Anda di halaman 1dari 14

1

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG CANGKANG KERANG SIMPING (Amusium


pleuronectes) SEBAGAI SUMBER KALSIUM DI DALAM RANSUM TERHADAP
PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix – coturnix
japonica)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan data ekspor hasil perikanan Indonesia pada tahun 2003 dan 2004,
untuk komoditas koral dan kulit 1etabol dihasilkan sekitar 3.208 ton dan 2.752 ton.
Limbah padat berupa cangkang 1etabol ini diantaranya merupakan sisa dari 1etaboli
pengolahan 1etabol simping segar, selama ini 1etabol simping segar hasil tangkapan
nelayan hanya dimanfaatkan daging/ otot aduktornya saja sementara cangkangnya
dibuang dan menjadi limbah. Berkaitan dengan ketentuan CCRF (Code of Conduct for
Responsible Fisheries), maka usaha pengolahan hasil perikanan harus dilakukan lebih
optimal dan ramah lingkungan. Besarnya jumlah limbah padat cangkang 1etabol yang
dihasilkan memerlukan upaya serius untuk menanganinya agar dapat bermanfaat dan
mengurangi dampak negative terhadap manusia dan lingkungan.
Limbah padat 1etabol berupa cangkang selama ini lebih banyak dimanfaatkan
sebagai bahan kerajinan seperti sebagai materi hiasan dinding atau materi desain interior.
Pemanfaatan lain yang sudah dikembangkan adalah menjadi campuran pakan ternak. Hal
yang sama juga terjadi di Thailand, sebagaimana dilaporkan Tongchan et al. (2009)
1etabo semua limbah 1etaboli fillet dimanfaatkan untuk 1etaboli pakan ternak, padahal
dengan kandungan kalsium yang tinggi pada tulang ikan, sangat memungkinkan untuk
dihasilkan produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi.
Cangkang etabol dapat diupayakan dengan memanfaatkan kandungan nutrisi yang
ada untuk meningkatkan nilai tambah (added value). Nutrisi cangkang 1etabol memiliki
kandungan mineral terutama kalsium yang cukup tinggi, sehingga diperlukan diversifikasi
produk yang dapat digunakan sebagai sumber kalsium alami. Upaya dalam pemanfaatan
kandungan kalsium dalam cangkang 1etabol tersebut dapat berupa formulasi tepung
cangkang 1etabol sebagai sumber kalsium alami. Produk diversifikasi berupa pakan
ternak kaya kalsium diharapkan dapat meningkatkan produksi daging yang berkualitas.
2

Pemanfaatannya dibidang pangan sejauh ini dikaji oleh Agustini et al. (2009)
tentang pengembangan makanan kaya kalsium berbasis cangkang etabol simping.
Pemanfaatan limbah cangkang etabol simping memiliki peluang untuk dikembangkan.
Kerang simping memiliki tekstur cangkang yang tipis dan berwarna putih kecokelatan
sehingga lebih mudah diolah.
Pakan yang baik adalah pakan seimbang, yaitu pakan yang cukup mengandung zat
gizi untuk memenuhi kebutuhan ternak sesuai dengan tujuan pemeliharaan (Chuzaemi
2002). Menurut Tillman et al. (1991), zat-zat pakan dalam pakan hendaknya tersedia
dalam jumlah yang cukup dan seimbang sebab keseimbangan zat–zat pakan dalam pakan
sangat berpengaruh terhadap daya cerna. Pakan seimbang diharapkan dapat
mengoptimalkan produktivitas ternak. Dalam formulasi pakan, zat gizi pakan yang
terutama perlu diperhatikan, yaitu bahan kering (BK), etabolism energy (ME), total
digestible nutriens (TDN), protein kasar (PK), kalsium (Ca) dan fosfor (P). Sementara
itu, Tillman et al. (1991) menyatakan bahwa sapi potong mampu mengkonsumsi ransum
berupa bahan kering sebanyak 3-4% dari bobot badannya.
Menurut Soetanto (2002), sebelum melakukan formulasi pakan, ada beberapa hal
yang perlu diketahui terlebih dahulu, yaitu: taksiran bobot badan ternak, fase fisiologis
ternak, ketersediaan bahan pakan, jumlah pakan yang akan disusun, biaya pakan yang
dapat ditoleransi.

1.2 Permasalahan Penelitian


1. Bagaimana formula yang tepat untuk pakan burung puyuh (Coturnix – coturnix
japonica) dengan pemberian tepung cangkang kerang Simping (Amusium
pleuronectes) ?
2. Apakah terdapat pengaruh pemberian tepung cangkang Kerang Simping (Amusium
pleuronectes) terhadap kualitas cangkang telur burung puyuh (Coturnix – coturnix
japonica)?

a. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui formula yang tepat untuk pakan burung puyuh (Coturnix – coturnix
japonica) dengan pemberian tepung cangkang kerang Simping (Amusium
pleuronectes).
3

2. Mengetahui pengaruh pemberian tepung cangkang Kerang Simping (Amusium


pleuronectes) terhadap kualitas cangkang telur burung puyuh (Coturnix – coturnix
japonica).

b. Luaran penelitian
1. Diperoleh formula dengan pemberian tepung cangkang Simping (Amusium
pleuronectes) yang tepat untuk pakan ternak yang berperan dalam produksi telur
burung puyuh (Coturnix – coturnix japonica) yang berkualitas.
2. Menghasilkan karya tulis ilmiah mengenai pemanfaatan tepung cangkang kerang
Simping (Amusium pleuronectes) sebagai pakan ternak burung puyuh (Coturnix –
coturnix japonica).

c. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi ilmiah mengenai pemanfaatan tepung cangkang kerang
(Amusium pleuronectes).
2. Memberikan informasi ilmiah mengenai pakan ternak dengan pemberian tepung
cangkang kerang (Amusium pleuronectes) yang kaya kalsium.
3. Memberikan alternatif peningkatan nilai guna cangkang kerang Simping (Amusium
pleuronectes) pada makanan ternak serta mengurangi limbah cangkang kerang
Simping (Amusium pleuronectes).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Burung Puyuh
4

Puyuh merupakan salah satu jenis burung yang tidak dapat terbang, memiliki
ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki kaki yang pendek, dapat diadu dan bersifat
kanibal. Awalnya burung puyuh merupakan burung liar. Tahun 1870 di Amerika
Serikat, puyuh mulai diternakkan. Setelah masa itu, puyuh terus berkembang dan
menyebar ke seluruh dunia. Di Indonesia, puyuh mulai dikenal dan diternakkan pada
akhir tahun 1979 (Redaksi Agromedia, 2002).

Puyuh jepang (Coturnix coturnix japonica) merupakan hasil domestika dari


puyuh liar (Coturnix coturnix) yang dilakukan di Jepang, Hongkong, Taiwan dan
Korea. Selanjutnya melalui seleksi dan perbaikan mutu genetis puyuh liar tersebut
menjadi puyuh yang unggul. Bibit puyuh unggul ini kini telah tersebar luas ke
Amerika, Eropa dan beberapa negara Asia termasuk Indonesia (Djulardi, dkk., 2006).

Menurut Redaksi Agromedia (2002), sexing atau penentuan jenis kelamin


puyuh bisa dilihat setelah anak puyuh berumur satu hari atau ketika anak puyuh
tersebut keluar. Sexing dapat dilakukan dengan cara melihat kloaka puyuh yang baru
menetas, jika kloaka menonjol berarti jantan, dan kloaka tidak menonjol berarti
betina, sedangkan menurut Rahayu (1984), penentuan jenis kelamin puyuh yang
paling mudah adalah dengan melihat warna bulu. Hal ini dapat ditentukan setelah
anak puyuh berumur 3 minggu, sebab pada usia ini anak-anak puyuh bulunya sudah
tumbuh sempurna terutama pada puyuh jepang. Perbedaan jantan dan betina pada
burung jepang adalah dengan melihat bulu dada. Pada burung puyuh jantan warna
penutup bagian dada adalah merah coklat (sawo matang) tanpa terdapat garis atau
bercak-bercak hitam. Sebaliknya pada burung puyuh betina bulu dadanya merah
coklat dan terdapat garis atau bercak-bercak hitam.

Puyuh memiliki telur yang berukuran kecil dengan cangkang berwarna putih
bercorak hitam kecoklatan. Namun telur puyuh memiliki kelemahan yaitu mudah
rusak, kerusakan yang sering terjadi berupa kerusakan fisik, kimia dan kerusakan
yang diakibatkan oleh mikroba. Menurut Syarief dan Halid (1990) telur yang
dibiarkan dalam udara terbuka (suhu ruang) hanya bertahan 10-14 hari, setelah waktu
tersebut telur mengalami perubahan-perubahan kearah kerusakan seperti terjadinya
penguapan kadar air melalui pori-pori kulit telur yang berakibat berkurangnya berat
telur, perubahan komposisi kimia dan terjadinya pengenceran putih telur.
5

2.2 Kulit Kerang Simping


Kerang simping atau Amusium pleuronectes adalah salah satu biota yang banyak
dijumpai di perairan, salah satunya di perairan Indonesia. Jenis kerang yang memiliki
distribusi sangat luas dari perairan Asia Tenggara, Asia Timur hingga Australia. Kerang
simping ini banyak dijumpai pada substrat dari pasir sampai lumpur berpasir pada
kedalaman 5-50 m (Widowati et al., 2002)
Tepung cangkang kerang simping dapat dijadikan sumber kalsium alternatif,
namun penyerapannya belum optimal. Diduga hal ini disebabkan karena rasio kalsium
dan fosfor dalam tepung tidak seimbang, yaitu kandungan kalsium yang tinggi
(17,23%) namun kandungan fosfor terlalu rendah (0,79%) (Agustini et al., 2009)
sehingga perlu ditambahkan sumber fosfor untuk dapat difortifikasikan dalam
makanan. Salah satu bahan pangan yang mengandung fosfor tinggi adalah jagung,
yaitu 1043,77 mg/ 100 g (Kristanto, 2011) dan jawawut (360 mg/ 100g) (Thimmaiah
et al., 1989). Pemilihan produk inovasi yaitu ekstrudat berkalsium didasarkan pada
rata-rata kandungan nutrisi makanan ringan, terutama kalsium sangat minim
(Tangkanakul et al., 1999) sehingga perlu untuk difortifikasikan dengan bahan-bahan
kaya nutrisi.
2.3 Kebutuhan Nutrisi Puyuh
Unggas membutuhkan pakan untuk hidup, pertumbuhan, dan bereproduksi.
Berdasarkan fungsi dan strukturnya bahan pakan dapat dibedakan menjadi 6
kelompok yaitu: karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Kebanyakan
dari bahan pakan tersebut bersifat essensial untuk kebutuhan ternak. Karbohidrat
merupakan senyawa organik yang sangat banyak ditemukan di alam, khususnya pada
tumbuh-tumbuhan, contohnya selulosa dan pati. Karbohidrat disusun oleh 3 unsur
utama yaitu: C, H dan O dengan perbandingan 1:2:3, kadang-kadang ada unsur
tambahan seperti sulfur (S), nitrogen (N) dan fosfor (P) (Rizal, 2006). Karbohidat
berfungsi sebagai penghasil energi. Energi sangat diperlukan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari dan menjaga temperatur tubuh. Kelebihan karbohidrat pada
puyuh muda akan diubah menjadi protein, sedangkan pada puyuh dewasa akan diubah
menjadi lemak. Bahan pakan yang menjadi sumber karbohidrat berasal dari tumbuhan
seperti jagung, dedak padi, minyak jagung, dan minyak wijen. Bahan pakan yang
banyak digunakan adalah jagung kuning karena kandungan karotennya tinggi.
Karoten berguna untuk membentuk kuning telur (Redaksi Agromedia, 2002).
6

Menurut Murtidjo (1987), pakan ternak unggas sebaiknya mengandung lemak


dalam jumlah yang cukup karena dalam proses metabolisme lemak mempunyai energi
2,25 kali lebih banyak dari pada karbohidrat. Seperti halnya karbohidrat, lemak
mengandung karbon, hidrogen, dan oksigen. Sifat lemak ditentukan oleh susunan
asam lemaknya. Asam lemak tidak hanya terdapat pada lemak, tetapi merupakan zat
antara metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.

Lemak berfungsi untuk mempermudah penyerapan vitamin A, D, E, K dan


kalsium (Ca), selain itu lemak juga berfungsi untuk membantu penyerapan karoten
dalam proses pencernaan dan menambah efisiensi dalam penggunaan energi. Sumber
lemak dapat diperoleh dari pakan yang mengandung minyak, seperti minyak kelapa,
minyak kacang kedelai dan minyak jagung (Redaksi Agromedia, 2002).

Protein merupakan komponen-komponen organik kompleks yang


mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadangkala sulfur. Protein juga
merupakan gabungan dari beberapa asam amino di dalam bahan pakan atau bahan
makanan. Kandungan asam amino itu kadangkala tidak memenuhi jumlah yang
dibutuhkan atau kadangkala tidak ada satu atau beberapa asam amino yang essensial.
Asam amino yang essensial itu tidak dapat disintesis sendiri dalam tubuh puyuh,
dalam memberikan pakan untuk puyuh yang utama adalah berpegang pada asam
amino essensial untuk unsur gizi dan proteinnya. Asam- asam amino essensial yang
dibutuhkan oleh unggas untuk pertumbuhan dan kebutuhan lain adalah Arginin,
Histidin, Isoleusin, Lysine, Methionin, Phenylalanine, Threonin, Tryptophan dan
Valin ( Rasyaf, 1983).

Protein dalam pakan ternak unggas penting bagi kehidupan karena zat tersebut
merupakan protoplasma aktif dalam sel hidup. Tinggi rendahnya protein dalam bahan
baku pakan tergantung dari asam amino essensial yang terkandung di dalam bahan
baku, begitu juga di dalam komposisi pakan yang dikonsumsi oleh ternak unggas
(Murtidjo, 1987). Fungsi utama protein bagi unggas digunakan dalam pertumbuhan
dan penggantian jaringan, selain itu berfungsi dalam pembentukan telur, panas, energi
dan produksi lemak (Anggorodi, 1985).

Vitamin merupakan senyawa organik, biasanya tidak disintesis oleh


jaringan tubuh, dan diperlukan dalam jumlah sangat sedikit (Suprijatna, dkk., 2005).
Rizal (2006) menambahkan bahwa vitamin sangat penting untuk menunjang
7

pertumbuhan dan kesehatan hewan. Jika kekurangan vitamin dalam bhan pakan akan
menimbulkan gejala-gejala penyakit dan tidak dapat disintesis dalam tubuh, sehingga
harus mendatangkan dari luar; tetapi ada juga dari vitamin ini yang dapat disintesis
oleh tubuh unggas, misalnya vitamin D, asam nikotinat dan asam askorbat (vitamin
C).

Menurut Rasyaf (1983), terdapat tiga belas vitamin yang dibutuhkan oleh
unggas. Vitamin-vitamin tersebut dibedakan sebagai vitamin yang larut dalam lemak
(vitamin A, vitamin D, vitamin E dan vitamin K), dan vitamin yang larut dalam air
(Thiamin, Riboflavin, Nicotine Acid, Folacin, Biotin, Panothenic acid, Pyridoxin,
vitamin B12 dan Cholin). Vitamin-vitamin tersebut penting untuk kehidupan puyuh,
baik untuk pertumbuhan maupun produksi telur. Bagi puyuh pembibit, peranan
vitamin ini berpengaruh terhadap daya tetas telur.

Mineral merupakan nutrien yang dibutuhkan oleh ternak untuk pertumbuhan


dan produksi telur secara optimal. Pada umumnya ternak membutuhkan mineral
dalam jumlah relatif sedikit, baik mineral makro (kalsium, magnesium, natrium dan
kalium sebagai kation-kation pokok) maupun mineral mikro (mangan, zinkum, ferum,
kuprum, molybdenum, selenium, yodium dan kobal) (Djulardi, dkk., 2006). Mineral
makro adalah mineral yang ada dalam tubuh dalam jumlah besar, sedangkan mineral
mikro adalah mineral yang ada dalam tubuh dalam jumlah sedikit (Winarno, 1984).
Fungsi mineral bagi unggas diantaranya mempertahankan koloidal dari beberapa
organ tubuh, memelihara keseimbangan asam basa di dalam tubuh, aktivator enzim
tertentu dan komponen suatu enzim. Apabila mineral diberikan melebihi kebutuhan
standar akan menimbulkan keracunan dan mempengaruhi penggunaan enzim lainnya,
bila kekurangan akan menimbulkan gejala defisiensi tertentu (Djulardi, dkk., 2006).
Redaksi Agromedia (2002) menambahkan fungsi mineral yang lain adalah untuk
memperkuat kerabang telur sehingga tidak mudah pecah dan retak.

Air merupakan bagian yang penting bagi makhluk hidup. Hampir seluruh
bagian tubuh mengandung air dan membutuhkan air. Air ini diperoleh dari dalam
bahan pakan, air yang diminum, dan air metabolis. Kekurangan air jelas akan
mengganggu produksi. Telur puyuh yang dihasilkan unggas mengandung sebagian
besar air dan air untuk telur itu diambilnya dari luar tubuh puyuh tersebut. Tanpa air
produksi telur akan terhenti, bahkan bisa menimbulkan kematian ( Rasyaf, 1983).
8

Menurut Rizal (2006), dijelaskan bahwa fungsi air bagi unggas adalah sebagai
bahan dasar dalam darah, sel dan cairan antar sel, sebagai alat untuk transport zat-zat
makanan, membantu kerja enzim dalam proses metabolisme, pengatur suhu tubuh,
membantu keseimbangan (homeostasis) dalam tubuh seperti mengontrol pH, tekanan
osmosis dan konsentrasi elektrolit. Suprijatna, dkk (2005) menambahkan bahwa
kekurangan air pada unggas meskipun sedikit dan dalam waktu yang singkat
mempengaruhi laju pertumbuhan dan produksi.

2.4 Bahan Pakan dan Ransum Puyuh

Macam bahan pakan yang digunakan untuk menyusun ransum bagi puyuh
harus mudah diperoleh, murah, dan mampu menyediakan nutrien yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan normal dan produksi optimal. Ternak puyuh termasuk ternak. non
ruminansia yang menurut keadaan fisiologis tidak mampu terlalu banyak
mengkonsumsi serat kasar, sehingga perlu dipilihkan bahan pakan yang rendah kadar
serat kasarnya. Batasan kandungan serat kasar dalam ransum puyuh periode starter
(umur 1-12 hari), grower (umur 22-42 hari) dan layer (umur 42 hari) tidak lebih dari
4% (Djulardi, dkk., 2006).

Selain pakan yang berkualitas, jumlah pemberian pakan pun berperan penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan puyuh. Kekurangan jumlah pakan juga bisa
berakibat menurunnya laju pertumbuhan dan jumlah produksi telur. Kebutuhan
jumlah pakan untuk puyuh, seperti halnya ternak-ternak lainnya, yaitu sekitar 10%
dari berat hidupnya. Angka kebutuhan ini biasanya berada pada titik ideal ketika
puyuh berumur di atas 8 minggu. Sebelum mencapai umur tersebut, puyuh
membutuhkan pakan lebih dari 10% dari berat badannya, misalnya sampai umur 7
hari, dengan berat badan sekitar 10 gram, puyuh membutuhkan pakan seberat 2-3
gram perhari (Abidin, 2002). Ransum untuk puyuh dapat diberikan dalam bentuk
campuran halus (mash), agak kasar (crumble), atau campuran keduanya.
Pemberiannya dapat dilakukan satu, dua, atau tiga kali dalam sehari (Djulardi, dkk.,
2006).
9

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium mikrobiologi, Gedung C9, Fakultas


Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat:
- Kompor
- Panci
- Oven
- Ember plastik
10

- Mesin penggiling tepung dan penumbuk tepung


- Pengaduk
- Nampan penjemur
- Tempat pakan dan minum plastic
- Lampu neon
- Alat penimbang
- Sangkar burung puyuh
- Timbangan salter kapasitas 5 kg dengan keteilitian 0,1 gram
3.2.2 Bahan:
- Burung puyuh umur satu hari sebanyak 100 ekor
- Cangkang kerang simping
- Aquades
- Jagung
- Bekatul
- Bungkil kacang tanah
- feed suplemen (top mix)
3.3 Langkah Kerja
3.3.1 Pembuatan Tepung Kerang Simping
a) Pembersihan
Kerang simping yang sudah dipilih, dibersihkan dari dagingnya dan
dilakukan pencucian dengan air berulang-ulang sampai bersih.
b) Pengeringan
Cangkang yang sudah bersih, dilakukan pengeringan dengan panas
matahari selama 6-8 jam.
c) Pengecilan ukuran
Cangkang kerang kemudian ditumbuk untuk memperkecil ukuran agar
mudah diolah dengan proses selanjutnya.
d) Perebusan dalam larutan NaOH 0,1 N
Cangkang dengan ukuran kecil direbus dalam larutan NaOH 0,1 N pada
suhu 50 derajat celcius selama 3 jam. Perebusan dengan NaOH ini
bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan organik yang terdapat pada
cangkang.
e) Pencucian
11

Cangkang yang telah direbus kemudian dilakukan netralisasi dengan


pencucian.
f) Pengeringan
Setelah dicuci selanjutnya dilakukan pengeringan dalam oven pada suhu
121 derajat celcius selama 15 menit.
g) Penggilingan dan penyaringan
Proses selanjutnya yaitu penggilingan dengan mesin penghalus dan
disaring menjadi tepung.

Kerangka konsep penelitian

Ransum burung puyuh + tepung


kerang simping

Burung puyuh masa bertelur

Produksi telur Kualitas telur

- Pengumpulan telur - Ketebalan kerabang (mm)


- Perhitungan dengan Hen - Indeks kuning telur (%)
Day Production - Indeks putih telur (%)
(perminggu) - Kandungan protein telur
(%)

Analisis laboratorium

Perhitungan dengan analisis


statistik ANAVA tunggal.

pembahasan
12

BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya
No. Jenis Pengeluaran Biaya yang diusulkan
1. Peralatan Penunjang Rp 7.028.000,00
2. Bahan habis pakai Rp 2.661.000,00
3. Perjalanan Rp 325.000,00
4. Lain-lain : laporan, seminar, dan lain-lain Rp 2.160.000,00
Total Keseluruhan Rp 12.174.000

4.2 Jadwal Kegiatan


No. Uraian Bulan
1 2 3 4 5
1. Persiapan alat dan
bahan
2. Koordinasi awal
penelitian
3. Pengambilan data
4. Uji coba kegiatan
5. Pembuatan laporan
13

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

1. Peralatan Penunjang
No Nama Justifikasi Kuantitas Biaya Jumlah
. Alat Satuan (Rp) (Rp)
1. Kompor Merebus 150.000 150.000
1 buah
cangkang kerang
2. Oven Tempat 500.000 5s00.000
pengeringan
1 buah
cangkang kerang
Simping
3 Ember Tempat Mencuci 15.000 150.000
10 buah
Plastik
4. Spons cuci Mencuci alat- 5.000 5.000
1 buah
alat
5. Mesin Tempat 50.000 500.000
Penggiling Menggiling 10 kali
Cangkang Kerang
6 Pengaduk Menghomogenkan 7.000 14.000
Tepung Kerang 2 buah
Simping
7. Nampan Menjemur 15.000 150.000
Cangkang Kerang 10 buah
8. Lampu 20.000 80.000
4 buah
Neon
9. Panci Tempat merebus 65.000 130.000
cangkang kerang 2 buah
Simping
10. Sangkar 10.000 100.000
Burung 10 buah
Puyuh
11. Timbangan Menimbang 50.000 50.000
Cangkang Kerang 1 buah
14

No Nama Justifikasi Kuantitas Biaya Jumlah (Rp)


. Alat Satuan (Rp)
12. Tempat Tempat 10 buah 10.000 100.000
makan dan makan dan
minum minum untuk
Plastik
Burung Puyuh
13 Timbangan 1 buah 200.000 200.000
Salter
14. Tabung Bahan bakar 150.000 150.000
1 buah
gas kompor LPG
19. Kertas Background 2 lembar 500 1.000
linen A4 foto
Sub Total (Rp) 1.730.000

Anda mungkin juga menyukai