BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Analisis Situasi
Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu hal
Sebab, telur maupun daging burung puyuh, kini mulai digemari masyarakat dari
berbagai kalangan. Tetapi, tingkat produktivitasnya masih jauh dari mencukupi
permintaan pasar, karena masih banyak orang yang belum mengetahui prospek,
cara beternak, memperoleh bibit dan pemeliharaannya dengan cara komersial.
Padahal kehadiran burung puyuh ini telah dikenal orang sejak lama. Hanya dahulu
banyak orang memeliharanya sebatas hobi dan tidak dikembangkan secara bisnis.
Burung puyuh yang dipelihara tentu memerlukan biaya untuk proses
pemeliharaan, yang dapat berupa kandang, pakan maupun obat-obatan. Biaya
pakan yang dapat mencapai 70% dari seluruh biaya produksi sangat menentukan
keberhasilan usaha burung puyuh. Peternak pada umumnya jarang melakukan
perhitungan usahatani karena semua kegiatan dilakukan sendiri bersama
keluarganya yang mana tidak diperhitungkan biaya tenaga kerja. Untuk itu dalam
laporan hasil fieldtrip di peternakan burung puyuh Bapak Haryanto yang memiliki
kapasitas 3000 ekor. Peternakan tersebut terdapat di daerah Wonokoyo Kota
Malang, studi lapang yang dilkakukan yaitu mencari tahu mengenai manajemen
pemeliharaan burung puyuh di peternakan tersebut.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik perumusan masalah yaitu
bagaimana manajemen pemeliharaan burung puyuh di peternakan Bapak
Haryanto.
1.3.
Tujuan
Sesuai dengan perumusan masalah maka tujuan dari kegiatan ini adalah
Manfaat
Studi lapang yang dilaksanakan ini diharapkan dapat berguna sebagai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protein ransum menentukan kualitas ransum untuk sintesis jaringan,
pertumbuhan bulu dan produksi. Apabila kualitas ransum baik, akan
menghasilkan PBB yang tinggi demikian juga sebaliknya.( Widodo,2013 )
Nutrisi penting bagi pertumbuhan dan proses reproduksi ternak.
Kecukupan nutrisi makro, harus disertai pula dengan terpenuhinya akan
kebutuhan nutrisi mikro, untuk meningkatkan proses metabolisme dalam tubuh
(Sudrajat dkk, 2014).
Pemberian pakan pada ternak puyuh dapat dilakukan 2-3 kali sehari karena
strategi pemberian pakan adalah salah satu kunci keberhasilan ternak puyuh selain
pemberian pakan dengan kandungan nutrisi yang lengkap dan cukup untuk puyuh
dengan berbagai tingkat umur (Vicky,2009)
Pada masa pertumbuhan, protein digunakan untuk menyusun jaringan
tubuh yaitu membentuk otot, kuku, sel darah dan tulang tetapi pada masa bertelur
protein tidak lagi digunakan untuk menyusun jaringan tubuh tetapi lebih
digunakan untuk materi penyusun telur dan sperma (NRC, 1994).
Rata-rata berat telur burung puyuh pada penelitian ini adalah 9,44 0,38 g
per butir. Berat telur dari semua perlakuan menunjukkan hasil tidak berbeda nyata.
Semua berat telur pada batas-batas normal, hal ini berarti bahwa semua puyuh
menunjukkan kinerja yang normal/standar.(Suripta,2006).
Rerata konsumsi pakan puyuh umur 9 12 minggu berkisar antara 20,18
18,06 g per hari. Konsumsi pakan berdasarkan hasil penelitian cukup. hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa secara rerata pemberian pakan secara free
choice feeding dengan keragaman sumber protein tidak memberi pengaruh nyata
terhadap konsumsi pakan burung puyuh. (Zahra,2012)
Ransum dengan kandungan energi yang sama, maka dengan adanya
konsumsi yang tidak berbeda hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan energi pada
masing-masing kelompok puyuh tidak berbeda antara yang diberi ransum protein
tinggi dengan protein rendah. Karena pada hakekatnya ternak unggas
mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan energy. (Suprijatna,2009)
menetaskan telur yang dibeli, atau langsung membeli bibit puyuh berumur satu
hari (DOQ). Namun,tidak ada salahnya peternak mulai melakukan pembibitan
sendiri untuk jaga-jaga jika tidak ada stok bibit puyuh di pasaran, Selain itu
peluang usaha pembibitan sangat prospektif mengingat kebutuhan bibit dan telur
puyuh yang semakin tinggi. (Maurice,2008).
Nilai gizi bekatul sangat baik, kaya akan vitamin B, vitamin E, asam
lemak esensial, serat pangan, protein, oryzanol, dan asam ferulat. Bekatul juga
mengandung karbohidrat, protein, mineral, dan serat pangan (dietary fiber) serta
mengandung minyak bekatul yang dapat menurunkan kadar kolesterol (Wirawati
dan Nirmagustina, 2009).
Bekatul merupakan salah satu bahan pakan sumber energy. Harga bekatul
relatif lebih murah dibanding dengan sumber energi lain, mempunyai kandungan
protein yang lebih tinggi (sekitar 12 13%) dan tersedia dalam jumlah banyak.
Tetapi kelemahan bekatul adalah kandungan energi relatif agak rendah, yaitu
energi sekitar 2800 kkal/kg dan mempunyai sifat
BAB III
MATERI DAN METODE
selama
kegiatan
praktikum,
meliputi:
perkandangan, bibit, pemberian pakan dan minum, pemasaran hasil, sanitasi dan
pencegahan penyakit serta pengolahan limbah.
Analisis terhadap data yang telah didapatkan selama pelaksanaan
praktikum baik data primer maupun sekunder dilakukan melalui analisis
deskriftif yaitu menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan manajemen yang
ada di lapang kemudian dilakukan perbandingan dengan teori-teori yang terdapat
diberbagai macam literatur.
3.5 Batasan Istilah
Burung Puyuh adalah jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh
relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
10
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada periode starter dan grower
minimal kandungan protein kasar 27% dan energi metabolis 2800 Kkal/kg.
Pada periode layer minimal
11
pagi hari dengan pengisian tempat pakan penuh. Namun pada dasarnya
pemberian pakan pada puyuh yang baik yaitu dilakukan dua kali dalam sehari
yaitu pada pagi dan sore hari. Sesuai dengan pendapat Vicky (2009) bahwa
pemberian pakan pada ternak puyuh dapat dilakukan 2-3 kali sehari karena
strategi pemberian pakan adalah salah satu kunci keberhasilan ternak puyuh
selain pemberian pakan dengan kandungan nutrisi yang lengkap dan cukup
untuk puyuh dengan berbagai tingkat umur.
Kebutuhan pakan untuk 1000 ekor puyuh per hari adalah 25 kg. Jika
dikalkulasi maka kebutuhan pakan per ekor puyuh yaitu 25 gram/ekor/hari.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Zahra (2012) bahwa rerata konsumsi
pakan puyuh umur 9 12 minggu berkisar antara 20,18 28,06 g per hari.
konsumsi pakan pada tiap individu ternak ternak tentu dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti umur, status fisiologis, dan kondisi lingkungan.
Peternak
membeli
bahan-bahan
pakan
dengan
harga
12
a)
Bekatul
Bekatul merupakan salah satu bahan pakan yang mudah
didapatkan pada saat musim panen padi pada musim penghujan.
Sehingga harga bekatul pada saat tersebut umumnya relatif lebih murah
dibandingkan pada saat musim kemarau. Oleh karena itu bekatul
banyak digunakan oleh peternak sebagai bahan sumber energi pada
pakan ternak mereka. Sesuai dengan pendapat Widodo (2001) bahwa
bekatul merupakan salah satu bahan pakan sumber energy.
Harga
Sumber : Scott,
1976.
b)
13
Sumber: https://www.japfacomfeed.co.id/id/product-and-services/poultry.com
Namun kelemahan penggunaan complete feed ini antara lain
harga yang mahal. Bapak Haryanto membeli complete feed buatan PT.
Japfa Comfeed dengan harga Rp. 297.000/karung 50 kg. Penyebab
mahalnya harga complete feed ini salah satunya yaitu perusahaan masih
menggunakan bahan-bahan impor seperti tepung ikan, MBM, dan lain
sebagainya.
c)
Konsentrat
Konsentrat atau pakan penguat merupakan bahan pakan yang
digunakan bersama bahan pakan lain untuk menyeimbangkan
kandungan nutrisi dari keseluruhan pakan. Konsentrat sebagai bahan
penguat sangat bagus bagi ternak sebab mudah dicerna dengan baik.
Karena terbuat dari beragam campuran bahan pakan yang berasal dari
bahan-bahan pakan yang banyak kandungan sumber energi, protein,
vitamin, dan mineral.
Pemberian pakan konsentrat yang berkualitas tinggi akan
mempercepat pertumbuhan ternak, sehingga berat badan yang
diharapkan dapat tercapai dalam waktu yang singkat. Namun pemberian
yang terlalu banyak akan menyebabkan bengkaknya biaya pakan karena
harga konsentrat buatan pabrik relatif mahal.
14
menyusun
pakan
bagi
ternak
puyuhnya,
peternak
15
puyuh
yang
kami
kunjungi
adalah
pemberian
secara
restricted(dibatasi).
4.2.9. Frekuensi Pemberian Pakan
frekuensi pemberian pakan untuk burung puyuh pada peternakan yang kami
kunjungi dilakukan dengan frekuensi 1 kali dalam sehari dengan menghitung
kebutuhan pakan ternak /ekor/hari. Menurut Peternak sebagai narasumber kami
memberikan pendapat bahwa pemberian pakan dapat diberikan sekali dalam satu
hari, tujuan dari pemberian pakan tersebut antara lain untuk efisiensi tenaga kerja.
4.3. Evaluasi Pemberian Pakan
a) Konsumsi Pakan/ekor/hari
Konsumsi pakan (FI) merupakan jumlah pakan yang di konsumsi per
individu ternak dalam satu hari.
FI =
25(Kg)
PEMBERISN PAKAN
1000
1000=25 gram/ekor
TERNAK
1000
16
c) Konversi Pakan
Konversi pakan adalah jumlah pakan dalam satuan untuk
menghasilkan produksi telur dalam satuan.
FCR=
40.500 (Kg)
TOTAL KONSUMSI
=
=2.98
TELUR DIPRODUKSI
13.608( Kg)
10
15.120=1.512 Kg
100
= 0.93
17
HDP=
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas penulis dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1) Beternak burung puyuh sangat cocok untuk usaha kecil, menengah, hingga
peternak besar.
2) Berdasarkan perhitungan yang terdapat di peternakan Bapak Haryanto
dapat disimpulkan bahwa konsumsi pakan yaitu 25 gr/ekor/hari, FCR
adalah 2.98, IOFC sebesar
Saran
Sebaiknya peternakan Burung Puyuh milik Bapak Haryanto memperbaiki
manajemen
pemeliharaan
seperti
pakan,
perkandangan
dan
sistem
18
DAFTAR PUSTAKA
Baba, Syahda., Dagong, M.I., Ako, Ambo., Sanusi, Abdullah dan Muktiani, Anis.
2012. Produksi Complete Feed Berbahan Baku Lokal Dan Murah Melalui
Aplikasi Participatory Technology Development Guna Meningkatkan
Produksi Dangke Susu Di Kabupaten Enrekang. Prosiding InSINas : 2
Charles, E dan Balarabe R. 2015. The Prospects and Limitations of Japanese
Quail (Coturnix coturnix japonica) Production in Nigeria- A Review.
International Journal pf Multidisciplinary and Current Research. Vol 3.
Osfar. S dan Eko W. 2013. Effect Of Addition Of Choline Chloride In Feed On
Quail (Coturnix coturnix japonica) Production Performance. Fakultas
Peternakan: UB.
Maurice, R. 2008. Raising Japanese Quail. NSW Department of Primary
Industries 2nd Edition.
NRC (National Research Council). 1994. Nutrient Requirements of Poultry. Ninth
Revised Edition. National Academy of Sciences, Washington : 9
Sergul, A dan Ali K. 2012. The Effect of Floor Differences in Cages on the
Incubation Results and Live Weight of Japanese Quails. Journal of Animal
and Veterinary Advances. 11 (8) :1204 1207.
Sudrajat, D.,Kardaya, D., Dihamsih, E dan Puteri, SFS. 2014. Performa Produksi
Telur Burung Puyuh yang Diberi Ransum Mengandung Kromium Organik.
JITV. 19 (4) : 258
Suprijatna, E., Sunarti., Mahfudz Dn Nimah. 2009. Efisiensi Penggunaan Protein
Untuk Produksi Telur Pada Puyuh Akibat Pemberian Ransum Protein
Rendah
Yang
Disuplementasi
Lisin
Sintetis.
Seminar
Nasional
19
Widodo, Wahyu. 2001. Nutrisi Dan Pakan Unggas Kontekstual. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta : 265
Wirawati, Chandra Utami dan Nirmagustina, Eva. 2009. Studi In Vivo Produk
Sereal Dari Tepung Bekatul Dan Tepung Ubi Jalar Sebagai Pangan
Fungsional. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian. 14 (2) : 142
Widodo, A., Setiawan., sudiyono., Sudibya dan Indreswari. 2013. Kecernaan
Nutrien dan Performan Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Jantan yang
Diberi Ampas Tahu Fermentasi dalam Ransum. Tropical Animal
Husbandry. Vol 2 (1): 51 57.
Wiwit, M., Susilowati dan Abdul G. 2014. Pengaruh Umur Terhadap
Pertambahan Bobot Badan Dan Kadar Hormon Pertumbuhan Pada
Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica L.) Jantan. UM.
Zahra, AA., Sunarti dan Suprijatna. 2012. PENGARUH PEMBERIAN PAKAN
BEBAS PILIH (Free Choice Feeding) TERHADAP PERFORMANS
PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica).
Animal Agricultural Journal. Vol 1 (1): 1 11.
20
telur puyuh