Oleh :
Ardan Legenda De A
Mirsa Ita Dewi Adiana
Ari Prayudha
Dwi Mardiko
Ibnu Satria A
135050100111093
135050100111189
135050100111098
135050100111082
135050100111154
Kelas G
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
1
KATA PENGANTAR .......................................................................................
2
DAFTAR ISI....................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1..............................................................................................
Latar Belakang
..............................................................................................
4
1.2..............................................................................................
Rumusan Masalah
..............................................................................................
5
1.3..............................................................................................
Tujuan
..............................................................................................
5
1.4..............................................................................................
Manfaat
..............................................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Sinkronisasi Estrus
........................................................................................................................
6
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Penjelesan Umum Sinkronisasi Estrus
........................................................................................................................
7
3.2. Manfaat dan Keuntungan Sinkronisasi Estrus
........................................................................................................................
9
3.3. Mekanisme Sinkronisasi Estrus Pada Ternak
........................................................................................................................
10
3.4. Metode Sinkronisasi Estrus Pada Ternak
........................................................................................................................
12
BAB IV PENUTUP..........................................................................................
14
4.1. Kesimpulan
........................................................................................................................
14
4.2. Saran
........................................................................................................................
14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan dasar yang mutlak yang harus
dipenuhi, karena merupakan pendukung kelangsungan hidup
manusia. Ketersediaan pangan hewani yang bersumber dari produk
peternakan yakni daging, susu dan telur merupakan faktor yang
sangat menentukan kualitas sumberdaya manusia. Berdasarkan
Food and Agriculture Organization of The United Nations melaporkan
bahwa tingkat konsumsi protein hewani Indonesia tahun 2013 hanya
15,7 gram/kapita/hari, jika dibandingkan dengan negara tetangga
konsumsi protein hewani Indonesia masih rendah, seperti china 37,0
gram/kapita/hari dan malaysia 41,5 gram/kapita/hari.
Salah satu faktor rendahnya konsumsi protein hewani di
Indonesia adalah masih rendahnya produksi dan populasi ternak
lokal, hal ini mengakibatkan mahalnya harga pangan sumber protein
hewani yang sulit dijangkau oleh daya beli masyarakat. Kemajuan
teknologi dibidang peternakan telah banyak dikembangkan untuk
mengatasi permasalahan rendahnya produktivitas ternak lokal
Indonesia. Salah satu teknologi yang sering diaplikasikan yaitu
teknologi Inseminasi Buatan (IB). Teknologi IB merupakan teknologi
yang efektif dan murah karena lebih sedikit menggunakan bahanbahan kimia dan biologis dibandingkan dengan teknologi transfer
embrio (TE) atau dengan teknologi fertilisasi in vitro (FIV) ( Herdis,
2000 ).
Namun demikian, pelaksanaan IB di tingkat lapangan
menuntut ketersediaan ternak betina resipien dalam jumlah
banyak dan mempunyai estrus yang serentak. Hal ini dapat dipahami
karena secara teknis dan ekonomis. Pada sisi lain, kondisi seperti ini
sangat jarang ditemukan di tingkat lapangan karena siklus estrus
antar individu sapi sangat bervariasi. Selain itu, terbatasnya
kemampuan dan waktu serta tenaga peternak untuk melakukan
pengamatan estrus menjadi salah satu faktor penghambat di dalam
upaya meningkatkan efisiensi reproduksi ternak sapi. Oleh karena itu
dibutuhkan teknologi reproduksi yang dapat menyerentakkan estrus
ternak sapi, sehingga dapat dikawinkan atau diinseminasi pada
waktu yang bersamaan untuk menghasilkan kebuntingan dan
kelahiran yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan
efisiensi reproduksi ternak sapi tersebut.
Salah satu cara yang diterapkan untuk sinkronisasi estrus
pada ternak sapi adalah menggunakan hormon luteotropik sintetik,
Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, terdapat permasalahan pokok yang dapat
diidentifikasi yaitu :
1) Bagaimana manfaat sinkronisasi estrus pada ternak?
2) Bagaimana mekanisme sinkronisasi estrus pada ternak?
3) Bagaimana teknik penggunaan berbagai hormon untuk
sinkronisasi estrus?
4) Bagaimana aplikasi sinkronisasi estrus pada berbagai jenis
ternak?
1.3.
Tujuan
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, terdapat tujuan
yang akan dibahas yaitu :
1) Untuk mengetahui manfaat sinkronisasi estrus pada ternak.
2) Untuk mengetahui mekanisme sinkronisasi estrus pada ternak.
3) Untuk Mengetahui teknik penggunaan berbagai hormon untuk
sinkronisasi estrus.
4) Untuk mengetahui aplikasi sinkronisasi estrus pada berbagai jenis
ternak?
1.4.
Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembuatan paper ini
adalah supaya mahasiswa mampu memahami dan mengetahui
perkembangan teknologi reproduksi khususnya dalam teknologi
sinkronisasi estrus pada ternak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
10
3.2.
11
3.3.
12
2. Penyuntikan Progesteron
a. Penyuntikan selama 18 -20 hari (50 mg/hari).
b. Menghambat fase luteal melalui umpan balik negatif.
c. Kelemahannya yaitu injeksi memerlukan waktu dan tenaga,
timbulnya birahi bervariasi kurang lebih 5 hari, fertilisasi
menurun/rendah (Ismaya, 1998).
3. Pemberian progestagen aktif per oral (mulut)
a. Mengatasi kesulitan kedua diatas dan lebih tepat untuk
kelompok ternak yang besar dikandang dan terprogram
pemberian pakannya
b. Progestagen sintetik yaitu melengestrol Asetat (MGA) dan
Medroxiprogesteron (MPA), namun lebih bagus MGA
daripada MPA.
c. Pemberian lewat pakan selama 15-18 hari dan birahi terjadi
3-5 hari kemudian setelah penghentian perlakuan.
d. Fertilisasi rendah (42%) dan menjadi 82 % pada estrus
berikutnya.
e. Pemberian esterogen dan gonadotropin menghambat MGA,
fertilisasi tetap rendah (Ismaya, 1998).
4. Implan silastik
a. Implan silastik yang mengandung MGA ditanam dibawah kulit
leher atau dibawah kulit luar telinga selama 22-64 hari
b. 36-72 jam setelah penghentian perlakuan terjadi birahi 64 %
(Ismaya, 1998).
5. Spons intravagina
a. Progesteron juga dapat dimasukan ke vagina dengan
memakai spons, diharapkan dapat menghasilkan estrus yang
baik.
b. Pemasangan spons selama 18-21 hari dan birahi akan
tampak 24-72 jam setelah pengambilan spons dari vagina.
c. Kelemahan: spons sering berubah tempat, kerusakan
mukosa vagina dan serviks.
d. Progesteron releasing intra vagina device (PRID) adalah alat
intravagina pelepas progesteron dengan speculum pada
bagian vagina anterior (Ismaya, 1998).
e. Dengan penyuntikan PMSG (750-2000 IU) sebelum dan
sesudah pengeluaran spons dapat meningkatkan birahi dan
fertilisasi (Ismaya, 1998).
6. Progestagen dalam waktu singkat
a. Untuk meningkatkan fertilisasi prostagen diberikan 9-12
hari saja.
b. Sebelumnya disuntikan 5-7,5 mg EB dan 50-250 mg
progesteron dan setelah penghentian perlakuan, maka 56
jam kemudian birahi dan dapat di IB (Ismaya, 1998).
7. Injeksi prostaglandin PGF 2alfa
13
Pada Sapi
Pada sapi sering digunakan PGF2 alpha yang berfungsi
menghancurkan korpus leteum yang sedang berfungsi dan tidak
14
15
4.1.
Kesimpulan
Sinkronisasi estrus merupakan teknik manipulasi siklus estrus
untuk menimbulkan gejala estrus dan ovulasi pada
sekolompok hewan secara bersamaan.
- Metode penggunaan sinkronisasi estrus dapat dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu penggunaan sediaan
progesteron, prostaglandin F2a(PGF2a), dan kombinasinya
dengan gonadotropin releasing hormone (GnRH).
- Manfaat sinkronisasi estrus adalah diantara meningkatkan
efisiensi penggunaan inseminasi buatan, efisiensi deteksi
estrus atau birahi, menekan biaya inseminasi buatan,
mengatasi masalah pendeteksian birahi, dan mengatasi
masalah reproduksi tertentu seperti anestrus post partum.
-
4.2.
Saran
Sebaiknya sinkronisasi estrus pada ternak lebih digalakkan
lagi dan disosialisasikan kepada peternak dan diaplikasikan secara
terprogram karena memiliki tingkat keberhasilan yang sama
dibandingkan birahi alami.
16
DAFTAR PUSTAKA
17