I. PENDAHULUAN
1.2 RumusanMasalah
1. Bagaimana manajemen pakan pedet pada sapi perah ?
2. Bagaimana manajemen pakan pada sapi perah periode dara ?
3. Bagaimana manajemen pakan sapi perah pejantan?
4. Bagaimana manajemen pakan sapi perah periode laktasi?
5. Bagaimana manajemen pakan sapi perah periode kering ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui manajemen pakan pedet pada sapi perah ?
2. Mengetahui manajemen pada sapi perah periode dara ?
3. Mengetahui manajemen pakan sapi perah pejantan?
4. Mengetahui manajemen pakan sapi perah periode laktasi?
5. Mengetahui manajemen pakan sapi perah periode kering ?
3
Pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak, dapat dicerna
seluruhnya atau sebagian dan tidak mengganggu kesehatan ternak (Lubis, 1992).
Pemberian pakan pada ternak perlu mempertimbangkan jumlah, kandungan dan
kualitas nutrien didalam bahan pakan. Penyusunan pakan untuk sapi perah dapat
menggunakan bahan pakan sumber proteinsebanyak 20-25% dengan komposisi
sumber protein nabati 10-20% dan sumber protein hewani 3-10%, sedangkan
untuk bahan pakan sumber energi dalam pakan dapat disusun 50-75% dan untuk
mineral mix dalam pakan sebanyak 5% dari total pakan (Angorodi, 1994).
Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan, dicerminkan oleh kebutuhannya
terhadap nutrisi. Pengaruh pakan terhadap tampilan produksi susu sebesar 70%
(Warwick et al., 1990). Kebutuhan nutrisiperharinya sangat tergantung pada jenis
ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting atau menyusui), kondisi tubuh,
dan lingkungan (Kartadisastra, 1997).
Kebutuhan nutrisi sapi perah laktasi ditentukan oleh kebutuhan hidup pokok
yang dipengaruhi oleh berat badan, sedangkan kebutuhan untuk produksi susu
dipengaruhi oleh banyaknya susu yang disekresikan dan kadar lemak yang
terkandung di dalam susu (Bath et al., 1985). Kebutuhan nutrisipada sapi untuk
produksi susu dapat dipenuhi dari hijauan, konsentrat dan pakan tambahan lain,
apabila nutrisi dalam pakan tidak mencukupi maka terjadi perombakan jaringan
didalam tubuh untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut (Astuti et al., 2009).
Pemberian hijauan pada ternak didasarkan pada kebutuhan BK. Pakan yang
diberikan biasanya mengandung bahan kering dari hijauan sebanyak 2% dari
bobot badan (Siregar, 1992). Pemberian hijauan biasanya diberikan 60% dari total
pakan, atau tergantung kualitas hijauan, apabila hijauan berkualitas rendah
permberian hijauan sebanyak 55%, jika hijauan yang diberikan berkualitas sedang
sampai tinggi pemberian hijuan sebanyak 64% (Parakkasi, 1999). Pemberian
hijauan pada sapi perah berkisar antara 18-20 kg/ekor/hari (Astuti et al., 2009
4
III. ISI
Leondro (2015) menyatakan, sapi perah dara yang berumur 12 bulan akan
tumbuh dengan baik apabila hijauan yang diberikan berkualitas baik, sehingga
perlu diupayakan sebelum umur 12 bulan sapi dara harus memiliki nafsu makan
yang kuat, rumen yang sehat dan kuat. Pakan yang diberikan baik maka sapi dara
akan menunjukkan birahi pertama sekitar umur 12 bulan. Pakan yang diberikan
kurang baik sapi baru akan mununjukkan birahi pada umur 20 bulan atau lebih.
Sapi yang berumur 12 bulan dapat mengkonsumsi rumput lebih banyak dengan
kualitas yang baik, sehingga pertumbuhannya juga lebih baik. Hambatannya
adalah rendahnya kualitas rumput di daerah tropis bila dibandingkan dengan
daerah temparate sehingga pakan sapi umur 12 bulan ke atas perlu ditambah
konsentrat sekitar 1 kg / 100 kg berat badan/ekor/hari dengan tetap menjaga agar
sapi dara tidak terlalu gemuk.
Girisanto (2006) menyatakan, 3 fase pemberian pakan sapi perah dara,
yaitu:
1. Penyapihan (12 minggu) hingga umur 1 tahun. Periode ini, sapi dara diberi
makan hijauan free choice dan butiran/kon-sentrat terbatas. Jumlah dan
kandungan protein dari konsentrat ditentukan oleh kualitas hijauan. Pastura
dapat digunakan dengan baik dalam program pemberian pakan, sepanjang
disuplementasi dengan grainmix, hijauan kering,dan mineral yang mencukupi
(dapat diberikan dalam grain mix atau free choice). Perlu disediakan air
bersih dan segar. Selama periode ini sapi dara jangan overfeeding dan terlalu
gemuk. Kondisi yang berlebihan akan meng-hambat perkembangan jaringan
sekretori ambing selama periode kritis (per-kembangan yang maksimal)
antara umur 3-9 bulan dan menyebabkan produksi susu rendah.
Overconditioning setelah umur 15 bulan tidak mempengaruhi jaringan
sekretori ambing.
2. Sapi dara, umur 1 tahun - 2 bulan sebelum beranak pada umur 2 tahun. Bila
tersedia hijauan kualitas tinggi, dapat menjadi satu-satunya bahan pakan
untuk sapi dara umur 1 tahun (tanpa konsentrat), dilengkapi dengan mineral
mix yang disediakan free choice (adlibitum). Sapi dara dapat tumbuh 0,8-0,9
kg/hari. Bila pertumbuhan tidak memuaskan dapat ditambahkan konsentrat.
9
3. Dua bulan sebelum beranak – beranak. Pemberian pakan periode ini dapat
mempengaruhi produksi susu selamalaktasi pertama. Selama 2 bulan terakhir
kebuntingan sapi dara akan bertambah bobot badannya sekitar 0,9 kg/hari,
sedangkan pada awal kebuntingan 0,8 kg/hari. Sapi dara yang tumbuh dengan
cepat pada waktu beranak, dan secara kontinyu tumbuh selama laktasi
pertama akan menjadi penghasil susu yang lebih persisten dibandingkan
dengan sapi dara yang full-size pada saat beranak. Jumlah konsentrat yang
diberikan sebelum beranak akan dipengarui oleh: kualitas hijauan, ukuran dan
kondisi sapi dara. Sebagai patokan beri konsentrat 1% dari bobot badan mulai
6 minggu sebelum beranak. Ransum perlu cukup protein, mineral, dan
vitamin. Kelebihan konsumsi garam akan menyebabkan bengkak ambing,
perlu dicegah pada 2 minggu terakhir sebelum beranak. Sapi dara yang
tumbuh dengan baik tidak akan menghadapi problem yang serius pada waktu
beranak. Namun manajemen nutrisi dapat memudahkan saat beranak dalam 2
hal, yaitu: (1) ukuran pedet, dan (2) tingkat kegemukan induk. Sapi dara yang
gemuk aka menghadapi insiden distokia yang lebih tinggi karena pembukaan
pelvic yang kecil dan biasanya ukuran pedet yang lebih besar. Underfeeding
atau sapi dara yang tumbuh jelek membutuhkan lebih banyak asisten saat
beranak dan resiko kematian lebih tinggi.
Pemberian pakan secara individu pada sapi laktasi di kandang atau milking
parlor berubah mengarah ke sistem pemberian pakan yang baru. Meskipun
metode yang lebih baru tidak seefektif pemberian secara individual, sistem ini
lebih ekonomis daripada semua sapi diberi sejumlah konsentrat yang sama tanpa
memperhatikan produksi susu.
a) Phase Feeding
Phase Feeding adalah suatu program pemberian pakan yang dibagi ke
dalam periode-periode berdasarkan pada produksi susu, persentase lemak susu,
konsumsi pakan, dan bobot badan. Didapatkan 4 fase pemberian pakan sapi
laktasi:
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Banyaknya pakan dan ratio pakan yang diberikan sesuai dengan fase
pertumbuhannya serta sesuai dengan bobot tubuh ternak tersebut.
2. Pemberian pakan jenis leguminosa pada sapi laktasi bertujuan agar dapat
meningkatkan produktifitas susu.
3. Full hijauan diberikan pada sapi kering agar masa pengeringannya
berjalan dengan cepat.
4.2 Saran
1. Praktikan harus lebih aktif dan komunikatif
2. Sebaiknya asisten membimbing praktikannya saat proses diskusi di
BBPTU agar efektif dan efisien sehingga semua praktikan dapat
memahami penjelasan dari narasumber.
16
DAFTAR PUSTAKA
Bath, D.L., F.N. Dickinson, H.A. Tucker, and R.D. Appleman. 1985. Dairy Cattle
Principles, Practice, Problems, Profit. Lea and Febiger. Philadelphia
\
Djaja, Willyan. 2000. Buku Bahan Perkuliahan Manajemen Pemeliharaan Sapi
Perah Pejantan. Universitas Padjajaran: Bandung.
Lubis, A.U., 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia. Pusat
Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala, Pematang Siantar.
Siregar, A.G.A. 1995. Pengaruh Cuaca dan Iklim Pada Produksi Susu. Institut
Pertanian Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan. Jakarta.
Sutardi, T. 1984. Konsep Pembakuan Mutu Ransum Sapi Perah. Institut Pertanian
Bogor, Fakultas Peternakan. Jakarta.
17