Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

MATA KULIAH MANAJEMEN HEWAN PRODUKSI


Ringkasan Materi

Disusun Oleh
Dahlia Setiawan
130210170020

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2020
Tata Laksana Pemeliharaan Sapi

I.1 Tata Laksana Pemeliharaan Pedet

Pemeliharaan pedet dioptimalkan dengan cara meningkatkan efisiensi pakan, laju


pertumbuhan bobot badan agarproduksi susu yang dihasilkansetelah dewasa menjadi lebih
optimal. Upaya inidapat dicapai dengan mengurangistres saat berlangsungnya proses
kelahiran sertamemaksimalkan kekebalan pasif.
Berat lahir pedet bervariasi antara 5 –12 % dari berat induknya dan optimalnya
sebesar 6,5% dari berat badan induknya. Apabila berat pedet yang akan dilahirkan lebih
dari kisaran tersebut maka induknya akan mengalami kesulitan dalam beranak (distokia)
dan biasanya si pedet mati saat dilahirkan. Begitu pula apabila kurang dari kisaran di atas
maka pedet yang akan dilahirkan biasanya mengalami kelahiran mati. Berat badan pedet
sapi perah FH yang dilahirkan optimalnya 90 pounds.
Distokia adalah proses kelahiran yang abnormal atau kesulitan saat mengeluarkan
anak. Distokia diukur menggunakan penilaian dengan scor 1 –5 yang disebut dengan
calving ease. Nilai 1 menandakan bahwa kelahiran tidak membutuhkan bantuan. Nilai 5
menandakan sangat sulit saat mengeluarkan anaknya yang bisa diakibatkan oleh
ketidaktepatan posisi anak dalam rahim induknya atau juga ketidaktepatan waktusaat
membantu proses kelahiran. 70 –98 % pedet mengalami kematian karena sulit untuk
dikeluarkan. Mortalitas pedet meningkat seiring dengan meningkatnya calving ease.
Hampir 50% pedet mati saat lahir dengan scor calving ease 5, bahkan pedet mati setelah48
jam dilahirkan.
Trauma pedet selama proses kelahiran diantaranya diakibatkan oleh ketidaktepatan
dalam membantu mengeluarkannya dari rahim induknya sehingga menyebabkan pedet
mengalami gangguan tulang iga saat dibantu, kerusakan pada tulang vertebrae dan pedet
dengan tulang iga patah bisa diakibatkan oleh terlalu cepatnya menarik pedet keluar dari
rahim induknya.
Setelah lahir, pedet harus segera dipisahkan dari induknya untuk ditempatkan pada
lingkungan yang thermoneutral (65 –75oF). Bila perlu, lakukan stimulasi pernapasan.
Jangan mengantung pedet dari arah bawah atau mengayunnya untuk dapat mengeluarkan
cairan dari paru-paru. Hal ini dapat mengakibatkan penekanan saluran pencernaan pada
diafragma sehingga mempersulit pernapasan pertama pada pedet. Setelah itu keringkan
pedet dengan handuk kasar, lalu tali pusat pedet dicelupkan pada iodine 7% atau larutan
chlortetrasiklin. Setelah lahir pedet dibiarkan menyusu induknya untuk mendapatkan
kolostrum sebagai kekebala pasif nya.
Kolostrum merupakan pakan yang sangat bernutrisi, namun manfaat dari kekebalan
tubuh (imunitas) pedet diperoleh setelah 24 jam dari lahir tergantung proteksi yang
diperoleh tubuhnya. Kolostrum mengandung sepertiga kali lebih banyak bahan kering
dibandingkan dengan susu. Selain itu daya cernanya tinggi. Kolostrum diberikan secara
segar namun dapat dibekukan atau disimpan sebagai sour (kolostrum yang
difermentasikan). Bahan kering kolostrum lebih besar daripada susu biasa; maka pemberian
kolostrum harus diencerkan dengan air sebanya 25% untuk menghindari mencret atau
kegemukan. Pada musim panas, sour kolostrum cepat membusuk sehingga tidak sehat bila
dikonsumsi. Untuk mengatasinya maka tambahkan asam asetat atau asam propionat untuk
mengasamkan sour kolostrum di bawah pH 4,6 agar daya tahannya dapat diperpanjang.
Susu pengganti harus bernutrisi tinggi. Pada umumnya susu pengganti diberikan 1
pounds (BK) per ekor per hari hingga waktu penyapihan. Satu pounds susu pengganti harus
memiliki kandungan 20 persen protein, 20 persen lemak. Susu pengganti dapat diberikan
pada pedet setelah berat badannya 90 pounds. Kurangi asupan susu pengganti (hingga 1%
berat badan) setelah pedet berumur 7 –10 hari, kemudian tingkatkan asupan dari calf
starter. Penyapihan dini ( umur 21 –35 hari) dapat mengurangi biaya pakan dan biaya
tenaga kerja dalam suatu usaha pembesaran pedet. Hal yang paling efektif dalam
mengurangi biaya pembesaran pada pedet prasapih yaitu dengan memberikan program
pemberian pakan yang memenuhi kebutuhan nutrisi pedet sambil
merangsangperkembangan rumen secara simultan dan cepat.
Rangsangan perkembangan rumen tergantung pada fermentasi bahan pakan yang
dicerna menjadi asam lemak terbang (VFA). Konsentrat lebih efektif dalam menstimulasi
pertumbuhanpapila dibandingkan dengan hijauan. Tingkat asupan hijauanyang minim
dalam ransum dapat membantu berkembangnya fungsi rumen.
Calf starter sebaiknya mengandung 18 –20 persen protein kasar dan 80 persen TDN,
dan juga harus mengandung koksidiostat untuk mengurangi terjadinya infeksi koksidial
subklinis. Pada fase kehidupan ini, bentuk fisik pakan lebih penting daripada kandungan
nutrisi untuk meningkatkan asupan pakan. Calf starter bertekstur kasar sebaiknya memiliki
bagian yang paling banyak untuk menghindari efek debu pada pakan tersebut. Pakan
komplit berbentuk pelet diberikan untuk meningkatkan keseimbangan asupan seluruh
bahan pakan dalam bentuk yang palatable; namun pedet belum siap untuk meng-konsumsi
pakan pelet yang terlalu kasar. Pakan pedet dapat diberi tambahan molases (diatas 7,5
persen) untuk meningkatkan palatabilitas serta mengurangi sifat debu pada pakan tersebut.
Batasi asupan hay karena memiliki kecernaan yang rendah; misalnya pada hay legum yang
telah berbunga.
Keberadaan pakan dalam rumen menjadi lebih lama sehingga konsumsi bahan
kering-nya menurun. Selain itu berkurangnya kapasitas rumen dapat mengurangi asupan
bahan keringbaik dari hijauan maupun konsentrat. Dengan demikian perkembangan rumen
menjadi lebih lambat. Oleh karena itu, hay kualitas tinggi sebaiknya diberikan pada pedet
Setelah pedet lahir, air bersih harus selalu tersedia. Pedet yang masih muda dapat
mengalami dehidrasi dengan cepat, terutama saat kondisinya stress. Selain itu asupan air
bersih sangat penting dalam menjaga kenormalan lingkungan rumen karena secara
langsung dapat menuju rumen (bypass).Meskipun pedet masih diberi pakan cair (lahir –4
minggu) namun air harus selalu tersedia agar konsumsi konsentrat lebih banyak dan lebih
baik lagi. Ketersediaan air yang kurang dapat mengurangi asupan bahan kering dan
memperlambat perkembangan rumen.
Manajemen kesehetan dan penyakit pada pedet dapat dilakukan dengan
memaksimalkan kekebalan tubuh yaitu dengan manajemen pemberian kolostrum yang baik
dan meminimalkan keterjangkitan terhadap penyaki yaitu dengan menjaga sanitasi
lingkungann
I.2 Tata Laksana Pemeliharaan Dara Sapi Perah
Dara sapi perah relatif lebih membutuhkan sedikit perhatian mulai dari penyapihan
hingga beranak dibandingkan dengan sapi yang diperah atau pedet pra sapih. Kesalahan
dalam pemeliharaan pada periode ini berpengaruh permanen terhadap produktifitas ternak
secara individual dalam meningkatkan profitabilitas peternakan. Pertimbangan data
mengindikasikan bahwa dara sapi perah yang beranak lebih muda (22 –24 bulan) akan
lebih produktif dan memberikan lebih banyak pendapatan selama masa produktifnya
dibandingkan dengan sapi yang beranak pertama pada umur yang lebih tua(30 –36 bulan).
Tinggi dan berat badan merupakan suatu ukuran dalam memonitor dan menduga
laju pertumbuhan. Untuk itu diperlukan suatu metode akurat dalam mengupulkan data-data
pertumbuhan tersebut, yaitu dengan menggunakan tongkat ukur.
Bagi bangsa sapi perah besar maka tingkat pertumbuhannya harus sekitar 1,75 –2
ponds per hari agar dapat mencapai berat yang optimal saat beranak pertama pada umur22
–24 bulan. Agar bobot badan optimal dicapai saat sapi dikawinkan pada umur 13 –15 bulan
maka nutrisi dan manajemen pada pemeliharaan dara sapi perah harus menjadi prioritas.
Estrus pada dara sapi perah pertama kali dialaminya tergantung pada ukuran dan bobot
badan. Dara sapi perah menunjukkan estrus pertamanya (pubertas) setelah mencapai 35%
dari berat badandewasanya. Dara sapi perah yang diberi pakan nutrisi tinggi akan
memperlihatrkan berahi pada umur yang lebih muda daripada dara yang pertumbuhannya
berada pada tingkat yang dianjurkan.
Pada kondisi tubuuh yang berlebih (BCS>3 saat dikawinkan) akan memiliki s/c
lebih dari dara yang ukuran BCS-nya normal. Oleh karena itu kawinkan dara setelah
mencapai boot badan 60% dari beraty dewasa sehingga sapi tersebut dapat beranak dengan
berat badan mencapai 85% dari berat dewasa. Perludiingat bahwa jenis pertambahan bobot
badansama pentingnya dengan tingkat pertambahan bobot badan (46.3). BCS dari dara sapi
perah harus mencapai 2,5 s Dara yang diakwinkan lebih awal membutuhkan waktu yang
lebih singkat dalam mencapai masa laktasi sehingga biaya pemeliharaan lebih rendah dan
masa produktifnya lebih panjang. Beranak lebih awal juga mempercepat peningkata mutu
genetik kelompok sapi perah serta membantu kesetabilan jadual musim kawin yang
diinginkan. Ternak muda memiliki pertambahan bobot badan yang lebih ekonomis
dibandingkan ternak yang lebih tua dalam hal pemberian pakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup pokokn aat berumur 6 bulan (46.4), 3 saat dikawinkan, dan 3,5 saat beranak (46.5);
Kelebihan bobot badan selamaperiode sebelum puber menyebabkan penurunan produksi
susu hingga 10%.
Dara yang diakwinkan lebih awal membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam
mencapai masa laktasi sehingga biaya pemeliharaan lebih rendah dan masa produktifnya
lebih panjang. Beranak lebih awal juga mempercepat peningkata mutu genetik kelompok
sapi perah serta membantu kesetabilan jadual musim kawin yang diinginkan. Ternak muda
memiliki pertambahan bobot badan yang lebih ekonomis dibandingkan ternak yang lebih
tua dalam hal pemberian pakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokoknya.
Stimulasi tingkat pertumbuhan bobot badan yang lebih cepat selama periode pra
puber dilakukan dengan memberikan pakan energi tinggi(140% dari kebutuhan) dapat
mempercepat terjadinya pubertas; namun demikian pubertas yang terlalu dini dapat
mengurangi sekresi hormon pertumbuhan yang dapat menghambat perkembangan sekresi
kelenjar ambing. Pubertas yang terlalu dini pun akan mempersempit periode waktu
proliferasi sel-sel sekresi ambing. Inilah efek negatif dari pemberian ransum energi tinggi
pada periode pra-puber terhadap perkembangan ambing. Hal ini dapat diupayakan dengan
meningkatkan protein dalam ransum dalam waktu yang sama; Rasio protein perlu diberikan
lebih tinggi untuk mencapai pertumbuhan yang lebih cepat. Agar tingkat pertumbuhan
bobot badan pascapubertas sejalan dengan perkembangan ambing maka tingkat
pertumbuhan prapuber sebaiknya tidak lebih dari 2,25 pound per hari. Tingkat
pertumbuhan prapuber menentukan umur saat pubertas dan umur saat pertama kali
dikawinkan, yang lebih ditekankan lagi yaitu umur saat beranak pertama. Oleh karena itu
umur saat beranak pertama perlu ditargetkan pada umur dua puluh dua hingga dua puluh
empat bulan agar perkembangan jaringan sekresi ambing menjadi optimal dan masa
produktifnya maksimal.
Pada umur dua bulan, rumen memiliki kapasitas sekitar lima puluh persen dari total
empat bagian perut. Setelah 6 bulan, kapasitas rumen mebesar sekitar 60 persen dan sudah
mulai berfungsi. Kemudian pertumbuhan rumen tersebut akan meningkat selama beberapa
bulan kemudian. Keterbatasan kapasitas rumen selama periode pertumbuhan prapubertas
membatasi kemampuan ternak dalam mengkonsumsi hijauan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhannya, terutama silase atau hijauan yang diberikan. Sementara dara prapubertas
membutuhkan energi yang banyak maka ternak harus diberikan konsentrat dengan serat
yang cukup untuk mempertahankan agar rumen berjalan dengan normal.
Asupan energi disarankan bagi dara sapi perah yaitu hingga 0,72 Mcal per pounds
bahan kering, sementara rasio protein dan energi haris dipertahankan hingga 6:1.
Berkurangnya rasio protein dan energi di bawah tingkat ini berpengaruh buruk terhadap
efisiensi pakan dan tingkat pertumbuhan. Bagi kebanyakan produser ternak, keseimbangan
nutrisi campuran konsentrat ditentukan oleh kualitas hijauan yang diberikan. NRC
merekomendasikan pemberian pakan berdasarkan asumsi kondisi yang sedang berlangsung
(seperti kemudahan ternak untuk mengakses pakan dan air bersih). Misalnya masuknya
parasit dapat meningkatkan kebutuhan energi hingga 10 persen. Oleh karena itu hal iniperlu
disiasati dengan menyesuaikan pemberian ransum berdasarkan kondisi lingkungan
peternakan tidak hanya berdasarkan kebutuhan secara teoretis agar pertumbuhan ternak
dapat optimal.
Pertumbuhan kompensasi dialamiberdasarkan kemampuan ternak dalam
meningkatkan pertumbuhannya di atas normal mengikuti periode pertumbuhan yang
terbatas. Kenaikan efisiensi dari pertumbuhan tanpa lemak juga memberikan kesempatan
bagi ambing untuk berkembang pada periode prapubertas serta meningkatkan efisiensi
laktasi setelah beranak. Sistem dikembangkan untuk membuat pertumbuhan
kompensasiyang tidak dilakukan pada ternak hingga berumur lima bulan. Sistem ini tidak
dapat bekerja kecuali bila terdapat fasilitas untuk mengelompokkan dara secara ketat
menjadi kelompok feeding yang lebih kecil dengan perbedaan umur kurang dari tiga bulan
dan tersebar secara merata.
Keefektifan vaksinasi berjalan dengan baik sesuai dengan tingkat antibodi maternal
yang didapat dari asupan kolostrum. Alokasi waktu vaksinasi tergantung pada status
kekebalan pasif dari pedet dan kesehatannya. Pemilihan jenis vaksin sebaiknya
dikonsultasikan dengan dokter hewan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
1.Keterjangkitan penyakit pada tempat tersebut
2.Potensial biaya dari penyakit yang ditimbulkan
3.Biaya vaksin
4.Keefektifan vaksin
Kontrol parasit baik internal maupun eksternal perlu mendapat perhatian khusus
selama periode ini. Keterjangkitan terhadap penyakit sangat rentan pada sapi yang lebih
muda. Oleh karena itu perlu dilakukan kontrol parasit dan pengobatan secara intensif untuk
mengoptimalkan performans dari darasapi perah. Sanitasi adalah kunci dalam memanaje
masuknya parasit antarfasilitas. Sedangkan program pengobatan dilakukan untuk
membantu mengurangi penyebaran parasit anarindividu ternak. Coccidiosis adalah internal
parasit yang sering timbul pada dara sapi perah. Ionophores mencegah dan mengontrol
coccidiosis serta meningkatkan efisiensi pakan dara sapi perah. (tidak meningkatkan asupan
pakan namun meningkatkan pertambahan bobot badan).
Pada masa prapubertas dan pascapubertas, dara sapi perah harus ditempatkan apda
kandang yang ventilasinya bagus, ruang geraknya cukup, dan mudah dalam mengakses
pakan serta air. Desain kandang yang kurang baik dapat meningkatkan resiko penyakit
pernapasan dan mengurangi efisiensi pakan serta tingkat pertumbuhan. Kandang harus
dapat memberikan kemudahan dalam pengelompokan dara sapi perah. Hal ini dilakukan
untuk meminimalkan stres dan kompetisi antarternak di tempat pakan. Perbedaan umur
sebaiknya tidak lebih dari sebulan dalam satu kelompok serta perbedaan bobot badan
sebaiknya tidak lebih dari 100 pounds.
I.3 Tata Laksana Pemeliharaan Pedet Sapi Perah Laktasi

Pada awal laktasi, energi sapi perah banyak dikeluarkan untuk memproduksi susu.
Sementara energi dalam ransum tidak dapat memenuhi kebutuhan sapi perah. Kekurangan
energi dalam rangka pembentukan susu tersebut terpaksa diambil dari energi dalam
tubuhnya.
Upaya yang diperlukan adalah denganmeningkatkan sumber asupan pakanpada
sapi, terutama setelah beranak hingga sehari setelahnya. Pemantauan kesehatan perlu
dibarengi denganpemantauan asupan pakan sertaproduksi susu yang dihasilkan. Setelah
sehat, sapi dikembalikan pada komunitasnya yaitu tiga belas hingga empat belas hari
setelah beranak tergantung pada kondisi kesehatan.Area lain yang perlu dipantau yaitu
menormalkan kembali fungsi reproduksi sapi, biasanya setelahtiga hingga empat minggu
siklus. Area lain yang perlu dipantau yaitu menormalkan kembali fungsi reproduksi sapi,
biasanya setelahtiga hingga empat minggu siklus. Lakukan pencatatan kejadian berahi
pertama setelah beranak dengan melihat terjadinyaovulasi.Karena pada pada saat itu sapi
tidak menunjukkan tanda-tanda dan prilaku berahi. Upaya lain yaitu dengan meningkatkan
fungsi ovarium. Menjelang kelahiran, corpus luteum dari sapi bunting, semakin berregresi.
Keberadaan corpus luteum setelah beranak dapat diketahui dengan metode palpasi. Adanya
corpus luteum saat itumerupakan indikator berfungsinya organ tersebut dan
adanyaperbaikan jaringan untuk mempersiapkan uterus mendapatkan kebuntingan
berikutnya.
Selama periode ini,ransum diracik dengan tujuan memaksimalkan asupan bahan
kering dan asupan nutrisi. Hal itu dilakukan dengan cara mengombinasikan asupan nutrisi
dari ransum dan mobilisasi simpanan tubuh.
Pada awal laktasi, Energi dalam ransum tidak dapat memenuhi kebutuhan energi
sapi perah yang berproduksi tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan
terhadapkondisi tubuhdengan sistem penilaian skala 1 hingga 5. Skala 1 mengindikasikan
sapi yang terlalu kurus, sedangkan 5 mengindikasikan kegemukan. Selama periode awal
laktasi, sebaiknya sapi perah tidak kehilangan BCS-nya lebih dari satu. Idealnya, pada saat
beranak kondisi tubuhnya3,5–3,75. Setelah memasuki fase keseimbangan energi positif
sebaiknya nilai kondisi tubuhnya (BCS) tidakkurang dari 2,5. Sapi dengan BCS yang lebih
tinggi pada saat beranak akan memiliki BCS yang lebih tinggi padaakhir periode awal
laktasi. Namun kehilangan nilai kondisi tubuh yang melebihinilai yang direkomendasikan
dapat meningkatkan resiko fatty liver, ketosis, dan displaced abomasum. Selama periode
laktasi,evaluasi BCS perlu dilakukan setiap minggu agar evaluasi ransum lebih efisien.
Strategi peningkatan asupan difokuskan untuk beberapa tujuan, diantaranyadengan
mengoptimalkan pola fermentasi rumen (gbr. 49.5), merangsang nafsu makan, dan
eksploitasi pola tingkah laku konsumsi pakan pada sapi (gbr 49.6). Sebaiknya hindari
perubahan komposisi ransum yang cepat kemudiantingkatan intensitas pemberian pakan.
Upaya tersebut dapat menyetabilkan pH rumen, meningkatkan produksi propionat yang
akandiubah menjadi glukosa dalam liverkemudiandiubah lagi menjadi laktosa dalam
kelenjar ambing. Strategi lain yaitu memokuskan peningkatan daya cerna pakan dengan
memaksimalkan jumlah dan aktivitas mikroba melalui sistem pencernaan. Sapi awal laktasi
dapat menghabiskansekitar 10 persen dari asupan pakan hariannya; Dengan demikian,
sekurangnya, sapi memerlukan sepuluh kali periode makan (tiga puluh menit per periode
feeding) dalam rangka memaksimalkan asupan.Perbedaan antara sapi yang asupan
pakannya tinggi dengan yang rendah,dapat dilihat dari jumlah konsumsi pakan untuk setiap
pemberian konsentrat.Sapi produksi tinggi dapat mengonsumsi sepertiga lebih banyak sapi
yang lebih rendah. Sapi cenderung segera minum setelah diperah. Keterbatasan penggunaan
air diindikasikan dengan berrebutannya sapi dalam mengakses air sehingga sapi dominan
lah yang menguasai akses tersebut. Satu sumber air yang menggunakan watter trough dapat
digunkan oleh sepuluh ekor sapi kelompok keseimbangan energi negatif.
Pengoptimalan fungsi rumen dimulai dengan membuat lingkungan rumen kondusif
bagi mikroba rumen. Bebrapa faktor diperlukan agar mikroba berfungsi dengan baik:
lingkungan hangat, basah, pH stabil dan sumber substrat yang konstan untuk dicerna.
Masing-masing mikroba memberikan hubunganyang saling menguntungkan tidak hanya
bagi sapi itu sendiri tapi juga bagi kenis bakteri dan protozoa lain yang ada dalam rumen.
Lingkungan yang tepat akan memaksimalkan fungsi dari seluruh mikroba.pH rumen pada
masa keseimbangan energi negatif harus dipertahankan antara 6 –6,2. Jumlah ini lebih
rendah daripadayang direkomendasikan pada tahap laktasi lainnya, Namun sapi yang
berada pada masa keseimbangan energi negatif harus dijaga jangan sampai terjadi asidosis
bila asupan nutrisi akan ditingkatkan.
Jumlah hijauan yang akan diberikan harus sesuai denganprosedur keseimbangan
ransum. Dalam hal ini perlu mempertimbangkan tingkat serat sebagai tingkat kematangan
hijauan. Serat mengandung suatu kombinasi selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Bagian
pokok dari selulosa dan lignin dapat ditentukandengan menguji kandunganserat pembersih
asam (ADF=acid detergent fiber). Sedangkan untuk serat pembersih netral (NDF=neutral
detergent fiber) didapatkan dari isolasi hemiselulosa. Nilai ADF merupakan penduga yang
baik bagienergi pakan (semakin tinggi Nilai ADF makaenerginyasemakin rendah),
sementara NDF (kandungan dinding sel) memilikikorelasi negatif terhadapjumlah hijauan
yang dikonsumsi, sesuai dengan pertambahan kematangan hijauan. NDF dapat
dijadikanindikator yang sangat sensitif terhadap asupan pakan. Kenaikan 1% NDF dari
jumlah yang direkomendasikan dapat menurunkan produksi susu dan asupan bahan kering.
Saat sapi berada pada keseimbangan energi negatif, ADFharus ada dalam ransum sebanyak
19%, sementara NDF 28%,agar fungsi rumen berjalan optimal. Untuk itu, ransum campur
total (TMR) sebaiknya memiliki kandungan NDF hingga 27 persen. Bagiransum,yang
ukuran partikelnya tidak cukup,sebainknya memiliki kandungan NDF sebanyak 29 persen.
Hal itu dilakukan untuk menimalkan resiko asidosis.
Kecukupan protein yang dapat dicerna (60 -65% dari total nitrogen atau 12 persen
dari bahan kering ransum) dan protein yang larut dalam rumen (30 persen dari total
nitrogen dalam komponen ransum pakan; 45 persen dalam ransum campur total/TMR)
diperlukan bagi optimalnya amonia rumen (2 –5 mg/dl) dan peptida rumen digunakan
untuk sintesis mikroba protein (tabel 49.4). Tujuan menyeimbangkan ransum dengan tepat
adalah untuk memberikan jumlah pakan yang cukup dari protein rumen dapat dicerna
(RDP) dan nitrogen nonprotein (NPN) untuk memaksimalkan sintesis mikroba protein
(murah) dan sesudah itu memaksimalkan jumlah mikroba protein yang dicerna ternak. Sisa
protein yang dibutuhkan ternak harus dipenuhi oleh sumber protein rumen yang tidak dapat
dicerna dengan kualitas yang lebih tinggi (lebih mahal). Hal yang paling sulit dalam
meracik ransum bagi ternak ruminansia yaitu membuat salah satu yang dapat
memaksimalkan mikroba rumen. Mikroba rumen memecah pakan menjadi ammonia
kemudian mengkombinasikan amonia tersebut dengan karbon untuk membentuk asam
amino dan akhirnya menjadi mikroba protein berkualitas tinggi. Kuncinya yaitu untuk
menjamin bahwa sumber nitrogen dan sumber karbon digunakan oleh mikroba rumen
untuk keperluannya pada waktu yang sama. Sumber protein terlarut, seperti tepung kedelai,
dipecah secara cepat menjadi amonia yang digunakan oleh bakteri selulolitik. Sumber
protein yang tidak larut, seperti tepung jagung, diuraikan peptida yang digunakan secara
efektif oleh pencerna pati. Penghancuran cepat karbohidrat nonstruktur(termasuk pectin,
pati, dan konsentrat gula) bergandengan dengan pengurai sumber protein, yang lambat,
dapat menjadikan asidosis. Pemberian sumber NPN dengan penguraian lambat sumber
karbohidrat (karboidrat berstruktur dalam hijauan) menghasilkan amonia berlebih yang
diserap melalui dinding rumen, kemudian diubah menjadi urea oleh hati dan akhirnya lebih
banyak yang dibuang daripada yang digunakan.Konsentrasi urea dalam darah berhubungan
erat dengan tingkat urea nitrogen susu. Konsentrasi ini dapat diukurdari kandungan sampel
susu. Hal ini dapat digunakan produser ternak dalam memonitor beberapa aspek nutrisi
sekelompok ternak. Rataan nitrogen urea susu sekitar 14 mg/dl. Meningkatnya protein
kasar dalam ransum atau berkurangnya karbohidrat nonserat, dapatmeningkatkan nitrogen
urea susu, terutama tingginya konsentrasi nitrogen urea susu dapat memprediksi masalah
reproduksi dan hal ini menggambarkan bahwa ransum yang ada memerlukan pembuang
protein berlebih. Apabila tidak dilakukan pembuangan protein berlebih maka kandungan
karbohidrat nonserat akan meningkat. Nitrogen urea susu akan meningkat pada situasi di
mana sapi memobilisasikan sejumlah simpanan tubuh secara significant. Melepaskan
ammonia hati untuk menguba ammonia bebas menjadi urea, sehingga konsentrasi urea
dalam susu meningkat. Pentingnya Ketepatan Pemberian Pakan terhadap Mikroba Rumen
Mikroba rumen memiliki lebih dari 50 persen protein. Sapi yang mengasilkan 100 ponunds
susu per hari dapat memperoleh lebih dari 80 persen kebutuhan proteinnya dari pencernaan
bakteri rumen. Protein mikroba lebih dekat jenisnya dengan kandungan asam amino susu
daripada tumbuhan lain atau suplemen protein ewani. Profitabilitas suatu ransum secara
langsung berhubungan erat dengan murah dan baiknya pemenuhan kebutuhan mikroba
rumen. Pemberian Pakan PostruminalSeleksi pakan bagi nutrisi bebas hambatan (bypass)
rumen harus melengkapi nutrisi yang disediakan mikroba rumen. Protein rumen yang tak
terurai (40 persen dari total nitrogen) harus membebaskan asam amino tambahan secara
postruminal ke usus halus. Kualitas protein harus menjadi pertimbangan utama.
nSuplementasi metionin dan lysin untuk kestabilan rumen dapat meningkatkan produksi
susu, terutama pada awal laktasi; namun demikian, respon yang paling dapat diduga dari
suplementasi ini yaitu dapat meningkatkan 3 –5 persen produksi susu (sama dengan 0,1
persen lebih tinggi protein-nya daripada sapi yang tidak diberikan suplemen).
Lemak dapat ditambahkan pada ransum untuk sapi keseimbangan energi negatif,
dan lebih dari 90 persen lemak akan melewati usus halus. Meningkatnya muatan energi
lemak pada ransum dapat memperbesar asupan energi dengan asupan bahan kering yang
sama. Kelebihan lemak dalam rumen dipengaruhi pula oleh pencernaan dari serat; oleh
karena itu lemak tidak boleh lebih dari 3 persen dalam ransum sapi masa keseimbangan
energi negatif. Strategi dan tujuan pemeliharaan pada masa keseimbangan energi negatif
difokuskan untuk memaksimalkan keuntungan pada tahap laktasi yang sedang berjalan.
Sedangkan pada masa keseimbangan energi positif, strategi dan tujuan pemeliharaannya
berganti, yaitu difokuskan untuk mempersiapkan sapi menghadapi laktasi berikutnya
dengan tidak mengabaikan produksi susu pada tahapan laktasi yang sedang berlangsung.
I.4 Tata Laksana Pemeliharaan Pedet Sapi Perah Kering Kandang

Pengeringan dilakukan selama 30 –45 hari sebelum beranak. Sapi yang dikeringkan
akan berkurang produksi susunya sebanyak 25 persen. Periode kering yang singkat dan
ketidakcukupan pemberian pakan mempengaruhi proporsi dari kekurangan
nutrisi.Sebaliknya, memperpanjang periode pengeringan dapat meningkatkan biaya pakan
dan biaya pemeliharaan sedangkan produksi tidak profit. Jelasnya, periode pengeringan
yang lebih panjang harus diikuti dengan meningkatnya produksi susu dan menurunnya
selang beranak. Selain itu sapi dapat berproduksi pada umur yang lebih muda.
Periode pengeringan dibagi menjadi dua fase. Fase pertama adalah penghentian
proses laktogenesis dalam kelenjar ambing. Fase kedua adalah periode laktogenesis
berikutnya. Sekitar tiga minggu sebelum beranak terjadi kolostrogenesis. Periode ini
ditandai dengan terjadinya diferensiasi epytel secretory; Meningkatnya sintesis dan sekresi
dari lemak, protein, dan karbohidratserta penumpukkan imunoglobulin dari plasma. Waktu
terjadinya kolostrogenesis ditentukan oleh perubahan kelenjar endokrin yang sama yang
akan digunakan untuk persiapan beranak pada sapi. Melalui periode pengeringan ini, sel-sel
sekretori dibarukan di kelenjar sebagai persiapan dalam menghadapi laktasi berikutnya.
Kelompokan sapi masa transisi secara terpisah, bila fasilitas kandang
memungkinkan pengaturan setiap individu sapi mulai dari dua minggu sebelum beranak
dan sepuluh hari setelah beranak. Pemberian pakan pada periode ini adalah untuk
mempersiapkan kondisi rumen dan mikroba rumen dalam mencerna jenis pakan setelah
periode pengeringan. Selain itu juga untuk memaksimalkan asupan bahan kering yang akan
berkurang rata-rata 30 persensegera sebelum beranak (gbr 47.4). Tujuan dari pemberian
pakan pada periode ini adalah untuk mengurangi kehilangan energi saat sapi berada pada
kondisi keseimbangan energi negatif sehingga produksi puncaknya dapat dicapai mendekati
potensi genetiknya. Selain itu untuk meningkatkan performans reproduksi. Strategi terbaik
untuk menghindari gangguan pada periode ini adalah dengan mempertahankan asupan
bahan kering selama sepuluh hari terakhir menjelang beranak. Perlu dicatat bahwa 30
persen menurunnya asupanbahan kering disebabkan oleh perubahan hormon dalam
menghadapi kelahiran dan laktasi berikutnya. Untuk itu berikan sapi pakan yang lebih
sedikit namun frekuensinya ditingkatkan. Palatabilitas susunan ransum perlu diprioritaskan.
Untuk sapi yang berproduksi sedang hingga sedikit, peternak dapat melakukan pengeringan
dengan cara pemerahan tak berlanjut sederhana; sedangkan untuk sapi yang berproduksi
tinggi (lebih dari 45 pounds bagi jenis bangsa besar, 25 pounds untuk bangsa kecil)
sebelum dikeringkan, harus dikurangi dahulu produksi susunya. Strategi yang dapat
dilakukan adalah mengurangi asupan air dan kualitas pakan. Hentikan penggunaanbST.
Pada pemerahan terakhir, obati ambing sapi dengan anti mastitis (antibiotik) untuk sapi
kering, kemudian celupkan putingnya dengan larutan penceluptype barrier. Pencahayaan
yang kurang dapat mengurangi asupan pakan. Perbandingan terang:gelap yang optimal
dalam menjaga selera makan adalah dengan 16:8. Pakan segar dan air bersih harus selalu
tersedia. Sapi yang mendeati waktu beranak umumnya tidak mau ditemani oleh sapi
lainnya karena akan berkompetisi dalam mendapatkan pakan atau air. Sapi harus selalu
tetap bersih, kering , dan nyaman. Perhatikan tanda-tanda mastitis yang mungkin timbul
pada sapi pada dua minggu hingga sepuluh hari menjelang pengeringan.
Pencahayaan yang kurang dapat mengurangi asupan pakan. Perbandingan
terang:gelap yang optimal dalam menjaga selera makan adalah dengan 16:8. Pakan segar
dan air bersih harus selalu tersedia. Sapi yang mendeati waktu beranak umumnya tidak mau
ditemani oleh sapi lainnya karena akan berkompetisi dalam mendapatkan pakan atau air.
Sapi harus selalu tetap bersih, kering , dan nyaman. Pada fasilitas kandang yang
memungkinkan sapi diberi pakan secara individual dapat dilakukan perkenalan dari ransum
kering ke ransum laktasi secara gradual. Perubahan ransum secara gradual membantu
dalam mempertahankan asupan. Hal ini penting dilakukan agar rumen dan mikroba dapat
beradaptasi dengan baik. Dalam hal ini populasi mikroba rumen diperkenalkan agar dapat
mencerna lebih banyak lagi pati sebelum beranak. Dengan demikian produksi butirat dari
mikroorganisme ini dapat meningkatkan area permukaan papila rumendan sebagai
persiapan bagi sapi dalam mendapatkan butirat secara bebas sebelum dimulainya masa
laktasi. Selain itu, sejumlah laktat dapat ditingkatkan untuk mengurangi terjadinya asidosis
rumen pada awal laktasi. Selama periode ini palatabilitas ransum sangat penting untuk
diperhatikanyaitudengan melakukan pengaturan terhadap pemberian hijauan, konsentrat
dan suplementasi anionik secaratelitiuntuk menghindari pengaruh negatif asupan bahan
kering. Tingkat asupan campuran ransum total pada ternak harus lebih tinggi dibandingkan
dengan pemberian pakan secara terpisah. Apabila ternak terkena demam susu maka harus
dilakukan pemantauan terhadap perbedaan kation –anion secara ketat. Selain itu berikan
tambahan selenium dan juga vitamin A, D, dan E selama diberikannya selenium tersebut.
Adaptasi mikroflora rumen terhadap ransum yang diberikan adalah dengan memberikan
ransum dengan komposisi yang sama, atau prosentase dari susunan yang sama selama
periode laktasi.
Pencegahan stres saat beranak dimulai dari pemantauan kondisi sapi menjelang
beranak. Kandang induk harus ditangani secara individual. Sapi ditempatkan secara
individual dengan alas kandang yang baik satu minggu menjelang beranak. Hindari jangan
sampai sapi beranak di petak kandang. Beranak pada petak kandang dapat membahayakan
pedet yang dilahirkan serta induknya. Secara insting, menjelang beranak sapi akan
menghindari kelompoknya untuk menyendiri dan membatasi dirinya menuju ke tempat di
mana predator itu berada.
Kandang induk dibuat individual untuk memudahkan dalam pemberian pakan dan
minum agar tidak terjadi kompetisi dan memudahkan ternak dalam memantau sapi secara
individual serta melindungi pedet dari kontaminasi penyakit. Lantai kandanginduk harus
padat dan diberi beding yang baik. Luas yang diperlukan 200ft2(minimum 120 ft2) agar
memberikan kenyamanan pada sapi. Lantai harus mudah dibersihkan dan disanitasikan.
Kedalaman beding harus lebih besar dibandingkan kandang lainnya. Selama beranak,
banyak cairan yang tumpah dari kantong air selubung pedet. Selain itu sapi melakukan
defekasi dan urinasi pada saat-saat menjelang beranak.

Anda mungkin juga menyukai