Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Usaha peternakan mempunyai prospek untuk dikembangkan karena tingginya

permintaan akan produk peternakan. Usaha peternakan juga memberi

keuntungan yang cukup tinggi dan menjadi sumber pendapatan bagi banyak

masyarakat di pedesaaan di Indonesia. Namun demikian, sebagaimana usaha

lainnya, usaha peternakan juga membutuhkan modal dan manajemen yang efisien

demi mendapatkan keuntungan. Keterbatasan modal yang dimiliki peternak

mengakibatkan mereka membatasi jumlah ternak yang dipelihara dan penggunaan

faktor input sehingga akan berdampak pada tingkat keuntungan yang relatif kecil.

Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang penting bagi para

peternak kecil, terutama bagi masyarakat perdesaan. Pentingnya ternak babi ini,

karena dapat meningkatkan pendapatannya dimana kehidupan masyarakat

perdesaan hanya tergantung pada hasil usahatani. Peningkatan pendapatan ini

dapat diperoleh melalui diversifikasi usahatani dengan ternak babi. Hal ini karena

ternak babi mempunyai nilai ekonomis yang tinggi apabila dipasarkan dengan baik.

Terdapat beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dalam beternak babi, selain

sebagai sumber protein juga dapat memberikan sumbangan yang besar bagi

peningkatan pendapatan keluarga peternak.

Menurut Sihombing (2010) dalam Zadrak, dkk (2014), biaya produksi terbesar

dalam usaha ternak babi ialah biaya makanan mencapai 65-80 persen dari total

biaya produksi. Sementara pada kenyataannya akhir-akhir ini semenjak krisis

moneter melanda perekonomian, harga bahan pakan ternak mengalami

1
1

peningkatan. Adanya kenaikan biaya produksi tanpa diikuti dengan keuntungan

merupakan masalah bagi peternak karena biaya produksi merupakan faktor penentu

dalam usaha peternakan. Perubahan harga faktor produksi tentunya akan

berdampak pada perubahan keuntungan yang diterima. Dalam setiap usaha

peternakan selalu mengharapkan keuntungan sebab keberhasilan usaha peternakan

banyak tergantung dari keuntungan yang diperoleh peternak.

Berdasarkan hasil sensus penduduk yang dilakukan sepuluh tahun sekali

diperoleh bahwa penduduk Indonesia berjumlah 237.641.326 orang dan 29.568.464

orang diantaranya adalah non-Muslim atau sebesar 12,44% dari total penduduk

Indonesia (BPS, 2014 dalam Bayu, dkk, 2015). Oleh karena itu, daging babi

memiliki potensi sebagai sumber protein hewani bagi sebagian penduduk di

Indonesia. Konsumsi ideal untuk anak-anak, remaja dan dewasa adalah sebesar

1,5; 1,0 dan 0,8 g protein/kg berat tubuh per hari masing-masingnya. (Hoffman &

Falvo, 2005 dalam Bayu, dkk, 2015). Di Indonesia, populasi babi terkonsentrasi

pada beberapa daerah antara lain di Bali, Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan,

Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi dan Papua. Penyebaran populasi babi

tersebut baik jenis lokal maupun impor dalam lima tahun terakhir dapat dilihat

pada Tabel 1 (Ditjen PKH 2013a dalam Bayu, dkk, 2015) dan banyaknya populasi

tersebut dapat dijadikan salah satu sumber daging bagi sekitar 13% penduduk

Indonesia.

Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh

keuntungan. (Wahyudi, dkk, 2011). Dalam hal ini analisis profitabilitas sangat

penting untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari usaha peternakan babi

agar pihak pemilik atau manajer dapat mengetahui apakah manajemen sudah

efisien atau belum sehingga dapat dilihat tingkat keberhasilan usaha peternakan

2
1

babi tersebut. Oleh karena usaha peternakan babi milik kami (sya) Di Sp 3

Kelurahan Karang Senang Disrtik Kuala Kencana Kabupaten Mimika yang sudah

cukup lama beroperasi dan dapat bermanfaaf dalam memperdayakan masyarakat

setempat. Hal ini mendorong saya untuk membagi informasi atau pengetahuan

dituankan dalam prosal ini dengan judul “Analisis Profitabilitas Usaha Peternakan

babi milik bapak Nius Wenda dalam memperdayakan masyarakat lokal Distrik

Kuala Kencana Kabupaten Mimika”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang dihadapi yaitu

sebagai berikut:

1.      Berapakah besarnya biaya produksi yang digunakan  dalam usaha peternakan

babi milik bapak Nius Wenda?

2.      Berapakah keuntungan yang didapatkan dari  usaha peternakan babi milik bapak

Nius Wenda?

3.      Bagaimana profitabilitas dari  usaha peternakan babi dalam mengembangkan

usahanya?

C. TUJUAN

Tujuan Yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut:

1.      Menganalisis besarnya biaya produksi yang digunakan dalam usaha peternakan

babi.

2.      Menganalisis keuntungan yang didapat dari  usaha peternakan babi.

3.      Menganalisis profitabilitas dari  usaha peternakan babi.

3
1

D. MANFAAT

1.      Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat usaha ternak babi dalam

menentukan dan menetapkan biaya produksi yang tepat.

2. Mengetahui cara pemeliharaan babi tyang tepat

3. Mengetahui manfaat dan pengelolaan usaha ternak babi yang tepat.

4   Sebagai sumber referensi dan pengembangan lebih lanjut bagi penelitian mengenai

usaha peternakan babi di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP DASAR

2.1      Ternak Babi

Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap

kelahiran), pertumbuhannya cepat dan dalam umur enam bulan sudah dapat

dipasarkan. Disisi lain ternak babi sangat mudah untuk dikembangkan selain

kesanggupannya untuk beradaptasi dalam lingkungan yang beranekaragam, juga

dapat mengkonsumsi banyak jenis makanan bahkan sisa makan atau limbah dapur

dan hasil ikutan produk pertanian sebagai bahan pakan (Mo’A Ro, 2002 dalam

Ngongo 2004).

Menurut Sihombing (2006), klasifikasi zoologis ternak babi dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

Phylum : Chordata

Klass : Mamalia (menyusui)

Ordo : Artiodactyla (berkuku genap)

4
1

Famili : Suidae (non ruminansi)

Genus : Sus

Spesies : Sus scrofa

Sus vittatus

Sus celebensis

Sus barbatus

Ternak babi di Indonesia berasal dari babi liar atau babi hutan yang disebut

celeng. Jenis babi ini kemudian dijinakkan sehingga terbentuklah babi-babi di

daerah, seperti babi Bali; babi sumba, babi Nias, babi Jawa yang dikenal sebagai

babi Kerawang, babi di Sumatera (babi Batak, babi Nias, babi Riau), babi Irian, babi

Toraja dan masih banyak terdapat babi-babi lokal yang tersebar di beberapa daerah

lainnya. Pada beberapa perusahaan ternak babi di Indonesia, terdapat turunan dari

beberapa bangsa babi unggul di luar negeri yang dikawinkan dengan ternak babi

lokal, seperti babi yang berwarna hitam dengan warna putih yang melingkar pada

bagian depan badan hingga kaki depan yang biasa disebut babi berselendang,

diduga keturunan dari Wessex Saddleback atau Hampshire. Di samping itu, juga

terdapat babi berwarna putih yang kemungkinan keturunan dari Yorkshire, dan

beberapa babi yang diduga keturunan dari Berkshire, Duroc, dan sebagainya.

(Tandi, 2012 dalam Sadli, 2014).

Manajemen peternakan modern merekomendasikan agar program pemberian

pakan untuk peternak babi harus disesuaikan dengan kondisi peternakannya

dengan memberikan nutrisi dalam jumlah optimal untuk kondisi ternak, tahap

produksi, dan tujuan produktivitas yang berlaku. Peternakan babi lebih efesien

mengubah bahan-bahan makanan menjadi daging dan lemak. Dengan jumlah

makanan yang sama ternak babi lebih banyak menghasilkan daging dan lemak

5
1

dibanding dengan ternak lainnya kecuali ternak broiler yang dipelihara secara

intensif. (Sihombing, 2006 dalam Sadli, 2014).

Ternak babi dapat berkembang dengan cepat karena dalam sekali melahirkan

dapat menghasilkan banyak anak, babi lokal rata-rata dapat menghasilkan anak 6-8

ekor, babi unggul (keturunan babi Eropa dan Amerika) 12-13 ekor sedang babi yang

dihasilkan di Tiongkok ada yang melahirkan lebih dari 20 ekor (Sihombing, 2006

dalam Sadli, 2014). Disamping itu, dalam 1 tahun induk babi melahirkan 2 kali

bahkan dapat diarahkan melahirkan 5 kali dalam 2 tahun.Begitu pula pertumbuhan

ternak babi cukup tinggi, pada umur 7-8 bulan dapat mencapai berat badan 100 kg.

Seekor induk babi dibandingkan dengan ternak sapi dan ternak ruminansia lainnya

semasa hidupnya menghasilkan anak lebih banyak yakni 40 sampai 60 ekor. Dari

data di atas dapat disimpulkan bahwa ternak babi menguntungkan dan cepat

mengembalikan modal. (Tandi, 2012 dalam Sadli, 2014).

2.2              Budidaya Ternak Babi

Secara nasional komoditas babi memegang peranan yang penting dalam

pemenuhan protein hewani dan mendukung perekonomian masyarakat non muslim

di pedesaan. Perkembangan babi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

Berdasarkan data satistik peternakan dan kesehatan hewan populasi babi pada

tahun 2013 berjumlah 7,6 juta bila dibandingkan tahun 2014 berjumlah 7,7 juta ekor

atau meningkat 1%. Adapun produksi daging babi tahun 2013 mencapai 298 ribu ton

mengalami peningkatan menjadi 302 ribu ton pada tahun 2014 atau meningkat

1,3%. (Direktorat PPT, 2016)

Manajemen pengembangan budidaya babi meliputi 2 aspek yaitu : aspek

teknis dan aspek kelembagaan. Aspek teknis terdiri dari manajemen pemeliharaan,

6
1

manajemen pakan, dan manajemen kesehatan dan kesejahteraan hewan.

(Direktorat PPT, 2016)

2.2.1        Manajemen Pemeliharaan

Dalam budidaya babi ada 3 faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu

usaha yaitu pembibitan, pakan dan manajemen. Pemeliharaan ternak merupakan

salah satu bagian dari manajemen. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh

peternak atau kelompok ternak dalam pemeliharaan ternak antara lain :

a.       Sebelum memulai pemeliharaan, kandang yang akan dibuat hendaklah

memenuhi persyaratan.

b.      Pemilihan ternak babi yang baik, dengan ciri – ciri sebagai berikut :

1)      Asal usul tetua (parent stock).

2)      Babi memiliki badan sehat, tidak menunjukkan tanda-tanda sakit dan lincah.

3)      Seluruh bagian tubuh lengkap dan tidak cacat.

4)      Bentuk kepala, tubuh proposional.

5)      Bulu halus dan cerah;

c.       Peternak agar menjaga kebersihan kandang dan penanganan limbah secara

rutin.

d.      Babi dara yang baik diperlukan untuk efisiensi reproduksi optimal. Babi dara

mencapai birahi pada umur 5 bulan atau sebelumnya, akan tetapi sangat dianjurkan

untuk tidak mengawinkan saat birahi atau estrus pertama, karena produksi sel telur

atau ova untuk dibuahi masih sangat kurang. Upaya yang dilakukan supaya cepat

mendapatkan birahi babi dara adalah dengan memeliharanya dalam kelompok baru

dan bersama-sama dengan pejantan. Sedangkan, menempatkan babi dara dalam

kandang dengan suhu lingkungan yang panas (di atas 30°C) dapat memperlambat

7
1

atau mencegah terjadinya birahi, menekan laju ovulasi, bahkan dapat menyebabkan

kematian.

e.       Calon induk yang dipelihara dapat diperlakukan sama dengan yang akan

dipotong sampai mencapai berat hidup 90 kg. Tetapi sesudah tahap ini, perlakuan

calon induk harus berbeda. Target pertumbuhan calon induk tidak boleh lebih dari

0,5 kg/hari, dan tingkat pertumbuhannya harus selalu dipertahankan.

f.       Calon induk (babi dara) dapat dikawinkan pada birahi ke-2 atau ke 3 agar sel telur

yang dilontarkan cukup banyak.

g.      Sistem pengawinan dapat dilakukan dengan cara kawin alam dan IB, dikawinkan

saat birahi. Pengawinan yang dilakukan dua kali tiap birahi maka babi tersebut

dikawinkan pada sore hari pertama birahi dan dikawinkan lagi pada pagi hari.

h.      Babi diketahui bunting apabila 21 hari kemudian tidak berahi kembali. Selama

kebuntingan pemberian pakan diatur sedemikian rupa agar babi tidak terlalu gemuk

yang dapat menyulitkan proses beranak.

i.        Pada umur 3 bulan 3 minggu 3 hari kebuntingan induk babi akan beranak,

dengan kisaran anak 8-14 ekor.

j.        Anak babi menyusu selama 3-5 minggu tergantung kepada pemeliharaannya.

k.      Pengawinan induk kembali (birahi) kira-kira 3-5 hari kemudian tergantung lama

menyusui.

2.2.2        Manajemen Pakan

Biaya pakan mencapai 60-80% dari total biaya produksi, oleh karena itu

nutrisi yang cukup sangat penting dalam manajemen pemberian pakan. Babi

membutuhkan air, protein, energi, mineral dan vitamin baik untuk reproduksi maupun

produksi yang optimal. Pakan seimbang juga sangat di perlukan, karena

8
1

ketidakseimbangan zat makanan dapat memperlambat pertumbuhan dan

berpengaruh terhadap performance. Pemberian pakan pada babi harus

memperhatikan umur dan tujuan pemeliharaan. (Direktorat PPT, 2016)

Dalam manajemen pakan babi harus memperhatikan hal-hal berikut :

a.       Kebutuhan Nutrisi babi

Tabel 1. Pakan Babi Pembesaran (Pig Grower)

N Parameter Satua Persyaratan


o n
1 Kadar Air % Max 14
2 Protein Kasar % Min 15
3 Lemak Kasar % Max 7
4 Serat Kasar % Max 7
5 Abu % Max 8
6 Kalsium (Ca) % 0,90 – 1,20
7 Fosfor Total (P) % 0,60 – 1,00
8 Fosfor Tersedia % Min 0,32
9 Energi Metabolis Kkal/ Min 2900
(ME) kg
10 Total Aflatoksin μg/kg Max 50,00
11 Asam Amino:
- Lisin % Min 0,90
- Metionin % Min 0,30
- Metionin + Sistin % Min 0,60
Sumber: Direktorat PPT, 2016

b.      Mengetahui Jenis dan Komposisi.

Bahan makanan yang biasa digunakan untuk pakan ternak babi, adalah:

1)      Bahan makanan yang mengandung sumber protein antara lain : Tepung ikan,

Susu skim, Susu skim bubuk, Bungkil kacang kedelai, dll.

9
1

2)      Bahan makanan sebagai sumber energi antara lain : Jagung, Dedak Padi dan

Molases;

3)      Bahan makanan sumber mineral;

4)      Bahan makanan sumber vitamin.

c.         Pemberian Pakan

Cara memberi pakan pada ternak babi biasanya diberikan ad libitum atau

secara tidak terbatas. Memberi pakan secara terbatas yaitu pakan diberi sekali atau

beberapa kali dalam sehari. Namun memberi dengan cara terbatas dapat berakibat

memperlambat pertumbuhan dan waktu lebih lama untuk mencapai bobot potong

babi, sehingga perlu diperhatikan beberapa hal dalam memberikan pakan babi.

(Direktorat PPT, 2016)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan, yaitu:

1)      Teknik Pemberian Pakan

Pada umumnya ada 2 cara pemberian pakan, yaitu sistem basah dan kering. Pada

umumnya pemilihan sistem tersebut didasarkan kepada tujuan di dalam

pemeliharaan, bahan pakan yang tersedia serta keadaan tempat (kadang).

a)      Sistem Basah

Teknik pemberian pakan semacam ini dilakukan dengan pemberian pakan yang

dihaluskan terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air. Pakan ini bisa diberikan

kepada babi dengan menggunakan tempat pakan. Hal ini juga sangat tergantung

kepada jumlah babi dan tempat. Keuntungan dalam pemberian secara basah,

adalah sebagai berikut:

(1)   Pakan basah ini lebih mudah dimakan dan dicerna;

(2)   Menambah napsu makan, sebab babi lebih suka makanan basah;

10
1

(3)   Makanan yang basah dengan mudah bisa di bak pakan.

Kelemahan dalam pemberian secara basah, adalah sebagai berikut:

(1)   Lebih banyak tenaga, karena harus menyiapkan atau membasahi makanan terlebih

dahulu;

(2)   Sisa makanan dengan sangat mudah menjadi basi dan bau;

(3)   Kandang lebih cepat menjadi kotor.

b)      Sistem Kering

Tujuan pemberian pakan semacam ini ialah untuk memberikan rangsangan agar

bisa diperoleh berat hidup yang maksimal. Maka sistem ini sangat baik buat babi-

babi potong, yang umur sekitar 3 ½ - 4 bulan dengan berat 45 – 55 kg. Pemberian

pakan ini dapat disebar dilantai atau tempat khusus seperti tempat pakan otomatis.

Keuntungan dalam pemberian secara kering, adalah sebagai berikut:

(1)   Pengisian makanan cukup dilakukan sekali sehari;

(2)   Makanan yang tersisa tidak mudah menjadi basi;

(3)   Tempat atau kandang tidak mudah kotor;

(4)   Lebih menghemat tenaga, karena peternak tidak setiap kali harus membersihkan

tempat makan dan tidak selalu mengisikan makanan.

Kelemahan dalam pemberian secara kering, adalah sebagai berikut:

(1)   Makanan mudah terhambur;

(2)   Makanan dapat dimakan oleh binatang lain.

2)      Jumlah Yang diberikan

Jumlah pakan yang diberikan disesuaikan dengan umur dan fase pertumbuhan.

Jumlah pakan yang diberikan pada ternak babi:

11
1

Tabel 2. Pakan Babi Pembesaran (Pig Grower)

Berat babi (kg) Umur (minggu) Jumlah (kg/ekor/hari)


≤15 ≤8 (sapihan) 0,75
20 10 0.90
25 12 1,10
30 14 1,30
35 15 1,50
40 17 1,70
50 19 2,00
55 20 2,10
60 21 2,30
65 22 2,40
70 23 2,50
75 24 2,60
80 25 2,70
85 26 2,80
90 27 2,90
95 28 3,00
100 29 3,50
Sumber: Direktorat PPT, 2016 

d.      Pengolahan Pakan Babi

Berbagai sumber zat makanan yang dapat digunakan babi belum dapat

dimanfaatkan sepenuhnya karena berbagai faktor pembatas. Namun dengan

menggunakan cara pengolahan maka bahan pakan tersebut dapat digunakan

sebagaimana mestinya.

Pengolahan bahan pakan dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

12
1

1)      Menggiling pakan

2)      Mengawetkan bahan makanan

3)      Mengubah komposisi zat makanan

4)      Meningkatkan cita rasa

5)      Menginaktifkan racun

Untuk mencapai tujuan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu secara

mekanis, biologis dan kimiawi atau dengan cara kombinasi diantaranya.

e.       Cara Penyimpanan Bahan Pakan

Penyimpanan adalah salah satu bentuk tindakan pengamanan yang selalu

terkait dengan waktu yang bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga komoditi

yang disimpan dengan cara menghindari, menghilangkan berbagai faktor yang dapat

menurunkan kualitas dan kuantitas komoditi tersebut.

Penyimpanan pakan yang terlalu lama dengan cara yang salah akan

menyebabkan tumbuhnya jamur, kapang, dan mikroorganisme lainnya sehingga

menurunkan kualitas bahan pakan. Kerusakan selama penyimpanan meliputi

kerusakan fisik, biologi, dan kimia.

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan, yaitu pakan tidak

boleh disimpan lebih dari 2 minggu, tempat penyimpanan pakan sebaiknya kering

(tidak lembab). (Direktorat PPT, 2016)

2.3              Analisis Usaha

Analisis usaha ternak merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu

usaha ternak komersial. Melalui usaha ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai

kendala yang dihadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik tolak untuk

memperbaiki kendala yang dihadapi. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk

merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang usaha atau memperbesar

13
1

skala usaha. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan

tersedianya dana yang riil untuk periode selanjutnya.

Menurut (Aritonang, 2010) gambaran mengenai usaha ternak yang memiliki

prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis dapat juga memberikan

informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya

untuk bibit (bakalan), ransum dan kandang, lamanya modal kembali dan tingkat

keuntungan yang diperoleh.

Analisis usaha mutlak dilakukan bila seseorang hendak memulai usaha.

Analisis usaha dilakukan untuk mengukur atau menghitung apakah usaha tersebut

menguntungkan atau merugikan. Analisis usaha memberi gambaran kepada

peternak untuk melakukan perencanaan usaha. Dalam analisis usaha diperlukan

beberapa asumsi dasar. Asumsi dasar dapat berubah sesuai dengan perkembangan

waktu (Soekartawi, 2002).  

2.4              Biaya

Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga

yang tidak dapat menutupi biaya akan mengalami kerugian. Sebaliknya, apabila

suatu tingkat harga melebihi semua biaya, baik biaya produksi, biaya operasi,

maupun biaya non operasi akan menghasilkan keuntungan. Biaya total adalah

seluruh biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan atau dengan kata lain biaya

total ini merupakan jumlah dari biaya variable dan biaya tetap. Wulandari (2006)

dalam Marewa (2012)

2.4.1        Biaya Tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan setelah usaha berjalan dan

tidak habis pakai pada tiap proses produksi. Biaya tetap atau biaya kapasitas

merupakan biaya untuk mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada

14
1

tingkat kapasitas tertentu. Besar biaya tetap dipengaruhi oleh kondisi perusahaan

jangka panjang, tekhnologi dan metode serta strategi manajemen. Selanjutnya

menurut Wulandari (2006) dalam Marewa (2012), biaya tetap adalah biaya-biaya

yang tidak berubah-ubah (konstan) untuk setiap tingkatan atau hasil yang

diproduksi. Contoh biaya tetap adalah pajak bumi dan bangunan (PBB), sewa lahan,

peralatan kandang, sumbangan.

2.4.2        Biaya Tidak Tetap (Biaya Variabel)

Biaya variabel adalah biaya yang jumlah berubah sebanding dengan

perubahan volume kegiatan. Biaya variabel per unit konstan (tetap, semakin besar

volume kegiatan semakin besar pula biaya totalnya, sebaliknya semakin kecil biaya

volume kegiatan, semakin kecil pula biaya totalnya). Biaya bahan baku merupakan

contoh biaya variabel yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi.

Menurut Wulandari (2006) dalam Marewa (2012), dikatakan bahwa biaya variable

adalah biaya berubah-ubah disebabkan karena adanya perubahan jumlah hasil.

Contoh biaya variabel adalah biaya bibit, biaya ransum, tenaga kerja, biaya

penyusutan kandang dan bat-obatan

2.5              Penerimaan dan Keuntungan

Dari hasil penjualan, pedagang akan menerima sejumlah uang dan inilah

yang dinamakan penerimaan. Penerimaan kemudian dikurangi dengan biaya

produksi yang telah dikeluarkan dan hasil pengurangan ini disebut dengan

keuntungan kotor. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dan biaya-

biaya (cost). Biaya ini dalam banyak kenyataan, dapat diklasifikasikan menjadi dua

yaitu biaya tetap (seperti sewa tanah, pembelian alat pertanian) dan biaya tidak

tetap ( seperti biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan,

pembayaran tenaga kerja) ( Soekartawi, 2002 : 74 dalam Saidah 2006).

15
1

2.6              Analisis Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan suatu usaha perusahaan dalam

memperoleh keuntungan. Menurut (Yulianti.,dkk, 2014), analisis profitabilitas pada

usaha peternakan yakni menggambarkan tentang kemampuan peternak dalam

memperoleh keuntungan dari sejumlah modal yang diinvestasikan dan atas

besarnya biaya operasional yang digunakan untuk menunjang usaha peternakan

tersebut. Fungsi dari analisis tersebut untuk menentukan biaya-biaya produksi dan

keuntungan yang diperoleh dari usaha ternaknya.

Pengukuran tingkat profitabilitas peternakan dapat dilakukan dengan

menggunakan dua cara, yaitu profitabilitas dalam hubungannya dengan penjualan

dan profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi (modal) atau disebut dengan

rentabilitas. Rasio profitabilitas dalam hubungannya dengan penjualan terdiri dari 3

bentuk, yaitu: Gross Profit Margin (GPM)/keuntungan kotor dibanding dengan

penjualan, Net Profit Margin (NPM)/keuntungan bersih dibandingkan dengan

penjualan dan Operating Ratio (OR)/perbandingan biaya produksi dengan penjualan

peternakan. Profitabilitas dalam hubunganya dengan investasi terdiri dari

Rentabilitas (R) dan Turn Over of Assets (TOA). (Wahyudi, dkk, 2011)

Gross Profit Margin (GPM) merupakan nilai laba kotor dibagi dengan satuan

penjualan x 100 %. Menurut Lukviarman (2006:36) nilai GPM standar rata-rata

industri adalah sebesar 24,90 %. Nilai GPM yang rendah dipengaruhi oleh jumlah

biaya produksi yang dikeluarkan masih tergolong tinggi.

Net Profit Margin (NPM) merupakan besarnya keuntungan bersih

perusahaan, yaitu keuntungan setelah pembayaran pajak dibanding dengan

penerimaan perusahaan. Menurut Lukviarman (2006:36) menyatakan bahwa

standar rata-rata NPM industri adalah sebesar 3,92 %. Nilai NPM yang tinggi dapat

16
1

dimanfaatkan pihak perusahaan dalam hal mengembangkan usaha lebih besar. 

Nilai NPM yang rendah disebabkan oleh jumlah keuntungan bersih yang didapatkan

sangat kecil proporsinya dibanding dengan penerimaan. Tingginya nilai NPM pada

suatu perusahaan harus tetap dipertahankan agar dapat memberikan tingkatan

pendapatan guna pengembangan usaha perusahaan tersebut. Nilai NPM yang

rendah pada suatu perusahaan perlu diantisipasi agar tidak memberikan dampak

buruk bagi jalannya kegiatan operasional perusahaan.

Operating Ratio (OR) atau rasio biaya operasional merupakan besarnya biaya

produksi yang dikeluarkan dalam memproduksi suatu barang dibandingkan dengan

jumlah penerimaan dari penjualan produk yang  dihasilkan. Menurut Wahyudi, dkk,

(2011) menyatakan jika nilai Operating Ratio (OR) semakin besar, maka semakin

buruk keuntungan yang didapatkan oleh suatu perusahaan.

BAB III METODE PENULISAN

A. KERANGKA BERPIKIR/PEMECAHAN MASALA

Adapun tahapan-tahapan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut:

1. Persiapan dan pemantapan Konsep Kegiatan

Pada tahap ini anggota terlebih dahulu melakukan suvei untuk melihat

kondisi yang ada di lapangan. Pematangan Konsep Kegiatan meliputi

pembagian kerja anggota dan pembuatan jadwal kegiatan.

2. Persiapan program.

Dalam tahap persiapan program ini dilakukan proses:

a. Perijinan

b. Menyediakan alat-alat

c. Menyediakan tempat untuk melaksanakan kegiatan

17
1

3.1              Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama 1(satu) bulan. Penelitian dilakukan di

Peternakan babi milik bapak Nius Wenda Distrik Kuala Kencana SP 3. Pemilihan

lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa

usaha Peternakan babi milik bapak Nius Wenda salah satu usaha peternakan yang

berada di SP 3 Keluran Karang Senang yang sudah beroperasi sejak lama sehingga

akan memudahkan dalam proses penelitian. Selain itu, kesediaan perusahaan untuk

menerima penelitian ini menjadikan faktor kuat dalam menyelesaikan penelitian.

3.2              Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, adalah:

1.      Melakukan survei atau mengunjungi lokasi penelitian dengan tujuan untuk

mengetahui lokasi dan melakukan pendekatan.

2.      Merumuskan masalah dan menentukan judul penelitian. Peneliti menentukan

sebuah judul yang sesuai dengan masalah yang hendak dibahas, yakni “Analisis

Profitabilitas usaha peternakan babi milik bapak Nius Wenda Distrik Kuala Kencana

Kabupaten Mimika Provinsi Papua”.

3.      Konsultasi penyusunan proposal, menggali kepustakaan dan perbaikan proposal.

4.      Pengumpulan data (Turun Lokasi Penelitian) wawancara dan dokumentasi

demgan pemilik usaha peternakan.

5.      Analisis data yaitu kegiatan yang membutuhkan ketelitian peneliti dalam

menentukan teknik menganalisis data agar sesuai dengan tujuan penelitian.

6.      Pelaporan hasil dari penelitian dalam bentuk penulisan draft skripsi, konsultasi

tulisan skripsi, seminar hasil, pertanggungjawaban skripsi.

3.3              Ruang Lingkup Penelitian

18
1

Ruang lingkup atau fokus penelitian dalam penelitian ini adalah

menganalisis profitabilitas (kemampuan dalam memperoleh keuntungan) usaha

peternakan babi dengan menjumlahkan keseluruhan biaya, baik biaya tetap maupun

biaya varibel dan melakukan perhitungan untuk menghasilkan penerimaan dan

pendapatan usaha peternakan. Perhitungan profitabilitas dalam penelitian ini terdiri

dari 3 bentuk, yaitu: Gross Profit Margin (GPM)/keuntungan kotor dibanding dengan

penjualan, Net Profit Margin (NPM)/keuntungan bersih dibandingkan dengan

penjualan dan Operating Ratio (OR)/perbandingan biaya produksi dengan penjualan

peternakan. Data yang di ambil terdiri dari segala jenis biaya dalam usaha

peternakan babi milik bapak Samsuri dan digunakan dalam menghitung profitabilitas

adalah pengeluaran dan pendapatan usaha peternakan selama 1(satu) tahun

terakhir.

3.4              Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat dan kelengkapan yang di gunakan dalam

pengumpulan data. Dalam penelitian kuantitatif, instrumen utama dalam penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Peneliti merupakan alat pencari informasi, menilai

keadaan atau tindakan dan mengambil keputusan dalam usaha pengumpulan data.

Sebagai alat bantu peneliti dalam pengumpulan data digunakan buku catatan,

panduan wawancara, camera untuk dokumentasi, serta alat recorder untuk

merekam semua kegiatan selama penelitian berlangsung.

3.5              Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada 2 (dua) macam, yaitu data

primer dan sekunder.

1.      Data Primer

19
1

Merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber penelitian yang

didapatkan melalui wawancara, observasi atau kuesioner. Adapun teknik

pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu:

a.       Wawancara

Menurut Sugiyono (2011) wawancara merupakan proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap

muka antara pewawancara dengan responden melalui alat yang dinamakan

interview atau wawancara.

b.      Observasi

Menurut Sugiyono (2011) observasi merupakan suatu proses kompleks, suatu

proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara

yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Observasi

memiliki ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu

wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner identik dengan

melakukan komunikasi dengan orang lain, maka observasi tidak terbatas pada

orang tetapi juga pada objek-objek alam yang lain.

2.      Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data yang di ambil dari berbagai

sumber, misalnya buku, skripsi dan jurnal.

3.6              Variabel Penelitian

Variabel penelitian menurut Sugiyono (2011) adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

onformasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel yang

amati dalam penelitian ini antara lain:

1.      Biaya total.

20
1

Biaya total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan usaha peternakan selama

satu tahun. Dengan kata lain biaya total adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya

variable.

2.      Penerimaan.

Penerimaan adalah hasil penjualan atau keseluruhan jumlah uang yang diterima

dari penjualan produk usaha peternakan.

3.      Pendapatan.

Pendapatan atau keuntungan adalah hasil pengurangan dari penerimaan dengan

total biaya.

4.      Profitabilitas.

Profitabilitas adalah kemampuan pemilik atau manager dalam managemen

usaha peternakan demi memperoleh keuntungan.

3.7              Analisis Data

Data kuantitatif yang didapatkan dianalisis dengan menggunakan analisis

deskriptif, yaitu menggunakan tabel-tabel dari angka yang tersedia, kemudian

dilakukan uraian dan perhitungan dengan menggunakan rumus-rumus ekonomi

sesuai dengan tujuan penelitian.  Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1.     

TC = TFC + TVC
 
Biaya Total (total cost) sama dengan biaya tetap ditambahkan biaya variabel. Rumus yang
digunakan untuk menghitung biaya total ( Suryana, 2013 dalam Utomo, dkk, 2015 ). Secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Keterangan :

TC = Total Biaya (Rp)

TFC = Total biaya tetap (Rp)

TVC = Total biaya variabel (Rp)

21
1

2.     

TR = Q x P
 
Penerimaan (revenue) adalah penerimaan produksi dari hasil penjualan outputnya (Suryana,
2013 dalam Utomo, dkk, 2015), secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Keterangan:

TR = Total Reveneu/Penerimaan Total (Rp)

Q = Quantity/ Jumlah (Rupiah/Satuan)

P = Price/ Harga (Rp)

3.      Pendapatan(Profit) adalah perbedaan antara hasil penjualan yang diperoleh

dengan biaya total yang dikeluarkan (Soekartawi, 1996 dalam Welerubun, dkk,

2016), secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Π = TR – TC
 
Keterangan:
Π = Profit / Pendapatan (Rp)

TR = Total Reveneu / Total Penerimaan (Rp)

TC = Total Cost / Total Biaya (Rp)

4.      Perhitungan profitabilitas dengan mengunakan rumus (Rahardjo, 2007 dalam

Cholila, 2014) :

a.       Gross Profit Margin (GPM)

b.      Net Profit Margin (NPM)

c.       Operating Ratio (OR)

22
1

B. SASARAN

Sasarannya adalah Usaha peternak babi milik bapak Nius Wenda Jl. Trikora

SP 3 Keluarahan Karang Senang Kabupaten Mimika – Papua’

C. KETERKAITAN

Yang ikut serta dalam kegiatan ini adalah para tokoh masyarakat, petugas

pemerintah Dinas terkait, dan para masyarakat yang ada di Kampung SP 3.

D. METODE PELAKSANAAN PROGRAM

Proposal yang disusun ini merupakan bidang pemberdayaan masyarakat.

Oleh karena itu metode pendekatan yang dilakukan adalah dengan

pendekatan pelatiahan langsung pada masyarakat, yang didahului dengan

sosialisasi sebagai upaya pengenalan karakteristik awal masyarakat

sekaligus penyedaran umum tidak terkesan mengurui. Sosialisasi dengan

kegiatan tukat pendapat bersama yang dilanjutkan pemberian motivasi,

memberikan penyuluhan, dan memberikan pembekalan ketrampilan kepada

warga. Setelah serangkaian kegiatan sosialisasi usai, dilanjutkan dengan

pelatihan ketrampilan tentang usaha peternak babi.

E. EVALUASI

23
1

Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi kegiatan yakni; berupa respon yng

didapat dari peserta pelatihan untuk mengerakkan motivasi dalam usaha

bertenak babi.

Sehingga hasil yang diperoleh dari pelatihan ini tidak otomatis berhenti

setelah program usai, karena kasadaran jangka panjang seluruh masyakat

untuk memgelola usaha berternak babi merupakan indikator keberhasilan

pelatihan ketrampilan ini.

F. JADWAL KEGIATAN

N KEGIATAN OKTOBER NOVEMBER DESEMBER


O 2019 2019 2019
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 SURVEI LAPANGAN
2 PENYUSUNAN
PROPOSAL
3 PELAKSANAAN
PENELITIAN
4 PEMBUATAN
LAPORAN
PENELITIAN
5 PRESENTASE
PROPOSAL

24

Anda mungkin juga menyukai