Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Telur puyuh adalah produk utama yang dihasilkan oleh ternak puyuh

dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun orang

dewasa serta harga relatif murah. Direktorat Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan (2019) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung puyuh

per kapita per minggu dari tiga tahun terakhir menunjukkan peningkatan,

berturut-turut pada 2017; 2018; dan 2019 adalah sebesar 0,040 kg; 0,043 kg

dan 0,052 kg. Permintaan yang semakin meningkat karena masyarakat

menyadari keunggulan dan nilai gizinya telur puyuh tidak kalah dari telur

ayam atau telur bebek. Lukito dkk. (2017) menyatakan bahwa telur puyuh

merupakan sumber protein dan lemak terbaik. Setiap 100 g telur puyuh

mengandung 15,00 g protein dan 10,20 g lemak. Nilai nutrisi tersebut tidak

terlalu berbeda degan telur ayam dan itik, dengan kandungan protein dan

lemaknya berturut-turut adalah 12,8 g dan 11,5 g untuk telur ayam, 13,1 g dan

14,3 g untuk telur itik.

Pemeliharan burung puyuh dapat menggunakan modal yang relatif kecil

dibanding unggas lainnya, disamping itu ternak dapat berproduksi, dan tidak

sulit untuk menyediakan lahan. Ternak burung puyuh juga mempunyai sifat

dan kemampuan untuk menghasilkan daging dan telur yang relatif cepat,

memiliki gizi yang tinggi, digemari serta dapat dijangkau oleh masyarakat.

Biaya terbesar pada peternakan burung puyuh adalah pembiayaan pakan atau
2

ransum yaitu sekitar 60-80%. Oleh karena itu salah satu alternatifnya ialah

dengan memanfaatkan limbah pertanian dan peternakan yang selama ini

diabaikan. Limbah peternakan antara lain adalah, bulu, darah, tulang, kulit,

dan cangkang telur.

Cangkang telur merupakan salah satu limbah peternakan yang menjadi

masalah bagi industri pengolahan bahan pangan yang berbahan baku telur.

Tidak ada data yang memuat angka pasti jumlah cangkang telur yang

dihasilkan per tahun di Indonesia, akan tetapi jika dilihat dari industri

pengolahan pangan yang berbahan baku telur maka dapat dipastikan jumlah

limbah cangkang telur juga akan cukup besar. Cangkang telur dapat diberikan

sebagai bahan pakan ternak karena dalam cangkang telur masih banyak

terdapat zat-zat, serta mineral yang sangat diperlukan oleh tubuh ungags.

Kualitas internal telur adalah istilah umum yang mengacu pada beberapa

standar yang menentukan baik kualitas internal maupun eksternal. Kualitas

eksternal difokuskan pada kebersihan kerabang, bentuk, warna kerabang,

tekstur permukaan, dan keutuhan telur. Kualitas internal mengacu pada

kondisi putih telur dan kondisi kuning telur. Penurunan kualitas internal

diketahui dengan memecah telur untuk memeriksa kondisi kuning telur,

kekentalan putih telur, warna kuning telur, posisi kuning telur.

Dari penjelasan diatas peneliti ingin mencoba mencampurkan cangkang

telur ke dalam ransum komplit burung puyuh dan melihat pengaruhnya

tehadap kualitas telur puyuh.


3

1.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian tepung cangkang telur ayam ras terhadap

kualitas telur burung puyuh yaitu Indeks putih dan kuning telur, haugh unit

dan warna kuning telur.

1.3 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu

a. Sebagai bahan informasi bagi peneliti tentang penggunaan tepung

cangkang telur ayam ras dalam ransum burung puyuh.

b. Sebagai bahan informasi bagi peternak ilmu tentang pengaruh pemberian

tepung cangkang ayam ras dalam ransum burung puyuh.

c. Sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir sarjana di jurusan

Peternakan Fakultas peternakan Universitas Muhammadiyah Bengkulu.

1.4 Hipotesis

Pemberian tepung cangkang telur ayam ras dalam ransum burung puyuh

memberikan pengaruh positif terhadap kualitas telur burung puyuh.


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Burung Puyuh

Burung puyuh merupakan sebangsa burung liar. Di Indonesia khususnya

di Jawa burung puyuh disebut “gemak”. Burung puyuh merupakan salah satu

jenis burung yang tidak dapat terbang, memiliki ukuran tubuh yang relatif

kecil, memiliki kaki yang pendek, dapat diadu dan bersifat kanibal. Awalnya

burung puyuh merupakan burung liar. Tahun 1870, di Amerika Serikat burung

puyuh mulai diternakkan. Setelah masa itu, burung puyuh terus berkembang

dan menyebar keseluruh dunia. Di Indonesia burung puyuh mulai di kenal dan

di ternakkan pada akhir tahun 1979 (Agromedia, 2014).

Klasifikasi burung puyuh menurut Agromedia (2014) sebagai berikut :

Kelas : Aves (bangsa burung)

Ordo : Galiformes

Sub Ordo : Phasianoidae

Famili : Phasianidae

Sub Famili : Phasianidae

Genus : Cortunix

Species : Cortunix - cortunix japonica

Ciri burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) adalah bentuk badannya

relatif lebih besar dari jenis burung - burung puyuh lainnya. Panjang badannya

19 cm, badannya bulat, ekor pendek, dan kuat, jari kaki empat buah, warna
5

bulu coklat kehitaman, alis betina agak putih sedang panggul dan dada

bergaris (Nugroho dkk, 2012).

Ciri-ciri burung puyuh jantan dan puyuh betina berdasarkan tanda-tanda

tubuh bagian luar dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan burung puyuh jantan dan betina.


Hal yang diamati Jantan Betina
Kepala / muka Berwarna coklat Berwarna coklat terang dan
gelap dan rahang rahang bawah putih Terdapat
bawah gelap bercak hitam atau coklat

Bulu dada Kuning Terdapat bercak hitam atau


coklat

Dubur atau anus Terdapat benjolan Tidak terdapat benjolan


berwarna merah
diatas dubur dan jika
ditekan akan
mengeluarkan busa
berwarna putih
Suara Cekikik
Cekeker
Sumber : Sugiharto (2015)

Jenis burung puyuh yang biasa diternakkan berasal dari jenis Coturnix-

coturnix japonica. Produktifitas telur burung puyuh ini mencapai 250-300

butir per tahun dengan rata-rata 10 gram perbutir. Betinanya mulai bertelur

pada umur 35 hari. Burung puyuh sangat baik untuk diternakan karena dapat

menghasilkan lebih dari 4 generasi per tahun. Telurnya berwarna coklat tua,

biru dan putih dengan bintik–bintik hitam, coklat dan biru. Faktor makanan

mempunyai pengaruh yang cukup besar. Bila makanan yang diberikan tidak

baik kualitasnya atau jumlah yang diberikan tidak cukup, maka hampir dapat

dipastikan burung puyuh tidak akan bertelur banyak (Rasyaf, 2011).


6

Kandungan protein dan lemak telur burung puyuh cukup baik bila

dibandingkan dengan telur unggas lainnya. Kandungan proteinnya tinggi,

tetapi kadar lemaknya rendah sehingga sangat baik untuk kesehatan.

Table 2. Perbedaan susunan protein dan lemak dari berbagai telur unggas.
Jenis Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%) Abu (%)
Unggas
Ayam ras 12.7 11.3 0.9 1.0
Ayam buras 13.4 10.3 0.9 1.0
Itik 13.3 14.5 0.7 1.1
Angsa 13.9 13.3 1.5 1.1
Merpati 13.8 12.0 0.8 0.9
Kalkun 13.1 11.8 1.7 0.8
Puyuh 13.1 11.1 1.6 1.1

Sumber : Murtidjo (2016).

Anak burung puyuh yang baru menetas dari telur disebut DOQ (Day Old

Quail). Day old quail ini besarnya seukuran jari dengan berat 8-10 gram dan

berbulu jarum halus. Day old quail yang sehat berbulu kuning mengembang,

gerakan lincah, besarnya seragam dan aktif mencari makan atau minum.

Dalam dunia peternakan, periode pembesaran DOQ disebut dengan masa

stater-grower (stargro) hingga anak burung puyuh berumur 8 minggu

(Sugiharto, 2015).

2.1.1 Manajemen Pemberian Pakan

Manajemen pemberian pakan merupakan suatu upaya untuk memenuhi

kebutuhuan pakan ternak supaya tercukupi selama periode pemeliharaan.

Upaya dalam pemberian pakan dipengaruhi oleh ketepatan waktu dan

frekuensi pemberian untuk menjamin kebutuhan nutrien setiap harinya karena

saat cekaman panas ternak akan mengurangi konsumsi pakan dan

memperbanyak minum untuk melepaskan panasa dalam tubuh sehingga


7

penggunaan pakan kurang efisien yang menyebabkan produksi telur menurun.

Pemberian pakan yang tepat dapat meningkatkan penyerapan zat makanan

karena laju digesta lebih lambat serta daya cerna yang tertinggi didapatkan

pada jumlah konsumsi yang sedikit lebih rendah dari kebutuhan hidup pokok

(Handayani, 2014)

Pemberian pakan puyuh pada umur 8-16 minggu mencapai 1,78 kg atau

17,80 g/ekor/hari untuk puyuh periode layer. Puyuh diberi pakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi telur (Siregar dkk.

2012). Pemberian pakan dilakuakan pada frekuensi dan periode pemberian

yang tepat dan nyaman, sehingga puyuh mengkonsumsi pakan dengan baik

dan tidak banyak pakan yang terbuang (Sudaro dkk, 2007). Pemberian pakan

pada pagi hari kurang efektif karena pakan tidak digunakan untuk produksi

telur, tetapi untuk kebutuhan hidup pokok dan metabolisme tubuh (Sidadolog,

2011).

Kondisi temperatur lingkungan berpengaruh terhadap manajemen

pemberian pakan puyuh, selain itu dalam manajemen pemberian pakan juga

harus memperhatikan kandungan pakan. Puyuh membutuhkan pakan dengan

kandungan protein yang berbeda pada tiap periode. Pada periode starter

minimal kandungan protein kasar 24% dan energi termetabolis 2900 kkal/kg.

Pada periode grower minimal kandungan protein kasar 20% dan energi

termetabolis 2700 kkal/kg. Puyuh periode petelur membutuhkan kandungan

protein kasar 22% dan energi termetabolis 2900 kkal/kg (Triyanto, 2007).
8

2.1.2 Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh

Burung puyuh membutuhkan beberapa unsur nutrisi untuk kebutuhan

hidupnya. Unsur–unsur tersebut adalah protein, energi, vitamin, mineral, dan

air. Kekurangan unsur - unsur tersebut dapat mengakibatkan gangguan

kesehatan dan menurunkan produktifitas (Rasyaf, 2011)

Burung puyuh mempunyai 2 fase pemiliharaan yaitu fase pertumbuhan

dan fase produksi (bertelur). Fase pertumbuhan dibagi menjadi 2 fase yaitu

stater (0-3 minggu), grower (3-5 minggu) dan fase produksi (umur diatas 5

minggu). Anak burung puyuh yang baru berumur 0-3 minggu membutuhkan

protein 25% dan energi metabolisme 2900 kkal/kg. Pada umur 3-5 minggu

kadar protein dikurangi menjadi 20% dan energi metabolisnya 2600 kkal/kg.

Burung puyuh umur lebih dari 5 minggu kebutuhan energi dan protein sama

dengan kebutuhan energi dan protein umur 3-5 minggu (Listiyowati dkk,

2004).

Tabel 3. Kebutuhan zat - zat makanan dalam ransum burung puyuh


(Coturnix-cortunix japonica) untuk daerah tropis .
Zat-zat Makanan % Grower Umur Layer Umur 6
Jumlah /kg Makanan 0-5 Minggu minggu keatas
Energi metabolisme (kcal/kg) 2800 2600
Protein (%) 24 20
Lemak (%) 2.80 3.96
Serat kasar (%) 4.10 4.40
Lysine (%) 1.40 1.10
Methionin +cystine (%) 0.75 0.80
Glycine + Serine (%) 1.70 0.90
Vit A (IU/kg) 13000 6000
Vit D3 A(ICU/kg) 1800 1750
Vit E(ICU/kg) 40 40
Vit K1 atau aktivitas equivalent 1.0 1.0
(mg/kg) 4.0 4.0
Riboflavin (mg/kg) 3.0 4.0
Thiamin (mg/kg) 40.0 15.0
9

Asam Pantothenat (mg/kg) 3500 2000


Choline (mg/kg) 60 30
Niacine (mg/kg) 4.50 4.0
Pyridoxin (mg/kg) 0.2 0.15
Biotin (mg/kg) 1.0 1.0
Folacin (mg/kg) 0.003 0.003
Vit B12 (mg/kg) 1.0 1.0
Asam Linoleat (%) 0.80 3.75
Calsium (%) 0.75 1.00
Phosphor (%) 150 500
Magnesium (mg/kg) 120 80
Mangan (mg/kg) 0.28 1.00
Kalium (mg/kg) 40 60
Besi/Fe (mg/kg) 4 6
Tembaga/Cu (mg/kg) 0.3 0.3
Iodium (mg/kg) 0.15 0.15
Chlorine (mg/kg) 120 100
Zinc (mg/kg) 1.0 1.0
Selenium (mg/kg) 0.35 0.35
Natrium (mg/kg)
Sumber: NRC (National Recearch Council), Nutrient Requirement of Poultry, 2015

Ransum yang dapat diberikan untuk burung puyuh terdiri atas beberapa

bentuk, yaitu bentuk pelet, remah, dan tepung. Ransum terbaik adalah yang

bentuk tepung, sebab burung puyuh yang mempunyai sifat usil dan sering

mematuk, karenanya burung puyuh akan mempunyai kesibukan lain dengan

mematuk - matuk pakannya. Protein, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air

mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Kekurangan salah satu nutrisi

tersebut maka mengakibatkan kesehatan terganggu dan menurunnya

produktifitas (Listiyowati dan Roospitasari, 2004).


10

Tabel 4. Kebutuhan ransum burung puyuh diberikan menurut umur.


Umur Burung Puyuh Jumlah ransum yang diberikan(gram)
1 hari – 1 minggu 2
1 minggu – 2 minggu 4
2 minggu – 4 minngu 8
4 minggu – 5 minggu 13
5 minngu – 6 minggu 15
Diatas 6 minggu 17-19
Sumber : Listiyowati dan Roospitasari (2011)

Air dianggap sebagai salah satu zat makan yang sangat penting bagi

ternak unggas. Air digolongkan sebagai unsur anorganik yang merupakan zat

yang penting yang ada didalam tubuh. Fungsi air sebagai bahan dasar dalam

darah, sel dan cairan antar sel, sebagai alat untuk transport zat- zat makanan,

membantu kerja enzim dalam proses metabolisme, pengatur suhu tubuh,

membantu keseimbangan dalam tubuh (Rizal, 2006).

Mineral –mineral yang terutama Calsium dan Phosphor, berperan dalam

pembentukan tulang dan gigi serta dalam kontraksi otot. Apabila pakan induk

defisiensi akan mineral maka berdampak pada fertilitas dari telur yang

tetaskan hal ini juga berpengaruh pada pembentukan embrio (Frandson, 2005).

Calsium erat sekali dengan pembentukan tulang. Calsium juga sangat

penting dalam pengaturan sejumlah besar aktifitas sel yang vital, fungsi syaraf

dan otot, kerja hormon, pembekuan darah, motilitas seluler dan khusus pada

petelur berguna untuk pembentukan kerabang telur serta proses metabolisme

embrional. Pada telur infertil tidak terjadi peningkatan kadar kalsium selama

periode penetasan. Adanya peningkatan kadar Calsium pada telur fertil yang
11

dieramkan ini hanya mungkin diperoleh karena adanya transfer dari kerabang

telur melalui membran kerabang. ( Erawati dkk, 2006).

Phosphor berfungsi sebagai pembentuk tulang, persenyawaan organik

yaitu yang berfungsi dalam pembentukan senyawa organik dan sebagian besar

metabolisme energi. Sehingga Phosphor sebagai fosfat memegang peranan

penting dalam struktur dan fungsi semua sel hidup (Djulardi, 2006).

Clunies et.al.(1992) menjelaskan bahwa kekurangan Calsium

menyebabkan kemunduran produksi telur dan menurunnya tebal kerabang

telur. Burung puyuh pembibit akan menghasilkan telur dengan daya tetas yang

baik apabila diberikan 2,5% Calsium dan 0,8% Phosphor didalam ransumnya

(Khalil, 2006).

2.2 Kualitas Telur

Kualitas telur dalam pemasaran dapat diartikan sebagai kondisi dari

kerabang dan isi telur, penanganan dan penentuan kualitas, yang

keseluruhannya memerlukan pertimbangan seksama untuk memberikan

kepuasan terhadap konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi

bagian kerabang telur, bagian kuning telur dan putih telur anlara lain: Kondisi

kerabang telur Kerabang telur merupakan bagian terluar yang membungkus isi

telur dan berfungsi mengurangi kerusakan fisik maupun biologis, serta

dilengkapi dengan poripori kulit yang bergunauntuk pertukaran gas dan dalam

dan luar kulit telur tebal kerabang telur berkisar antara 0,33-0,35 mm.

Tipisnya kulit telur dipengaruhi beberapa faktor yakni : umurltype itik, zat-zat

makanan, peristiwa faal dari organ tubuh, stress dan komponen lapisan kulit
12

telur. Kulit yang tipis relatif berpori lebih banyak dan besar, sehingga

mempercepat turunnya kualitas telur akibat penguapan dan pembusukan lebih

cepat. (Sudaryani T, 2013)

Telur secara umum mengandung komponen utama yang terdiri atas air,

protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Perbedaan komposisi kimia

antara spesies terutama terletak pada jumlah dan proporsi zat-zat yang

dikandungnya yang dipengaruhi oleh keturunan, makanan dan lingkungan.

Membran vitelin adalah salah satu bagian dari kuning telur yang amat penting

selama proses pengasinan karena mendorong air keluar dari kuning telur dan

mencegah air masuk, mendorong NaCl masuk kedalam kuning telur dan

mencegah NaCl keluar.

Gambar 1. Struktur Telur Puyuh

Kuning telur atau sering disebut yolk merupakan bagian yang dibentuk

dari folikel dalam ovarium. Proses pembentukan ovum dinamakan vitelogeni

(vitelogenesis), yang merupakan sintesis asam lemak di hati yang dikontrol

oleh hormon estrogen, kemudian oleh darah diakumulasikan di ovarium

sebagai folikel atau ovum yang dinamakan yolk (kuning telur) (Efandi dkk,
13

2011). Dilihat dari struktur susunan telur dapat diketahui bahwa kuning telur

berada ditengah-tengah telur (inti dari telur). proses pembentukan sebutir

telur, proses awalnya adalah pematangan folikel (ovulasi) yang ada didalam

ovarium. Setelah ovulasi kuning telur akan terbentuk. Kuning telur sendiri

seperti yang telah disebutkan tadi di bentuk oleh folikel yang ada di ovarium,

Setelah siap (matang) kuning telur akan jatuh, dan ditangkap oleh

infundibulum untuk memulai tahap selanjutnya. Di infundibulum akan

disekresikan protein yg membungkus membrane vitelin. Selanjutnya menuju

ke Magnum, pada bagian ini dihasilkan putih telur. Dari Magnum akan

menuju ke Isthmus, bagian ini mensekresikan membrane atau selaput telur.

Selanjutnya akan dibentuk kerabang telur, pembentukan kerabang berlangsung

di Uterus. Telur yang telah lengkapp dengan kerabang akan menuju ke

Vagina, pada vagina dihasilkan lapisan kutikula, Kutikula merupakan selaput

tipis yang membungkus kerabang telur. Tahap akhir, telur yang telah utuh

akan menuju ke kloaka, dan siap untuk dikeluarkan. (Efandi dkk, 2011)

2.2.1 Indeks Putih Telur

Indeks putih telur merupakan perbandingan tinggi albumen kental

dengan diameter putih telur kental. Menurut SNI (2008) telur yang masih baru

nilai indeks putih telur berkisar antara 0,050-0,175 dengan angka normal antar

0,090-0,120. Saleh et al, (2012) menyatakan bahwa telur yang baru memiliki

nilai indeks putih telur bervariasi antara 0,050-0,174 walaupun secara normal

kisarannya 0,090-0,120. Menurut Rahmawati et al, (2014) proses penguapan

air dan CO2 dipengaruhi oleh faktor yang berbeda.Penguapan air disebabkan
14

adanya perbedaan konsentrasi uap air pada telur itik dan udara. Telur itik

mengandung uap air lebih tinggi dibandingkan uap air di udara. Proses

penguapan CO2 melalui pori-pori kulit dari albumen menyebabkan perubahan

fisik dan kimia, sehingga albumen menjadi berair (encer). Semakin rendah

ketinggian putih telur menunjukan bahwa kualitas telur semakin menurun

Menurut Buckle et al, (2009) menyatakan telur segar mempunyai nilai indeks

putih telur (IPT) antara 0,05-0,147 dan pada umumnya 0,09-0,12. Perubahan

IPT dipengaruhi oleh suhu penyimpanan. Penyimpanan telur pada suhu rendah

mempunyai nilai IPT yang lebih lambat dibandingkan penyimpanan pada suhu

tinggi. Telur yang disimpan pada suhu -1°C selama 6 bulan mempunyai

indeks putih telur hampir sama dengan telur segar. Sedangkan yang disimpan

pada suhu 32°C, Indeks putih telurnya berkurang 40% dalam waktu 20 jam.

2.2.2 Indek Kuning Telur

Indeks kuning telur merupakan ukuran derajat yang menunjukan

kualitas kuning telur. Indeks kuning telur merupakan salah satu indikator yang

digunakan untuk menentukan kualitas fisik telur (Sudarayani, 2013). Indeks

kuning telur didapat dari perbandingan antara lebar telur dengan panjang telur

yang diukur menggunakan jangka sorong yang dinyatakan dalam persen. Nilai

atau kualitas kuning telur dapat diketahui dengan mengukur perbandingan

antara tinggi kuning telur dengan rata-rata diameter kuning telur (Yuwanta,

2010). Hasil penelitian Kusumawati dkk (2012), menyatakan bahwa kualitas

kuning telur diperoleh dengan mengukur tinggi kuning telur menggunakan

depth micrometer dan jangka sorong untuk mengukur diameter kuning telur.
15

Indeks kuning telur memiliki nilai yang bervariasi antara 0,30 – 0,50

(Romanoff dan Romanoff, 1963). Nilai indeks kuning telur dipengaruhi oleh

ikatan kimia dari membran vitellin. Kuning telur dibungkus oleh membran

vittelin yang membuat kuning telur kenyal dan elastis sehingga mempengaruhi

indeks kuning telur (Kusumawati dkk., 2012). Indeks kuning telur juga

dipengaruhi temperatur lingkungan pada proses pembentukan kuning telur.

Temperatur lingkungan yang tinggi mempengaruhi aktivitas hormonal dalam

pembentukan kuning telur (Listiyowati dan Roospitasri, 2005). Hasil

penelitian Gunawan dan Sihombing (2004), menyatakan kuning telur yang

baik dihasilkan pada kondisi temperatur lingkungan thermonetral zone bagi

ternak.

Indeks kuning telur dipengaruhi oleh beberapa factor lainnya antara lain

waktu pengukuran, dan ukuran telur. Hasil pengamatan yang dilakukan pada

waktu pengukuran yang sama maka akan menghasilkan indeks kuning telur

yang memiliki nilai relatif sama (Kusumawati dkk, 2012).

2.2.3 Warna Kuning Telur

Kuning telur segar mengandung sekitar 48,5% bahan kering yang

terdiridari 32% protein dan 64% lemak. Yuwanta (2010) menyatakan bahwa

pengukuran nilai warna kuning telur dilakukan dengn menggunakan ineks kuning

telur, yaitu pebandingan antara tinggi dan diameter kuning telur. Pengukuran

secara laboratorium telur diukur dari sampel telur dengan menggunakan kipas

rocha pada tempat terang oleh orang yang tidak buta warna. Saleh et al. (2012)

menambahkan bahwa pengukuran warna kuning telur yaitu“ roche yolk fan”

yang memiliki 15 seri warna dari kuning telur. Pengukuan uji warna kuning telur
16

yaitu : 1) telur diambil seperlunya untuk setiap kombinasi perlakuan; 2) telur

dipecahkan di atas bidang datar dan licin (kaca); 3) warna kuning telur diamati

dengan membandingkan yolk colour fan telur dengan melihat warna kuning dan

posisi kuning telur, warna kuning telur dicocok kan dengan alat uji warna kuning

telur (yolk colour fan) yang sudah tertera angkanya dari 1-15, dimana telur yang

baik warna kuning antara 9-12. (Sastrawan et al. 2013)

2.2.4 Haugh Unit

Menurut Yumna dkk. (2012) nilai haugh unit merupakan nilai yang

mencerminkan keadaan albumen telur yang berguna untuk menentukan

kualitas telur. Benyamin dkk. (1960) menyatakan bahwa nilai haugh unit telur

yang tinggi menandakan telur masih berkualitas tinggi karena kondisi putih

telur kental masih tinggi, namun sebaliknya, jika nilai haugh unit telur mulai

turun maka kualitas telur pun juga mulai menurun. Muchtadi dan Sugiyono

(1992) juga menyatakan bahwa albumen yang masih baik atau belum

mengalami kerusakan dapat dilihat dengan memecah telur tersebut dan

kemudian diukur tinggi putih telur setelah dituang pada wadah yang datar,

selanjutnya dihitung haugh unit telur dengan menggunakan alat mikrometer.

Sudaryani (2013) menambahkan bahwa haugh unit merupakan satuan yang

digunakan untuk mengetahui kesegaran isi telur dengan cara memecahkan

telur dan dilakukan pengukuran putih telur, besarnya haugh unit dapat

ditentukan dengan menggunakan tabel konversi, semakin tinggi nilai haugh

unit suatu telur menunjukkan bahwa kualitas telur tersebut baik.

Menurut SNI (01-3926-2006) kesegaran telur dibedakan atas: a) Mutu

I, memiliki haugh unit ≥72, b) Mutu II, memiliki nilai haugh unit 62-72 dan c)
17

Mutu III, memiliki nilai haugh unit ≤60. Mountney (1976) juga menyatakan

bahwa nilai haugh unit lebih dari 72 dikategorikan sebagai telur kualitas AA,

nilai haugh Unit 60-72 sebagai telur berkualitas A, nilai haugh unit 31-60

sebagai telur berkualitas B dan nilai haugh unit kurang dari 31 dikategorikan

sebagai telur kualitas C.

Menurut Bell dan Weaver (2002) telur yang disimpan terlalu lama dapat

menurunkan nilai haugh unit. Mukhlisah (2014) menyatakan bahwa semakin

lama telur disimpan maka haugh unit akan semakin menurun karena terjadi

pengenceran putih telur yang diakbatkan penguapan gas CO2 dan juga

mempercepat pemecahan ovumicin. Jazil dkk. (2012) juga menyatakan bahwa

semakin lama penyimpanan nilai haugh unit akan semakin menurun, hal ini

terjadi akibat adanya penguapan air dan gas seperti CO 2 yang menyebabkan

putih telur kental semakin encer. Melia dkk. (2009) juga melaporkan bahwa

penurunan nilai haugh unit terkait dengan pecahnya serat glikoprotein

ovomucin. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckle et al. (1985) bahwa hal

yang menyebabkan terjadinya penurunan jumlah putih telur tebal karena serat

glikoprotein ovomucin pecah.

2.3 Cangkang Telur Ayam Ras

Cangkang telur ayam mengandung 1,6% air dan 98,4 bagian padat.

Bagian padat ini terdiri 3,3% protein, 0,03% lemak, dan 95,1% mineral.

Jumlah mineral didalam Cangkang telur beratnya 2,25 gram yang terdiri dari

2,21 gram Calsium, 0,02 gram magnesium, 0,02 gram Phosphor serta sedikit

besi dan sulfur (Romanoff and Romanoff, 1963).


18

Cangkang telur ayam yang membungkus telur tersebut beratnya 9-12%

dari berat telur total, dan mengandung 94% Calsium Karbonat, 1% Kalium

Phosphat, 1% Magnesium Karbonat dan 4% bahan organik (Benjamin et al.,

1960; Mountey, 1966; Stadelman and Cotteril, 1972).

Tabel 5.Bahan yang terkandung dalam cangkang telur ayam ras komersil
Bahan- bahan yang terkandung Jumlah (%)
Bahan Kering (BK) 98.77
Abu 57.06
Protein Kasar (PK) 5.60
Serat Kasar (SK) 8.47
Lemak 1.18
Calsium (Ca) 19.20
Phosphor (P) 0.39
Tembaga (Cu) Td
Crom (Cr) Td
Timbal (Pb) Td
Magnesium (Mg) 2.501
Zinc (Zn) 0.001
Natrium (Na) 0.084
Besi (Fe) 0.037
Kalium (K) 0.047
Beta-N 26.46
Aspartat 0.44
Threonin 0.21
Histidin 0.15
Arginin 0.34
Lysin 0.14
Leusin 0.25
Valin 0.29
Tyrosin 0.11
Alanin 0.20
Glisin 0.31
Serin 0.26
Gultamat 0.61
Sumber : Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak IPB (2008)

Menurut Umar (2000), cangkang telur mengandung hampir 95.1%

terdiri atas garam-garam organik, 3.3% bahan organik (terutama Protein ), dan

1.6% air. Sebagian besar bahan organik terdiri atas persenyawaan Calsium
19

Karbonat (CaCO3) sekitar 98.5% dan Magnesium Karbonat (MgCO3) sekitar

0.85% (Stadelman and Owen, 2000).

Mineral yang banyak terdapat dalam cangkang telur ayam adalah

Calsium. Defisiensi Calsium dapat menyebabkan kerabang telur tipis dan

produksi telur akan menurun (Anggorodi,2001).

2.4 Pengaruh Tepung Cakang Telur Ayam Ras Terhadap Kualitas Telur

Hasil penelitian (Putri, 2009) Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam

Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas, dan Mortalitas Burung

Puyuh (Cortunix-cortunix japonica). Dari hasil penelitian menunjukan bahwa

pemberian tepung cangkang telur memberikan hasil nyata yang dapat

meningkatkan fertilitas namun tidak pada daya tetas dan mortalitas burung

puyuh (Cortunix-cortunix japonica). Begitu juga dari hasil penelitian Herman

Sitepu (2008) Menyampaikan pemberian tepung cangkang telur ayam ras

dalam ransum burung puyuh sampai level 6% menaikkan produksi telur

burung puyuh. Konversi yang terbaik pada P3 sebesar 4,48% dengan

menggunakan tepung cangkang telur ayam ras sebesar 6% dalam ransum

burung puyuh. Pemanfaatan 4% dan 6% tepung cangkang telur ayam ras

dalam ransum menghasilkan berat telur yang relatif sama. Kemudian Jaso

Parson, (2008). Dari hasil penelitian yang diperoleh berpengaruh tidak nyatan

dengan pertambahan bobot badan, konversi ransum, dan tepung cangkang

telur ayam ras dapat diberikan sampai level 6% sebagai pakan alternatif.
20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September 2020.

Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Kasih Ibu Kalan Kp. Bali Bengkulu

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

3.2.1 Alat

 Kandang 20 plot ukuran panjang x lebar x tinggi, 60 x 40 x20

cm/unit setiap plot diisi dengan 4 ekor yang terdiri dari 3 ekor

betina dan 1 ekor pejantan

 Tempat pakan dan minum

 Lampu sebagai penerang

 Timbangan salter kapasitas 5 kg untuk menimbang ransum;

timbangan ohaus kapasitas 1 kg untuk menimbang puyuh; dan

timbangan elektrik

 Thermometer ( o C)

 Alat- alat pembersih kandang

 Hands spayer

 Kardus

 Alat tulis, buku tulis, dan kalkulator

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu


21

 burung puyuh berumur 6 minggu sebanyak 80 ekor (60 ekor betina

dan 20 ekor pejantan) yang telah diberi perlakuan,

 Telur burung puyuh 200 butir, setiap plot 10 butir

 Air,

 Tepung Cangkang telur

 Vaksin New Castel Disease (NCD),

 Vitamin seperti Vitachik dan PuyuhVit,

 Desinfektan seperti rodalon,

 Kalium bermanganat dan formalin sebagai bahan fumigasi,

 Ransum burung puyuh yang disusun menurut perlakuan.

3.2.3 Pembuatan Tepung Cangkang Telur

Tepung cangkang telur di peroleh dari perusahaan pembuatan kue

Bakery Tebeng Kota Bengkulu kemudian cangkang telur dibersihkan dan di

rebus selama 30 menit kemudian cangkan telur yang sudah direbus di tiriskan

dan langsung di jemur. Setelah di jemur cangkang telur di tumbuk hingga

halus (lolos ayakan 80 mesh).

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Sebelum burung puyuh datang, terlebih dahulu kandang disanitasi,

yakni pembersihan kandang. Selanjutnya, kandang didesinfeksi dengan

menggunakan desinfektan dengan cara disemprotkan ke seluruh bagian

kandang hingga merata.

Peralatan kandang yang dipersiapkan seperti tempat ransum dan tempat

air minum. Penerangan dan pemanas kandang digunakan lampu pijar yang
22

ditempatkan pada satu unit kandang. Penentuan letak satu unit kandang

dilakukan secara acak dan untuk memudahkan pencatatan pada masing-

masing unit kandang yang diberikan tanda sesuai dengan sperlakuan yang

diberikan. Kandang dilakukan secara acak untuk memudahkan pencatatan

masing-masing unit kandang yang diberikan tanda sesuai dengan perlakukan

yang di berikan.

3.1.1 Pemberian pakan dan Minum

Pemberian pakan dan minum kepada ayam dilakukan dengan cara

pemberian secara berulang, dimana kebutuhan pakan ayam petelur untuk

ayam petelur diberikan berdasarkan pada periode umur pemeliharaan yang

mengacu pada standar pemberian ransum ayam petelur, jika ransum habis

ditambah dan ditimbang. Pemberian air minum diberikan 2 kali sehari.

3.1.2 Pemberian Vaksinasi

Pemberian vaksin New Castel Disease (NCD) dilakukan pada umur 2

minggu. Vaksinasi diberikan melalui aplikasi suntik daging (Intramuscular).

3.1.3 Pemberian Tepung cangkang telur

Pemberian tepung cangkang telur dimulai pada umur 2 Minggu hari,

pemberian dilakukan dengan cara mencampurkan dengan ransum pemberian

tepung cangkang telur sebanyak 0% 1%, 2%, 3%, 4%

3.1.4 Pengambilan Data Penelitian

Pengambilan data dilakukan secara acak, telur burung puyuh ditimbang

sebanyak 200 untuk diambil rata-ratanya. Setelah diambil rata-ratanya telur


23

puyuh dimasukkan kedalam kardus kecil yang telah disediakan. Untuk

penelitian internal telur akan di pecahkan dan di ukur dengan alat ukur.

3.4 Rancangan Penelitian

Adapun rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

(RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan Perlakuan yang diteliti :

P0: Ransum tanpa tepung cangkang telur %

P1: Ransum dengan tepung cangkang telur 1 %

P2: Ransum dengan tepung cangkang telur 2 %

P3: Ransum dengan tepung cangkang telur 3 %

P4: Ransum dengan tepung cangkang telur 4 %

Tabel 1. Denah pemeliharaan yang akan dilaksanakan sebagai berikut:


Ulangan
Perlakuan
1 2 3 4

1 B2 A4 D2 C3

2 A1 B4 D2 C2

3 D4 C2 B3 A1

4 D3 A1 B1 C2

5 C2 B3 A1 D4
24

Tabel 2. Kandungan nutrisi bahan penyusun ransum penelitian


Protein Lemak Kasar Serat kasar
Bahan Pakan EM (Kkal/kg)
Kasar (%) (%) (%)
Jagung Kuning Giling* 8.20 0.75 2.24 3340
Dedak Padi Halus* 10.8 6.95 21.54 1900
Tepung Cangkang Telur
1.17 0.36 16 -
ayam ras **
Konsentrat*** 36 5.4 3.2 2900
Keterangan:

* : Bahan di analisa di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB


Bogor dan laboratoriym Butrisi Ternak Perah Intitut pertanian Bogor
(Rita, 2013)
** : Yuwanta (2010)
*** : Jafpacomefeed (2018)

Table 3. Susunan ransum dan kandungan nutrisi pakan masing-masing perlakuan


Perlakuan
Bahan Pakan
A(%) B(%) C(%) D(%) E(%)
Kosentrat Petelur 50 49 48 47 46
Jagung kuning giling 34 34 34 34 34
Dedak 15 15 15 15 15
Tepung Cangkang
0 1 2 3 4
Telur ayam ras
Mineral Mix 1 1 1 1 1
Total 100 100 100 100 100
Protein Kasar (%) 22.39 22.04 21.70 21.36 21.01
EM (Kkal/kg) 2866.86 2837.86 2808.86 2449.86 2750.86
Lemak Kasar (%) 2.90 2.87 2.84 2.81 2.79
Serat Kasar (%) 6.69 6.80 6.90 7.01 7.12
Kalsium (%) 0.96 0.94 0.93 0.92 2.43

Model matematis rancangan menurut Steel and Torrie (2010) adalah :

Keterangan :

Yij = µ + τi + εij

Dimana :

Yij = Nilai pengamatan dari hasil perlakuan ke- i ulangan ke- j

µ = Nilai tengah umum (population mean)


25

τi = Pengaruh taraf perlakuan ke- i

εij = Pengaruh galat perlakuan ke- i ulangan ke- j

Tabel 3.1 Analisis Sidik Ragam

Keterangan :
t : perlakuan

r : ulangan

Jkp : Jumlah kuadrat Perlakuan

JKG : Jumlah Kuadrat Galat

JKT : Jumlah Kuadrat Total

KTP : Kuadrat Tengah Perlakuan

KTG : Kuadrat Tengah Galat

3.5 Parameter yang diamati

3.5.1 Indeks Putih dan Kuning Telur

Indeks putih dihitung dengan perbandingan tinggi putih telur yang di

ukur dengan menggunakan penggaris dan diameter putih telur dengan

menggunakan caliper. Kemudian Indeks kuning telur dihitung dengan

perbandingan tinggi kuning telur yang di ukur dengan menggunakan

penggaris dan diameter kuning telur dengan menggunakan caliper. Badan

standar nasional Indonesia (2012). Untuk mengetahui indek putih dan kuning

telur dengan menggunakan rumus berikut:


26

Tinggi PutihTelur
IPT =
Diameter PutihTelur

Tinggi Kuning Telur


IKT =
Diameter Kuning Telur

3.5.2 Haugh Unit (HU)

Telur ditimbang beratnya lalu dipecahkan secara hati-hati dan

diletakkan di tempat datar. Kemudian ketebalan putih telur (mm) diukur

dengan mikrometer. Bagian putih telur yang diukur dipilih di antara pinggir

kuning telur dan pinggir putih telur. (Yuwanta 2010).

Hitung haugh unit dengan rumus :

HU = 100 Log (H+7,57-1,7 W 0,73)

Keterangan :

HU = Haugh Unit

H = tinggi albumen telur (mm)

W = berat telur (g)

Untuk mengukur nilai Haugh Unit ini ada beberapa ketentuan sebagai

berikut :

a. Telur tidak boleh disimpan pada temperatur kurang dari 120C.

b. Pecahkan lah telur secara hati-hati, putih telur tidak boleh rusak.

c. Ukur lah segera tinggi albumen kental yaitu pada jarah 8 mm dari

perbatasan kuning telur, jangan menunda pengukuran apabila temperatur

lingkungan tinggi.

d. Pengukuran dengan menggunakan mikrometer berkaki tiga dengan

kepekaan 1/10 mm.


27

e. Lakukan pengukuran lebih dari satu kali terhadap tinggi albumen agar

hasilnya dapat dirata-ratakan

3.5.3 Warna Kuning Telur

Sebelum dipecahkan kerabang telur dibersihkan dan diberi label

(keterangan) terlebih dahulu lalu telur dipecahkan dengan hati-hati ke dalam

cawan petri besar. Warna kuning telur diukur dengan mencocokkan warna

kuning telur dengan Roche yolk colour fan (Yuwanta 2010).

Gambar 3 Roche yolk colour fan (sumber: www.dsm.com)

Anda mungkin juga menyukai