
mempunyai persamaan dengan penis hewan jantan yaitu sebagai perangsang.
Klitoris dapat sedikir berereksi dan mengandung unsur cavernus kecil. Pada
organ reproduksi bagian luar terdapat banyak ujung syaraf perasa. Safitri et al.
(2012) menyatakan bahwa proses terjadinya birahi diawali dengan adanya
rangsang di hipotalamus pada sistem saraf pusat dimana dihasilkan enzim
dopamin sebagai neurotransmiter dan neurohormon yang mempengaruhi
perilaku dan aktivitas seksual pada ternak.
Siklus estrus
Estrus adalah periode ketika betina menerrima pejantan dan siap untuk
proses kebuntingan. Panjang periode estrus tergantung pada setiap jenis
spesies. Yusuf (2012), menyatakan bahwa fase estrus dibagi menjadi 4 fase
yaitu proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Proestrus dimulai dengan regresi
corpus luteum dan penurunan konsentrasi hormon progesteron untuk memulai
periode estrus. Pada fase proestrus akan terjadi perubahan tingkah laku yaitu
betina akan sedikit gelisah, organ kelamin bagian luar mulai memperlihatkan
tanda-tanda bahwa terjadi peningkatan peredaran darah.
33
menerima dan memberi makan pada embrio. Menurut Yusuf (2012), diestrus
dikatagorikan sebagai periode didalam diklus ketika corpus luteum berfungsi
secara penuh. Pada sapi dimulai ketika hari ke lima siklus, dimana pertama kali
dideteksi terjadinya peningkatan konsentrasi hormon progesteron, dan berakhir
dengan regresi corpus luteum pada hari ke 16 atau 17. Periode ini dikenal
sebagai periode persiapan uterus untuk kebuntingan.
Sistem reproduksi jantan pada mamalia terdiri dari dua testes (testikel)
yang terbungkus di dalam skrotum, organ-organ tambahan meliputi duktus-
duktus, kelenjar- kelenjar dan penis (Jalaluddin, 2014).. Testis menghasilkan
spermatozoa (sel-sel kelamin jantan, juga disebut sperma) dan testosteron atau
hormon kelamin jantan. Skrotum memberikan lingkungan yang lebih cocok,
berupa temperatur yang lebih rendah untuk menghasilkan spermatozoa untuk
mencapai ovum pada hewan betina sebagai tujuan akhir, dalam kondisi yang
menguntungkan untuk pembuahan ovum.
1. Testis
Testis terdiri dari 3 jaringan, yaitu tubulus seminiferus, epitel tubulus
seminiferus terdiri dari dua macam sel yang berbeda, yang pertama sel sertoli
dan sel germinatif. Testis dibungkus oleh tunica albuginea, suatu lapisan putih
tebal terdiri dari jaringan ikat padat dan serabut-serabut otot licin. Menurut
Putri (2017), Hormon testosteron adalah hormon kelamin jantan yang
dihasilkan oleh testis dan biasa disebut dengan androgen. Fungsi testosteron
selain menimbulkan kelakuan kelamin (libido), juga berpengaruh tehadap
kesanggupan ternak jantan untuk ereksi dan ejakulasi. Jaringan interstisialis
terletak diantara tubulus seminiferus testis. Aktivitas sel leydig sangat
dipengaruhi kadar gonadotropin terutama LH atau ICSH, apabila gonadotropin
terganggu maka sel leydig pun mungkin bisa terganggu.
Sel Sertoli berperan memfagosit sitoplasma spermatid dan menghasilkan
hormon Inhibin yang mampu mengatur mekanisme umpan-balik lokal pada sel
Leydig yang memproduksi androgen (Pramesemara, 2015). Sel Sertoli juga
menghasilkan Androgen Binding Protein (ABP) agar testosteron yang
34
dihasilkan sel Leydig mampu menembus sawar darah-testis dan masuk ke
dalam tubulus seminiferus (Pramesemara, 2015).
2. Epididimis
Kelenjar hipofisis
35
Kelenjar hipofisis terbagi dari dua bagian yaitu lobus anterior
(adenohypophysis) dan lobus posterior (neurohypophysis). Lobus anterior
(adenohypophysis) dibagi dalam 3 area yaitu pars distalis, pars tuberalis dan
pars intermedia. Hormon hormon yang disekresikan oleh adenohipofis
disebut juga dengan hormon tropik karena diaktifkan kembali endokrin atau
menunjang fungsi organ lainnya. Neuron supraoptik dan nucleus
paraventrikular menghasilkan hormon ADH dan oxytocin (Afiati et al.,
2013).
Ovarium
36
Ovarium adalah tempat sintesis hormon steroid seksi, gametogenesis,
dan perkembangan serta pemasakan kuning telur (folikel). Menurut Abidin et
al., (2012), ovarium menghasilkan estrogen yang memiliki peran penting
dalam intensitas berahi. Peningkatan ovarium meningkat. Pada embrio,
demikian pula pada betina pascalahir, sebagian besar folikel-folikelnya
merupakan folikel primer. Folikel-folikel ini membentuk lapisan tebal di
bawah tunika albuginea dan memiliki ciri khusus, yaitu ova yang ada di
dalamnya tidak memiliki membrana vitelina. Dibuka oleh banyak lapisan sel-
sel folikel, yang kemudian akan membentuk lapisan granulosa pada
membrana (zona pelusida) dan jika folikel sudah tumbuh, maka folikel ini
disebut folikel sekunder.
Tahap ini, folikel berbentuk lebih bulat telur (oval) dan sudah bergerak
menjauhi korteks dan bergerak bagian medula ovarium. Akhirnya
terbentuklah suatu ruangan yang tersisi cairan (antrum) di sekitar sel telur dan
sel-sel granulosa mengelilinginya. Cairan itu disebut cairan folikuler atau
likuor folikuli.de Graaf yang telah dimasak adalah pada ukurannya. Antrum
membesar hingga mencapai seluruh ketebalan korteks ovarium pada saat
folikel tumbuh. Folikel yang dimasak membesar, karena penimbunan cairan
folikuler dan melepuh ke atas permukaan bebas dari ovarium(Sobah,2014).
37
pada periode berikutnya, sedangkan yang dikatakan estrus adalah saat hewan
betina bersedia dikawini oleh lawan jenisnya.
Siklus estrus sapi secara umum dubagi menjadi 4 fase, yaitu proestrus,
estrus, metestrus, dan diestrus. Berdasarkan perubahan-perubahan dalam
ovarium siklus estrus dapat dibedakan pula menjadi 2 fase, yaitu fase folikel,
meliputi proestrus, estrus serta awal metestrus, dan fase lutea, meliputi akhir
metestrus dan diestrus. Fase proestrus (prestanding events), fase ini hanya
berlangsung 1 sampai 2 hari. Betina berperilaku seksual seperti jantan,
berusaha menaiki teman-temannya (homoseksualitas), menjadi gelisah,
agresif, dan mungkin akan menanduk, melenguh, mulai mengeluarkan lendir
bening dari vulva, serta vulva mulai membengkak (Budiyanto, 2012).
Oviduct
Uterus
38
permulaan eksplorasi pada saat kelahiran (Arimbawa et al., 2012). Uterus
terdiri dari cornua, corpus, dan serviks. Dinding uterus terdiri dari selaput
mukosa dibagian dalam, selaput otot licin dibagian tengah, dan selapis
serosa dibagian luar, yaitu peritoneum. Segi fisiologik, hanya dua lapisan
uterus yang dikenal yaitu endometrium dan miometrium.
Berlapis lapisan vaskuler yang terdiri dari buluh-buluh darah dan limpa,
syaraf, dan jaringan ikat. Selama kebuntingan, jumlah jaringan otot pada
dinding uterus sangat meningkat karena pembesaran sel dan bertambah
jumlah sel. Berdasarkan hasil praktikum, secara histologi uterus terdiri dari
tiga lapisan, yaitu perimetrium, myometrium, dan endometrium
(Pramesemara, 2015). Perimetrium merupakan lapisan paling luar yang
berfungsi untuk melindungi uterus. Myometrium berada di antaraperimetrium
dan endometrium yang berfungsi untuk kontraksi dan relaksasi.
Endometrium berada di lapisan paling dalam yang terdiri dari zona basal
dan zona fungsional. Zona basal akan menjadi bakal dari zona fungsional,
sedangkan zona fungsional akan meluruh dan diabsorbsi saat estrus. Uterus
merupakan struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk menerima ovum
yang telah dibuahi dan perkembangan zigot. Dinding uterus terdapat tiga
lapisan, yaitu lapisan dalam (endometrium), lapisan tengan (myometrium),
dan lapisan luar(perimetrium) (Afiati et al., 2013).
39
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
40
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Y. 2013. Ilmu reproduksi ternak. Universitas Diponegoro. Semarang.
Akbar, B. 2010. Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif Yang Berpotensi
SebagaiBahan Antifertilitas, Adabia Press, Jakarta.
Atmaja, A, W. 2017. Laporan Praktikum Ilmu Reproduksi Ternak. Universitas
Gajah
Blum, V. 2012. Vertebrate Reproduction: A Textbook. Springer Verlag
Berlin Heidelberg. Berlin.
Azzahra, F. Y., Setiatin, E. T., & Samsudewa, D. 2016. Evaluasi Motilitas dan
Persentase Hidup Semen Segar Sapi PO Kebumen Pejantan
Muda. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 11(2). 99-107. Edisi 2.
National Agricultural Institute. USA.
Feradis. 2011. Reproduksi Ternak. Alfabeta. Bandung.
Frandson, R.D., W.L. Wilke, dan A.D. Fails. 2009. Anatomy and Physiology
of FarmAnimals. Wiley-Blackwell. Iowa.
Frandson, R.D., W.L. Wilke, dan A.D. Fails. 2013. Anatomy and Physiology
of FarmAnimals. Edisi 7. Wiley Blackwell. USA.
Gartner, L.P. 2016. Textbook of Histology. Elsevier. Philadelphia.
Hayati Alifiah. 2011. Spermatologi. Pusat Penerbitan dan Percetakan
Universitas Airlangga (Airlangga University Press).\
Heffner, L. J. dan D. J. Schust. 2011. The Reproductive System at a Glance
Edisi 3.
Ismudiono, Srianto P, Anwar H, Madyawati S,P., Samik A, Safitri E. 2018.
Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Pusat Penerbitan dan Percetakan
Universitas Airlangga (Airlangga University Press). Surabaya.
Jalaluddin M. 2014. Morfometri dan Karakteristik Histologi Ovarium Sapi
Aceh (Bos indicus) Selama Siklus Estrus. Jurnal Medika
Veterinaria. Vol 8 No. 1 ISSN : 0853-1943. John Wiley and Sons
Ltd. UK.
Khalaf, A.S., dan S.M. Merhish. 2011. Anatomical study of the accessory
genital glands in males sheep (Ovis aris) and goats (Caprus hircus).
Iraqi J. Vet. Med, 34(2):1-8.University of Baghdad. Baghdad.
Kuswahyuni, I.S. 2009. Pengaruh lingkar skrotum dan volume testis terhadap
volume semen dan konsentrasi sperma pejantan Simmental,
Limousine, dan Brahman. Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner. Halaman 157-162.
Melia J, Muhammad A, Imam S, dan Amrozi. 2016. Anatomi dan Gambaran
41
Ultrasound Organ Reproduksi Selama Siklus Estrus Kuda Gayo
Betina. Jurnal Kdokteran Hewan. 10 (2) P-ISSN: 1978-225X; E-
ISSN : 2502-5600.
National Agricultural Institute. 2015. Just the Facts: Introduction to Animal
Science.
Novelina S, Shandy MP, Chairun N, dan Heru S. 2014. Tinjauan makroskopik
organ reproduksi jantan musang luak (Paradoxurus hermaphroditus).
Jurnal ACTA Veterinaria Indonesia. 2 (1) : 26-30. ISSN 2337-3202
E-ISSN 2337-4373.
Phadmacanty dan Wirdateti. 2014. Pengamatan histologgi, anatomi organ
reproduksi jantan pada kukang (Nycticebus coucang). Jurnal Fauna
Tropika. 23 (2) : 84-91.
Pramesemara, I, G, N. 2015. Pemberian Growth Hormone Meningkatkan
Jumlah Sel Spermatogenesis, Sel Leydig, dan Sel Sertoli, pada
Mencit (Mus Musculus) Tua. Tesis. Universitas Udayana. Bali.
Primawati N. 2016. Pengenalan anatomi dan fisiologi organ reproduksi jantan
dan betina. Universitas Halu Oleo. Kendari.
Putri H,A. 2017. Ilmu reproduksi ternak. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Rifal. 2015. Ilmu dan teknolohi reproduksi ternak (organ reproduksi sapi
jantan).
Safitri, E., T. Hernawati, S. Utama, S. Mulyati, dan D. Legowo. 2012.
Penurunan estrus dan gambaran histopatologis ovarium mencit (Mus
musculus) betina kondisi malnutrisi. Veterinaria Medika. 5(3): 34-44.
Sakir,N. 2017. Pengaruh pemberian Moringa oleifera multinutrient block
terhadap kualitas semen segar sapi persilangan. Skripsi. Universitas
Islam Negeri Alauddin. Makassar.
Sobah N. 2014. Ilmu reproduksi ternak anatomi jantan. Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta.
Supraptono, S., Rahmat, D., & Hilmia, N. 2018. Evaluasi produktivitas semen
dan nilai ripitabilitasnya pada pejantan sapi frisian holstein (fh) di
balai inseminasi buatan lembang (Evaluation of Semen Productivity
and Its Ripitability Values In FH Cattle at BIB Lembang). JANHUS:
Jurnal Ilmu Peternakan Journal of Animal Husbandry Science. 3
(1). 43-51. Universitas Islam Negeri Alauddin. Makassar.
Wahyuni, A., S. Agungpriyono, M. Agil, dan T.L. Yusuf. 2012. Histologi dan
Hismorfometri Testis dan epididymis muncak (Munctiacus muntjak
muntjak) pada periode ranggah keras. Jurnal veteriner, 13(3): 211-
219.
Yusuf M. 2012. Buku Ajar Ilmu Reproduksi Ternak. LKPP Universitas
42
Hassanudin. Makassar.
Yusuf, T.L. dan M.F. Ulum. 2017. Anatomi dan Fungsi Organ Reproduksi
betina. Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
43