Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Veteriner Juni 2016 Vol. 17 No.

2 : 218-225
pISSN: 1411-8327; eISSN: 2477-5665 DOI: 10.19087/jveteriner.2016.17.2.218
Terakreditasi Nasional SK. No. 15/XI/Dirjen Dikti/2011 online pada http://ojs.unud.ac.id/php.index/jvet

Pola Pewarisan Kaki Rengket Secara Autosomal Resesif


dan Koefisien Inbreeding pada Ayam Pelung di Cianjur
(THE AUTOSOMAL RECESSIVE IN CROOPER TOES INHERRITANCE PATTERN
AND INBREEDING COEFFICIENT IN PELUNG CHICKEN AT CIANJUR)

Budi Setiadi Daryono1, Miftahul Mushlih2

1
Laboratorium Genetika dan Pemuliaan, Fakutas Biologi,
Universitas Gadjah Mada.
Jln Teknika Selatan, Kampus UGM, Yogyakarta 55281
2
Prodi D-IV Teknologi Laboratorium Medik,
STIKes Perintis, Sumatera Barat, Indonesia
Telpon. 0751-481992; Email: bs_daryono@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK

Ayam pelung merupakan ayam asli Indonesia yang digolongkan sebagai ayam dwiguna (pedaging
dan penyanyi). Ketidaknormalan fisik dapat berpengaruh terhadap harga jual. Salah satu kelainan fisik
yang sering ditemui adalah rengket. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pewarisan
kelainan rengket dan nilai koefisien inbreedingnya pada ayam pelung. Metode dalam penelitian ini adalah
deskriptif eksploratif dengan pengambilan sampel purposive sampling. Penelitian dilakukan di Kec.
Cibeber, Kab. Cianjur, Jawa Barat. Penghitungan koefisien inbreeding (KI) menggunakan rumus F = “ (1/
2)n+1 (1+Fc) dan penentuan pola pewarisan rengket berdasarkan rekonstruksi pedigree dan uji chi-square
test goodness of fit. Hasil penelitian menunjukkan kelainan rengket pada ayam pelung diturunkan secara
autosomal resesif dengan KI mencapai 0,6. Nilai KI yang yang tinggi meningkatkan peluang terjadinya
rengket.

Kata-kata kunci: ayam pelung, rengket, pola pewarisan, koefisien inbreeding

ABSTRACT

Pelung Chicken is classified as dual-purpose chicken (meat and singer). Physical abnormalities affect
the selling price. One of the common physical abnormalities is crooked toes. The aims of this study were to
determinate the crooked toes inheritance pattern and the value of inbreeding coefficient (IC) in Pelung
chicken. The method that used in this study is descriptive-explorative and samples were taken using
purposive sampling analysis. The research was conducted at Cibeber, Cianjur district, West Java.
inbreeding coeficient was determined using F = “ (1/2)n+1 (1+Fc) formula and inheritance pattern was
determined by the pedigree resulted and chi-square test goodness of fit test. The results show that a
Creeper abnormality is inherited as autosomal recessive with the IC value reaches 0.6. The highest value
of IC shows highest risk probability of crooked toes in pelung chicken.

Key words: pelung chicken, crooked toes, inherritance pattern, inbreeding coeffsient.

PENDAHULUAN 2007). Ayam pelung dewasa memiliki rataan


bobot badan 2,904 kg pada betina dan 4,002 kg
Ayam pelung (Gallus gallus domesticus) pada pejantan (Iskandar dan Susanti, 2007).
merupakan salah satu sumberdaya genetik Bobot badan ayam kampung hanya berkisar 1,5-
ternak lokal yang berasal dari Kabupaten 1,8 kg pada jantan dewasa, dan 1,0-1,4 kg pada
Cianjur, Jawa Barat. Ayam pelung memiliki betina dewasa (Diwyanto dan Prijono, 2007).
tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan Selain itu, ayam pelung juga memiliki suara
jenis ayam lokal lainnya (Dwiyanto dan Prijono, yang khas (melung) dengan ciri suara panjang,

218
Budi Setiadi Daryono, et al Jurnal Veteriner

mengalun, bervolume besar, dan berirama genetik yang lebih dekat dibandingkan rataan
sehingga disebut sebagai ayam penyanyi hubungan genetik dalam satu populasi (Akhtar
(Jarmani dan Nataamijaya, 1996; Jatmiko, et al., 2000). Koefisien inbreeding bernilai 0
2001; Rusdin, 2007; Nataamijaya, 2010). sampai 1, semakin mendekati angka 1 maka
Posturnya yang besar dan kemampuan keseragaman genetik dalam suatu populasi akan
bersuaranya membuat ayam pelung digunakan semakin tinggi. Dengan demikian akan muncul
sebagai ayam hias yang memiliki harga jual autozigositas (Sausa et al., 2000). Autozigositas
relatif tinggi dibandingkan dengan ayam-ayam merupakan peningkatan kemungkinan
lain (Nataamijaya, 2005). Ayam pelung juga munculnya gen resesif pada pasangan alel yang
sering digunakan sebagai simbol kejayaan heterozigot. Alel heterzigot terdapat satu gen
seseorang dan ayam hias (Jamiko, 2001). Ayam yang berfungsi normal dan satu gen yang
pelung yang sekarang menjadi primadona, mengalami mutasi (tidak normal). Pada
bernama Kayangan, dan harganya mencapai 50 homozigot resesif kedua alel tidak berfungsi
juta rupiah. Ayam-ayam dengan kualitas/ secara normal sehingga akan timbul kelainan
kategori bagus (non-juara pada kompetisi) bia- atau penyakit (Solomon et al., 2008). Nilai
sanya memiliki harga antara 2-3 juta rupiah koefisien inbreeding (nilai F) hanya memper-
tergantung dari kualitas suara dan fisik/ kirakan kenaikan homogenitas gen akibat
penampilan yang dimiliki. perkawinan sedarah yang mana lokus tersebut
Kompetisi suara ayam pelung sering kali identik dengan leluhurnya (Frankham et al.,
diselenggarakan untuk melestarikan ayam 2002). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
pelung dan sudah berlangsung dari tahun 1978 mengetahui pola pewarisan kelainan rengket dan
(Jarmani dan Nataamijaya, 1996). Tiga kategori nilai koefisien inbreeding pada ayam pelung
utama yang sering menjadi kriteria pada yang mengalami kelainan tertsebut. Dengan
kompetisi ayam pelung yaitu kategori suara, ditemukannya pola pewarisan kelainan rengket
bobot, dan penampilan (Jarmani dan Nata- diharapkan mampu membantu para peternak
amijaya, 1996; Jatmiko, 2001; Rusdin, 2007). dan penggemar ayam pelung untuk menda-
Oleh karena itu, penampilan juga menjadi salah patkan ayam yang berkualitas suara bagus dan
satu pertimbangan utama untuk menentukan mengurangi kejadian rengket.
harga jual ayam pelung (Jatmiko, 2001; Rusdin,
2007).
Kelainan yang sering ditemui pada ayam METODE PENELITIAN
pelung adalah rengket. Kelainan ini merupakan
kelainan pembengkokkan jari-jari kaki. Pengambilan data dilakukan di Kabupaten
Penelitian-penelitian pada ayam pelung Cianjur dengan purposive sampling, yaitu
sebelumnya belum menjelaskan kelainan dengan kelompok peternak yang memiliki data
rengket pada ayam pelung secara mendetail. dan track record yang baik serta lengkap dalam
Jatmiko (2001) dan Rusdin (2007) menduga menghasilkan ayam pelung berkualitas.
bahwa rengket merupakan sifat bawaan yang Peternak yang dipilih adalah peternak yang
diturunkan dari kedua induk. Namun demikian, berpengalaman dan mengatahui riwayat ayam-
data yang mendukung pernyataan tersebut ayam yang dimilikinya. Penelusuran pedigree
sangat sedikit. Perkawinan secara inbreeding dan fenotip diperoleh dari hasil wawancara dan
diduga menjadi penyebab utama semakin disusun berdasarkan metode Bennet et al. (2008).
meningkatnya kelainan rengket (Jatmiko, Penelitian dilakukan dari bulan September 2013
2001). Laporan lain menyatakan, bahwa rengket sampai Juni 2014.
dapat terjadi karena adanya kecelakaan, Data penelitian mengacu pada penelitian
kesalahan pengelolaan (manajemen), pema- sebelumnya oleh Rusdin (2007). Untuk
nasan berlebihan pada waktu inkubasi (Oviedo- mamastikan kebenaran data, data terlebih dulu
Randon dan Wineland, 2009), dan kekurangan dikonfirmasi kepada peternak yang menjadi
beberapa asupan gizi seperti pyridoxine dan nara sumber penelitian. Penentuan pola
riboflavin (Masse et al., 1996; Burgos et al., pewarisan rengket berdasarkan analisis pedigree
2006), sehingga diperlukan observasi terhadap yang telah dibuat dan uji statistika chi-square
rekonstruksi pedigree untuk membuktikan test goodness of fit.
penyebab rengket. Penghitungan koefisien inbreeding dilaku-
Inbreeding merupakan sistem persilangan kan pada pedigree yang dihasilkan menggu-
antara dua individu yang memiliki hubungan nakan rumus (Frankham et al., 2002): F =

219
Jurnal Veteriner Juni 2016 Vol. 17 No. 2 : 218-225

ketiga, adalah memperhatikan aliran gen pada


n
, F merupakan koefisien inbreeding dan gambar silsilah. Langkah keempat adalah
n adalah jumlah anak panah dari setiap jalur. menghitung koefisien inbreeding masing-
Langkah-langkah untuk menghitung koefisien masing aliran gen dengan rumus: F = • (1/2)n+1
inbreeding suatu individu X (Fx) dilakukan (1+Fc) (Frankham et al., 2002). Langkah kelima
sebagai berikut: langkah pertama, adalah adalah menentukan koefisien inbreeding
merunut dan menggambarkan asal usul nenek individu X, dengan cara menjumlah koefisien
moyangnya sampai tidak diketahui atau sampai masing-masing aliran gen.
nenek moyangnya berasal dari alam. Jika dalam Contoh perhitungan koefisien inbreeding
silsilah tidak ada kawin dengan keluarga, X pada silsilah seperti pada Gambar 1 dan
berarti koefisien inbreeding X (Fx) = 0. Tabel 1. Analisis koefisien inbreeding yang
Langkah kedua adalah menentukan koefisien berlangsung dengan cara back cross secara terus
nenek moyang yang sama (Fc). Koefisien menerus memiliki cara penghitungan yang
inbreeding nenek moyang harus dihitung berbeda dengan cara tersebut, yaitu meng-
sebelum menghitung koefisien inbreeding X gunakan rumus Ft = ¼ (1+ FA + 2Ft-1), dengan
(Fx). Cara perhitungan koefisien inbreeding F A merupakan nilai koefisien inbreeding
nenek moyang sama dengan perhitungan individu induk back cross (Frankham et al.,
koefisien inbreeding individu X. Langkah 2002).

Gambar 1. Silsilah suatu individu X (A); Aliran gen individu X (B), ayam pelung di Kecamatan
Cibeber, Cianjur.

Tabel 1. Contoh perhitungan koefisien inbreeding

Jalur N Fca Kontribusi Fx

LIFCADGJM 9 0 (1/2)9
LIGDBEHKM 9 0 (1/2)9
LIGDBEJM 8 0 (1/2)8
LIFCGJM 7 0 (1/2)7
LIGJM 5 1/8 (1/2)5 (1+1/8)
Fx = 26/512 =0.0508

220
Budi Setiadi Daryono, et al Jurnal Veteriner

Gambar 2. Kelainan rengket pada ayam pelung. A. Normal B-C. rengket taraf berat, D-E, rengket
taraf ringan.

Gambar 3. Pedegree ayam pelung yang menunjukkan rengket diturunkan secara autosomal resesif

221
Jurnal Veteriner Juni 2016 Vol. 17 No. 2 : 218-225

HASIL DAN PEMBAHASAN informasi apakah ayam-ayam tersebut


mengalami rengket atau tidak, tidak dapat
Hasil dari penelitian menghasilkan pedigree disampaikan. Informasi baru didapat pada
sebanyak 10 generasi (Gambar 3). Generasi generasi ke VI, yang merupakan anakan dari
pertama sampai keempat merujuk pada ayam-ayam generasi ke IV. Raneg yang
penelitian Rusdin (2007) yang kebenarannya merupakan anak dari C dan Kemuning,
dikonfrimasi kepada peternak yang dikawinkan dengan Bonsai yang merupakan
bersangkutan. Merebaknya rengket di anak dari Mahesa dan Cinta. Kemuning,
Kecamatan Cibeber, Cianjur, Jawa Barat diduga Mahesa, dan Kencana, dahulunya dikenal
berasal dari ancestor pertama yaitu betina dengan suara bagus dan sering memenangkan
rengket (ditandai dengan anak panah). Rengket suatu kompetisi suara, sehingga keturunan
(generasi I) yang disilangkan dengan A ayam-ayam ini dipercaya mampu menghasilkan
menghasilkan keturunan normal. Lembayung suara yang bagus pula. Kebiasaan masyarakat
(Generasi II) yang normal diduga bersifat karier untuk mengawinkan ayam yang bagus tanpa
sehingga membawa sifat rengket ke generasi- menghiraukan efek inbreeding ini sangat
generasi berikutnya. Lembayung kemudian mengkhawatirkan, karena ayam yang memiliki
disilangkan dengan Rengge yang bersifat kualitas suara biasa (non juara) biasanya
normal. Dari generasi ketiga inilah persilangan digunakan sebagai ayam pedaging. Selanjutnya,
dengan kerabat dekat (inbreeding) seringkali persilangan inbreeding kerap kali dilakukan
dilakukan. pada generasi-generasi berikutnya, sehingga
Anak dari Lembayung dan Rengge yaitu kejadian rengket akhirnya sering muncul pada
Lodaya dan Kondang disilangkan sesaudara generasi ke IX dan ke X (Gambar 4).
secara terus menerus, sehingga memungkinkan Perhitungan koefisien inbreeding pada
kejadian autozigositas sangat tinggi (Lynch, populasi yang sekarang ada menunjukkan nilai
1991). Namun demikian, karena keterbatasan yang sangat tinggi. Hasil perhitungan koefisien

Gambar 4. Rekonstruksi perhitungan dan nilai koefisien inbreeding ayam pelung di Kecamatan
Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

222
Budi Setiadi Daryono, et al Jurnal Veteriner

Tabel 2. Hasil chi-square test goodness of fit dengan anggapan pola pewarisan rengket secara
autosomal resesif

Eu dianggap normal Eu dianggap Rengket Eu diabaikan


Rengket Normal Rengket Normal Rengket Normal

diobservasi (o) 11 31 21 21 11 18
diharapkan ( e) 11 31 11 31 8 22
deviasi (d) 0 0 10 -10 3 -4
d2 0 0 100 100 9 16
d2/e 0 0 9.09 2.38 1.13 0.73
x2 0+0 =0 9.09 + 2.38 = 11.47 1.13 + 0.73 = 1.85
dF= 2-1 = 3.84

Tabel 3. Hasil Chi-square test goodness of fit dengan anggapan pola pewarisan Rengket
secara autosomal dominan

Eu dianggap normal Eu dianggap Rengket Eu diabaikan


Rengket Normal Rengket Normal Rengket Normal

diobservasi (o) 11 31 21 21 11 18
diharapkan ( e) 21 21 21 21 21 21
deviasi (d) -10 10 0 0 -10 -3
d2 100 100 0 0 100 9
d2/e 4.76 4.76 0.00 0.00 4.76 0.43
x2 4.76 + 4.76 =9.53 0+0= 0 4.76 +0.43 =5.19
dF= 2-1 = 3.84

inbreeding pada pedigree yang diperoleh sebanyak 4,5 hari, penurunan produksi telur
mencapai 0,6 (Gambar 3), yang artinya nilai hingga 0,43%, penurunan daya tetas hingga
inbreeding tersebut telah mendekati kesamaan 0,32%, penurunan bobot telur 0,12 g, dan
genetik atau homologi yang tinggi dengan penurunan bobot badan sebesar 15 g.
indukan awal. Batas nilai koefisien inbreeding Szwaczkowski et al. (2003) melaporkan,
yang dianggap aman adalah di bawah 37,5% dan peningkatan koefisien inbreeding sebesar 1%
apabila melebihi batas tersebut akan pada ambang batas akan menurunkan 0,4%
menyebabkan inbreeding depression. Pengaruh sampai 1% fertilitas pada ayam petelur.
inbreeding depression menyebabkan mutasi gen Berdasarkan pengamatan yang dilakukan,
dari sifat tertentu menjadi sifat negatif mulai rengket memiliki beberapa tingkatan mulai dari
dari penentuan vitalitas, viabilitas, bahkan taraf ringan sampai berat (Gambar 2). Pada
terbentuknya gen semi lethal dan lethal taraf ringan rengket mengakibatkan keindahan
(Sidodalog, 2011). Salah satu efek nyata dari (estetika) ayam tersebut menurun, namun
inbreeding depression pada penelitian ini dalam keadaan yang serius (tinggi), rengket
ditunjukkan dengan adanya kelainan mengakibatkan isolasi reproduksi pada ayam
rengket. jantan. Hal ini karena kaki ayam jantan
Sidodalog (2011) menyatakan peningkatan tersebut tidak dapat digunakan untuk memijak
koefisien inbreeding 1% menunjukkan pada punggung ayam betina pada saat kopulasi.
inbreeding depression melalui peningkatan Analisis pola pewarisan rengket yang
mortalitas pada anak ayam sebesar 0,33%, ayam disajikan melalui pedigree pada Gambar 2
dara (remaja) sebesar 0,15%, ayam dewasa menunjukkan rengket mampu diturunkan dari
sebesar 0,21%, penurunan umur dewasa generasi ke generasi. Ratna dan Jurix

223
Jurnal Veteriner Juni 2016 Vol. 17 No. 2 : 218-225

menghasilkan dua keturunan yaitu jantan di rengket pada ayam pelung diwariskan secara
Kota Cianjur dan betina rengket. Betina rengket autosomal resesif, sedangkan nilai koefisien
kemudian diback cross dengan Ratna yang inbreeding ayam pelung mencapai 0,6.
menghasilkan tiga anakan dan semuanya
rengket. Persilangan antara Roma dan F
menghasilkan satu betina normal dan satu SARAN
jantan rengket. Persilangan Raja dan Si Manis
menghasilkan tujuh turunan dan lima di Untuk menghasilkan ayam pelung dengan
antaranya rengket. kualitas suara bagus harus memperhatikan
Hasil analisis menggunakan metode chi– faktor genetik, namun demikian tetap tidak
square test dengan anggapan rengket boleh menghiraukan nilai ambang koefisien
diturunkan secara autosomal resesif inbreeding yang aman.
menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Hal
tersebut karena adanya keterbatasan
keterangan sampel yang diperoleh. Uji chi– UCAPAN TERIMA KASIH
square test dengan Eu (uninformative study)
sampel dianggap normal dan Eu diabaikan Penelitian ini didukung oleh dana penelitian
menunjukkan rengket diwariskan secara Hibah Teknologi Tepat Guna dan Penelitian
autosomal resesif (Tabel 2). Apabila Eu dianggap Unggulan dari LPPM UGM, 2013 (020/ST/KP4/
rengket, menunjukkan rengket tidak diwariskan DIPA/UGM/2013), serta Hibah Pengembangan
secara autosomal resessif, melainkan autosomal Jaringan ABCG (Academic, Bussines, Commu-
dominan (Tabel 3). Namun demikian, pedigree nity, Government) untuk Pemanfaatan Hasil
yang dihasilkan tidak menunjukkan penurunan Penelitian Teknologi Tepat Guna Gama
rengket diwariskan secara vertikal, yang Pertanian Tropika Terpadu (Agro Produksi dan
merupakan ciri pewarisan secara autosomal Lingkungan, Agribisnis, Agroindustri, Agro-
dominan (Gambar 2), sehingga dapat diduga Teknologi, Agro-Industri, Agro-Wisata) di
bahwa rengket diturunkan secara autosomal Laboratorium Lapangan KP4 UGM dan
resesif. Mangunan No: : 031/ST/KP4/DIPA/UGM/2013.
Vogelaar (2015) menyatakan bahwa rengket Terimakasih juga disampaikan kepada
dapat diakibatkan oleh beberapa hal di Himpunan Pecinta Ayam Pelung Indonesia
antaranya, suhu inkubator yang tidak tepat, (HIPPAPI) atas kerjasama dan fasilitas yang
suhu pengeraman yang tidak tepat, kekurangan diberikan.
asupan vitamin, atau faktor genetik.
Bedasarkan wawancara dengan beberapa
peternak, kandang ayam dengan lantai kawat DAFTAR PUSTAKA
lebih rentan mengakibatkan rengket.
Persilangan antar ayam pelung dengan Akhtar P, Khan MS, Mohiuddin G, Abdullah
kualitas bagus dipercaya mampu menghasilkan M. 2000. Effect of Inbreeding on different
ayam pelung dengan kualitas suara bagus performance Traits Hissardale Sheep in
(juara). Namun demikian, tanpa disadari Pakistan. Pakistan Vet J 20(4): 169-172.
persilangan selalu bersifat inbreeding, hal ini
Bennet RB, French KS, Resta RG, Doyle DL.
yang menjadi tinjauan serius apabila dikaitkan
2008. Standardized Human Pedigree
dengan kualitas genetik. Dengan demikian,
Nomenclature: Update and Assessment of
persilangan antar ayam pelung dengan kualitas
the Recommendations of the National
bagus harus dilakukan untuk menghasilkan
Society of Genetic Counselors. J Genet
keturunan yang bagus (Rusdin, 2007), namun
Counsel 17: 424-433.
faktor inbreeding depression harus tetap
diperhatikan guna menggurangi risiko Burgos S, Bohorquez DV, Burgos SA. 2006.
autozigositas (Lynch, 1991). Vitamin Deficiency-Induced Neurological
Diseases of Poultry. Intll J of Poult Sci 5
(9): 804-807.
SIMPULAN
Diwyanto K, Prijono SN. 2007. Keaneka-
ragaman Sumber Daya Hayati Ayam Lokal
Berdasarkan analisis pedigree dan uji chi-
Indonesia: Manfaat dan Potensi. Jakarta:
square test goodness, pola pewarisan kelainan
LIPI Press.
224
Budi Setiadi Daryono, et al Jurnal Veteriner

Frankham R, Ballou JD, Briscoe DA. 2002. Oviedo-Randon EO, Wineland MJ. 2009. Effects
Introduction to Coenservation Genetic. of breeder nutrition and management, and
Cambridge: Cambridge University Press. incubation on broiler leg health, Area:
Chicken Breeder and Broiler Production,
Iskandar S, Susanti T. 2007. Karakter dan
World´s Poultry Congress XXIV, 5-9 August
Manfaat Ayam Pelung di Indonesia.
– 2012: 1-10.
Wartazoa 17(3): 128-136.
Rusdin M. 2007. Analisis Fenotip, Genotip dan
Jarmani SN, Nataamijaya AG. 1996. Karak-
Suara Ayam Pelung di Kabupaten Cianjur.
teristik Suara Ayam Pelung. Pros. Seminar
(Tesis). Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Nasional Peternakan dan Veteriner.
Cisarua, Bogor, 7–8 Nopember 1995. Bogor. Sabiha. 2009. Leg Weakness/Disorder in
Puslitbang Peternakan. Hlm. 819-823. Poultry. Aviatech: Technical Bulletin. 1-8.
Jatmiko. 2001. Studi Fenotipe Ayam Pelung Sidodalog SHP, 2011. Pemuliaan sebagai Sarana
untuk Seleksi Tipe Ayam Penyanyi. (Tesis). Pelestarian dan Pengembangan Ayam
Bogor. Institut Pertanian Bogor. Lokal. Pidato Pengukuhan Guru Besar, 3
Maret 2011. Yogyakarta. Fakultas
Lynch M. 1991. The Genetic Interpretation of
Peternakan, UGM.
Inbreeding Depression and Outbreeding
Depression. Evolution 45(3): 622-629 Solomon EP, Berg LR. Martin DW. 2008.
Biology. 8th Ed. Thompson Brooks/Cole,
Masse PG, Rimnac CM, Yamauchi M, Coburn
USA.
SP, Rucker RB, Howell DS, Boskey AL.
1996. Pyridoxine Deficiency Affects Sousa AO, de Oliveira SM, Bernardes AT. 2000.
Biomechanical Properties of Chick Tibial Simulating inbreeding depression through
Bone. Bone 18(6): 567-574. the mutation accumulation theory. Physica
278: 563-570.
Nataamijaya AG. 2005. Karakteristik Penam-
pilan Pola Warna Bulu, Kulit, Sisik Kaki, Szwaczkowski T, Cywa-Benko K, & Wê¿yk S.
dan Paruh Ayam Pelung di Garut dan Ayam 2003. A note on inbreeding effect on
Sentul di Ciamis. Buletin Plasma Nutfah productive and reproductive traits in laying
11(1): 1-5. hens. Animal Science Papers and Reports
21(2): 121-129.
Nataamijaya AG. 2010. Pengembangan Potensi
Ayam Lokal untuk Menunjang Peningkatan Vogelaar E. 2015. Curled toes. Online-megazine.
Kesejahteraan Petani. Jurnal Litbang www. Eviculture-Europe.nl.
Pertanian 29(4): 131-138.

225

Anda mungkin juga menyukai