Anda di halaman 1dari 12

1

PERSENTASE BOBOT DADA AYAM

LAPORAN

Oleh:

KAUSAR DAULAY
170306035
Peternakan A

LABORATORIUM TATALAKSANA PADANG PENGEMBALAAN


PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
2

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia dikenal kaya akan sumber daya genetik, tetapi keberadaannya

belum digali secara optimal. Salah satu potensi sumber daya genetik peternakan

adalah ayam lokal yang diketahui mempunyai variasi genetik cukup tinggi. Ayam

lokal merupakan aset yang sangat berharga dalam pembentukan bibit unggul ayam

lokal yang terbukti mampu beradaptasi pada lingkungan setempat (Nataamijaya,

2000). Populasi ayam lokal tersebar di seluruh tanah air, dan keberadaan ayam lokal

selama ini hanya sekedar untuk konsumsi para pencinta unggas yang sangat

menyukai akan keindahan bulu atau bahkan keindahan suara yang dimiliki oleh

ayam lokal tersebut. Ayam lokal juga merupakan salah satu kekayaan hayati bangsa

Indonesia yang telah lama dibudidayakan sehingga mampu beradaptasi dengan

lingkungan alam di sekitarnya.

Tingginya keanekaragaman hayati ayam lokal di Jawa Barat khususnya dan

Indonesia pada umumnya merupakan peluang bagi pelaku pemuliaan ternak

mengembangkan strain ayam baru berbasis potensi lokal. Hal ini dilandasi oleh

karakteristik ayam lokal yang sangat adaptif dengan kondisi iklim tropis dan sistem

pemeliharaan yang tidak rumit serta potensi-potensi lainnya yang belum tergali,

seperti daya tahannya terhadap penyakit tertentu.

Salah satu jenis ayam lokal di antaranya adalah Ayam Sentul yang

merupakan ayam asli Kabupaten Ciamis yang hampir punah dan sekarang

dipelihara secara intensif oleh beberapa kelompok pecinta ayam Sentul. Ayam
3

Sentul lebih dikenal dengan sebutan ayam Kalawu. Ayam Sentul mempunyai sifat

yang lebih unggul dibandingkan dengan ayam Kampung, karena pertumbuhan yang

relatif cepat serta produksi telur yang tinggi (Kurnia, 2011). Berdasarkan warna

bulunya, ayam Sentul dapat digolongkan menjadi 5 macam jenis ayam Sentul di

antaranya ayam Sentul Geni, Sentul Batu, Sentul Kelabu, Sentul Debu, dan Sentul

Emas (Purnama, 2005).

Tujuan Praktium
Adapun tujuan praktikum yang dilakukan adalah untuk mengetahui
persentase bobot dada ayam
4

TINJAUAN PUSTAKA

2.2.Bobot Karkas dan Persentase Karkas

Karkas unggas adalah bagian dari ternak unggas yang diperoleh dengan cara

disembelih secara halal dan benar, dicabuti bulunya, dikeluarkan jeroan dan

abdominalnya, dipotong kepala dan leher serta kedua kakinya sehingga aman,

lazim, dan layak dikonsumsi oleh manusia ( Standar Nasional Indonesia ,2009).

Perbandingan bobot karkas terhadap bobot hidup atau dinyatakan sebagai

persentase karkas sering digunakan sebagai ukuran produksi. Komponen karkas

terdiri atas otot, lemak, kulit, dan tulang yang memiliki kecepatan tumbuh yang

berbeda-beda. Soeparno (1994) menambahkan bahwa persentase karkas akan

meningkat seiring dengan peningkatan bobot potong. Faktor-faktor yang

mempengaruhi persentase bobot karkas adalah bangsa, umur, jenis kelamin,

ransum, dan bobot potong (Dwiyanto, dkk.,1979).

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), kualitas karkas yang baik

adalah yang konformasinya sempurna, perdagingan tebal, perlemakan baik,

keutuhan cukup baik dan sempurna, serta bebas dari memar dan bulu jarum.

Menurut Dwiyanto dan Prijono (2007) ayam Sentul mempunyai keunggulan yaitu

sebagai penghasil daging dan telur (tipe dwi guna), bobot badan Ayam Sentul jantan

1,3 - 3,5 kg dan ayam betina 0,8 – 2,2 kg, produksi telur 118 butir/tahun. Ayam

Sentul mempunyai sifat yang lebih unggul dibandingkan dengan ayam Kampung,
5

karena pertumbuhan yang relatif cepat serta produksi telur yang tinggi (Kurnia,

2011).

Bobot karkas normal adalah 60 -70 % dari berat tubuh. Perbandingan bobot

karkas terhadap bobot hidup merupakan salah satu cara pengukuran produksi

daging. Persentase bobot karkas ayam bervariasi menurut umur dan sex. Ayam

umur muda memiliki persentase karkas lebih tinggi dibandingkan dengan umur

dewasa atau tua, sedangkan persentase karkas ayam jantan lebih besar dari pada

ayam betina (Moran, et al., 1971). Bobot relatif karkas utuh ayam sentul umur 10

minggu menurut penelitian ( Iskandar, 2010 ) untuk ayam jantan yaitu 906 g/ekor

, dada 169,27 g, paha atas 125,86 g, paha bawah 111,18 g, 2 sayap 96,72 g

,sedangkan untuk betina 898 g/ekor, dada 168,53 g, paha atas 128,65 g, paha bawah

110,74 g, 2 sayap 96,82 g.

2.3. Bobot dan Persentase Bagian- bagian Karkas

Merkley et al.(1980) membagi karkas menjadi lima bagian besar potongan

komersial yaitu dada, sayap, punggung, paha atas, dan baha bawah. Dada

merupakan bagian dari tubuh yang paling banyak dagingnya. Potongan komersial

punggung adalah bagian karkas yang dipotong pada batas persendian tulang yang

berbatasan dengan tulang dada sampai dengan batas persendian tulang paha kiri dan

paha kanan. Sayap dipisahkan dari karkas pada persendian bahu. Potongan

komersial paha atas adalah bagian karkas yang dipotong sepanjang persendian

tulang paha yaitu dari perserndian coxae sampai lutut. Potongan komersial paha
6

bawah adalah bagian karkas yang dipotong dari sendi lutut sampai intersica (Bahji,

1991).

Rumus

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐾𝑎𝑟𝑘𝑎𝑠
Persentase karkas = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑝𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔 𝑋 100 %

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐷𝑎𝑑𝑎
Persentase Dada =𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐾𝑎𝑟𝑘𝑎𝑠 𝑋 100 %

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑔
Persentase Punggung = X 100 %
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐾𝑎𝑟𝑘𝑎𝑠

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 Sayap
Persentase Sayap = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐾𝑎𝑟𝑘𝑎𝑠 𝑋 100 %

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑃𝑎ℎ𝑎
Persentase Paha = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐾𝑎𝑟𝑘𝑎𝑠 𝑋 100 %

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐺𝑖𝑏𝑙𝑒𝑡
Persentase Giblet = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐾𝑎𝑟𝑘𝑎𝑠 X 100 %
7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil penelitian produksi karkas berbagai jenis Ayam Sentul Jantan

Umur 18 Minggu meliputi bobot dan persentase karkas, bobot dan persentase dada,

bobot dan persentase punggung, bobot dan persentase sayap, bobot dan persentase

paha, bobot dan persentase giblet (jantung, hati, gizzard).

4.1. Bobot dan Persentase Karkas

Persentase karkas ayam kampung jantan 65,18%. Bagian dada merupakan

bagian terbesar dari karkas ayam. Potongan dada seberat 215 g (26,81%), bagian

paha (drumstick) memiliki berat 158 g (19,20%) dan bagian daging selain dada

memiliki berat 376 g (46,50%) (Soerparno, 2015). Menurut hasil penelitian

Marsetyo et al. (2015) bobot karkas ayam kampung dengan lama pemeliharaan

delapan minggu berkisar antara 603 hingga 807,9 g. Dewasa ini masyarakat dalam

memilih bahan pangan sudah sangat memperhatikan tentang kualitasnya, termasuk

dalam memilih daging yang akan dikonsumsi (Dewi, 2013). Faktor yang

mempengaruhi kualitas daging dapat digolongkan menjadi dua faktor yaitu faktor

antemortem dan postmortem. Faktor antemortem meliputi spesies, umur, jenis

kelamin, serta stress, sedangkan faktor postmortem meliputi chilling, refrigasi,

pelayuan dan pembekuan termasuk faktor lama dan temperatur penyimpanan dan

metode pengolahan (Soeparno, 2015). Peranan ayam buras atau ayam kampung

sebagai penyedia daging untuk memenuhi konsumsi protein hewani sangat berarti
8

4.2. Bobot dan Persentase Dada

Bobot dada yaitu 457 gram dan bobot karkas ayam yaitu 1102 gram. Bobot
dada ayam dengan pembagian daging 292 gram dan bobot tulang dada yaitu 112
gram. Untuk menghitung pesentase bobot dada ayam yaitu :
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐷𝑎𝑑𝑎
Persentase Dada =𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐾𝑎𝑟𝑘𝑎𝑠 𝑋 100 %

457 𝑔𝑟𝑎𝑛
Persentase Dada = 1102 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑋 100 %

Persentase Dada = 41.47 %

Maka diketahui persentase bobot dada ayam 41.47%Diketahui juga bobot


hidup ayam yaitu 1750 gram dan bobot potong 1690 gram.
9

KESIMPULAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan perlakuan berbagai Ayam

terhadap produksi karkas pada bobot dan persentase karkas, punggung, sayap,

paha, giblet relatif sama, kecuali produksi karkas pada persentase Dada. Persentase

Dada didapat yaitu 41.47%


10

DAFTAR PUSTAKA.

Aksi Agraris Kanisius (AAK). 2003. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan ke-18.
Kanisius. Jakarta.

Abubakar. 1991. Persentase Karkas dan Bagian-bagiannya Dua Galur Ayam


Broiler Dengan Penambahan Tepung Kunyit Dalam Ransum. Broiler
Peternakan. Edisi Tambahan Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.

Ahmad, B dan R. Herman. 1982. Perbandingan Produksi Daging Antara Ayam


Jantan Kampung dan Ayam Jantan Petelur. Media Peternakan.

Alam, I.P. 2005. Ayam Sentul. Prosiding Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi
Pengembangan Ayam Lokal. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Fakultad Peternakan
Universitas Diponegoro.
Bahji, A. 1991. Tumbuh Kembang Potongan Karkas Komersial Ayam Broiler
akibat Penurunan Tingkat Ransum Pada Minggu ketiga-keempat. Karya
Ilmiah. Fakultas Peternakan, Institutu Pertanian Bogor, Bogor

Barhiman, S. 1976. Kualitas karkas Ayam Kampung dan persilangan Ayam


Kampung dengan RIR. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan, Insitut Pertanian
Bogor, Bogor.

Budiansyah, A. 2003. Pengaruh Penggunaan Silase Tepung Daging Keong Mas


(pamoaeceae sp) dalam Ransum terhadap Pertumbuhan dan Karkas Ayam
Broiler. J. Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan.6(4) : 227 - 234

Card, L. E dan M. C. Nasheim. 1973. Poultry Production. 4th Ed. Lea and Febringer.
Philladelphia

Damayanti V. 2003. Studi Perbandingan Persentase Karkas, Bagian-bagian Karkas


Dan Non Karkas Pada Berbagai Unggas Lokal. Skripsi. Fakultas Peternakan.
Unsoed. Purwokerto.
Dwiyanto, K., H. Resnawati, M. Sabrani dan Sumarni. 1979. Evaluasi produksi
dagingdari ayam jantan final stock tipe dwiguna. Proceding Seminar
Penelitian dan pengembangan Peternakan. Lembaga penelitian Peternakan,
Bogor.
11

Dwiyanto, K. dan N.S. Prijono. 2007. Keanekaragaman Sumber Daya Hayati Ayam
Lokal Indonesia : Manfaat dan Potensi . LIPI Press. Jakarta
Hin., M., Bigha dan A. Syaroji, 1987. Fathul Manhaji. Darrul Qalam, Bahrain.

Iskandar, S., A.R. Setioko, S. Sopiana, Y. Saepudin, Suharto dan W. Dirdjopratono,


2004. Keberadaan dan karakter ayam pelung, kedu dan sentul di lokasi asal.
Seminar Nasional Klinik Teknologi Pertanian sebagaiBasis Pertumbuhan
Usaha Agribisnis menuju Petani Nelayan Mandiri. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.
Iskandar, S. 2010. Pembentukan Galur Ayam Sentul Pedaging ( BB > 1KG) Umur
10 Minggu. Balai penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sosial Ekonomi Pertanian . Bogor
Jull, M. A. 1979. Poultry Husbandry. Tata McGraw Hill Publishing Co. Ltd., New
Delhi

Kurnia, Y. 2011. Morfometrik Ayam Sentul, Kampung dan Kedu pada Fase
Pertumbuhan dari Umur 1-12 Minggu. Skripsi. Program Alih Jenis.
Departemen Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kuniawan, Hendra. 2011. Karkas dan potongan karkas Ayam Kampung umur 10
minggu yang diberi ransum mengandung bungkil biji jarak pagar ( Jatropha
curcus L. ) terfermentasi Rhizopus oligosporus. Skripsi. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lesson, S. and D.J. Summers. 1980.“Production and carcass characteristic of


broiler chicken”. Poultry Sci.

Mansjoer, S.S. dan H. Martoyo. 1977. Produktivitas ayam kampung dan ayam
silangan F1 (kampung x RIR) pada pemeliharaan dalam kandang. Laporan
penelitian. Fakultas Peternakan IPB, Bogor.

Mansjoer, S. S. dan H. Martojo. 1985. Pengkajian sifat-sifat produksi Ayam


Kampung serta persilangan dengan ayam Rhode Islan red. Disertasi. Fakultas
Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Meyliyana ., M. Sigit., dan Roesdiyanto. 2013. Bobot Badan Berbagai Jenis Ayam
Sentul Di Gabungan Kelompok Tani Ternak Ciung Wanara Kecamatan
Ciamis Kabupaten Ciamis. Jurnal Ilmiah Peternakan.
12

Merkley, J. W., B. T. Weinland G. W. Malone and G. W. Chaloupka. 1980.


Evaluation of Comersial Broiler Carcas.2. Eviscerated Yield and Componen
parts. Poultry Science.

Standar Nasional Indonesia( Subsektor Peternakan Jilid I ) Ditjen Peternakan,


Jakarta.

Siregar, A. P., M Sabrani. 1983. Prospek Peternakan Itik Di daerah Pantai


Balitnak. Ciawi. Bogor.

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu
Pendekatan Biometric. Gramedia Pustakan Utama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai