Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH SAPI PERAH

Dosen pembimbing : Ir.cut Aidah Fitri,M.Si

Nama Kelompok :

Ariya syahputra ( 2005104010006 )

Arifurrahman (2005104010047 )

Siti mutiya ( 2005104010077)

UNIVERSITAS SYIAH KUALA FAKULTAS


PERTANIAN PRODI PETERNAKAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat allah swt atas segala rahmatnya dan hidayahnya

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul sapi perah tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi

dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi

pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa di praktekkan dalam

kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, Maret 2021

Kelompok 2
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sapi perah adalah sapi yang dikembangbiakkan secara khusus karena kemampuannya

dalam menghasilkan susu dalam jumlah besar. Pada umumnya, sapi perah termasuk dalam

spesies Bos taurus. Awalnya, manusia tidak membedakan sapi penghasil susu dengan sapi

potong. Seekor sapi dapat digunakan untuk menghasilkan susu (sapi betina) maupun daging

(umumnya sapi jantan). Namun, ketika seleksi buatan mulai diterapkan, jenis sapi tertentu

dikembangkan sebagai sapi perah untuk menghasilkan susu dalam jumlah besar.

peternakan sapi di dunia ada di negara Eropa (Skotlandia, Inggris,Denmark, Perancis,

Switzerland, Belanda), Italia, Amerika, Australia, Afrika danAsia (India dan Pakistan). Sapi

Friesian Holstein misalnya, terkenal dengan produksi susunya yang tinggi (+ 6350 kg/th),

dengan persentase lemak sususekitar 3-7%. Namun demikian sapi-sapi perah tersebut ada yang

mampu berproduksi hingga mencapai 25.000 kg susu/tahun, apabila digunakan bibit unggul,

diberi pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, lingkungan yang mendukung dan

menerapkan budidaya dengan manajemen yang baik. Saat iniproduksi susu di dunia mencapai

385 juta m2/ton/th, khususnya pada zone yang beriklim sedang. Produksi susu sapi di PSPB

masih kurang dari 10liter/hari dan jauh dari standar normalnya 12 liter/hari (rata-ratanya hanya

5-8liter/hari
Sapi perah merupakan salah satu ternak penghasil protein hewani yang dalam

pemeliharaannya selalu diarahkan pada produksi susu. Pemeliharaan sapi perah beberapa tahun

terakhir ini menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan ini terus didorong

oleh pemerintah agar swasembada susu tercapai secepatnya. Tingkat konsumsi susu di Indonesia

masih belum dapat diimbangi oleh produksi susu nasional, yaitu produksi susu nasional pada

tahun 2016 hanya mencapai 852,95 ribu ton, sedangkan permintaan untuk konsumsi sudah

mencapai 11,8 liter/kapita/tahun (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jendral-

Kementrian Pertanian 2016), sehingga menyebabkan pemerintah harus melakukan impor untuk

memenuhinya.

Pemerintah perlu melakukan upaya peningkatan produksi susu dalam negeri guna

menekan angka impor susu agar secara bertahap dapat mengurangi ketergantungan terhadap susu

impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Peningkatan produksi susu dapat dilakukan

dengan peningkatan populasi dan produktivitas sapi perah, atau melakukan seleksi terhadap sapi

-sapi dengan produksi dan kualitas susu yang tinggi.

Salah satu jenis ternak penghasil susu yang banyak tersebar di Indonesia adalah sapi

Friesian Holstein (FH). Sapi FH banyak dipelihara karena produksi susu yang tinggi serta

mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. Iklim tropis di Indonesia menyebabkan berkurang

dan menurunnya produksi susu sapi FH dibandingkan di negara yang beriklim sub tropis yang

merupakan asal daerahnya.


Permasalahan pada usaha peternakan sapi perah yang sering terjadi adalah produksi susu

yang masih rendah dan kualitas susu yang belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) 3141.1:2011. Untuk meningkatkan produksi susu dalam

negeri diperlukan peningkatan jumlah populasi dan produktivitas sapi perah. Produksi susu pada

setiap peternak berbeda-beda, sehingga untuk memenuhi kebutuhan susu, produksi susu harus

ditingkatkan lagi. Produksi dan kualitas susu pada peternakan rakyat di daerah tropis sangat

dipengaruhi oleh kandungan nutrisi pakan (Adinda, 2004). Kualitas susu ditentukan oleh

persentase dari masing-masing komponen yang ada dalam susu yang terdiri atas air, protein,

lemak, laktosa, vitamin, dan konstituen susu lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi

komposisi susu adalah genetik, tahap laktasi, umur, nutrisi, lingkungan, dan prosedur pemerahan.

Pemberian pakan yang baik akan meningkatkan kualitas susu yang dihasilkan. Kadar lemak susu

sangat dipengaruhi oleh pakan yang diberikan terutama kandungan serat kasar hijauan. Semakin

tinggi kadar lemak susu maka kualitas susu akan semakin baik, sehingga harga jual susu akan

semakin tinggi. Oleh karena itu pemberian pakan hijauan dan konsentrat yang seimbang akan

memengaruhi kadar lemak dan protein susu.

Peternak sapi perah Indonesia kurang memiliki pengetahuan tentang tata cara beternak

sapi yang baik dan benar, sehingga produktifitas susu yang dihasilkan sapi rendah. Rata - rata

peternak sapi perah di Indonesia lebih banyak belajar secara turun - temurun, tidak ada ilmu baru

yang mereka terima dari ilmu warisan nenek moyang mereka.

Dalam kenyataannya peternaak Sapi perah kebanyakan berada di desa – desa hal ini

sangat beralasan, mengingat didesa banyak tersedia rerumputan hijau sebagai bahan makanan

ternak. Pemerintahan desa mempunyai peran yang sangat penting didalam pemberdayaan
peternak sapi perah, mengingat desa merupakan sistem pemerintahan yang berada dilevel paling

bawah sehingga bersentuhan langsung dengan masyarakat tingkat bawah, semisal masyarakat

peternak sapi perah. Dalam kegiatannya kepala desa secara langsung memberikan pelayanan

publik berupa penyuluhan kepada masyarakat peternak sapi.

Gambar1. sapi perah friesian holstein


BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 pengolahan sapi perah

Sapi perah merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibandingkan ternak

perah lainnya. Sapi perah sangat efisien dalam mengubah makanan ternak berupa konsentrat dan

hijauan menjadi susu yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Di negara-negara maju, sapi perah

dipelihara dalam populasi yang tertinggi, karena merupakan salah satu sumber kekuatan ekonomi

bangsa. Sapi perah menghasilkan susu dengan keseimbangan nutrisi sempurna yang tidak dapat

digantikan bahan makanan lain. Dalam SK Dirjen Peternakan No. 17 Tahun 1983, dijelaskan

definisi susu adalah susu sapi yang meliputi susu segar, susu murni, susu pasteurisasi, dan susu

sterilisasi. Susu segar adalah susu murni yang tidak mengalami proses pemanasan. Susu murni

adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat. Susu murni diperoleh dengan cara pemerahan

yang benar, tanpa mengurangi atau menambah sesuatu komponen atau bahan lain. Sapi perah

merupakan salah satu penghasil protein hewani yang sangat penting. Air susu sebagai sumber

gizi berupa protein hewani sangat besar manfaatnya bagi bayi. Bagi mereka yang sedang dalam

proses tumbuh, bagi orang dewasa dan bahkan bagi yang berusia lanjut. Susu memiliki

kandungan protein cukup tinggi sehingga sangat menunjang pertumbuhan, kecerdasan dan daya

tahan tubuh

Sapi perah adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan

kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95%

kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit.


2.1.2 PEMELIHARAAN SAPI PERAH

Peternakan sapi perah harus bisa menghasilkan daging yang menjadi sumber protein,

susu, dan kulit yang dimanfaatkan untuk industri dan pupuk kandang sebagai salah satu sumber

organik lahan pertanian.dalam Pemeliharaan sapi perah juga ada hal- hal yang harus di

perhatikan yaitu:

 Sanitasi dan Tindakan Preventif

Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah

mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena

sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan

(ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebih

banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati karena dan bibit yang menjelang

beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan.

 Perawatan Ternak

Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari setelah kandang

dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran

kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah

kandang dibersihkan,sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat

dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut harus

dibongkar).Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedetditimbang
seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang

baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran

pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.

 Pemberian Pakan

Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

a) sistem penggembalaan (pasture fattening)

b) kereman (dry lot fattening)

c) kombinasi cara pertama dan kedua.

Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk

daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan

siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi

dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak

1-2% dari BB.

Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahansebesar 25%

hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya

ditambahdengan jenis kacang-kacangan (legum).

 Persyaratan lokasi pemeliharaan

Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknyacukup jauh dari

pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan.Kandang harus terpisah dari rumah
tinggal dengan jarak minimal 10 meter dansinar matahari harus dapat menembus pelataran

kandang serta dekat denganlahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok

di tengahsawah atau lading

 Pembibitan

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah:

(a)produksi susu tinggi

(b)umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,

(c)berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susutinggi,

(d)bentuk tubuhnya seperti baji,

(e)matanya bercahaya, punggunglurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang

cukup lebarserta kaki kuat,

(f)ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik,apabila diraba lunak, kulit halus, vena

susu banyak, panjang dan berkelok-kelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi

empat yang simetrisdan tidak terlalu pendek,

(g)tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakitmenular, dan

(h)tiap tahun beranak

(i)Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:


(j) umur sekitar 4-5 tahun,

(k) memiliki kesuburan tinggi,

(l) daya menurunkan sifat produksi yangtinggi kepada anak-anaknya,

(m) berasal dari induk dan pejantan yang baik

(n)besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat

pejantanyang baik,

(o) kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat,

(p)muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar,

(q) paha rata dan cukupterpisah,

(r) dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar,

(s) badanpanjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar,

(t) sehat,bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya
2.2.2 upaya pemerintah

Pemerintah perlu melakukan upaya peningkatan produksi susu dalam negeri guna

menekan angka impor susu agar secara bertahap dapat mengurangi ketergantungan terhadap susu

impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Peningkatan produksi susu dapat dilakukan

dengan peningkatan populasi dan produktivitas sapi perah, atau melakukan seleksi terhadap sapi

-sapi dengan produksi dan kualitas susu yang tinggi.

Salah satu jenis ternak penghasil susu yang banyak tersebar di Indonesia adalah sapi

Friesian Holstein (FH). Sapi FH banyak dipelihara karena produksi susu yang tinggi serta

mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. Iklim tropis di Indonesia menyebabkan berkurang

dan menurunnya produksi susu sapi FH dibandingkan di negara yang beriklim sub tropis yang

merupakan asal daerahnya.

Permasalahan pada usaha peternakan sapi perah yang sering terjadi adalah produksi susu

yang masih rendah dan kualitas susu yang belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) 3141.1:2011. Untuk meningkatkan produksi susu dalam

negeri diperlukan peningkatan jumlah populasi dan produktivitas sapi perah. Produksi susu pada

setiap peternak berbeda-beda, sehingga untuk memenuhi kebutuhan susu, produksi susu harus

ditingkatkan lagi. Produksi dan kualitas susu pada peternakan rakyat di daerah tropis sangat

dipengaruhi oleh kandungan nutrisi pakan (Adinda, 2004) Kualitas susu ditentukan oleh

persentase dari masing-masing komponen yang ada dalam susu yang terdiri atas air, protein,

lemak, laktosa, vitamin, dan konstituen susu lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi

komposisi susu adalah genetik, tahap laktasi, umur, nutrisi, lingkungan, dan prosedur pemerahan.

Pemberian pakan yang baik akan meningkatkan kualitas susu yang dihasilkan. Kadar lemak susu
sangat dipengaruhi oleh pakan yang diberikan terutama kandungan serat kasar hijauan. Semakin

tinggi kadar lemak susu maka kualitas susu akan semakin baik, sehingga harga jual susu akan

semakin tinggi. Oleh karena itu pemberian pakan hijauan dan konsentrat yang seimbang akan

memengaruhi kadar lemak dan protein susu.

Peternak sapi perah Indonesia kurang memiliki pengetahuan tentang tata cara beternak

sapi yang baik dan benar, sehingga produktifitas susu yang dihasilkan sapi rendah. Rata - rata

peternak sapi perah di Indonesia lebih banyak belajar secara turun - temurun, tidak ada ilmu baru

yang mereka terima dari ilmu warisan nenek moyang mereka.

Dalam kenyataannya peternaak Sapi perah kebanyakan berada di desa – desa hal ini sangat

beralasan, mengingat didesa banyak tersedia rerumputan hijau sebagai bahan makanan ternak.

Pemerintahan desa mempunyai peran yang sangat penting didalam pemberdayaan peternak sapi

perah, mengingat desa merupakan sistem pemerintahan yang berada dilevel paling bawah

sehingga bersentuhan langsung dengan masyarakat tingkat bawah, semisal masyarakat peternak

sapi perah. Dalam kegiatannya kepala desa secara langsung memberikan pelayanan publik

berupa penyuluhan kepada masyarakat peternak sapi perah.

Gambar.2 susu sapi perah yang segar


BAB III PEMBAHASAN

3.1 sapi perah

Sapi perah dapat digembalakan oleh petani maupun dipelihara di dalam kandang secara

komersial dalam usaha peternakan susu. Ukuran peternakan dan jumlah sapi perah dapat

bervariasi tergantung luas kepemilikan lahan dan struktur sosial. Di Selandia Baru, jumlah

kepemilikan sapi perah rata-rata 375 ekor per peternak.Di Australia, jumlah kepemilikan sapi

perah rata-rata 220 ekor per peternak. Di Inggris, terdapat dua juta ekor sapi perah dengan rata-

rata kepemilikan 100 ekor. Di Amerika Serikat, jumlah kepemilikan sapi bervariasi antara

selusin hingga 15.000 ekor.Sedangkan di Indonesia, kepemilikan sapi perah rata-rata hanya 4

ekor per peternak.

Untuk mempertahankan periode laktasi, sapi perah harus beranak. Tergantung kondisi pasar, sapi

perah betina dapat dikawinkan dengan pejantan dari ras yang sama (dengan harapan untuk

mendapatkan anak sapi betina penghasil susu) atau dikawinkan dengan sapi potong jantan. Jika

anak yang didapatkan berupa sapi betina penghasil susu yang produktif, ia bisa dipelihara untuk

dijadikan pengganti sapi perah yang telah tua. Jika anak yang didapatkan berupa sapi betina

nonproduktif atau sapi jantan, maka ia bisa dijadikan sapi potong. Peternak dapat memilih untuk

membesarkannya sendiri, atau dijual ke penggemukan sapi. Sapi muda juga bisa disembelih

untuk mendapatkan daging sapi muda. Peternak sapi perah umumnya mulai melakukan

inseminasi buatan pada sapi betina di usia 13 bulan dengan masa kehamilan sekitar sembilan

bulan. Anak sapi yang baru lahir segera dipisahkan dari induknya (umumnya setelah tiga hari)

karena hubungan antara anak sapi dan induknya dapat bertambah intens seiring berjalannya

waktu sehingga pemisahaannya dapat menyebabkan stres bagi induk sapi.


Sapi dapat hidup hingga usia 20 tahun , tetapi sapi yang dibesarkan untuk diperah jarang sekali

dipertahankan hingga usia tersebut karena ketika sapi perah tidak produktif, ia akan disembelih.

Pada tahun 2009, setidaknya 19% stok daging yang disuplai oleh Amerika Serikat berasal dari

sapi perah yang tidak produktif. Selain karena tidak lagi produktif, sapi perah yang sudah tua

rentan terhadap penyakit seperti mastitis yang dapat memengaruhi kualitas susu yang dihasilkan.

Di India dan Nepal, masyarakat penganut agama Hindu memuja sapi sehingga menyembelihnya

dapat dianggap berdosa. Penyembelihan sapi dilarang di sebagian besar India dan menjadi

masalah yang dipertentangkan di wilayah yang diizinkan Sapi perah yang tidak produktif dapat

terlihat berkeliaran di jalanan kota dan dibiarkan begitu saja karena mereka akan meninggal

karena sakit atau usia lanjut. Beberapa organisasi Hindu membangun rumah singgah khusus sapi

yang disebut dengan Goshala untuk tempat peristirahatan terakhir.

3.1.3 Tingkat produksi susu


Sapi perah menghasilkan sejumlah besar susu sepanjang hidupnya, dengan kisaran 6.800

sampai 17.000 kg per masa laktasi. Sapi ras tertentu menghasilkan lebih banyak susu

dibandingkan ras lain. Rata-rata susu yang dihasilkan di Amerika Serikat adalah 9.164,4 kg per

ekor per tahun, tidak termasuk susu yang dikonsumsi anaknya.[15] Sedangkan di Israel mencapai

12.240 kg berdasarkan data tahun 2009.[16] Usaha peternakan sapi perah di daerah tropis

memiliki hambatan lebih, terutama akibat tingginya temperatur dan kelembaban yang tidak

disukai oleh sapi perah. Di Cirebon, Jawa Barat, satu ekor sapi hanya menghasilkan maksimum

sekitar 4.500 liter susu per ekor per masa laktasi. Keturunan sapi yang dikembangbiakkan di

daerah tropis, meski jenis rasnya sama, menghasilkan susu lebih sedikit daripada

induknya.Temperatur udara yang tinggi diketahui mengurangi penyerapan nutrisi pakan oleh

sapi sehingga berpotensi mengurangi produksi susu. Usia harapan hidup sapi perah sangat terkait
dengan tingkat produksi susu.Sapi dengan tingkat produksi susu yang rendah dapat hidup lebih

lama dibandingkan sapi dengan tingkat produksi susu yang tinggi, tetapi hal ini tidak

menunjukkan seberapa menguntungkan sapi jenis tertentu. Sapi yang tidak lagi memproduksi

susu dengan jumlah yang menguntungkan akan disembelih. Daging dari sapi perah tersebut

biasanya berkualitas rendah sehingga hanya dijadikan daging terproses (sosis, dan sebagainya).

Tingkat produksi susu umumnya dipengaruhi oleh tingkat stres sapi. Peneliti dari Universitas

Leicester Inggris menemukan bahwa musik tertentu disukai oleh sapi perah dan memengaruhi

masa laktasi dan produksi susu.

Gambar .3 sapi di dalam kandang


3.2.3 Nutrisi

Nutrisi berperan penting dalam menjaga kesehatan sapi. Pemberian nutrisi yang tepat

dapat meningkatkan produksi dan performa reproduksi sapi. Nutrisi yang dibutuhkan dapat

berbeda-beda tergantung pada usia dan tahap pertumbuhan sapi.

Hijauan, terutama rerumputan dan jerami merupakan jenis pakan yang paling banyak digunakan.

Serealia seperti jelai banyak digunakan sebagai pakan tambahan di berbagai negara beriklim

sedang karena merupakan sumber protein, energi, dan serat yang baik.

Pemenuhan kadar lemak pada tumbuh sapi penting dalam menjaga produktivitas susu. Sapi yang

terlalu gemuk atau terlalu kurus dapat menimbulkan masalah pada kesehatannya maupun sistem

reproduksinya. Pemberian suplemen lemak diketahui dapat menguntungkan masa laktasi sapi.

Suplemen lemak yang dimaksud terutama asam oleat yang ditemukan pada minyak kanola, asam

palmitat yang ditemukan pada minyak sawit, dan asam linoleat yang ditemukan pada biji kapas,

bunga matahari, dan kedelai. Pemberian suplemen lemak yang tepat juga dapat meningkatkan

usia harapan hidup sapi.

Pemanfaatan produk samping suatu usaha budi daya tanaman merupakan salah satu cara dalam

mengurangi biaya pemberian pakan. Namun, jenis pakan yang diberikan tidak bisa sembarangan

karena dapat menyebabkan penyakit. Daun jagung, daun kedelai, dan daun singkong dapat

dijadikan pakan tambahan bagi sapi, yang kesemuanya merupakan produk samping

pembudidayaan tanaman pertanian. Daun singkong memiliki kandungan protein kasar sebanyak

28,66 persen, lebih tinggi dibandingkan kadar protein rumput gajah yang hanya 13,13 persen.
3.2 Manejemen pemasaran

Strategi produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar/konsumen

untuk menarik perhatian, pembelian, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memuaskan

keinginan atau kebutuhan salah satunya dengan cara sebagai berikut:

 Jalur promosi pada penjualan sapi perah

Dalam proses tata niaga, terdapat fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh produsen dan

lembaga pemasaran, yaitu :

1) Pembelian (buying), yaitu usaha memilih barang-barang yang dibeli untuk

Dijual lagi atau untuk digunakan sendiri dengan harga, pelayanan dari penjual

Dan kuantitas tertentu,

2) Penjualan (selling), yaitu bertujuan menjual barang atau jasa yang diperlukan

Sebagai sumber pendapatan untuk menutup semua ongkos guna memperoleh

Laba,

3) Pengambilan resiko (risk taking), yaitu menghindari dan mengurangi resiko

Terhadap semua masalah dalam pemasaran,


4) Pengumpulan, yaitu pengumpulan barang-barang yang sama dari beberapa

Sumber atau beberapa barang dari sumber yang sama,

5) Penyimpanan (storage), yaitu melakukan penyesuaian waktu antara

Penawaran dengan permintaan terhadap barang,

6) Pengangkutan (transportation), yaitu pemindahan barang dari tempat barang

Dihasilkan ke tempat barang dikonsumsikan,

7) Sortasi, yaitu menggolongkan, memeriksa, dan menentukan jenis barang

Yangakan disalurkan,

8) Perbelanjaan atau pembiayaan (financing), yaitu pengadaan dana dalam

Melakukan transaksi pertukaran ataupun dalam pengeluaran ongkos-ongkos

Pemasaran,

9) Informasi pasar (market information), yaitu tingkat kepentingan pembeli atau

Penjual terhadap barang yang akan disalurkan


BAB IV Kesimpulan dan saran

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan Pembahasan diatas Sapi perah merupakan ternak penghasil susu yang sangat

dominan dibandingkan ternak perah lainnya. Sapi perah sangat efisien dalam mengubah

makanan ternakberupa konsentrat dan hijauan menjadi susu yang sangat bermanfaat bagi

kesehatan.

4.2 Saran

belum ada yang mampu melakukan kerja sama dengan industri karena belum sanggup

memenuhi permintaan susu karena jumlah produksi yang masih rendah belom ada kemajuan

untuk peternak biasa.

4.3 Daftar pustaka

 https://id.wikipedia.org/wiki/Sapi_perah#Tingkat_produksi_susu

 http://eprints.umpo.ac.id/1151/2/BAB%20I.pdf

 http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/69153/DWI%20NOVI%20ARIYA

NTI.pdf?sequence=1

Anda mungkin juga menyukai