Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH RUMINANSIA BESAR SAPI PERAH

Nama Kelompok 1 :
1. Seno Bayu Aji 212310026
2. Toyibatu Warohmah 212310030
3. Yudati Titi Palupi 212310031
4. Tolha Setiyono 212310041

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2021
i
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur atas rahmat dan ridho Allah SWT karena tanpa rahmat dan ridho-
Nya,kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat waaktu.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Rina selaku dosen pengampu mata kuliah
dasar komunikasi yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman kami yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang Ruminansia Besar
Sapi Perah.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan yang belum kami ketahui.
Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi
tercapainya makalah yang sempurna.

Purworejo,12 Oktober 2021

Penyusun
Daftar Isi
I. PENDAHULUAN

a. Latar belakang
Sapi perah merupakan ternak yang telah lama menjadi komoditas usaha.
Peternakan sapi perah merupakan salah satu usaha di bidang peternakan yang
memiliki peran strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat,
peningkatan pendapatan penduduk, dan peningkatan perekonomian nasional. Bangsa
sapi perah yang umum dipelihara adalah bangsa sapi Fries Holland (FH) yang
diintroduksikan sejak tahun 1800-an oleh Pemerintah Belanda. Produksi susu sapi
perah FH di negara asalnya mencapai 6.000—8.000 kg/ekor/laktasi, di Inggris sekitar
35% dari total populasi sapi perah dapat mencapai 8069 kg/ekor/laktasi (Arbel et al.,
2001 dalam Tawaf, 2009). Produksi susu yang dihasilkan oleh sapi perah FH di
Indonesia ternyata lebih rendah, berkisar antara 3000-4000 liter per laktasi. Produksi
rata-rata sapi perah di Indonesia hanya mencapai 10,7 liter/ekor/hari (3.264 liter per
laktasi) (Tawaf, 2009). Industri persusuan (sistem yang mencakup produksi susu
segar, pengolahan, pemasaran dan distribusi susu segar dan olahan) di Indonesia
mengalami kemajuan yang cukup pesat. Produksi susu sapi di Indonesia tercatat
996.442 ton dan populasi ternak sapi perah berjumlah 561.061 ekor pada tahun 2019 .
Semua ini tidak dapat dilepaskan dari besarnya peranan pemerintah selama ini, baik
dalam upaya memacu pengembangan peternakan sapi perah maupun pengembangan
industri pengolahan susu. Pembangunan sub sektor peternakan terutama pada
komoditas sapi perah bertujuan untuk meningkatkan produksi air susu menuju
swasembada, memperluas kesempatan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan
peternak. Peternakan sapi perah yang diusahakan oleh rakyat masih banyak
menghadapi kendala antara lain kecilnya skala usaha karena lemahnya permodalan,
rendahnya tingkat keterampilan peternak, dan cara penggunaan ransum yang belum
sempurna. Peternakan sapi perah di Indonesia umumnya merupakan usaha keluarga
di pedesaan dalam skala kecil, sedangkan usaha skala besar masih sangat terbatas dan
umumnya merupakan usaha sapi perah yang baru tumbuh (Swastika, et al., 2005).
Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya
modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek produksi,
pemberian pakan, pengelolaan hasil pasca panen, penerapan sistem recording,
pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit. Pengetahuan petani mengenai aspek
tataniaga masih harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding
dengan pemeliharaannya. Keuntungan tersebut terjadi jika peternak memiliki
manajemen yang baik dalam meningkatakan skala usaha, meningkatakan frekuensi
pemerahan, memberikan pakan yang cukup dan berkualitas. Peternak harus menekan
biaya produksi sehingga mendapatkan keuntungan maksimal dalam usaha ternak
Perkembangan peternakan sapi perah di suatu daerah dapat dilihat dari peningkatan
populasi ternak yang terdapat di daerah tersebut, yang ditentukan oleh keberhasilan
bereproduksi. Peningkatan jumlah populasi sapi perah yang terjadi sekarang ini
belum sebanding dengan kebutuhan susu sehingga jumlah import susu masih tinggi.
Pada tahun 2019 menurut kemenntrian pertanian produksi susu nasional hanya 20%
dan untuk mencukupi kebutuhan susu nasional masih impor sebesar 80 %
b. Rumusan masalah
a. Sebutkan jenis – jenis sapi perah di indonesia ?
b. Bagaimana karakteristik sapi perah yang ada di Indonesia ?
c. Bagaimana tingkat potensi ternak sapi perah yang ada di Indonesia ?
d. Sebutkan kendala-kendala manajemen para peternak sapi perah di
Indonesia ?

c. Tujuan
a. Dapat memahami jenis-jenis sapi perah yang ada di indonesia
b. Dapat memahami kharakteristik sapi perah yang ada di indonesia
c. Dapat memahami tingkat potensi ternak sapi perah di indonesia
d. Dapat mengetahui kendala-kendala manajemen apa saja yang dialami para
peternak sapi indonesia

d. Manfaat
dari penelitian ini dapat menjadi landasan dalam pengembangan tentang
ruminansia sapi perah di indonesia secara lebih lanjut. Selain itu
juga menjadi sebuah nilai tambah khasanah pengetahuan ilmiah dalam bidang
peternakan sapi di Indonesia.
BAB II
JENIS SAPI PERAH SUB TROPIS
1. Friesien Holstein (FH)
Frisian Holstein bisa dikatakan sebagai sapi perah paling populer di Dunia. Konon, lebih dari
80% populasi sapi perah di Amerika terdiri dari jenis ini. Demikian juga di Indonesia, sejak
jaman kolnial hingga sekarang sebagian besar berupa jenis sapi perah FH.
Sapi ini berasal dari Provinsi Friesland di Belanda. Walaupun berasal dari daerah subtropis,
sapi ini bisa besradaptasi di daerah tropis.
Sapi FH memiliki badan yang besar, bobotnya sapi jantannya bisa mencapai 1 ton sedangkan
sapi betina bisa mencapai 625 kg. Ukurannya paling besar dibanding jenis sapi lain. Sapi ini
memiliki ciri-ciri utama warna kulit hitam putih, tanduknya pendek mengarah ke depan.
Produksi susu sapi FH di daerah asalnya bisa mencapai 7245 kg per masa laktasi. Sedangkan
di Indonesia 4500-5500 liter per masa laktasi atau setara 10 liter susu per ekor per hari.
2. Sapi Jersey
Sapi ini berasal dari Pulau Jersey yang terletak diselat antara Inggris dan Perancis. Nenek
moyang sapi ini berasal dari banteng liar yang dikawinkan dengan sapi normandia.
Sapi jersey memiliki warnah tubuh yang beragam, mulai dari hitam, merah tua, coklat
kekuningan terkadang dibagian tertentu ada warna putihnya. Tanduk sapi ini lebih panjang
ketimbang FH dan mengarah ke atas.
Bobot sapi perah jenis ini mencapai 625 kg untuk pejantan dan 425 kg untuk yang betina.
Produktivitas susunya mencapai 2500 liter per masa laktasi.
3. Sapi Guernsey
Sapi Guernsey berasal dari Pulau Guernsey, Inggris Selatan. Seperti sapi jersey, sapi ini
dikembangkan dari sapi liar Bos Typicus longifrons. Warna sapi Guernsey coklat kekuningan
hingga hampir merah bercampur dengan warna putih. Tanduknya berukuran sedang,
arahnya agak condong ke depan.
Bobot sapi jantan bisa mencapai 700 kg dan sapi betina 475 kg. Produksi susunya mencapai
2750 liter per masa laktasi.
4. Sapi Brown Swiss
Sesuai namanya sapi ini dikembangkan di Swiss. Sapi ini memiliki warna tubuh keabu-abuan
hingga coklat. Perilakunya sangat jinak dan mudah dikendalikan.
Sapi Brown Swiss memiliki badan cukup besar. Sapi jantan bisa mencapai 900 kg dan betina
600 kg. Produktivitas susunya mencapai 3000 kg per masa laktasi.
5. Sapi Ayrshire
Sapi ini berasal dari Skotlandia warnanya coklat kemerahan belang putih. Ayrshire memiliki
tanduk yang cupuk panjang. Tanduk tumbuh tegak lurus ke atas.

Bobot tubuh sapi ayrshire jantan bisa mencapai 725 kg dan betina 550 kg. Produktivitas susu
sekitar 3500 liter per masa laktasi.
JENIS SAPI PERAH TROPIS
1. Sapi Sahiwal
Sahiwal berasal dari daerah Punjab, perbatasan Pakistan dan India. Sapi jenis ini diklaim
sebagai jenis sapi perah tropis terbaik.
Sapi Sahiwal memiliki warna yang beraneka ragam, kebanyakan berwarna coklat muda
hingga kemerahan. Bulunya halus dan kakinya pendek.
Sapi ini memiliki bobt tubuh sekitar 500-600 kg untuk jantan dan 450 kg untuk betina.
Produktivitas susu sekitar 2500-3000 kg per laktasi.
2. Sapi Red Sindhi
Sapi ini beraal dari India, terutama berkembang di daerah-daerah kering dan panas. Kulitnya
berwarna merah tua, ukuran tubuhnya kecil.
Sapi jantan dewasa berbobot 450-500 kg dan betina 350 kg. Produktivitas susunya 1700 kg
per laktasi.
3. Sapi Gir
Sapi ini masih berasal dari India. Pada umumnya sapi ini berwarna putih, namun ada juga
yang berwarna bercak coklat atau hitam dan warna kuning kemerahan.
Berat badan sapi dewasa sekitar 600 kg dan betina 400 kg. Produksi susu mencapai 2000 kg
per laktasi.
4. Sapi Ongole
Sapi ini berasal dari India juga, sapi ongol banyak ditemukan di Indonesia namun biasanya
diperlakukan sebagai spai pedaging. Warnanya putih hingga agak gelap.
Bobot tubuh pejantan mencapai 500-600 kg dan betina 450-500 kg. Produksi susu relatif
sedikit hanya 1250-1500 kg per masa laktasi.
5. Peranakan Frisien Holstein (PFH) atau Sapi Grati
Sapi ini banyak dijumpai di daerah Jawa Timur. Sapi ini persilangan antara pejantan Frisien
Hosltein (FH) dengan sapi betina lokal dari jenis jawa dan madura. Sapi PFH memiliki
karakteristik tubuh agak besar dengan daya adaptasi terhadap iklim tropis yang baik.
Produktivitas susu sapi ini berkisar 2500-3000 liter per laktasi.

Karakteristik Sapi Perah


1.2. Karakteristik Jenis Usaha Ternak Perah
Keputusan seseorang atau badan hukum memilih jenis usaha ternak yang akan
dikelola, merupakan suatu hal yang perlu dipertimbangkan secara matang. Keputusan yang
telah ditetapkan akan memiliki konsekuensi akibat jangka panjang. Beberapa segi
positif/keuntungan dan segi negatif/kerugian dari jenis usaha ternak perah dibandingkan
dengan jenis-jenis usaha ternak lainkhususnya dan pertanian umumnya, antara lain adalah
a. Segi positif
1) Jenis usaha sapi perah merupakan bisnis yang stabil karena produksi susu total dari
tahun key tahun tidak,banyak berubah. Perubahan produksiv yang ada hanya berkisar
antara 1% - 2 %/ tahun sehingga peternak mudah memprediksi produk usaha yang
dijalankan untuk mendukung program pengembangan dan pemasarannya.
2) Seeker sapi perah mampu menghasilkan susu 5.000 liter/ tahun (bahkan lebih).
Jumlah produksi susu setara nilai gizinya dengan nilai gizi daging yang dihasilkan
dari seekor sapi potong jantan seberat 625 kg. Akan tetapi, sapi perah yang
bersangkutan masih dapat menghasilkan susu pada tahun-tahun berikutnya, sekaligus
juga menghasilkan anak.
3) Ada jaminan nenghasilan yang stabil sepanjang tahun. Peternak sapi perah dapat
memperoleh hasil penjualan produknya untuk waktu yang tetap pada jangka waktu
tertentu (harian, mingguan, atau bulanan) sepanjang tahun. Dibandingkan dengan
usaha sapi potong, maka jenis usaha ini hanya dapat mengandalkan pendapatannya
pada saat menjual pedet atau sapi yang siap potong.
4) Menyediakan lapangan kerja yang tetap bagi buruh/pekerja. Usaha ternak perah
memerlukan tenaga kerja yang selalu sama sepanjang tahun. Selain dapat
menyediakan lapangan kerja yang tetap bagi pekerjanya, juga memungkinkan untuk
mendapatkan tenaga kerja yang terampil. Dibandingkan dengan usaha pertanian panda
umumnya, banyak yang tergantung pada musim tanam dan panen. Tenaga kerja harus
dikurangi pada saat menunggu dan dan harus ditambah pada saat melakukan tanam
dan panen.
5) Makanan pokok sapi perah adalah hijauan dan dapat pula mengkonsumsi hijauan
limbah pertanian yang tidak laku dijual atau yang nilai ekonomisnya sangat rendah.
Melalui manipulasi pakan (misalnya fermentasi menggunakan starter mikroba),
hijauan limbah pertanian/perkebunan/ hortikultura dapat ditingkatkan kualitasnya. Sapi
potong dan unggas, bahan pakannya banyak berupa biji-bijian atau konsentrat, harus
berkompetisi dengan manusia yang juga membutuhkan bahan pangan berupa biji-
bijian tersebut.
6) Jenis usaha ternak perah selain menghasilkan prqduk berupa susu segar cair, juga
dapat menghasilkan produk-produk lain yang sangat bervariasi.
a. Segi negatif
1) Kebutuhan investasi relatif lebih tinggi. Investasi tersebut antara lain digunakan untuk
tanah, bangunan, peralatan, dan ternak perahnya sendiri.
2) Usaha sapi perah merupakan jenis usaha yang mengikat, berbeda dengan usaha
pertanian pada umumnya. Usaha sapi perah harus dilakukan secara teratur dan
kontinyu, terutama pelaksanaan pemerahan dan pemasaran produk susunya, Peternak
yang tertarik pada liburan atau keja pendek setiap hari, lebih baik tidak menerjunkan
diri kedalam usaha sapi perah.
3) Susu merupakan bahan -pangan yang sangat ideal bagi pertumbuhan dan
perkembangan bakteri. Oleh karena itu penanganannya selama dan pasca pernerahan
harus dilakukan dengan cepat dan ketat, bilamana perlu dituntut melakukan
pendinginan atau bahkan pasteurisasi/ steriliisasi.
Produk-Produk Usaha Peternakan Sapi Perah, Selain Susu Segar
Suatu usaha peternakan sapi perah dapat menghasilkan beberapa produk, selain susu
segiar (fresh milk) sebagai produk utamanya. Produk-produk tersebu adalah : (1) produk-
produk olahan asal susu, (2) sapi perah bibit, (3) sapi pedaging, (4) pupuk kompos, dan (5)
biogas.

POTENSI TERNAK PERAH SAPI

dan pemahaman peternak tentang manajemen sapi perah yang baik sehingga akan
berdampak pada jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah
sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat
Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish
(dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia). Hasil survei menunjukkan
bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk
dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein.

peternakan sapi perah yang ada di Indonesia masih merupakan jenis peternakan
rakyat yang hanya berskala kecil dan masih merujuk pada sistem pemeliharaan
yang konvensional. Banyak permasalahan yang timbul seperti permasalahan pakan,
reproduksi dan kasus klinik. Agar permasalahan tersebut dapat ditangani dengan
baik, diperlukan adanya perubahan pendekatan dari pengobatan menjadi bentuk
pencegahan dan dari pelayanan individu menjadi bentuk pelayanan kelompok.
Keberhasilan usaha peternakan sapi perah sangat tergantung dari keterpaduan
langkah terutama di bidang pembibitan (Breeding), pakan, (feeding), dan tata
laksana (management). Ketiga bidang tersebut kelihatannya belum dapat
dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan
ketrampilan peternak serta masih melekatnya budaya pola berfikir jangka pendek
tanpa memperhatikan kelangsungan usaha sapi perah jangka panjang. Oleh karena
itu, dibutuhkan peningkatan pengetahuan peningkatan produksi dan ekonomi.

Kendala Manajemen Peternakan Sapi perah Rakyat

adala manajemen peternakan sapi perah rakyat di Indonesia adalah:

1) Masih rendahnya roduktivitas sapi perah yang dipelihara peternak, karena mutu genetik
sapi perahnya rendah, juga karena manajemen budidaya ternak dan kualitas pakan yang
diberikan tidak memadai.

(bibit)

2) Rendahnya kualitas susu yang ditunjukan antara lain oleh tingginya kandungan kuman
sekitar
rata-rata diatas 10 juta/cc, yang diakibatkan oleh sistem manajemen kandang yang
tradisional,
sehingga harga yang terbentuk pun menjadi rendah.

3) Sapi perah sangat tergantung pada ketersediaan lahan sebagai penghasil pakan.
Realitanya.

lahun produktif bagi kepentingan peternakan sapi perah semakin terdesak oleh kebutuhan

sektor lainnya.
4) Ratuan jumlah pemilikan ternak yang tidak efesien (3,3 ekor/peternak), sehingga kurang

menjanjikan keuntungan bagi peternak. Hal ini menjadikan tantangan tersendiri untuk
meningkatkan skala usahanya, sehingga usaha peternak menjadi efesien.
5) Semakin langkanya sumberdaya manusia berupa tenaga kerja muda yang berusaha di
bidang
peternakan sapi perah. Hal ini sebagai dampak dari pergeseran orientasi pembangunan yang
mengarah ke sektor jasa dan industri.

6) Belum terjadinya integrasi dan koordinasi yang harmonis antar lembaga pemerintah,
swasta,
koperasi dan peternak, sehingga berbagai kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah
kurang
diantisipasi oleh para pelaku bisnis.

Anda mungkin juga menyukai