Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM :
“Pemberian Limbah Udang Yang Diolah Secara Fermentasi Terhadap
Kualitas Telur Burung Puyuh”

BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:
Muhammad Zainul Asror (NIM.23010115120067/Angkatan 2015)
Khatim Uswatun Ariska (NIM.23010115120075/Angkatan 2015)
Tito Octaviano (NIM.23010115120056/Angkatan 2015)

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permintaan akan produk protein hewani baik daging maupun telur terus
meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang
pentingnya gizi. Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica L.) merupakan
unggas dengan ukuran tubuh yang kecil serta sebagai salah satu sumber penghasil
daging dan telur yang mempunyai nilai gizi dan rasa yang lezat. Burung puyuh
memiliki keunikan, yaitu dewasa kelamin lebih awal, pertumbuhan cepat, interval
generasi dalam waktu singkat dan produksi telur yang relatif tinggi. Puyuh
mampu menghasilkan telur sekitar 250 – 300 butir/tahun. Zat yang terkandung di
dalam telur puyuh lebih baik dari pada susu sapi segar dalam jumlah kandungan
protein, kalori, lemak phospor, zat besi, vitamin A, vitamin B, dan vitamin B12.
Hasil produksi telur puyuh bisa mencapai hingga 80% dari jumlah ternak betina
produktif perharinya, namun hal tersebut dapat terjadi apabila manajemen
pemeliharaan dan pemberian pakan telah dilakukan dengan baik.
Limbah udang merupakan limbah industri pengolahan udang yang terdiri
dari kepala dan kulit udang. Proporsi kepala dan kulit udang diperkirakan antara
30 - 40% dari bobot udang segar. Faktor positif bagi limbah udang adalah karena
produk ini merupakan limbah, sehingga ketersediaannya cukup banyak.
Kelemahan limbah udang terletak pada kandungan asam amino yang rendah, serat
kasarnya tinggi dan adanya zat anti nutrisi berupa khitin yang tinggi, sehingga
perlu adanya perlakuan fermentasi dengan bakteri licherniformis terlebih dahulu.
Udang merupakan salah satu bahan makanan sumber protein hewani yang
bermutu tinggi dengan komposisi protein 53,74%, lemak 6,65%, Kitin 14,61%, air
17,28% dan abu 7,72%. Limbah udang yang berupa kulit, kepala dan ekor
mengandung senyawa kimia berupa kitin, kitosan, protein, kalsium karbamat,
lemak, air, abu dan lain-lain (Fachry dan Sartika, 2012). Pakan yang berkualitas
baik biasanya memiliki harga yang relatif mahal, adapun cara untuk menekan
biaya pakan dalam pemeliharaan burung puyuh dapat dilakukan dengan cara
membuat ransum sendiri dan memanfaatkan limbah. Salah satu limbah yang dapat
dijadikan untuk pakan burung puyuh adalah limbah cangkang atau kulit udang.

1.2. Perumusan Masalah


pemanfaatan limbah udang sebagai pakan bernutrisi baik dan bernilai ekonomis
dengan memanfaatkan limbah udang sebagai pakan ternak.Kandungan nutrisi
limbah udang yang tinggi diharapkan dapat berpengaruh terhadap kualitas telur
puyuh setelah diberikan
1.3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. meningkatkan kualitas telur
2. penggunaan Limbah udang sebagai pakan burung puyuh
3. memanfaatkan Limbah udang yang difermentasi sebagai pakan burung puyuh
1.4. Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. dihasilkannya pakan limbah udang yang dapat berpengaruh terhadap kualitas
telur puyuh
2. pemanfaatan limbah udang fermentasi sebagai pakan burung puyuh
3.dipublikasikannya hasil penelitian ini di forum regional, Nasional atau
internasional
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi
masyarakat secara umum : a) pemanfaatan limbah udang fermentasi menjadi
bahan pakan burung puyuh b) pemanfaatan limbah udang sebagai pakan bernutrisi
baik dan bernilai ekonomis dengan memanfaatkan limbah udang sebagai pakan
ternak.c) meningkatkan kualitas telur burung puyuh dengan pakan yang
ekonomis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


Burung Puyuh
Burung puyuh merupakan ternak yang memiliki produktivitas yang cepat
karena burung puyuh dapat bertelur 250-300 butir telur per tahun, dan burung
puyuh dapat mulai bertetelur ketika berumur sekitar 41 hari, oleh karena itu
burung puyuh perlu dikembangkan dan ditingkatkan produksinya (Dewansyah,
2010). Burung puyuh merupakan jenis ternak yang peka terhadap serangan
penyakit, biasa disebut Gemak, tidak dapat terbang, memiliki kaki yang pendek,
dan ukuran tubuhnya relatif kecil (Pangestuti, 2009). Klasifikasi burung puyuh
menurut Pappas (2002), yaitu termasuk dalam kingdom animalia, phylum
chrodata, subphylum vertebrata, class aves, ordo galiformers, subfamilinya
adalah phasianinae, genus coturnix, dan species cortunix cortunix japonica.
Burung puyuh sebenarnya sudah ada lama di dunia, namun baru diternakkan di
Indonesia pada tahun 1979 (Progressio, 2003). Menurut (Pangestuti, 2009),
burung puyuh jantan dewasa memiliki beberapa karakteristik yaitu bulu bagian
dada dan leher berwarna coklat, mulai dapat berkicau pada umur 5-6 minggu.
Karakteristik puyuh betina yaitu memiliki bulu yang sama dengan jantan namun
bagian kerongkongan dan dada bagian atas memiliki warna coklat yang lebih
terang dan terdapat totol-totol yang berwarna coklat tua, memiliki bentuk badan
lebih besar dibandingkan jantan, dan menghasilkan telur yang berwarna coklat tua,
biru, putih, dengan bintik-bintik hitam, coklat, maupun biru (Listiyowati dan
Roospitasari, 2005).

Telur puyuh
Burung puyuh betina jenis Coturnix-coturnix japonica bertelur pada umur
41 hari, lalu puncak produksi di umur 5 bulan dengan presentase bertelur
sebanyak 76%. Penurunan produksi telur terjadi pada umur 14 bulan produktivitas,
dan produktivitas bertelur berhenti setelah burung puyuh berumur 2,5 tahun atau
30 bulan (Asmawati et al., 2015). Burung puyuh mencapai dewasa kelamin rata -
rata pada umur enam minggu (42 hari), tetapi ditemukan juga yang lebih lama/tua
dari umur tersebut (Diwayanti, 2012). Telur puyuh merupakan makanan dengan
kandungan gizi cukup lengkap, meliputi karbohidrat, protein dan delapan macam
asam amino yang berguna bagi tubuh, terutama bagi anak - anak dalam masa
pertumbuhan. Telur ini digemari oleh semua kalangan umur karena bentuknya
yang kecil dan rasanya yang enak (Silva, 2008). Bobot telur tetas yang baik untuk
burung puyuh berkisar antara 9 - 10 gr (Mahi et al., 2012). Bentuk telur sangat
dipengaruhi oleh sifat genetik, bangsa, juga dapat disebabkan oleh proses-proses
yang tejadi selama pembentukan telur, terutama pada saat telur melalui magnum
dan isthmus (Elvira, 1994). Faktor yang mempengaruhi produksi telur burung
puyuh yaitu pakan, tata laksana, bibit, persaingan antar pejantan dalam mengawini
betina, dan konsumsi ternak., faktor ini merupakan hal yang penting terpenuhi
dalam proses pemeliharaan karena akan menentukan performa produksi yang
maksimal (Helinna dan Mulyantono, 2002).
Pembentukkan telur burung puyuh dimulai dengan terbentuknya kuning
telur di dalam ovarium. Bila calon kuning telur ini telah siap diovulasikan maka
akan mendekati garis halus yang disebut garis tipis stigma, yang akan pecah dan
kuning telur yang masak akan keluar dan ditangkap oleh infundibulum, dalam
infundibulum akan berdiam selama 1/4 jam dan bertemu dengan sel kelamin
jantan jika tersedia. Jika kuning telur akan masuk ke bagian magnum, maka
kuning telur yang telah diselaputi oleh putih telur kemudian akan melanjutkan
perjalanan ke istmus yang selanjutnya dilengkapi selaput telur. Perjalanan
dilanjutkan ke uterus dan telur berdiam selama 20 jam serta dibagian ini terbentuk
kerabang yang membungkus isi telur (Amin, 2011).

Limbah Udang
Udang merupakan jenis hewan air payau, badan beruas berjumlah 13 (5
ruas kepala dan 8 ruas dada) dan seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luar yang
disebut eksosketelon. Udang merupakan salah satu bahan makanan sumber protein
hewani yang bermutu tinggi dengan komposisi protein 53,74%, lemak 6,65%,
Kitin 14,61%, air 17,28% dan abu 7,72%. Limbah udang yang berupa kulit,
kepala dan ekor mengandung senyawa kimia berupa kitin, kitosan, protein,
kalsium karbamat, lemak, air, abu dan lain-lain (Fachry dan Sartika, 2012).
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 . Lokasi dan waktu
Limbah kulit udang didapatkan dari daerah terboyo, semarang. Penelitiana
akan dilakukan di kandang unggas fakultas peternakan UNDIP, Laboratorium
ilmu nutrisi dan teknologi ternak . penilitian ini akan lakukan selama 4 bulan
3.2. materi
Materi yang digunakan meliputi bibit burung puyuh petelur berumur 7
minggu sebanyak 50 ekor dan ransum pakan puyuh petelur sebanyak 450 kg.
Peralatan yang digunakan antara lain timbangan kapasitas 5 kg digunakan untuk
menimbang bahan pakan, 10 unit kandang untuk burung puyuh yang dilengkapi
dengan alat pakan serta minum dan thermohygometer. Bahan pakan yang
digunakan untuk menyususn ransum terdiri atas jagung kuning , bekatul, dedak,
bungkil kedelai, meat bone meal, premix, dan tepung limbah udang. Tepung
limbah udang difermentasi dengan bakteri lichernifornis selama 10-14 hari
diberikan dangan tingkatan 0 %, 2.5%, 5%, 7.5% dan 10% didalam ransum.
3.3. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan sehingga
ada 20 unit percobaan.. Model matematika yang digunakan dalam penelitian ini
menurut Steel dan Torrie (1995) adalah sebagai berikut :
Yij = µ + ∂i + Єij
Keterangan : Yij = hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = nilai rataan umum
∂i = pengaruh penambahan limbah tauge pada taraf ke-i
Єij = galat percobaaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

3.4 Prosedur penelitian

Tahap persiapan penelitian meliputi persiapan bahan pakan, persiapan


kandang dan peralatan yang akan digunakan. Bahan pakan yang digunakan berupa
tepung limbah udang yang diambil dari daerah terboyo, Semarang. Tepung limbah
udang yang telah diperoleh sebelum dilakukan fermentasi menggunakan bakteri
lichernifornis selama 10 – 14 hari dilakukan pembersihan dari benda-benda asing
yang menempel, pencucian dengan air mengalir, penirisan, penjemuran dengan
sinar matahari hingga limbah udang kering dan terakhir dilakukan penggilingan
dengan mixer. Alur proses pembuatan tepung limbah udang dapat dilihat pada
Ilustrasi 1. Analisis proksimat bahan pakan dan tepung limbah udang
dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan dan
Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. Persiapan selanjutnya adalah
persiapan kandang untuk pemeliharaan berupa pembuatan kandang; istirahat
kandang, fumigasi, pemasangan instalasi listrik dan persiapan peralatan tambahan;
pengadaan bahan pakan yang akan digunakan; formulasi ransum; dan pengadaan
burung puyuh siap bertelur (pullet).

Penirisan dan
Pengambilan
Fermentasi limbah pengeringan di bawah
dan pencucian
udang dengan bakteri sinar matahari untuk
limbah udang
lichernifornis selama memudahkan saat
diwilayah kota
10 – 14 hari akan dilakukan proses
Semarang
penggilingan.

Pencampuran
tepung limbah Penggilingan limbah
Penyimpanan tepung
udang dengan udang kering menjadi
limbah udang dalam
bahan pakan tepung limbah udang
toples plastik
penyusun ransum dengan mixer
Ilustrasi 1. Alur proses pembuatan tepung limbah udang

3.5 Pengubah yang Diamati

Pengamat yang diperhatikan adalahkualitas interior dan ekterior telut burung


puyuh. Pengamatan ini dapat dilakukan setelah burung puyuh yang telah bertelur
dan dibandingkan antara burung puyuh yang dijadikan kontrol dan burung puyuh
yang diberi perlakuan.
Bab 4 Biaya Dan Jadwal Kegiatan

4.1. Rancangan harga

Rancangan pengeluaran dana selama penelitian dapat dilihat pada tabel


dibawah ini:
no Pengeluaran unit jumlah Harga per Total
unit
1 Burung puyuh Ekor 50 10000 500.000
2 Sewa kandang Ruangan 10 200.000 2.000.000
3 Pakan burung Kg 450 8.000 3.600.000
puyuh
4 Penyewaan lab dan unit 1 600.000 600.000
peralatan
fermentasi limbah
udang
5 Perjalanan 450.000
6 Lain - lain 120.000
Total Anggaran Dana Penelitian 7.270.000

4.2 Jadwal Kegiatan

Bulan
Kegiatan Usaha
I II III IV
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Konsultasi pembimbing

Perizinan peminjaman
kandang
Perizinan penggunaan
laboratorium
Persiapan alat dan bahan

Fermentasi limbah udang

Pemiliharaan burung puyuh

Pengambilan data

Analisis kualitas telur secara


eksterior dan interior
Pengolahan dan interpestasi
data
Monev

Laporan Akhir
DAFTAR PUSTAKA

Amin, L. 2011. Pengaruh pemberian jinten (Cuminum cyminum) dalam pakan


terhadap produksi telur puyuh. J. Agrisains. Vol 2 (1). Hal 29 – 39.

Asmawati, P., E. Sudjarwo., dan A. A. Hamiyanti. 2015. Pengaruh penambahan


tepung limbah penetasan telur ayam pada pakan terhadap persentase
karkas dan pesentase giblet burung puyuh (Coturnix - coturnix japonica).
Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya, Malang.

Dewansyah, A. 2010. Efek Suplementasi Vitamin dalam Ransum terhadap


Produksi dan Kualitas Telur Burung Payah. Universitas Sebelas Maret,
Surakarta. [Skripsi].

Diwayani, R. M., D. Sunarti., dan W. Sarengat, 2012. Pengaruh pemberian pakan


bebas pilih (free choice feeding) terhadap performans awal peneluran
burung puyuh (coturnix coturnix japonica). J. Animal Agricultural Journal.
Vol 1 (1). Hal : 23 – 32.

Elvira, S., T. Soewarno., Soelcarto., dan S. S. Mansjoer. 1994. Studi komparatif


sifat mutu dan fungsional telur puyuh dan telur ayam ras. Buletin Ternak
dan Industri Pangan. Vol 5 (3). Hal : 34 – 38.

Fachry, A. R. Dan A. Sartika. 2012. Pemanfaatan limbah kulit udang dan limbah
kulit ari singkong sebagai bahan baku pembuatan plastik biodegradabible.
J. Teknik Kimia. 3 (18) : 1 – 9.

Helinna dan Mulyantono. 2002. Bisnis Burung Puyuh Juga Bertumpu pada DKI.
Poultry Indonesia. Edisi Juli, Jakarta.

Listiyowati, E., dan K. Roospitasari. 2005. Puyuh Tata Laksana Budi Daya secara
Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mahi, M., Achmanu., dan Muharlien. 2013. Pengaruh bentuk telur dan bobot telur
terhadap jenis kelamin, bobot tetas dan lama tetas burung puyuh (Coturnix
– coturnix Japonica). Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya,
Malang.

Pangestuti, Y. D. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Puyuh pada


Peternakan Puyuh Bintang Tiga Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibung Bulang,
Kabupaten Bogor. Institut Pertanian Bogor, Bogor. [Skripsi]

Pappas, J. 2002. “Coturnix Japonica” Animal Diversity Web.


http://animaldiversity.Ummz.umich.edu/site/account/inormation/Coturnix/
japonica.html. (20 Agustus 2016).
Progressio, W. 2003. Burung Puyuh. http://warintek.progressio.or.id. (20 Agustus
2016).

Silva, W. A. 2008. Kuning telur burung puyuh (Coturnix coturnix japonica)


diperkaya dengan asam lemak omega – 3. J. Food Science and
Technology. Hal : 660 – 663.

Stadelman, W. F dan O. J. Cotteril. 1995. Egg Science and Technology 4th


edition. Food Product Press, New York.

Lampiran 2.Justifikasi Anggaran Kegiatan

1. Peralatan Penujang
Justifikasi Harga Satuan
Material Kuantiatas Jumlah (Rp)
Pemakaian (Rp)

Tempat pakan Tempat


pemberian 21 5000 105.000
pakan

Tempat minum Tempat


pemberian 21 5000 105.000
minum

SUB TOTAL (RP) 210.000

2. Bahan Habis Pakai


Justifikasi Harga Satuan
Material Kuantiatas Jumlah (Rp)
Pemakaian (Rp)

Burung Puyuh Untuk di beri


perlakuanpemberian
105 75.000 7.875.000
tepung daun
bawang merah

Dedak Bahan pakan


160 3.000 480.000
formulasi

Jagung kuning Bahan pakan


276 4.500 1.242.000
formulasi

Tepung ikan Bahan pakan


66 5.000 330.000
formulasi
Bungkil kedelai Bahan pakan
44 5.500 242.000
formulasi

Vitamin dan Bahan pakan


15.000
mineral formulasi

Daun bawang Bahan utama


0 0 0
merah penelitian

Analisis Uji laboratorium


kolesterol, PAU UGM
5 120.000 600.000
LDL, HDL
kuning telur

SUB TOTAL (RP) 11.234.000


3. Perjalanan
Justifikasi Harga Satuan
Material Kuantiatas Jumlah (Rp)
Perjalanan (Rp)

Perjalan untuk PP Semarang –


pengadaan Brebes
4 orang 100.000 400.000
daun bawang
merah

Perjalanan PP Semarang –
2 orang 200.000 400.000
untuk analisis UGM

Perjalanan PP tembalang -
pembeliaan alat peleburan
2 orang 50.000 100.000
dan bahan
pakan

SUB TOTAL (RP) 900.000

4. Lain- lain
Justifikasi Harga Satuan
Material Kuantiatas Jumlah (Rp)
Pemakaian (Rp)

PembuatanLaporan Print, dan jilid


1 laporan 100.000 100.000
laporan

Dokumentasi Pencetakan
foto selama 1 dokumen 50.000 50.000
kegiatan

SUB TOTAL (RP) 150.000

TOTAL (Keseluruhan) (RP) 12.494.000

Anda mungkin juga menyukai