Anda di halaman 1dari 10

Seminar Nasional Peternakan 3 tahun 2017

Universitas Hasanuddin Makassar, 18 September 2017

EVALUASI KUALITAS SPERMATOZOA AYAM KAMPUNG (GALLUS


DOMESTICUS) SETELAH PENAMBAHAN PAKAN AYAM
REMPAH-REMPAH ALAMI
(Spermatozoa Quality Evaluation of Organic Chicken (Gallus domesticus) after the
Addition of Natural Spices Food)

Amaliyah Rahayu1, Listia Palupi Wisnu Aji1, Pony Salimah Nurkhaffah1, Akmala
Fauziyah1, dan Diqna Nur Annisa2

1Universitas Negeri Yogyakarta, Kulon Progo, Yogyakarta, 55652


2Universitas Negeri Yogyakarta, Bantul, Yogyakarta, 55792
Email amaliyah.rahayu@yahoo.com

ABSTRAK

Berdasarkan hasil ST2013 (Sensus Pertanian 2013) dari Badan Pusat Statistik, usaha
ternak ayam ras petelur merupakan usaha terbanyak nomor tiga di Indonesia dengan
jumlah 81.148.992 ekor. Dalam praktik usaha ayam ras pertelur, salah satu
permasalahan yang biasa muncul adalah kualitas DOC (Day Old Chicken). Penurunan
kualitas DOC menyebabkan peternak mengalami kerugian dalam berbagai aspek.
Untuk mencegah terjadinya masalah tersebut, peternak membutuhkan kualitas DOC
yang tinggi. Kualitas telur fertil ini dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas sperma
ayam pejantan yang membuahi ayam ras petelur. Sebagai upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut, penulis memberikan pakan ayam berbahan dasar
rempahrempah seperti kunyit, jahe, lengkuas, lempuyang, bekatul dan jagung dengan
komposisi tertentu kepada ayam pejantan. Tujuan penelitian ini adalah: (1)
mengetahui kualitas sperma ayam jantan (Gallus domesticus) yang diberi pakan rempah
alami dan (2) mengetahui perbedaan kualitas sperma ayam jantan (Gallus domesticus)
yang diberi pakan rempah alami dan tidak. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
variasi pemberian pakan. Diberi pakan alami dan tidak. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kualitas semen ayam jantan lokal (Galus domesticus). Variabel
kontrol dalam penelitian ini adalah jenis ayam, usia ayam (Galus domesticus). Penelitian
dilakukan di Peternakan Ayam milik Ibu Sri di Gantiwarno, Klaten (pengamatan
makroskopis) dan di Lab. Fisiologi Hewan, Jurdik Biologi, FMIPA, UNY (pengamatan
mikroskopis). Penelitian yang dilakukan diantaranya evaluasi visual makroskopis
terdiri dari volume, kekentalan dan warna serta pH sedangkan untuk pengamatan
mikroskopis yaitu pengamatan, morfologi. Desain yang digunakan dalam percobaan
adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan faktor tunggal yaitu pemberian pakan
alami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif pemberian
pakan rempahrempah terhadap kualitas dan kuantitas sperma ayam jantan.
Kata Kunci : Gallus domesticus, Spermatozoa, Rempah alami

PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil ST2013 (Sensus Pertanian 2013) dari Badan Pusat Statistik,
rumah tangga usaha pertanian subsektor perternakan memiliki jumlah rumah
tangga usaha terbanyak kedua (12.969.210 ruta). Dari jumlah tersebut, usaha ternak
ayam ras petelur merupakan usaha terbanyak nomor tiga di Indonesia dengan

43
Amaliyah Rahayu dkk

jumlah 81.148.992 ekor. Angka tersebut menandakan bahwa usaha ayam ras
petelur banyak diminati oleh masyarakat.
Dalam praktik usaha ayam ras pertelur, salah satu permasalahan yang biasa
muncul adalah kualitas DOC (Day Old Chicken). Hal ini dikarenakan kondisi DOC
yang rentan terhadap penyakit dan kelelahan. Masalah ini sering dikeluhkan oleh para
peternak. Bapak Joko Tri Handono, salah satu peternak mandiri yang memiliki
kandang di Bogor dan Tangerang, dalam Trobos Livestock Edisi 198/Maret 2016 juga
mengeluhkan mengenai masalah ini. Beliau menyatakan bahwa ada penurunan
kualitas dari DOC dan pakan. Hal ini ditandai dengan turunnya kualitas ayam,
tingginya angka kematian, dan pertumbuhannya yang terlambat (Anonim, 2016).
Penurunan kualitas DOC menyebabkan peternak mengalami kerugian dalam
berbagai aspek. Hal ini sejalan dengan penuturan Bapak Sigit Prabowo, salah satu
peternak mandiri asalah Bogor Jawa Barat, dalam Trobos Livestock Edisi
198/Maret 2016 bahwa masalah tersebut mengakibatkan terjadinya kenaikan pada
Harga Pokok Produksi (HPP), harga pakan dan DOC, serta kenaikan FCR (Feed
Conversion Ratio) sekitar 0,3 (Anonim, 2016). Untuk mencegah terjadinya masalah
tersebut, peternak membutuhkan kualitas DOC yang tinggi.
Kualitas DOC yang tinggi dihasilkan dari telur fertil dengan daya tetas yang
tinggi pula. Menurut Bell dan Weaver (2002), daya tetas telur merupakan
presentase banyaknya anak ayam (DOC) yang menetas dari jumlah telur fertil.
Kualitas telur fertil ini dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas sperma ayam pejantan
yang membuahi ayam ras petelur. Hasil penelitian dari Ridwan (2002) menyatakan
bahwa kualitas sperma ayam pejantan sangat menentukan persentase telur fertil dan
periode fertil spermatozoa. Sperma yang mempunyai kualitas jelek menyebabkan
telur fertil sedikit, sedangkan untuk sperma kualitas baik dan sangat baik pada
populasi ayam yang jumlahnya banyak akan menghasilkan persentase telur fertil dan
periode fertil yang baik pula. Faktor yang mempengaruhi fertilisasi antara lain
kualitas sperma, ransum yang digunakan, umur ternak, IB, produksi telur, iklim,
cahaya, bangsa, keturunan serta perbandingan jantan dan betina (Sudaryanti, 1985;
Supriatna 2000).
Minimnya kesadaran para peternak ayam petelur di Indonesia untuk mengatasi
kualitas sperma ayam pejantan yang rendah mengakibatkan permasalahan rendahnya
kualitas DOC masih terjadi di masyarakat. Sebagai upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut, penulis memberikan pakan ayam berbahan dasar rempah-
rempah seperti kunyit, jahe, lengkuas, lempuyang, bekatul dan jagung dengan
komposisi tertentu kepada ayam pejantan. Percobaan tersebut telah dilakukan kepada
ayam pejantan di peternakan milik Ibu Sri (Klaten). Dari hasil percobaan tersebut, Ibu
Sri menuturkan bahwa terjadi peningkatkan kualitas (sperma lebih kental) dan
kuantitas sperma. Sebelum diberikan pakan rempah-rempah, satu ayam pejantan
dapat membuahi 10 ekor ayam petelur sedangkan setelah pemberian pakan rempah-
rempah, satu ayam pejantan dapat membuahi 20 ekor ayam petelur. Hal ini
mengakibatkan produksi telur fertil meningkat baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis mengangkat
judul penelitian Evaluasi Kualitas Spermatozoa Ayam Kampung (Gallus domesticus)
setelah Penambahan Pakan Ayam Rempah-Rempah Alami, dengan tujuan :
mengetahui kualitas sperma ayam jantan (Gallus domesticus) yang diberi pakan rempah
alami, dan mengetahui perbedaan kualitas sperma ayam jantan (Gallus domesticus)
yang diberi pakan rempah alami dan tidak.

44
Seminar Nasional Peternakan 3 tahun 2017
Universitas Hasanuddin Makassar, 18 September 2017

MATERI DAN METODE

Karakteristik dan Kualitas Sperma Ayam Pejantan yang Baik


Kualitas sperma ayam pejantan yang baik dibutuhkan untuk menciptakan bibit
DOC yang berkualitas. Berikut ini merupakan beberapa karakteristik sperma ayam
pejantan yang baik. a. Umur ayam pejantan
Menurut Nalbandov (1990) melalui Johari, dkk. (2009), ayam akan menghasilkan
spermatozoa yang berkualitas ketika sudah mencapai kedewasan seksual. Dilanjutkan
oleh Sastrodiharjo dan Resnawati (1999) melalui Johari, dkk. (2009), umur pejantan
antara 10-20 bulan merupakan penghasil semen terbaik. Apabila umur pejantan tidak
diketahui, maka umur dapat diduga dengan menggunakan panjang taji.

Volume Sperma
Menurut Toelihere (1981) melalui Johari, dkk. (2009), volume sperma ayam
pejantan berkisar antara 0,3-1,5 ml per ejakulat. Watson (1978) melalui Johari, dkk.
(2009) menyatakan bahwa volume semen yang dihasilkan tergantung dari bangsa,
umur, ukuran badan, nutrisi pakan, frekuensi penampungan dan lain-lain. Hasil
penelitian Kismiati (1997) melalui Johari, dkk. (2009) menunjukkan bahwa kuantitas
dan kualitas semen dipengaruhi oleh kandungan protein dan energi pakan.

Konsentrasi Sperma
Menurut Nalbandov (1990) melalui Johari, dkk. (2009), konsentrasi sperma ayam
pejantan berkisar antara 0,05-6. 109 sp/ml.

Warna dan kekentalan sperma


Iskandar (2007) melalui Johari, dkk. (2009), menyatakan bahwa kualitas sperma
yang baik seharusnya kental dan berwarna putih krem.

Derajat keasaman (pH)


Hasil penelitian Johari, dkk. (2009) menunjukkan bahwa pH sperma ayam
pejantan bervariasi antara 8,5-9. Menurut Toelihere (1981) melalui Johari, dkk. (2009),
pH sperma ayam pejantan dipengaruhi oleh asam laktat yang dihasilkan dari proses
metabolisme spermatozoa dalam keadaan anaerobik. Penimbunan asam laktat maka
dapat meningkatkan atau menurunkan pH larutan tersebut.

Daya hidup sperma


Purwanti (2006) melalui Johari, dkk. (2009), menyatakan bahwa daya hidup
spermatozoa di luar tubuh sangat rendah. Menurut Toelihere (1981) melalui Johari,
dkk. (2009), faktor suhu serta cahaya dapat mempengaruhi daya hidup sperma di luar
tubuh. Junianto, et al. (2002) melalui Johari, dkk. (2009), menyatakan bahwa daya
hidup sperma ayam kampung pejantan mencapai 102 menit di luar tubuh pada suhu
kamar.

Abnormalitas sperma
Toelihere (1981) melalui Johari, dkk. (2009), menyatakan bahwa prosentase
sperma abnormalitas pada kebanyakan ejakulat berkisar antara 520%. Abnormalitas
sperma dipengaruhi oleh lingkungan. Gilbert (1980) melalui Johari, dkk. (2009)

45
Amaliyah Rahayu dkk

menyatakan bahwa temperatur mempengaruhi aktivitas reproduksi. Suhu lingkungan


antara 20-25oC cenderung mengakibatkan produksi sperma optimal.

Komposisi Rempah-rempah
a. Bekatul
Bekatul (rice bran) merupakan hasil samping proses penggilingan padi
berasal dari lapisan terluar beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi.
Kandungan gizi dari bekatul menurut Damayanthi dkk (2007), komposisi bekatul
terdiri dari 11,5-17,2% protein, 10-23% lipid, 51,1-55% karbohidrat, 8-17,7% abu,
dan 6,2-31,5% serat kasar.
b. Ampas Kelapa
Berdasarkan hasil analisis proksimat terhadap ampas kelapa segar yang
dilakukan oleh Derrick, 2005, ampas kelapa memiliki kandungan kadar air 11,31%,
protein kasar 11,35%, lemak kasar 23,36%, serat makanan 5,72%, serat kasar
14,97%, kadar abu 3,04%, kecernaan bahan kering in vitro 78,99%, dan kecernaan
bahan organik in vitro 98,19%.
c. Jagung (Zea mays L.)
Jagung merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Jagung juga
dikenal sebagai salah satu bahan baku untuk pengolahan pakan ternak dan
industri (Purwono dan Hartono, 2008).
Tabel 1. Komposisi Kimia dari Bagian-bagian Jagung (g/100g butir jagung)
Presentase
Bagian/fraksi terhadap Abu Protein Minyak Pati Gula
biji

Endosperma 83 0,31 9,4 0,8 86,4 0,64


Lembaga 11 10,10 18,8 34,5 8,2 10,18
Dedak 5 0,84 3,7 1,0 7,3 0,34
Pangkal biji 0,8 1,6 9,3 3,8 5,3 1,54
Sumber : Syarief dan Irawati (1998)
d. Kunyit (Curcuma domestica Val.)
Komposisi kimia kunyit terdiri dari kadar air 6,0%, protein 8,0%,
karbohidrat 57,0%, serat kasar 7,0%, bahan mineral 6,8%, minyak volatile 3,0%,
kurkuma 3,2%, dan bahan non volatil 9,0% (Nataamijaya, 2005). Kunyit jika
dicampurkan pada pakan ayam, dapat menghilangkan bau kotoran ayam dan
menambah berat badan ayam, juga minyak atsiri kunyit bersifat antimikroba
(Rahardjo dan Rostiana, 2005).
e. Jahe (Zingiber officinale Rosc.)
Jahe mengandung pati, minyak atsiri, serat, protein, vitamin, mineral, dan
enzim proteolitik yang disebut zingibain (Denyer et al. 1994). Nilai nutrisi dari 100
g jahe kering dengan kadar air 15% mempunyai komposisi 7,2-8,7 g, lemak 5,5-7,3
g, abu 2,5-5,7 g, abu (4,53 g), besi (9,41 mg), kalsium (104,02 mg) dan fosfor (204,75
mg) (Nwinuka, et al. 2005; Hussain, et al. 2009; Odebunmi, et al. 2010).
f. Lempuyang (Zingiber aromatic VAL)
Senyawa flavonoid pada lempuyang mempunyai sifat anti virus, anti bakteri
dan anti oksidan. Minyak atsiri di dalam lempuyang mengandung zerumbon,

46
Seminar Nasional Peternakan 3 tahun 2017
Universitas Hasanuddin Makassar, 18 September 2017

limonen yang berguna sebagai anti kejang (Hariyanto, 1983., Darwis, 1995 dan
Muslihah, 1999). Nataamijaya, et al. (1999) dalam laporannya menyatakan bahwa
pemanfaatan campuran lempuyang dan kunyit didalam ransum ayam dapat
digunakan untuk memperbaiki indikator kesehatan ayam serta higienis kandang.
g. Lengkuas (Langkuas galanga Stunz)
Rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1% minyak atsiri berwarna
kuning kehijauan yang terdiri dari metil-sinamat 48%, sineol 20-30%, eugenol,
kamfer 1%, seskuiterpen, δ-pinen, galangin, dan lain-lain. Rimpang juga
mengandung resin yang disebut galangol, kristal berwarna kuning yang disebut
kaemferida dan galangin, kadinen, heksabidrokadalen hidrat, kuersetin, amilum,
beberapa senyawa flavonoid.

Metode Pelaksanaan
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis eksperimen kualitatif dan kuantitatif.

Subjek dan Objek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah Semen Ayam Jantan Lokal (Galus
domesticus). Objek penelitian ini adalah Ayam Jantan Lokal (Galus domesticus).

Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi pemberian pakan, baik
diberi pakan alami maupun tidak.

Tabel 2. Variasi Pemberian Pakan Bahan Alami


Komposisi
Perlakuan 1 Perlakuan 2
bekatul, jagung, ampas bekatul, jagung, ampas
kelapa kelapa
+
rempah alami

a. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas semen ayam jantan
lokal (Galus domesticus).
b. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah jenis ayam, usia ayam (Galus
domesticus).

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Peternakan Ayam milik Ibu Sri di Gantiwarno, Klaten
untuk pengamatan makroskopis dan di Lab. Fisiologi Hewan, Jurdik Biologi, FMIPA,
UNY untuk pengamatan mikroskopis. Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini
yakni 4 bulan.

Alat dan Bahan

47
Amaliyah Rahayu dkk

Alat dan bahan yang diperlukan dalam penelititan ini antara lain : kertas tissue,
Spoit 1 cc, mikroskop, gelas objek, batang pengaduk, gelas penampung
semen, counter, cover glass, pipet plastik, alat hitung, gloves, kamera, alat tulis, sewa
laboratorium, jas laboratorium, tempat minum ayam, tempat, makan ayam, kandang
ayam, refrigator, NaCl fisiologis, pewarna eosin 2%, ayam jantan lokal, aquadest
steril, bekatul, ampas kelapa, lempuyang, kunir, lengkuas, jahe.

Prosedur Penelitian
Untuk mengetahui kualitas semen maka dilakukan pemeriksaan makroskopis
dan mikroskopis. Evaluasi visual makroskopis terdiri dari volume, kekentalan dan
warna serta pH sedangkan untuk pengamatan mikroskopis yaitu pengamatan,
morfologi.

a. Volume
Peneliti mengambil sampel semen pada gelas penampung dari
masing-masing ayam. Volume diamati melalui skala yang tertera pada spoit
cc 1 ml. Setiap kali ejakulasi pada umumnya ayam menghasilkan 0,2 -
0,5 mL.

b. Warna
Warna semen diamati langsung sesaat setelah terjadi ejakulasi, semen
ayam umumnya berwarna putih krem.

c. Derajat Keasaman (pH)


Pemeriksaan keasaman semen dapat dilakukan dengan menggunakan
kertas indikator secara langsung. Langkah yang dilakukan adalah menyiapkan
satu lembar kertas indikator pH, ujung kertas dipegang. Semen dihisap
menggunakan pipet kemudian diteteskan pada ujung kertas indikator.
Perubahan warna pada kertas indikator dicocokkan dengan skala yang tertera
pada kemasan kertas indikator. Pengecekan pH tidak dilakukan dengan cara
mencelupkan kertas indikator pada seluruh sampel semen pada gelas
penampung, hal ini dihindari karena bahan kimia pada ujung kertas indikator
dapat meracuni sperma di dalamnya. Semen ayam normal memilikki pH 7,2 -
7,6 (Garner dan Havez, 2000).

d. Kekentalan
Kekentalan merupakan salah satu sifat semen yang memiliki kaitan
dengan kepadatan/konsentrasi sperma di dalamnya. Semakin kental sperma
maka semakin tinggi pula konsentrasi spermanya. Langkah yang dilakukan
untuk mengamati kekentalan adalah gelas penampung semen diposisikan
sejajar dengan mata kita dengan jarak kurang lebih 30 cm. Gelas penampung
kemudian dimiringkan ke arah kiri atau kanan sebesar 450. Gerakan cairan
semen di dalam gelas penampung diamati. Perbandingan cairan yang lambat
menandakan bahwa semen tersebut cukup kental. Sebaliknya apabila
perpindahan cairan berjalan cepat maka semen tersebut encer. Pengamatan
diulangi dengan mengembalikan posisi gelas ke posisi tegak. Semen ayam yang

48
Seminar Nasional Peternakan 3 tahun 2017
Universitas Hasanuddin Makassar, 18 September 2017

baik pada umumnya merupakan semen semen yang sangat kental sampai
kental.

e. Morfologi
Morfologi spermatozoa dilihat dengan pewarnaan 2% eosin yang
digunakan untuk menentukan presentase kenormalan sperma. Kriteria
morfologi di antaranya spermatozoa normal (bagian kepala, leher,tengah dan
ekor lengkap), ekor bengkok, ekor melingkar, ekor patah, kelainan pada kepala
spermatozoa.

Teknis Analisis Data


Desain yang digunakan dalam percobaan adalah rancangan acak lengkap (RAL)
dengan faktor tunggal yaitu pemberian pakan alami. Terdapat dua perlakuan yang
dilakukan dan pengulangan sebanyak tiga kali.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil evaluasi sperma ayam kampung baik mikroskopis maupun makroskopis


adalah sebagai berikut.

Volume Sperma

Gambar 1. Grafik volume sperma ayam kampung (Gallus domesticus) yang


diberi perlakuan pemberian rempah alami

49
Amaliyah Rahayu dkk

Gambar 2. Diagram rata-rata volume sperma ayam kampung (Gallus


domesticus) kontrol dan diberi perlakuan pemberian rempah-rempah alami

Berdasarkan diagram di atas, terlihat bahwa rata-rata volume sperma ayam


yang diberi perlakuan pemberian rempah-rempah alami mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. faktor yang mempengaruhi jumlah sperma yang
dihasilkan ayam yaitu menurut Partodihardjo (1982) bahwa konsentrasi sperma
tergantung pada umur, bangsa ternak,bobot badan, pakan serta frekuensi
penampungan. Perbedaan volume semen yang diberi perlakuan dan kontrol diketahui
karena pengaruh zingeberin yang terkandung dalam kunyit yang terdapat dalam
pakan rempah. Menurut Bintang dan Nataatmaja (2005) komposisi kimia kunyit
diantaranya zingiberin 25% yang diketahu dapat meningkatkan volume sperma.

Derajat Keasaman (pH)


Derajat keasaman untuk sampel sperma amatan adalah berkisar antara 7 - 8.
Menurut Garner dan Havez (2000), semen ayam normal memiliki pH 7,2 - 7,6. Maka
dari itu, dapat diketahui bahwa semen amatan memeliki derajat keasaman yang
normal.

Warna
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa warna semen
amatan adalah mendekati putih susu. Tetapi, ada sampel yang berwarna putih
mendekati jernih yaitu pada pengambilan data dengan perlakuan ke 2 pada ulangan 5.

Kekentalan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa semen yang
diamati tergolong kental dengan pengecualian pada pengambilan data dengan
perlakuan ke 2 pada ulangan 5.

Morfologi
Preparat yang diamati adalah salah satu sampel dari ayam yang diberi
perlakuan diberi pakan dengan rempah. Pengamatan morfologi dilakukan dengan
perbesaran 1000x di laboratorium FMIPA UNY. Hasil amatan diketahui bahwa

50
Seminar Nasional Peternakan 3 tahun 2017
Universitas Hasanuddin Makassar, 18 September 2017

morfologi sperma memiliki ciri yang normal. Dimana sperma memiliki kepala leher
dan ekor yang utuh.

Kepala

Ekor

Gambar 3. Gambar amatan mikroskopis sperma salah satu sampel yang diberi
perlakuan pemberian rempah alami

KESIMPULAN

Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif


pemberian pakan rempah-rempah terhadap kualitas dan kuantitas sperma ayam
jantan.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanthi E., Liem T.T., dan L. Arbianto. 2007. Rice Brain. Jakarta: Penebar Swadaya.
Darwis, M.I. dan S. Hasiyah. 1991. Tumbuhan Obat Famili zingiberaceae. Bogor: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Industri Badan Litbang Pertanian.
Denyer, C.V., P. Jackson, D.M. Loakes, M.R. Ellis dan D.A.B. Yound. 1994. Isolation of
antirhinoviral sesquiterpenes from ginger (Zingiber officinale). J Nat Products. 57 : 658-
662.
Derrick. 2005. Protein in Calf Food. Diakses dari
http://www.winslowfeeds.co.nz/pdfs/feedingcalvesarticle.pdf. pada 9 Oktober
2016 pukul 20.16 WIB.
Hariyanto. 1983. Petunjuk Bertanam dan Kegunaan Lempuyang. Surabaya: Karya Anda.
Hussain, J., A. Bahader, F. Ullah, N. Rehman, A. Khan, W. Ullah dan Z. Shinwari. 2009.
Proximate and nutrient analysis of the locally manufactured herbal medicines and its raw
material. J. Am. Sci. 5: 1-5.
Johari, S., Ondho YS, Sri Wuwuh, Henry YB dan Ratnaningrum. 2009. Karakteristik Dan
Kualitas Semen Berbagai Galur Ayam Kedu. Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro. Diseminarkan dalam Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan pada
tanggal 20 Mei 2009 di Semarang.
Muslihah, F. 1999. Temu-Temuan dan Empon-Empon, Budidaya dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Penerbit Kanisius.
Nataamijaya. A.G., S.N. Jarmani,. U. Kusnadi dan L. Praharani. 2000. Pengaruh Pemberian
Kunyit (Curcuma Domesticum val) dan Lempuyang (Zingiber Aromaticum val) terhadap
Bobot Badan dan Konversi Pakan pada Broiler.
Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 18-19 Oktober 1999. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan Bogor. 2000. Hal. 332-335.

51
Amaliyah Rahayu dkk

Nwinuka, N., G. Ibeh dan G. Ekeke. 2005. Proximate composition and levels of some toxicants
in four commonly consumed spices. J. Appl. Sci. Environ. Mgt. 9: 150-155.
Odebunmi, E., O. Oluwaniyi dan M. Bashiru. 2010. Comparative proximate analysis of some
food condiments. J. App. Sci. Res. 6: 272-274.
Purwono dan R.Hartono. 2006. Bertanam Jagung Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rahardjo, M. dan Rostiana, O. 2005. Budidaya Tanaman Kunyit. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika. Sirkuler No. 11,
2005.Tersedia: http://www.balittro.go.id
Ridwan. 2002. Fertil Life dan Periode Fertil Spermatozoa Ayam Buras Pasca Inseminasi Buatan.
Tesis. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Bandung.
Sudaryanti. 1985. Pentingnya Memperhatikan Berat Telur Tetas Ayam Kampung pada
Pemeliharaan Semi-Intensif. Prosiding Seminar Peternakan dan Forum Peternak Unggas
dan Makanan Ternak: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Balai Penelitian
Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor. Hal: 164-168.
Supriatna, I. 2000. Inseminasi Buatan pada Ayam. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Syarief, R dan A.Irawati. 1998. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. Jakarta:
Mediyatama Sarana Perkasa.

52

Anda mungkin juga menyukai