Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Analisis Situasi
Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu hal

menyebabkan prospek dunia peternakan semakin cerah. Seiring dengan


meningkatnya jumlah penduduk, maka konsumsi terhadap protein hewani akan
meningkat pula. Apalagi di tunjang dengan kesadaran masyarakat akan arti
pentingnya nilai gizi yang menyebabkan konsumsi komoditi hasil peternakan
akan mengalami peningkatan.
Usaha peternakan yang banyak diminati oleh masyarakat saat ini salah
satunya adalah peternakan unggas. Hal ini dikarenakan peternakan unggas
merupakan usaha yang dapat diusahakan mulai dari skala usaha rumah tangga
hingga skala usaha besar. Salah satu peternakan unggas yang saat ini kembali
diminati oleh masyarakat adalah peternakan puyuh.
Burung puyuh memang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia.
Hewan ini merupakan binatang liar yang hidup di gunung-gunung. Namun
beberapa puluh tahun terakhir, ternyata burung liar ini sudah bisa dijinakkan dan
dibudidayakan, serta dikembangkan secara komersial. Pengembangan burung
puyuh sangat cocok untuk usaha kecil, menengah hingga ke peternakan besar. Hal
ini dikarenakan beberapa keunggulan yang dimiliki oleh ternak puyuh diantaranya
kemampuan produksi telurnya cepat dan tinggi. Untuk memelihara dan
menernakan burung puyuh secara komersial tidak terlalu rumit perawatannya.
Bahkan apabila dibandingkan dengan menernakan ayam, jauh lebih mudah dan
efisien. Mengingat, memelihara burung puyuh tidak memerlukan kandang dan
lahan yang luas.
Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa
Timur, dan Jawa Tengah. Usaha peternakan mempunyai prospek untuk
dikembangkan karena tingginya permintaan akan produk peternakan. Usaha
peternakan juga memberi keuntungan yang cukup tinggi dan menjadi pendapatan
bagi banyak masyarakat pedesaan di Indonesia. Salah satunya yaitu dengan
beternak burung puyuh bisa dijadikan sebagai usaha sampingan atau profesi.

Sebab, telur maupun daging burung puyuh, kini mulai digemari masyarakat dari
berbagai kalangan. Tetapi, tingkat produktivitasnya masih jauh dari mencukupi
permintaan pasar, karena masih banyak orang yang belum mengetahui prospek,
cara beternak, memperoleh bibit dan pemeliharaannya dengan cara komersial.
Padahal kehadiran burung puyuh ini telah dikenal orang sejak lama. Hanya dahulu
banyak orang memeliharanya sebatas hobi dan tidak dikembangkan secara bisnis.
Burung puyuh yang dipelihara tentu memerlukan biaya untuk proses
pemeliharaan, yang dapat berupa kandang, pakan maupun obat-obatan. Biaya
pakan yang dapat mencapai 70% dari seluruh biaya produksi sangat menentukan
keberhasilan usaha burung puyuh. Peternak pada umumnya jarang melakukan
perhitungan usahatani karena semua kegiatan dilakukan sendiri bersama
keluarganya yang mana tidak diperhitungkan biaya tenaga kerja. Untuk itu dalam
laporan hasil fieldtrip di peternakan burung puyuh Bapak Haryanto yang memiliki
kapasitas 3000 ekor. Peternakan tersebut terdapat di daerah Wonokoyo Kota
Malang, studi lapang yang dilkakukan yaitu mencari tahu mengenai manajemen
pemeliharaan burung puyuh di peternakan tersebut.
1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik perumusan masalah yaitu
bagaimana manajemen pemeliharaan burung puyuh di peternakan Bapak
Haryanto.

1.3.

Tujuan
Sesuai dengan perumusan masalah maka tujuan dari kegiatan ini adalah

untuk mengetahui manajemen pemeliharaan burung puyuh di peternakan Bapak


Haryanto.
1.4.

Manfaat
Studi lapang yang dilaksanakan ini diharapkan dapat berguna sebagai

acuan pemeliharaan burung puyuh yang menguntungkan dari segi analisa


usahatani maupun teknis. Bagi praktisi maupun pemerhati dibidang peternakan
diharapkan dapat menjadi informasi pengetahuan dalam kasanah ilmu
pemeliharaan burung puyuh.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protein ransum menentukan kualitas ransum untuk sintesis jaringan,
pertumbuhan bulu dan produksi. Apabila kualitas ransum baik, akan
menghasilkan PBB yang tinggi demikian juga sebaliknya.( Widodo,2013 )
Nutrisi penting bagi pertumbuhan dan proses reproduksi ternak.
Kecukupan nutrisi makro, harus disertai pula dengan terpenuhinya akan
kebutuhan nutrisi mikro, untuk meningkatkan proses metabolisme dalam tubuh
(Sudrajat dkk, 2014).
Pemberian pakan pada ternak puyuh dapat dilakukan 2-3 kali sehari karena
strategi pemberian pakan adalah salah satu kunci keberhasilan ternak puyuh selain
pemberian pakan dengan kandungan nutrisi yang lengkap dan cukup untuk puyuh
dengan berbagai tingkat umur (Vicky,2009)
Pada masa pertumbuhan, protein digunakan untuk menyusun jaringan
tubuh yaitu membentuk otot, kuku, sel darah dan tulang tetapi pada masa bertelur
protein tidak lagi digunakan untuk menyusun jaringan tubuh tetapi lebih
digunakan untuk materi penyusun telur dan sperma (NRC, 1994).
Rata-rata berat telur burung puyuh pada penelitian ini adalah 9,44 0,38 g
per butir. Berat telur dari semua perlakuan menunjukkan hasil tidak berbeda nyata.
Semua berat telur pada batas-batas normal, hal ini berarti bahwa semua puyuh
menunjukkan kinerja yang normal/standar.(Suripta,2006).
Rerata konsumsi pakan puyuh umur 9 12 minggu berkisar antara 20,18
18,06 g per hari. Konsumsi pakan berdasarkan hasil penelitian cukup. hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa secara rerata pemberian pakan secara free
choice feeding dengan keragaman sumber protein tidak memberi pengaruh nyata
terhadap konsumsi pakan burung puyuh. (Zahra,2012)
Ransum dengan kandungan energi yang sama, maka dengan adanya
konsumsi yang tidak berbeda hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan energi pada
masing-masing kelompok puyuh tidak berbeda antara yang diberi ransum protein
tinggi dengan protein rendah. Karena pada hakekatnya ternak unggas
mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan energy. (Suprijatna,2009)

Pertambahan bobot badan menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan


burung puyuh mulai mengalami peningkatan secara signifikan mulai umur 14 hari
dan selanjutnya semakin meningkat sampai dengan umur 35 hari. Dari data
tersebut terlihat bahwa terjadi pertambahan bobot badan yang signifikan terdapat
pada umur 2-5 minggu hal ini karena pada burung puyuh akan mengalami
pertumbuhan yang cepat pada fase grower yaitu yang ditunjukkan dengan
pertambahan bobot badan dan kadar hormon pertumbuhan yang meningkat karena
kadar protein yang lebih banyak dan jumlah pakan yang dikonsumsi pada masing
masing umur berbeda. Pertumbuhan unggas dipengaruhi oleh faktor genetik,
dimana masing-masing ternak mempunyai kemampuan tumbuh yang berbedabeda berdasarkan umur dan jenis kelaminnya. (Wiwit,2014)
Pengamatan meliputi konsumsi pakan, produksi telur, bobot telur, konversi
pakan serta data lain yang mendukung dalam penelitian. Konsumsi pakan dihitung
dengan cara mengurangi jumlah ransum yang diberikan dengan sisa ransum
selama satu hari, produksi telur dihitung dengan cara mencatat jumlah telur puyuh
selama satu hari dibagi jumlah ternak selama satu hari, bobot telur diperoleh
denagan cara menimbang bobot telur setiap hari dengan timbangan digital,
konversi pakan Konversi pakan dihitung berdasarkan perbandingan konsumsi
pakan dengan bobot telur yang dihasilkan selama satu hari.(Charles,2015)
Bobot badan burung puyuh yang seragam pada setiap perlakuan di awal
penelitian ditunjukkan dari koefisien keragaman dibawah 10 % yaitu 7,88 %,
sehingga konsumsi pakannya hampir sama. Bobot badan yang seragam ini
dikarenakan burung puyuh yang digunakan dari jenis, umur, lingkungan dan
pemberian pakan yang sama. (Osfar,2013)
Kandang merupakan factor penting yang menentukan produktivitas puyuh,
karena unggas ini memiliki tingkat kepekaan tinggi terhadap perubahan yang
terjadi di sekitar kandang dan lingkungannya. Penanganan kandang yang baik
memberikan pengaruh langsung pada efisiensi teknis dan ekonomi. Berdasarkan
lantai yang digunakan kandang puyuh dibedakan atas kandang sistem litter dan
baterai.(Sergul,2012).
Bibit yang bermutu merupakan kunci sukses dalam beternak puyuh.
Peternak bisa memperoleh bibit puyuh dengan cara membibitkan sendiri,

menetaskan telur yang dibeli, atau langsung membeli bibit puyuh berumur satu
hari (DOQ). Namun,tidak ada salahnya peternak mulai melakukan pembibitan
sendiri untuk jaga-jaga jika tidak ada stok bibit puyuh di pasaran, Selain itu
peluang usaha pembibitan sangat prospektif mengingat kebutuhan bibit dan telur
puyuh yang semakin tinggi. (Maurice,2008).
Nilai gizi bekatul sangat baik, kaya akan vitamin B, vitamin E, asam
lemak esensial, serat pangan, protein, oryzanol, dan asam ferulat. Bekatul juga
mengandung karbohidrat, protein, mineral, dan serat pangan (dietary fiber) serta
mengandung minyak bekatul yang dapat menurunkan kadar kolesterol (Wirawati
dan Nirmagustina, 2009).
Bekatul merupakan salah satu bahan pakan sumber energy. Harga bekatul
relatif lebih murah dibanding dengan sumber energi lain, mempunyai kandungan
protein yang lebih tinggi (sekitar 12 13%) dan tersedia dalam jumlah banyak.
Tetapi kelemahan bekatul adalah kandungan energi relatif agak rendah, yaitu
energi sekitar 2800 kkal/kg dan mempunyai sifat

bulky (amba atau mudah

mengenyangkan) (Widodo, 2001).


Complete feed merupakan ransum lengkap yang telah diformulasi
sedemikian rupa sehingga mengandung semua nutrien sesuai kebutuhan nutrien
ternak, dan diberikan sebagai satu-satunya pakan untuk ternak (Baba dkk, 2012).

BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan


Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak Non Ruminansia lanjut dilaksanakan di
Peternakan Burung Puyuh Bapak Haryanto Jalan Sekar Putih RT 03 RW 03
Kelurahan Wonokoyo, Kecamatan Kedung Kandang, Kota Malang tanggal 12
Maret 2016.
3.2 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran dalam praktikum adalah pemilik peternak di Peternakan
Burung Puyuh Bapak Haryanto Jalan Sekar Putih RT 03 RW 03 Kelurahan
Wonokoyo, Kecamatan Kedung Kandang, Kota Malang.
3.3 Metode Kegiatan
Metode yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini adalah observasi
lapang dan wawancara dengan pemilik untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.
Pengambilan data dilakukan dengan :
1. Observasi Lapang
Observasi Lapang adalah kegiatan pengumpulan data melalui pengamatan dan
pencatatan sistematik terhadap kondisi yang diamati di lapang.
2. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan pengumpulan data melalui diskusi langsung
dengan pihak-pihak yang terkait baik pimpinan, karyawan dan pekerja
kandang.
3.4 Analisis Hasil Kegiatan
Variabel yang diamati

selama

kegiatan

praktikum,

meliputi:

perkandangan, bibit, pemberian pakan dan minum, pemasaran hasil, sanitasi dan
pencegahan penyakit serta pengolahan limbah.
Analisis terhadap data yang telah didapatkan selama pelaksanaan
praktikum baik data primer maupun sekunder dilakukan melalui analisis
deskriftif yaitu menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan manajemen yang
ada di lapang kemudian dilakukan perbandingan dengan teori-teori yang terdapat
diberbagai macam literatur.
3.5 Batasan Istilah

Burung Puyuh adalah jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh
relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Gambaran Umum Peternakan Burung Puyuh


Peternakan yang kami kunjungi adalah milik Bapak Haryanto yang

berlokasi di Jalan Sekarputih RT 3 RW 3, Wonokoyo Kota Malang. Lokasi


peternakan berada dibelakang rumah BapakHaryanto. Komoditi ternak yang
dikembang biakan adalah puyuh petelur. Puyuh didapatkan dengan cara membeli
dari Blitar dengan umur 30 hari jadi hanya dengan menunggu 10 hari puyuh
tersebut sudah siap untuk bertelur. Sistem perkandangan yang digunakan adalah
perkandangan dengan sistem baterai diamana setiap kotak diisi 20 ekor puyuh.
Awal mula usaha peternakan puyuh petelur milik Bapak Haryantodidasari
karena keinginan untuk mencoba beternak puyuh. Pada mulanya Bapak
Haryantosudah memiliki peternakan ayam pedaging lalau uncul keinginan untuk
mengembangkan usaha peternakan yang dimilikinya dengan membuat usaha
peternakan puyuh, lalu terwujudlah peternakan puyuh tersebut. Bapak Haryanto
menjalankan usaha peternakan puyuh petelur ini sudah selama 2 tahun. Puyuh
petelur yang dikembang biakkan berjumlah 3000 ekor dan semuanya sudah
memasuki fase layer sejak pertama didatangkan dari Blitar.
4.2.

Pakan Burung Puyuh


4.2.1. Kebutuhan zat makanan
Puyuh membutuhkan beberapa unsur nutrisi untuk kebutuhan
hidupnya. Semua kebutuhan pakan burung puyuh harus dipenuhi dari luar
tubuh yaitu kebutuhan protein, energi, vitamin, mineral dan air. Burung
puyuh membutuhkan pakan dengan kandungan nutrisi yang berbeda pada tiap
periode. Sesuai dengan pendapat Sudrajat dkk, (2014) bahwa nutrisi penting
bagi pertumbuhan dan proses reproduksi ternak. Kecukupan nutrisi makro,
harus disertai pula dengan terpenuhinya akan kebutuhan nutrisi mikro, untuk
meningkatkan proses metabolisme dalam tubuh. Kebutuhan nutrisi pada
burung puyuh dapat dilihat pada tabel berikut.

Sumber : NRC, 1994

Sumber : NRC, 1984

10

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada periode starter dan grower
minimal kandungan protein kasar 27% dan energi metabolis 2800 Kkal/kg.
Pada periode layer minimal

kandungan protein kasar 20% dan energi

metabolis 2600 Kkal/kg. sedangkan pada puyuh bibit kandungan protein


kasar minimal 24% dan energi metabolis minimal 2800%. Perbedaan
kebutuhan nutrisi ini dikarenakan pada periode grower puyuh membutuhkan
nutrisi lebih agar mampu bertumbuh secara maksimal. Hal tersebut didukung
dengan pernyataan NRC (1994) bahwa pada masa pertumbuhan, protein
digunakan untuk menyusun jaringan tubuh yaitu membentuk otot, kuku, sel
darah dan tulang tetapi pada masa bertelur protein tidak lagi digunakan untuk
menyusun jaringan tubuh tetapi lebih digunakan untuk materi penyusun telur
dan sperma.
Peternak harus menyediakan pakan sesuai dengan kebutuhan nutrisinya,
terutama energi metabolis dan protein, karena pada dasarnya unggas akan
berhenti mengkonsumsi pakan apabila kebutuhan energin metabolisnya
terpenuhi. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi produksi puyuh itu
sendiri. Sesuai dengan pernyataan Suprijatna (2009) bahwa kebutuhan energi
pada masing-masing kelompok puyuh tidak berbeda antara yang diberi
ransum protein tinggi dengan protein rendah. Karena pada hakekatnya ternak
unggas mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan energy hariannya.
Widodo (2013) menambahkan bahwa protein ransum menentukan kualitas
ransum untuk sintesis jaringan, pertumbuhan bulu dan produksi.
4.2.2. Bahan Pakan Yang Digunakan
Selama ini pemilik peternakan puyuh menyusun ransum sendiri
untuk diberikan pada ternaknya. Peternak menggunakan beberapa bahan
pakan antara lain bekatul separator, konsentrat dan pakan jadi untuk puyuh
(produk dari PT. Japfa Comfeed). Alasan digunakannya pakan produk PT.
Japfa Comfeed menurut peternak yaitu bentuk cangkang telur lebih tebal jika
dibandingkan dengan menggunakan pakan jadi lainnya, disamping itu
harganya juga lebih murah.
Pemberian pakan pada puyuh dilakukan sekali dalam sehari
dikarenakan peternak juga bekerja diluar. Pemberian pakan dilakukan pada

11

pagi hari dengan pengisian tempat pakan penuh. Namun pada dasarnya
pemberian pakan pada puyuh yang baik yaitu dilakukan dua kali dalam sehari
yaitu pada pagi dan sore hari. Sesuai dengan pendapat Vicky (2009) bahwa
pemberian pakan pada ternak puyuh dapat dilakukan 2-3 kali sehari karena
strategi pemberian pakan adalah salah satu kunci keberhasilan ternak puyuh
selain pemberian pakan dengan kandungan nutrisi yang lengkap dan cukup
untuk puyuh dengan berbagai tingkat umur.
Kebutuhan pakan untuk 1000 ekor puyuh per hari adalah 25 kg. Jika
dikalkulasi maka kebutuhan pakan per ekor puyuh yaitu 25 gram/ekor/hari.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Zahra (2012) bahwa rerata konsumsi
pakan puyuh umur 9 12 minggu berkisar antara 20,18 28,06 g per hari.
konsumsi pakan pada tiap individu ternak ternak tentu dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti umur, status fisiologis, dan kondisi lingkungan.
Peternak

membeli

bahan-bahan

pakan

dengan

harga

Rp.383.000/karung untuk konsentrat, pakan jadi khusus puyuh Rp.


297.000/karung dan bekatul Rp. 3000/kg. Berdasarkan keterangan dari
peternak, perhitungan biaya pakan per ekor per hari yakni sekitar Rp. 5300.
4.2.3. Ketersediaan bahan pakan
Ketersediaan bahan pakan penyusun ransum merupakan salah satu
kendala yang sering mengakibatkan kurang stabilnya usaha peternakan
unggas di Indonesia. Hal ini disebabkan beberapa bahan pakan yang masih
bertentangan dengan sumber bahan pangan untuk manusia seperti misalnya
jagung. Namun untuk mengatasi hal tersebut peternak dapat melakukan
kerjasama dengan pihak suplayer. Hal itu pula yang dilakukan oleh Bapak
Haryanto untuk menjaga kontinuitas ketersediaan bahan pakan untuk
peternakan puyuhnya. Bapak Haryanto bekerja sama dengan bagian
pengadaan pakan di Dinas Peternakan kabupaten Malang.
Ketersediaan pakan pada peternakan Bapak Haryanto selalu
terjamin. Beliau selalu memiliki stok pakan yang cukup untuk digunakan
beberapa minggu kedepannya. Dan apabila stok yang tersisa sudah menipis
maka peternak langsung menghubungi pihak suplayer pakan agar segera
dikirim pakan.
4.2.4. Kandungan Gizi Bahan Pakan

12

a)

Bekatul
Bekatul merupakan salah satu bahan pakan yang mudah
didapatkan pada saat musim panen padi pada musim penghujan.
Sehingga harga bekatul pada saat tersebut umumnya relatif lebih murah
dibandingkan pada saat musim kemarau. Oleh karena itu bekatul
banyak digunakan oleh peternak sebagai bahan sumber energi pada
pakan ternak mereka. Sesuai dengan pendapat Widodo (2001) bahwa
bekatul merupakan salah satu bahan pakan sumber energy.

Harga

bekatul relatif lebih murah dibanding dengan sumber energi lain,


mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi (sekitar 12 13%) dan
tersedia dalam jumlah banyak. Tetapi kelemahan bekatul adalah
kandungan energi relatif agak rendah, yaitu energi sekitar 2800 kkal/kg
dan mempunyai sifat bulky (amba atau mudah mengenyangkan).
Nilai gizi bekatul sangat baik, kaya akan vitamin B, vitamin E,
asam lemak esensial, serat pangan, protein, oryzanol, dan asam ferulat.
Bekatul juga mengandung karbohidrat, protein, mineral, dan serat
pangan (dietary fiber) serta mengandung minyak bekatul yang dapat
menurunkan kadar kolesterol (Wirawati dan Nirmagustina, 2009).
Kandungan nutrisi dari bekatul dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Sumber : Scott,
1976.
b)

Complete Feed Puyuh


Complete feed merupakan ransum lengkap yang telah
diformulasi sedemikian rupa sehingga mengandung semua nutrien
sesuai kebutuhan nutrien ternak, dan diberikan sebagai satu-satunya
pakan untuk ternak (Baba dkk, 2012). Umumnya masyarakat menyebut
complete feed dengan istilah pakan jadi/pakan pabrik.
Secara umum penggunaan pakan jadi ini lebih sederhana
karena peternak tidak perlu membuat ransum dengan terlalu banyak

13

bahan pakan, tetapi kebutuhan nutrisi ternak sudah tercukupi.


Kandungan nutrisi complete feed untuk puyuh dapat dilihat pada tabel
berikut :

Sumber: https://www.japfacomfeed.co.id/id/product-and-services/poultry.com
Namun kelemahan penggunaan complete feed ini antara lain
harga yang mahal. Bapak Haryanto membeli complete feed buatan PT.
Japfa Comfeed dengan harga Rp. 297.000/karung 50 kg. Penyebab
mahalnya harga complete feed ini salah satunya yaitu perusahaan masih
menggunakan bahan-bahan impor seperti tepung ikan, MBM, dan lain
sebagainya.
c)

Konsentrat
Konsentrat atau pakan penguat merupakan bahan pakan yang
digunakan bersama bahan pakan lain untuk menyeimbangkan
kandungan nutrisi dari keseluruhan pakan. Konsentrat sebagai bahan
penguat sangat bagus bagi ternak sebab mudah dicerna dengan baik.
Karena terbuat dari beragam campuran bahan pakan yang berasal dari
bahan-bahan pakan yang banyak kandungan sumber energi, protein,
vitamin, dan mineral.
Pemberian pakan konsentrat yang berkualitas tinggi akan
mempercepat pertumbuhan ternak, sehingga berat badan yang
diharapkan dapat tercapai dalam waktu yang singkat. Namun pemberian
yang terlalu banyak akan menyebabkan bengkaknya biaya pakan karena
harga konsentrat buatan pabrik relatif mahal.

14

4.2.5. Formulasi Pakan


Dalam

menyusun

pakan

bagi

ternak

puyuhnya,

peternak

menggunakan formulasi bahan pakan bekatul sebanyak 100 kg, konsentrat 50


kg dan pakan jadi khusus puyuh sebanyak 2 kuintal. Metode pencampuran
pakan yang digunakan peternak yaitu cara manual menggunakan tangan. Hal
ini dilakukan karena pakan yang dicampur hanya dalam jumlah sedikit.
Peternak mencampur pakan untuk sekali pemberian sehingga
pencampuran pakan dilakukan apabila akan memberikan pakan pada
ternaknya. Dalam mencampur pakan harus dipastikan bahwa bahan-bahan
pakan tercampur dengan baik. Hal tersebut bertujuan agar ternak tidak
memilih-milih pada saat makan.
4.2.6. Teknologi dan Pengolahan Pakan
Pada peternakan burung puyuh petelur yang kami kunjungi
menerapkan sistem pengolahan pakan secara manual dengan memanfaatkan
bahan pakan berupa bekatul, konsentrat jadi dan pakan pabrik. Pengolahan
dilakukan dengan mencampur semua bahan pada suatu wadah dan diaduk
menggunakan skop. Proses yang dibutuhkan untuk mencampur bahan pakan
terbilang sangat lamban dan kurang efisien untuk kapasitas ternak yang
mencapai 3000 ekor. Proporsi pakan dalam sekari pencampuran dapat di
asumsikan dengan perbandingan bekatul, konsentrat, dan pakan jadi sebesar 1
: 0.5 : 2.
4.2.7. Kebutuhan Pakan Per Hari
Kebutuhan pakan per hari merupakan hal yang perlu diperhatikan
sebab disamping untuk memenuhi kebutuhan metabolis ternak, pakan juga
berfungsi untuk mencukupi kebutuhan produksi ternak. Dengan mencukupi
kebutuhan metabolis dan produksinya, maka akan diperoleh produksi produk
secara maksimal. Kebutuhan pakan perhari dapat diasumsikan setiap 1000
ekor ternak diberikan pakan sebanyak 25 kg pakan campuran.

15

4.2.8. Metode Pemberian Pakan


Metode pemberian pakan sebaiknya disesuaikan dengan jenis ternak
yang dipelihara. Metode pemberian pakan yang diterapkan nantinya juga
akan mempengaruhi efisiensi pakan dan dikonfersi untuk menjadi daging atau
telur. Untuk unggas petelur Pemberian pakan disarankan untuk menggunakan
metode restricted. Metode ini adalah cara pemberian pakan yang dimana
pemberian pakan diberikan secara terbatas yang di hitung sesuai kebutuhan
pakan per ekor. Metode pemberian pakan yang digunakan pada peternakan
burung

puyuh

yang

kami

kunjungi

adalah

pemberian

secara

restricted(dibatasi).
4.2.9. Frekuensi Pemberian Pakan
frekuensi pemberian pakan untuk burung puyuh pada peternakan yang kami
kunjungi dilakukan dengan frekuensi 1 kali dalam sehari dengan menghitung
kebutuhan pakan ternak /ekor/hari. Menurut Peternak sebagai narasumber kami
memberikan pendapat bahwa pemberian pakan dapat diberikan sekali dalam satu
hari, tujuan dari pemberian pakan tersebut antara lain untuk efisiensi tenaga kerja.
4.3. Evaluasi Pemberian Pakan
a) Konsumsi Pakan/ekor/hari
Konsumsi pakan (FI) merupakan jumlah pakan yang di konsumsi per
individu ternak dalam satu hari.

FI =

25(Kg)
PEMBERISN PAKAN
1000
1000=25 gram/ekor
TERNAK
1000

*asumsi setiap pemberian 25 Kg pakan untuk 1000 ekor ternak


b) Pertambahan Bobot Badan
Data tidak ada

16

c) Konversi Pakan
Konversi pakan adalah jumlah pakan dalam satuan untuk
menghasilkan produksi telur dalam satuan.
FCR=

40.500 (Kg)
TOTAL KONSUMSI
=
=2.98
TELUR DIPRODUKSI
13.608( Kg)

*total konsumsi : 75 x 30 hari x 18 bulan =40.500 Kg


Penurunan produksi 10% dalam 1 periode pemeliharaan :
Produksi /hari : 28 kg (3000 ekor)
Masa pemeliharaan 18 bulan
Maka :
28kg x 30 hari x 18 bulan = 15.120 Kg
penurunan produksi :

10
15.120=1.512 Kg
100

Total Produksi maka 15.120 1.512 = 13.608Kg


d) Income Over Feed Cost
Diketahui :
Total Produksi Telur/periode : 13.608 Kg
Harga / Kg Telur Puyuh : Rp. 23.000,IOFC=Total penerimaan Total Harga Pakan

312.984 .000 124.918 .000


187.066.000

e) HHP dan HDP


- Hand Day Production (HDP)
Rata rata telur / hari : 2800 butir
HDP=

BUTIR TELUR SEHARI 2800


=
TERNAK DIPELIHARA 3000

= 0.93

Hand House Production (HHP)


Rata-rata produksi Dalam 1 periode: 1.512.000

17

HDP=

BUTIR TELUR PERPERIODE 1512000


=
=504
TERNAK DIPELIHARA
3000

BAB V
PENUTUP

5.1.

Kesimpulan
Dari pembahasan di atas penulis dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1) Beternak burung puyuh sangat cocok untuk usaha kecil, menengah, hingga
peternak besar.
2) Berdasarkan perhitungan yang terdapat di peternakan Bapak Haryanto
dapat disimpulkan bahwa konsumsi pakan yaitu 25 gr/ekor/hari, FCR
adalah 2.98, IOFC sebesar

187.066 .000 , HDP adalah 0.93 dan HHP

sebesar 504. Artinya peternakan tersebut layak dan dapat dikembangkan


lebih lanjut.
5.2.

Saran
Sebaiknya peternakan Burung Puyuh milik Bapak Haryanto memperbaiki
manajemen

pemeliharaan

seperti

pakan,

perkandangan

dan

pemeliharaan untuk lebih meningkatkan produktivitas dan keuntungan.

sistem

18

DAFTAR PUSTAKA
Baba, Syahda., Dagong, M.I., Ako, Ambo., Sanusi, Abdullah dan Muktiani, Anis.
2012. Produksi Complete Feed Berbahan Baku Lokal Dan Murah Melalui
Aplikasi Participatory Technology Development Guna Meningkatkan
Produksi Dangke Susu Di Kabupaten Enrekang. Prosiding InSINas : 2
Charles, E dan Balarabe R. 2015. The Prospects and Limitations of Japanese
Quail (Coturnix coturnix japonica) Production in Nigeria- A Review.
International Journal pf Multidisciplinary and Current Research. Vol 3.
Osfar. S dan Eko W. 2013. Effect Of Addition Of Choline Chloride In Feed On
Quail (Coturnix coturnix japonica) Production Performance. Fakultas
Peternakan: UB.
Maurice, R. 2008. Raising Japanese Quail. NSW Department of Primary
Industries 2nd Edition.
NRC (National Research Council). 1994. Nutrient Requirements of Poultry. Ninth
Revised Edition. National Academy of Sciences, Washington : 9
Sergul, A dan Ali K. 2012. The Effect of Floor Differences in Cages on the
Incubation Results and Live Weight of Japanese Quails. Journal of Animal
and Veterinary Advances. 11 (8) :1204 1207.
Sudrajat, D.,Kardaya, D., Dihamsih, E dan Puteri, SFS. 2014. Performa Produksi
Telur Burung Puyuh yang Diberi Ransum Mengandung Kromium Organik.
JITV. 19 (4) : 258
Suprijatna, E., Sunarti., Mahfudz Dn Nimah. 2009. Efisiensi Penggunaan Protein
Untuk Produksi Telur Pada Puyuh Akibat Pemberian Ransum Protein
Rendah

Yang

Disuplementasi

Lisin

Sintetis.

Seminar

Nasional

Kebangkitan Peternakan. Semarang.


Suripta dan Astuti. 2006. Pengaruh Penggunaan Minyak Lemuru Dan Minyak
Sawit Dalam Ransum Terhadap Rasio Asam Lemak Omega-3 Dan
Omega-6 Dalam Telur Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica).
Journal Indo. Trop. Anim. Agric. 32 (1) : 22 28.
Vicky, W. 2009. Pengaruh Probiotik Starbio Pada Ransum Burung Puyuh
Periode Pertumbuhan. Fakultas Pertanian: USU.

19

Widodo, Wahyu. 2001. Nutrisi Dan Pakan Unggas Kontekstual. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta : 265
Wirawati, Chandra Utami dan Nirmagustina, Eva. 2009. Studi In Vivo Produk
Sereal Dari Tepung Bekatul Dan Tepung Ubi Jalar Sebagai Pangan
Fungsional. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian. 14 (2) : 142
Widodo, A., Setiawan., sudiyono., Sudibya dan Indreswari. 2013. Kecernaan
Nutrien dan Performan Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Jantan yang
Diberi Ampas Tahu Fermentasi dalam Ransum. Tropical Animal
Husbandry. Vol 2 (1): 51 57.
Wiwit, M., Susilowati dan Abdul G. 2014. Pengaruh Umur Terhadap
Pertambahan Bobot Badan Dan Kadar Hormon Pertumbuhan Pada
Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica L.) Jantan. UM.
Zahra, AA., Sunarti dan Suprijatna. 2012. PENGARUH PEMBERIAN PAKAN
BEBAS PILIH (Free Choice Feeding) TERHADAP PERFORMANS
PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica).
Animal Agricultural Journal. Vol 1 (1): 1 11.

20

LAMPIRAN DOKUMENTASI KEGIATAN

Foto bersama peternak

Foto bersama peternak

telur puyuh

Pakan burung puyuh

timbangan telur puyuh

Vaksinasi burung puyuh

Kandang burung puyuh


Pakan burung puyuh

Anda mungkin juga menyukai