KELOMPOK 2
Disusun oleh:
Dosen Pengampu:
Usaha budidaya ikan dan udang nampak semakin giat dilaksanakan baik secara intesif
maupun secara ekstensif. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya
pembenihan ikan dan udang adalah kesediaan pakannya. Dalam penyediaan pakan harus
diperhatiakan beberapa faktor yaitu jumlah dan kualitas pakan, kemudahan untuk
menyediakannya serta lama waktu pengambilan pakan yang berkaitan dengan penyediaan
makanan yang dihubungkan dengan jenis dan umurnya.jenis pakan yang dapat diberikan pada
ikan dan udang berupa pakan alami maupun pakan buatan. Ketersediaan pakan alami
merupakan faktor penting dalam budidaya ikan dan udang, terutama pada usaha pembenihan
dan usaha budidaya ikan dan udang. Selain itu pakan alami sebagai sumber makanan ikan
dan udang dapat dilihat dari nilai nutrisinya yang relatif tinggi dimana berkaitan dengan
atau pembenihan jenis-jenis organisme unggulan. Ketersediaan benih yang memadai baik dari
segi jumlah, mutu dan kesinambungan harus dapat terjamin agar usaha pengembangan
budidaya dapat berjalan dengan baik. Sampai saat ini usaha pembenihan masih merupakan
tertentu. Oleh sebab itu, usaha pembenihan diperlukan pakan alami untuk menunjang.
Salah satu diantara pakan alami adalah cacing sutra atau juga dikenal dengan Tubifex .sp.
Cacing sutra ini menjadi favorit bagi semua benih ikan yang sudah hilang ketersedian kuning
telurnya memakan pakan alami. Cacing sutera ini biasanya diberikan dalam keadaan hidup
1.2 Tujuan
c.Mengetahui nilai nutrisi, kelebihan-kekurangan cacing sutra (Tubifex sp) sebagai pakan
alami
d.Mengetahui Permasalahan dan Solusinya dalam budidaya cacing sutra (Tubifex sp)
II.Pembahasan
2.1 Klasifikasi dan Morfologi
Cacing sutra (Tubifex sp), menurut Gusrina (2008) memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Filum : Annelida
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Famili : Tubifisidae
Genus : Tubifex
Spesies: Tubifex sp
Cacing ini memiliki bentuk dan ukuran yang kecil serta ramping dengan panjangnya
1-2 cm, sepintas tampak seperti koloni merah yang melambai-lambai karena warna tubuhnya
kemerah-merahan, sehingga sering juga disebut dengan cacing rambut. Cacing ini merupakan
salah satu jenis benthos yang hidup di dasar perairan tawar daerah tropis dan subtropis,
Cacing sutera hidup diperairan tawar yang jernih dan sedikit mengalir. Dasar perairan yang
disukai adalah berlumpur dan mengandung bahan organik. Makanan utamanya adalah
bagian-bagian organik yang telah terurai dan mengendap di dasar perairan tersebut.hal ini
diperkuat oleh Pardiansyah et al.,2014 yang menyatakan bahwa Cacing sutra mempunyai
Tubifex dihasilkan oleh cacing yang mengalami kematangan kelamin betina dan dibuahi oleh
cacing lain yang mengalami kematangan sel kelamin jantan.Pembuahan menghasilkan kokon.
Kokon yaitu suatu bangunan berbentuk bulat telur yang berukuran panjang kira-kira 1,0 mm
dan garis tengahnya 0,7 mm.Kokon ini dibentuk oleh kelenjar epidermis dari salah satu
segmen tubuh cacing yang disebut klitelum.Telur yang ada didalam tubuh mengalami
embrio Cacing Tubifex sp akan keluar dari kokon.Jumlah telur dalam setiap kokon berkisar
antara 4 5 buah.Tubifex mempunyai siklus hidup yang relatif singkat yaitu 50 57 hari.
Reproduksi Tubifex sp
Reproduksi Tubifex sp
Cacing Tubifex sp dewasa dapat menghasilkan kista telurnya yang dapat bertahan
dalam kekeringan selam dua minggu dan lebih lama lagi pada daerah pembuangan yang
ditutupi oleh sampah.Pada siklus hidup cacing sutra harus sangat diperlukan suatu
pengelolaan kualitas air yang baik, karena kurangnya nutrisi pada media pada budidaya dapat
menyebabkan kurangnya asupan pakan cacing sutra tersebut.Pakan untuk cacing sutra sendiri
adalah bahan-bahan organik yang telah terurai dan mengendap didasar perairan.Hal ini
diperkuat oleh Cahyono et al. (2015) yang menyatakan bahwa daur hidup cacing sutera dari
telur, menetas hingga menjadi dewasa serta mengeluarkan kokon dibutuhkan waktu sekitar
50-57 hari, sehingga pemanenan dilakukan pada hari ke 50 dengan harapan bahwa pada
waktu tersebut merupakan titik puncak populasi dan biomassa cacing sutera sebelum terjadi
kematian sehingga menyebabkan populasi dan biomassa menurun.Hal ini diperkuat juga oleh
Nurftriani et al. (2014) yang menyatakan bahwa media memegang peranan penting dalam
budidaya cacing sutera, kurangnya nutrisi pada media budidaya dapat menyebabkan
nutrisi cacing sutera. Makanan utama cacing yaitu bahan-bahan organik yang telah terurai
Cacing Tubifex banyak hidup di perairan tawar yang airnya jernih dan sedikit mengalir.
Dasar perairan yang disukai adalah berlumpur dan mengandung bahan organik. Makanan
utamanya adalah bahan-bahan organik yang telah terurai dan mengendap di dasar perairan.
Cacing ini akan membenamkan kepalanya masuk ke dalam lumpur untuk mencari makanan.
Sementara ujung ekornya akan disembulkan di atas permukaan dasar untuk bernafas.
Perairan yang banyak dihuni oleh cacing ini sepintas tampak seperti koloni lumut merah yang
melambai-lambai. Kebiasaan makan dan cara makan cacing sutra ialah memakan detritus,
alga benang, diatom atau sisa-sisa tanaman yang terlarut di lumpur dengan cara cacing
membuat lubang berupa tabung dan menyaring makanan atau mengumpulkan partikel-
partikel lumpur yang dapat dicerna di dalam ususnya. Cacing sutra tumbuh optimal pada
suhu 18 - 20 C. Pada suhu di atas 35C cacing ini mati dan pada suhu dibawah 5C
dalam keadaan tidak aktif. Seperti biota air lain, cacing Tubifex membutuhkan oksigen untuk
pernafasannya. Oksigen optimum untuk hidup dan berkembang biak adalah 3-8 ppm.Cacing
Tubifex adalah hewan air tawar sehingga sangat peka terhadap perubahan salinitas. Cacing
Tubifex tidak menyukai sinar, sehingga mudah ditemukan pada tempat-tempat yang teduh
Marian dan Pandian (1989) dalam Supriyono et al. (2015) menyatakan bahwa cacing sutra
dapat tumbuh dengan baik pada perairan yang memiliki kandungan bahan-bahan organik
tinggi dan dapat beradaptasi pada perairan dengan oksigen terlarut rendah.
; Budidaya Cacing Sutra
1.Teknik Budidaya
a Persiapan pertama untuk budidaya cacing rambut adalah persiapan bak pemeliharaan.
b Perbandingan media yang digunakan adalah kotoran ayam segar / dedak halus
ulang dilakukan setiap minggu dengan menggunakan kotoran ayam atau dedak halus
sebanyak 9 %.
c Bak pemeliharaan cacing rambut kemudian dialiri air dengan debit 900 menit.
d Bibit cacing rambut ditebar sehari sesudah media kultur dialiri air. Penebaran
bibit dimulai dengan membuat lubang kecil-kecil di atas petakan. Jarak antar
lubang 10 - 15 cm. Lubang ini diisi dengan koloni bibit cacing 10 ekor / lubang.
e Bak pemeliharaan cacing rambut dialiri air setiap saat dengan debit kecil (ada aliran
f Hal lain yang perlu dikontrol adalah konsentrasi amoniak (NH3) dalam air. Gas
beracun ini biasanya dihasilkan dari proses pembusukan bahan organik, terutama
massal cacing rambut. Oleh karena itu, aliran air yang kecil diperlukan untuk
g Masa pemeliharaan cacing rambut sekitar 2 minggu. Bila kondisi lingkungan cocok
dan jumlah pakannya cukup, bibit cacing rambut akan berkembang dengan cepat.
yang didapat dan masih bercampur dengan media budidaya dimasukkan ke dalam
ember atau bak yang diisi air, kira-kira 1 cm di atas media budidaya agar cacing
rambut naik ke permukaan. Ember ditutup hingga bagian dalam menjadi gelap dan
dibiarkan selama 6 jam. Setelah itu cacing yang menggerombol diambil dengan
menggunakan tangan.
Budidaya cacing sutra dilakukan dengan menggunakan wadah berupa bak plastik
dengan ukuran panjang 100 cm dan lebar 50 cm, dengan kedalaman 15 cm wadah media.
Lapisan dasar wadah diberi lumpur kolam sedalam 3 cm dengan ketinggian air 2 cm. Cacing
sutra diperoleh dari para pengumpul,kemudian bibit dibersihkan dan ditimbang sesuai dengan
perlakuan sebelum ditebar secara merata ke media budidaya. Padat tebar yang digunakan
adalah 2 mg/cm2. Aliran air yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem resirkulasi
dengan debit air 0,05 l/detik. Air yang berasal dari wadah budidaya lele dialirkan ke wadah
budidaya cacing dan kemudian kembali lagi kedalam wadah budidaya lele. Sampling
dilakukan setiap 10 hari sekali dengan cara memasukkan pipa paralon berdiameter 3 cm ke
dalam substrat sampai ke dasar wadah pada bagian inlet, tengah, dan outlet wadah.
Cacing dipisahkan dari subtrat dengan cara mengambil sedikit demi sedikit substrat
kemudian ditaruh pada kaca arlogi untuk mempermudah mengambil cacing yang berada di
substrat tersebut. Cacing yang diperoleh dihitung, kemudian dibilas dengan air yang telah
disiapkan, setelah semua cacing diambil kemudian di keringkan dengan tisu dan ditimbang
3. Bibit
dan pembuahan secara hemaphrodit. Telur cacing rambut terjadi di dalam kokon, yaitu suatu
bangunan yang berbentuk bulat telur, panjang 1,0 mm dan garis tengahnya 0,7 mm. Kokon
dibentuk oleh kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuhnya yang disebut kitelum.
Telur yang ada di dalam kokon akan mengalami pembelahan menjadi morula.
menjadi beberapa segmen. Setelah beberapa hari, embrio akan keluar melalui ujung kokon
memakan waktu 10 - 12 hari, dan optimal pada suhu 24 C. Setelah meninggalkan kokon,
cacing rambut pertama kali menghasilkan kokon setelah berumur 40 - 45 hari. Jadi daur
hidup cacing rambut dari telur hingga menetas dan menjadi dewasa serta mengeluarkan
4.Proses Panen
Panen pertama dapat dilakukan setelah cacing berumur > 75 hari. Untuk selanjutnya
dapat dipanen setiap 15 hari.Ciri dari cacing yang siap dipanen dapat dilihat dari kolam
budidaya lumpur sebagai media pemeliharaan terasa kental bila dipegang.Pemanenan cacing
sutra dilakukan dengan mengambil cacing sutra yg ada dipermukaan bersama lumpurnya.
Setelah lumpur diambil Pemanenan dimasukan ke dalam bak dengan cara bak yang berisi
cacing sutra ditutup dengan plastik hitam selama 1-2 jam agar cacing sutra berkumpul diatas
diambil/dipanen, Setelah terkumpul, hasil panen casut dicuci dg jaring khusus sampai lumpur
halus keluar dan diukur volumenya. Konsep panen cacing sutera ialah mengurangi koloni,
yaitu jika bagian atas dipanen maka bagian bawah cacing akan tumbuh.
Cacing sutra (Tubifex sp) memiliki kandungan protein dan lemak yang tinggi.
Kandungan protein cacing sutra berkisar antara 40%-60%. Sedangkan kandungan lemaknya
berkisar antara 13%-21%. Protein sangat dibutuhkan oleh ikan dalam membentuk dan
memperbaiki jaringan dalam tubuh ikan. Protein tinggi dalam makanan juga dapat membantu
ikan untuk memproduksi telur atau sperma dengan kualitas baik dengan jumlah yang relatif
banyak. Lemak juga dibutuhkan oleh ikan sebagai sumber energi untuk bergerak.
Cacing sutra juga sangat membantu dalam proses penjinakan ikan karena hampir semua jenis
ikan, baik karnivora maupun herbivora menyukai cacing sutra. Dalam hal ini bisa membantu
dalam tahap pengenalan pakan buatan kepada ikan. Menurut Adam, et al (2013) yang
menyatakan bahwa cacing sutera (Tubifex Sp), ini mengandung protein yang cukup tinggi
Cacing sutra yang ada dipasaran didapat dari alam. Jadi kemungkinan cacing sutra
tersebut membawa penyakit atau parasit. Untuk mencegah tertular penyakit dari cacing, cuci
sampai bersih cacing dan rendam dalam air bersih sebelum diberikan pada ikan.
Cacing sutra juga tidak dapat bertahan hidup lama apabila tidak adanya perlakuan khusus.
Dan apabila cacing sutra mati, akan menimbulkan aroma yang sangat tidak sedap. Jika cacing
sutra mati dalam aquarium atau kolam ikan, bisa mengakibatkan meningkat jumlah amoniak
secara drastis. Peningkatan amoniak ini bisa menjadi racun bagi ikan dalam aquarium atau
kolam.Perlakuan khusus yang dimaksud dapat berupa pemberian aerator atau bahkan wadah
penyimpanan dialiri dengan air.Yang paling bagus adalah dengan mengairi wadah terus
menerus. Selain bertahan hidup lebih lama, apabila air yang mengairi cacing itu terdapat
bahan makanan yang memadai, tidak menutup kemungkinan cacing malah dapat berkembang
Cacing Sutera (Tubifex sp.) sangat dibutuhkan sebagai pakan alami dalam kegiatan
unit perbenihan, terutama pada fase awal (larva) karena memiliki kandungan nutrisi (protein
57% dan lemak 13%) yang baik untuk pertumbuhan kultivan budidaya.Hal ini diperkuat oleh
(Bardach et al., 1972 dalam Kawania et al., 2012) Tubifex sp. mempunyai kandungan protein
yang tinggi yaitu sebesar 52% sebelum pengeringan dan 50% setelah menjadi Tubifex sp.
kering.
Namun dibalik tingginya protein yang terkandung dalam cacing sutra, saat ini
budidaya Tubifex sp. untuk pakan alami masih belum banyak dilakukan.Ketersediannya
masih mengandalkan pencarian tangkapan alam yaitu dengan cara mengambil langsung dari
sungai atau dari parit saluran air yang mengandung buangan organik tinggi seperti limbah
pasar atau limbah rumah tangga, sehingga kebutuhan dari pakan alami untuk larva masih
sangat terbatas.Hal ini diperkuat oleh Pardiansyah, et al. (2014) yang menyatakan bahwa
keberadaan cacing sutra di alam juga tidak tersedia sepanjang tahun. Pada musim penghujan,
saat kegiatan pembenihan banyak dilakukan, cacing sutra sulit didapatkan. Untuk
mengatasi permasalahan yang ada saat ini, dalam mengatasi keterbatasannya produksi cacing
sutera di alam, budidaya cacing sutera juga akan memberkan hasil yang lebih berkualitas
dibanding mengandalkan hasil tangkapan dari alam.Selain itu, menurut (Hutabarat et al.,
2016) menyatakan bahwa tujuan dari mengembangkan budidaya cacing sutera adalah agar
nutrisi cacing sutera.Makanan utama cacing yaitu bahan-bahan organik yang telah terurai dan
mengendap didasar perairan (Johari, 2012). Menurut (Findy, 2011 dalam Pardiansyah et al.,
2014) menyatakan bahwa hasil penelitian cacing sutra hingga saat ini belum maksimal untuk
sampai taraf komersial karena produktivitasnya masih rendah, yaitu hanya mencapai 600
g/m2 dan 2 kg/m2 , sedangkan kemampuan alam diperkirakan hingga mencapai 2,5 kg/m2.
Menurut (Febriyani, 2012 dalam Suminto et al., 2014) menyatakan bahwa penelitian terbaik
yang pernah dilakukan pada budidaya cacing sutera adalah menggunakan sedimen dari hasil
fermentasi kotoran ayam. Fermentasi merupakan proses pengubahan bahan organik menjadi
bentuk lain yang lebih berguna dengan bantuan mikroorganisme secara terkontrol, melakukan
perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk akhir.Hasil
penelitian selama ini masih banyak menggunakan campuran satu atau dua sumber bahan
organik sebagai media cacing, oleh karena itu dalam upaya mendapatkan hasil biomassa yang
maksimal, maka perlu dilakukan penelitian dengan mengkombinasikan tiga sumber bahan
organik yang berpotensi sebagai nutrisi pada media budidaya.Tiga kombinasi sumber bahan
organik yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya yaitu kotoran ayam, ampas tahu dan
ikan segar.
III.Penutup
3.1 Kesimpulan
Tubifex bersifat hermaprodit.Pada satu organisme mempunyai 2 alat kelamin.Telur
Tubifex dihasilkan oleh cacing yang mengalami kematangan kelamin betina dan dibuahi oleh
cacing lain yang mengalami kematangan sel kelamin jantan.Pembuahan menghasilkan kokon.
Kokon yaitu suatu bangunan berbentuk bulat telur yang berukuran panjang kira-kira 1,0 mm
dan garis tengahnya 0,7 mm.Kokon ini dibentuk oleh kelenjar epidermis dari salah satu
segmen tubuh cacing yang disebut klitelum.Telur yang ada didalam tubuh mengalami
Tubifex dihasilkan oleh cacing yang mengalami kematangan kelamin betina dan dibuahi oleh
cacing lain yang mengalami kematangan sel kelamin jantan.Pembuahan menghasilkan kokon.
Kokon yaitu suatu bangunan berbentuk bulat telur yang berukuran panjang kira-kira 1,0 mm
dan garis tengahnya 0,7 mm.Kokon ini dibentuk oleh kelenjar epidermis dari salah satu
segmen tubuh cacing yang disebut klitelum.Telur yang ada didalam tubuh mengalami
Tubifex dihasilkan oleh cacing yang mengalami kematangan kelamin betina dan dibuahi oleh
cacing lain yang mengalami kematangan sel kelamin jantan.Pembuahan menghasilkan kokon.
Kokon yaitu suatu bangunan berbentuk bulat telur yang berukuran panjang kira-kira 1,0 mm
dan garis tengahnya 0,7 mm.Kokon ini dibentuk oleh kelenjar epidermis dari salah satu
segmen tubuh cacing yang disebut klitelum.Telur yang ada didalam tubuh mengalami
embrio Cacing Tubifex sp akan keluar dari kokon.permasalahan yang ada saat ini dalam
budidaya cacing sutra keterbatasannya produksi cacing sutera di alam, budidaya cacing sutera
juga akan memberkan hasil yang lebih berkualitas dibanding mengandalkan hasil tangkapan
dari alam.
3.2 Saran
Permasalah yang kerap terjadi dalam penyediaan pakan alami Cacing Tubifex sp ini
adalah masih sedikit yang mebudidayakan tubifex sp. Kerap sulitnya stock penjual Cacing
Tubifex sp sehingga menyebabkan melambung tinggi saat stock sedang sulit dipasaran.Hal
Daftar Pustaka
Adam. Y, Y. Koniyo, Hasim.2013. Pengaruh Pemberian Pakan Alami Cacing Sutera (Tubifex
Sp) Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele
Kotoran Burung Puyuh Yang Berbeda Dalam Media Kultur Terhadap Kandungan
Nutrisi Dan Produksi Biomassa Cacing Sutra (Tubifex sp.). Journal of Aquaculture
Organik Cair Terhadap Biomassa Dan Populasi Cacing Sutera (Tubifex Sp.).
2(1): 41-49
Ampas Tahu dengan Kotoran Burung Puyuh yang difermentasi dengan Ekstrak
Limbah Sayur Terhadap Biomassa dan Kandungan Nutrisi Cacing Sutera (Tubifex
Johari, Y. T. 2012. Pemanfaatan Limbah Lumpur (Sludge) Kelapa Sawit dan Kotoran Sapi
Untuk Budidaya Cacing Sutra (Tubifex sp.) dalam Pengembangan Pakan Alami Ikan.
[Thesis].
Kawania, N. W. Kusnoto dan Alamsjah, M. A. 2012. Kombinasi Cacing Sutera (Tubifex sp.)
Kering dan Tepung Chlorella sp. Sebagai Pakan Tambahan pada Pertumbuhan dan
Retensi Protein Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos). Jurnal Kelautan dan Ilmu
Nurfitriani. L., Suminto., dan J. Hutabarat. 2014. Pengaruh Penambahan Kotoran Ayam,
Ampas Tahu Dan Silase Ikan Rucah Dalam Media Kultur Terhadap Biomassa,
Populasi Dan Kandungan Nutrisi Cacing Sutera (Tubifex sp.). Journal of Aquaculture
Tubifex sp. yang Terintegrasi dengan Budidaya Ikan Lele Clarias sp. Sistem Bioflok.
Suminto. Nurfitriani, L dan Hutabarat, J. 2014. Pengaruh Penambahan Kotoran Ayam, Ampas
Tahu DAN Silase Ikan Rucah Dalam Media Kultur Terhadap Biomassa, Populasi Dan
Kandungan Nutrisi Cacing Sutera (Tubifex sp.). Jurnal Manajemen Aquactulture dan
cacing sutra (tubificidae) dengan memanfaatkan limbah budidaya ikan lele (Clarias
sp.) sistem intensif terhadap kualitas air ikan lele dan produksi cacing sutra. Depik,
4(1): 8-14.
Soal Tubifex sp
A; Pilihan Ganda
1; Ketersediannya masih mengandalkan pencarian tangkapan alam yaitu dengan cara....
a; Mengambil di parit aliran air sungai yang mengandung bahan organik
b; Di kolam budidaya
c; Di genangan air
d; Di pinggir pantai
2; Dalam kegiatan budidaya cacing sutera apa yang berperan penting?
a; Salinitas
b; Suhu
c; Media
d; Kepadatan
3; Pada cacing tubifex, indukan cacing tubifex dapat menghasilkan kokon setelah
berumur?
a; 50 57 hari
b; 40 45 hari
c; 10 12 hari
d; 30 35 hari
4; Cacing tubifex memiliki siklus daur hidup yang singkat, yaitu selama?
a; 50 57 hari
b; 40 45 hari
c; 10 12 hari
d; 30 35 hari
5; Kandungan protein pada cacing sutra berkisar antara...
a 40%-50% c. 40%-60%
b 20%-40% d. 50%-60%
6; Dalam budidaya cacing sutra, harus dilakukan perlakuan khusus untuk cacing sutra
bertahan hidup. Perlakuan khusus pada cacing sutra antara lain...
a Pemberian aerator c. Wadah dialiri air
b Tempat lembab d. a, b, c benar
7; Dimana perkembangan sel telur padaTubifex sp terjadi?
a; Kokon c. Koton
b; Kitelium d. Katalium
8; Bagaimana Tubifex sp dalam mencari makan
a; Dengan berenang di perairan c. Keluar ke permukaan air
b; Membenamkan pada lumpur d. Diam ditempat
9; Jenis pupuk yang cocok untuk media cacing sutra adalah..
a; Kotoran ayam kering c. Pupuk urea
b; Pupuk ampas kayu d. Pupuk Npk
10; Tubifex di beri pakan setiap satu minggu sekali dan jenis pakannya adalah
a; Ampas tahu yang difermentasi
b; Pellet
c; Fresh fish
d; Semua jawaban benar
e;
B; Benar atau Salah
1; Fermentasi merupakan proses pengubahan bahan organik menjadi bentuk lain yang
lebih berguna dengan bantuan mikroorganisme secara terkontrol, melakukan
perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk akhir.
(BENAR/SALAH)
2; Taraf produktivitas pada kemampuan alam dalam menghasilkan cacing sutera masih
lebih rendah dibandingkan dengan hasil budidaya. (BENAR/SALAH)
3; Klitelum ini dibentuk oleh kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuh cacing
yang disebut kokon. (BENAR/SALAH)
4. Media memegang peranan penting dalam budidaya cacing sutera, kurangnya nutrisi
pada media budidaya dapat menyebabkan kurangnya asupan makanan sehingga
menyebabkan rendahnya biomassa dan kandungan nutrisi cacing sutera.
(BENAR/SALAH)
5. Cacing sutra yang di dapatkan dari pembudidaya lebih bagus daripada cacing sutra
yang didapatkan dari alam. (BENAR/SALAH)
6; Protein yang tinggi pada cacing sutra dapat membantu ikan untuk memproduksi telur
atau sperma dengan kualitas baik dengan jumlah yang relatif banyak.
(BENAR/SALAH)
7; Tubifex sp banyak hidup di perairan tawar yang airnya jernih danmengalir,dasar
perairam berlumpur dan banyak mengandung bahan organik. (BENAR/SALAH)
8; Tubifex sp tumbuh optimal pada suhu 18-20c.pada suhu diatas 35c tubifex akan mati
dan pada suhu 5c tidak aktif. (BENAR/SALAH)
9; Budidaya cacing sutra dilakukan dengan menggunakan wadah berupa bak plastik
dengan media yang berisi lumpur dan telah di beri pupuk. (BENAR/SALAH)
10; Pemanenan pertama dapat dilakukansetelah cacing berumur > 75 hari. Untuk
selanjutnya dapat dipanen setiap 15 hari. (BENAR/SALAH)
Jawaban
A; Pilihan Ganda
1; A
2; C
3; B
4; A
5; C
6; D
7; A
8; B
9; A
10; A