Amaliyah Rahayu1, Listia Palupi Wisnu Aji1, Pony Salimah Nurkhaffah1, Akmala
Fauziyah1, dan Diqna Nur Annisa2
ABSTRAK
Berdasarkan hasil ST2013 (Sensus Pertanian 2013) dari Badan Pusat Statistik, usaha
ternak ayam ras petelur merupakan usaha terbanyak nomor tiga di Indonesia dengan
jumlah 81.148.992 ekor. Dalam praktik usaha ayam ras pertelur, salah satu
permasalahan yang biasa muncul adalah kualitas DOC (Day Old Chicken). Penurunan
kualitas DOC menyebabkan peternak mengalami kerugian dalam berbagai aspek.
Untuk mencegah terjadinya masalah tersebut, peternak membutuhkan kualitas DOC
yang tinggi. Kualitas telur fertil ini dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas sperma
ayam pejantan yang membuahi ayam ras petelur. Sebagai upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut, penulis memberikan pakan ayam berbahan dasar
rempahrempah seperti kunyit, jahe, lengkuas, lempuyang, bekatul dan jagung dengan
komposisi tertentu kepada ayam pejantan. Tujuan penelitian ini adalah: (1)
mengetahui kualitas sperma ayam jantan (Gallus domesticus) yang diberi pakan rempah
alami dan (2) mengetahui perbedaan kualitas sperma ayam jantan (Gallus domesticus)
yang diberi pakan rempah alami dan tidak. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
variasi pemberian pakan. Diberi pakan alami dan tidak. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kualitas semen ayam jantan lokal (Galus domesticus). Variabel
kontrol dalam penelitian ini adalah jenis ayam, usia ayam (Galus domesticus). Penelitian
dilakukan di Peternakan Ayam milik Ibu Sri di Gantiwarno, Klaten (pengamatan
makroskopis) dan di Lab. Fisiologi Hewan, Jurdik Biologi, FMIPA, UNY (pengamatan
mikroskopis). Penelitian yang dilakukan diantaranya evaluasi visual makroskopis
terdiri dari volume, kekentalan dan warna serta pH sedangkan untuk pengamatan
mikroskopis yaitu pengamatan, morfologi. Desain yang digunakan dalam percobaan
adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan faktor tunggal yaitu pemberian pakan
alami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif pemberian
pakan rempahrempah terhadap kualitas dan kuantitas sperma ayam jantan.
Kata Kunci : Gallus domesticus, Spermatozoa, Rempah alami
PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil ST2013 (Sensus Pertanian 2013) dari Badan Pusat Statistik,
rumah tangga usaha pertanian subsektor perternakan memiliki jumlah rumah
tangga usaha terbanyak kedua (12.969.210 ruta). Dari jumlah tersebut, usaha ternak
ayam ras petelur merupakan usaha terbanyak nomor tiga di Indonesia dengan
43
Amaliyah Rahayu dkk
jumlah 81.148.992 ekor. Angka tersebut menandakan bahwa usaha ayam ras
petelur banyak diminati oleh masyarakat.
Dalam praktik usaha ayam ras pertelur, salah satu permasalahan yang biasa
muncul adalah kualitas DOC (Day Old Chicken). Hal ini dikarenakan kondisi DOC
yang rentan terhadap penyakit dan kelelahan. Masalah ini sering dikeluhkan oleh para
peternak. Bapak Joko Tri Handono, salah satu peternak mandiri yang memiliki
kandang di Bogor dan Tangerang, dalam Trobos Livestock Edisi 198/Maret 2016 juga
mengeluhkan mengenai masalah ini. Beliau menyatakan bahwa ada penurunan
kualitas dari DOC dan pakan. Hal ini ditandai dengan turunnya kualitas ayam,
tingginya angka kematian, dan pertumbuhannya yang terlambat (Anonim, 2016).
Penurunan kualitas DOC menyebabkan peternak mengalami kerugian dalam
berbagai aspek. Hal ini sejalan dengan penuturan Bapak Sigit Prabowo, salah satu
peternak mandiri asalah Bogor Jawa Barat, dalam Trobos Livestock Edisi
198/Maret 2016 bahwa masalah tersebut mengakibatkan terjadinya kenaikan pada
Harga Pokok Produksi (HPP), harga pakan dan DOC, serta kenaikan FCR (Feed
Conversion Ratio) sekitar 0,3 (Anonim, 2016). Untuk mencegah terjadinya masalah
tersebut, peternak membutuhkan kualitas DOC yang tinggi.
Kualitas DOC yang tinggi dihasilkan dari telur fertil dengan daya tetas yang
tinggi pula. Menurut Bell dan Weaver (2002), daya tetas telur merupakan
presentase banyaknya anak ayam (DOC) yang menetas dari jumlah telur fertil.
Kualitas telur fertil ini dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas sperma ayam pejantan
yang membuahi ayam ras petelur. Hasil penelitian dari Ridwan (2002) menyatakan
bahwa kualitas sperma ayam pejantan sangat menentukan persentase telur fertil dan
periode fertil spermatozoa. Sperma yang mempunyai kualitas jelek menyebabkan
telur fertil sedikit, sedangkan untuk sperma kualitas baik dan sangat baik pada
populasi ayam yang jumlahnya banyak akan menghasilkan persentase telur fertil dan
periode fertil yang baik pula. Faktor yang mempengaruhi fertilisasi antara lain
kualitas sperma, ransum yang digunakan, umur ternak, IB, produksi telur, iklim,
cahaya, bangsa, keturunan serta perbandingan jantan dan betina (Sudaryanti, 1985;
Supriatna 2000).
Minimnya kesadaran para peternak ayam petelur di Indonesia untuk mengatasi
kualitas sperma ayam pejantan yang rendah mengakibatkan permasalahan rendahnya
kualitas DOC masih terjadi di masyarakat. Sebagai upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut, penulis memberikan pakan ayam berbahan dasar rempah-
rempah seperti kunyit, jahe, lengkuas, lempuyang, bekatul dan jagung dengan
komposisi tertentu kepada ayam pejantan. Percobaan tersebut telah dilakukan kepada
ayam pejantan di peternakan milik Ibu Sri (Klaten). Dari hasil percobaan tersebut, Ibu
Sri menuturkan bahwa terjadi peningkatkan kualitas (sperma lebih kental) dan
kuantitas sperma. Sebelum diberikan pakan rempah-rempah, satu ayam pejantan
dapat membuahi 10 ekor ayam petelur sedangkan setelah pemberian pakan rempah-
rempah, satu ayam pejantan dapat membuahi 20 ekor ayam petelur. Hal ini
mengakibatkan produksi telur fertil meningkat baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis mengangkat
judul penelitian Evaluasi Kualitas Spermatozoa Ayam Kampung (Gallus domesticus)
setelah Penambahan Pakan Ayam Rempah-Rempah Alami, dengan tujuan :
mengetahui kualitas sperma ayam jantan (Gallus domesticus) yang diberi pakan rempah
alami, dan mengetahui perbedaan kualitas sperma ayam jantan (Gallus domesticus)
yang diberi pakan rempah alami dan tidak.
44
Seminar Nasional Peternakan 3 tahun 2017
Universitas Hasanuddin Makassar, 18 September 2017
Volume Sperma
Menurut Toelihere (1981) melalui Johari, dkk. (2009), volume sperma ayam
pejantan berkisar antara 0,3-1,5 ml per ejakulat. Watson (1978) melalui Johari, dkk.
(2009) menyatakan bahwa volume semen yang dihasilkan tergantung dari bangsa,
umur, ukuran badan, nutrisi pakan, frekuensi penampungan dan lain-lain. Hasil
penelitian Kismiati (1997) melalui Johari, dkk. (2009) menunjukkan bahwa kuantitas
dan kualitas semen dipengaruhi oleh kandungan protein dan energi pakan.
Konsentrasi Sperma
Menurut Nalbandov (1990) melalui Johari, dkk. (2009), konsentrasi sperma ayam
pejantan berkisar antara 0,05-6. 109 sp/ml.
Abnormalitas sperma
Toelihere (1981) melalui Johari, dkk. (2009), menyatakan bahwa prosentase
sperma abnormalitas pada kebanyakan ejakulat berkisar antara 520%. Abnormalitas
sperma dipengaruhi oleh lingkungan. Gilbert (1980) melalui Johari, dkk. (2009)
45
Amaliyah Rahayu dkk
Komposisi Rempah-rempah
a. Bekatul
Bekatul (rice bran) merupakan hasil samping proses penggilingan padi
berasal dari lapisan terluar beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi.
Kandungan gizi dari bekatul menurut Damayanthi dkk (2007), komposisi bekatul
terdiri dari 11,5-17,2% protein, 10-23% lipid, 51,1-55% karbohidrat, 8-17,7% abu,
dan 6,2-31,5% serat kasar.
b. Ampas Kelapa
Berdasarkan hasil analisis proksimat terhadap ampas kelapa segar yang
dilakukan oleh Derrick, 2005, ampas kelapa memiliki kandungan kadar air 11,31%,
protein kasar 11,35%, lemak kasar 23,36%, serat makanan 5,72%, serat kasar
14,97%, kadar abu 3,04%, kecernaan bahan kering in vitro 78,99%, dan kecernaan
bahan organik in vitro 98,19%.
c. Jagung (Zea mays L.)
Jagung merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Jagung juga
dikenal sebagai salah satu bahan baku untuk pengolahan pakan ternak dan
industri (Purwono dan Hartono, 2008).
Tabel 1. Komposisi Kimia dari Bagian-bagian Jagung (g/100g butir jagung)
Presentase
Bagian/fraksi terhadap Abu Protein Minyak Pati Gula
biji
46
Seminar Nasional Peternakan 3 tahun 2017
Universitas Hasanuddin Makassar, 18 September 2017
limonen yang berguna sebagai anti kejang (Hariyanto, 1983., Darwis, 1995 dan
Muslihah, 1999). Nataamijaya, et al. (1999) dalam laporannya menyatakan bahwa
pemanfaatan campuran lempuyang dan kunyit didalam ransum ayam dapat
digunakan untuk memperbaiki indikator kesehatan ayam serta higienis kandang.
g. Lengkuas (Langkuas galanga Stunz)
Rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1% minyak atsiri berwarna
kuning kehijauan yang terdiri dari metil-sinamat 48%, sineol 20-30%, eugenol,
kamfer 1%, seskuiterpen, δ-pinen, galangin, dan lain-lain. Rimpang juga
mengandung resin yang disebut galangol, kristal berwarna kuning yang disebut
kaemferida dan galangin, kadinen, heksabidrokadalen hidrat, kuersetin, amilum,
beberapa senyawa flavonoid.
Metode Pelaksanaan
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis eksperimen kualitatif dan kuantitatif.
Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi pemberian pakan, baik
diberi pakan alami maupun tidak.
a. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas semen ayam jantan
lokal (Galus domesticus).
b. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah jenis ayam, usia ayam (Galus
domesticus).
47
Amaliyah Rahayu dkk
Alat dan bahan yang diperlukan dalam penelititan ini antara lain : kertas tissue,
Spoit 1 cc, mikroskop, gelas objek, batang pengaduk, gelas penampung
semen, counter, cover glass, pipet plastik, alat hitung, gloves, kamera, alat tulis, sewa
laboratorium, jas laboratorium, tempat minum ayam, tempat, makan ayam, kandang
ayam, refrigator, NaCl fisiologis, pewarna eosin 2%, ayam jantan lokal, aquadest
steril, bekatul, ampas kelapa, lempuyang, kunir, lengkuas, jahe.
Prosedur Penelitian
Untuk mengetahui kualitas semen maka dilakukan pemeriksaan makroskopis
dan mikroskopis. Evaluasi visual makroskopis terdiri dari volume, kekentalan dan
warna serta pH sedangkan untuk pengamatan mikroskopis yaitu pengamatan,
morfologi.
a. Volume
Peneliti mengambil sampel semen pada gelas penampung dari
masing-masing ayam. Volume diamati melalui skala yang tertera pada spoit
cc 1 ml. Setiap kali ejakulasi pada umumnya ayam menghasilkan 0,2 -
0,5 mL.
b. Warna
Warna semen diamati langsung sesaat setelah terjadi ejakulasi, semen
ayam umumnya berwarna putih krem.
d. Kekentalan
Kekentalan merupakan salah satu sifat semen yang memiliki kaitan
dengan kepadatan/konsentrasi sperma di dalamnya. Semakin kental sperma
maka semakin tinggi pula konsentrasi spermanya. Langkah yang dilakukan
untuk mengamati kekentalan adalah gelas penampung semen diposisikan
sejajar dengan mata kita dengan jarak kurang lebih 30 cm. Gelas penampung
kemudian dimiringkan ke arah kiri atau kanan sebesar 450. Gerakan cairan
semen di dalam gelas penampung diamati. Perbandingan cairan yang lambat
menandakan bahwa semen tersebut cukup kental. Sebaliknya apabila
perpindahan cairan berjalan cepat maka semen tersebut encer. Pengamatan
diulangi dengan mengembalikan posisi gelas ke posisi tegak. Semen ayam yang
48
Seminar Nasional Peternakan 3 tahun 2017
Universitas Hasanuddin Makassar, 18 September 2017
baik pada umumnya merupakan semen semen yang sangat kental sampai
kental.
e. Morfologi
Morfologi spermatozoa dilihat dengan pewarnaan 2% eosin yang
digunakan untuk menentukan presentase kenormalan sperma. Kriteria
morfologi di antaranya spermatozoa normal (bagian kepala, leher,tengah dan
ekor lengkap), ekor bengkok, ekor melingkar, ekor patah, kelainan pada kepala
spermatozoa.
Volume Sperma
49
Amaliyah Rahayu dkk
Warna
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa warna semen
amatan adalah mendekati putih susu. Tetapi, ada sampel yang berwarna putih
mendekati jernih yaitu pada pengambilan data dengan perlakuan ke 2 pada ulangan 5.
Kekentalan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa semen yang
diamati tergolong kental dengan pengecualian pada pengambilan data dengan
perlakuan ke 2 pada ulangan 5.
Morfologi
Preparat yang diamati adalah salah satu sampel dari ayam yang diberi
perlakuan diberi pakan dengan rempah. Pengamatan morfologi dilakukan dengan
perbesaran 1000x di laboratorium FMIPA UNY. Hasil amatan diketahui bahwa
50
Seminar Nasional Peternakan 3 tahun 2017
Universitas Hasanuddin Makassar, 18 September 2017
morfologi sperma memiliki ciri yang normal. Dimana sperma memiliki kepala leher
dan ekor yang utuh.
Kepala
Ekor
Gambar 3. Gambar amatan mikroskopis sperma salah satu sampel yang diberi
perlakuan pemberian rempah alami
KESIMPULAN
Damayanthi E., Liem T.T., dan L. Arbianto. 2007. Rice Brain. Jakarta: Penebar Swadaya.
Darwis, M.I. dan S. Hasiyah. 1991. Tumbuhan Obat Famili zingiberaceae. Bogor: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Industri Badan Litbang Pertanian.
Denyer, C.V., P. Jackson, D.M. Loakes, M.R. Ellis dan D.A.B. Yound. 1994. Isolation of
antirhinoviral sesquiterpenes from ginger (Zingiber officinale). J Nat Products. 57 : 658-
662.
Derrick. 2005. Protein in Calf Food. Diakses dari
http://www.winslowfeeds.co.nz/pdfs/feedingcalvesarticle.pdf. pada 9 Oktober
2016 pukul 20.16 WIB.
Hariyanto. 1983. Petunjuk Bertanam dan Kegunaan Lempuyang. Surabaya: Karya Anda.
Hussain, J., A. Bahader, F. Ullah, N. Rehman, A. Khan, W. Ullah dan Z. Shinwari. 2009.
Proximate and nutrient analysis of the locally manufactured herbal medicines and its raw
material. J. Am. Sci. 5: 1-5.
Johari, S., Ondho YS, Sri Wuwuh, Henry YB dan Ratnaningrum. 2009. Karakteristik Dan
Kualitas Semen Berbagai Galur Ayam Kedu. Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro. Diseminarkan dalam Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan pada
tanggal 20 Mei 2009 di Semarang.
Muslihah, F. 1999. Temu-Temuan dan Empon-Empon, Budidaya dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Penerbit Kanisius.
Nataamijaya. A.G., S.N. Jarmani,. U. Kusnadi dan L. Praharani. 2000. Pengaruh Pemberian
Kunyit (Curcuma Domesticum val) dan Lempuyang (Zingiber Aromaticum val) terhadap
Bobot Badan dan Konversi Pakan pada Broiler.
Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 18-19 Oktober 1999. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan Bogor. 2000. Hal. 332-335.
51
Amaliyah Rahayu dkk
Nwinuka, N., G. Ibeh dan G. Ekeke. 2005. Proximate composition and levels of some toxicants
in four commonly consumed spices. J. Appl. Sci. Environ. Mgt. 9: 150-155.
Odebunmi, E., O. Oluwaniyi dan M. Bashiru. 2010. Comparative proximate analysis of some
food condiments. J. App. Sci. Res. 6: 272-274.
Purwono dan R.Hartono. 2006. Bertanam Jagung Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rahardjo, M. dan Rostiana, O. 2005. Budidaya Tanaman Kunyit. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika. Sirkuler No. 11,
2005.Tersedia: http://www.balittro.go.id
Ridwan. 2002. Fertil Life dan Periode Fertil Spermatozoa Ayam Buras Pasca Inseminasi Buatan.
Tesis. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Bandung.
Sudaryanti. 1985. Pentingnya Memperhatikan Berat Telur Tetas Ayam Kampung pada
Pemeliharaan Semi-Intensif. Prosiding Seminar Peternakan dan Forum Peternak Unggas
dan Makanan Ternak: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Balai Penelitian
Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor. Hal: 164-168.
Supriatna, I. 2000. Inseminasi Buatan pada Ayam. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Syarief, R dan A.Irawati. 1998. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. Jakarta:
Mediyatama Sarana Perkasa.
52