Hal-hal utama yang harus diperhatikan dalam menyusun ransum ayam petelur
1. Standard produksi diberikan oleh para ahli pemuliaan sebagai ukuran baik buruknya
pengelolaan. Nilai yang dijadikan patokan adalah nilai yang dapat dicapai jika petelur
dipelihara dengan pengelolaan yang baik. Selain produksi telur hal lain yang dijadikan
patokan antara lain :
a. bobot badan pd kurun waktu pertumbuhan
b. produksi harian (%)
c. produksi telur total (butir)
d. bobot badan dewasa
e. besar telur
f. daya hidup (%)
g. produksi telur tetas (%)
h. daya tetas (%)
Penghitungan Standard produksi telur dari minggu ke minggu akan banyak menolong dalam
melakukan kontrol terhadap produksi. Ayam mulai bertelur setelah berumur 20 minggu (5
bulan). Produksinya mulai dicatat setelah mencapai 5%, prosentase ini meningkat terus dan
setelah 2 bulan produksi mencapai puncak untuk kmd perlahan-lahan turun. Perlu diingat
bahwa ayam yg bertelur terlalu cepat (masak dini ) akan menghasilkan telur
berukuran kecil dan berlangsung lama, serta sulit diperbaiki. Hal ini krn ukuran tubuh
dan kapasitas organ reproduksi belum maksimal. Hal ini salah satu hal yg perlu dibahas
bgm cara memperoleh ayam dara yang siap memasuki masa bertelur.
Pada dua bulan pertama masa produksi bukan hanya produksi telur yang meningkat,
tetapi ukuran badan dan besar telur juga meningkat. Pada masa akseleratif ini ayam harus
mendapatkan asupan nutrien yang maksimal (Ransum perlu diberikan ad-libitum). Setelah 2
minggu produksi berlangsung maka telur akan mencapai ukuran yg normal. Jika
keselarasan antara bobot badan dan dewasa kelamin tidak tercapai , maka hasil telur yg
kecil berlangsung lama dan sulit diperbaiki. Asupan yg tdk mencukupi menyebabkan puncak
produksi yg dicapai lebih rendah, begitu juga dg ukuran telur. Selanjutnya produksi telur
lebih cepat menurun dibandingkan dg ayam yg mendapat asupan nutrien cukup.
Ayam petelur adalah mesin biologis yg dinamis. Kekurangan suatu zat makanan
akan mengubah bentuk kurva produksi telur. Kurva produksi akan lebih curam sehingga
umur ekonomisnya menjadi lebih singkat. Kadang kala produksi hariannya naik-turun
tergantung asupan nutrien, biasanya jika ada usaha perbaikan akan nampak pengaruhnya
setelah 2 minggu berikutnya dan sebaliknya jika terjadi kekurangan nutrien juga nampak
setelah 2 minggu. Akan tetapi bila kejadian kekurangan nutrien lebih parah maka gejala
penurunan produksi akan muncul lebih cepat.
Bila ayam dara menjadi dewasa kelamin, indung telur dan oviduck mengalami
banyak perkembangan. Sekitar 11 hari sebelum ayam dara mengeluarkan telur pertamanya,
serangkaian aktivitas hormonal terjadi. Indung telur mengeluarkan hormon estrogen,
progesteron dan testosteron. Meningkatnya estrogen dalam plasma darah mengawali
perkembangan tulang bersumsum, merangsang pembentukan protein dan lemak kuning
telur oleh hati, meningkatnya ukuran oviduk sehingga mampu menghasilkan putih telur,
selaput kerabang, kalsium karbonat untuk kerabang dan kutikula. Kuning telur pertama
1
mulai masak karena sejumlah besar bahan kuning telur yang dihasilkan di hati dan diangkut
melalui darah langsung menuju ke kuning telur. Sehari atau hari keduanya, kuning telur
kedua mulai masak dan begitu selanjutnya, hingga kembali telur pertama dikeluarkan dari
sekitar 5 hingga 10 kuning telur yang mengalami pertumbuhan. Sekitar 10 hari
dibutuhkan untuk sebuah kuning telur menjadi masak. Ovulasi kedua diatur oleh
ditelurkannya telur pertama, dan terjadi sekitar 15-40 menit sesudah telur pertama
ditelurkan. Kebanyakan induk ayam mengeluarkan telur secara berurutan dengan selang
waktu 23-26 jam. Telur ditelurkan dalam beberapa hari yang berurutan yang disebut
clutches, setelah itu berhenti bertelur untuk sehari atau lebih. Masa istirahat / berhenti ini
akan lebih lama pada petelur yang menghasilkan telur sedikit. Kebanyakan ayam petelur
komersial menghasilkan 3 - 8 telur per clutch, petelur yang jelek mempunyai clutch yang
pendek begitu sebaliknya untuk petelur yang baik.
Jumlah kuning telur yang berkembang ini pada ayam broiler bibit lebih sedikit dari
pada ayam petelur. Bahan pewarna kuning telur adalah xantophil suatu pigmen karotenoid
yang berasal dari ransum. Ukuran kuning telur bukan berhubungan dengan laju produksi
telur, tetapi lebih erat hubungannya dengan lamanya waktu yang diperlukan ova untuk
masak. Jadi telur yang dihasilkan pertama kali dalam satu clutch, biasanya akan berisi
kuning telur yang lebih besar dari telur-telur yang dikeluarkan berikutnya.
Dewasa kelamin yang ditandai dengan ovulasi pertama, dapat dipercepat atau ditunda.
Pembatasan pakan atau pembatasan lama penyinaran selama periode pembesaran
ayam dara adalah dua cara yang sering digunakan, selain cara-cara yang lain.
1. Umur (fase produksi ayam) : starter, grower, developer atau layer. Hal tersebut akan
mempengaruhi dalam penentuan kebutuhan nutrient, bentuk pakan, cara pemberian dll.
Rekomendasi kebutuhan nutrien makin lama makin teliti, bahkan dirumuskan dalam
model matematika yang memperhitungkan bobot badan, pertumbuhan, produksi dan
besar telur serta suhu lingkungan.
Pada masa awal (starter) pemberian pakan dilakukan secara penuh karena pada
waktu kurun pertumbuhan murni unggas tumbuh secara cepat dan dapat
menyesuaikan kebutuhan akan zat makanannya.
Pada masa (pertumbuhan) grower, perkembangan berbagai organ tubuh tidak
sama cepatnya. Pada masa ini unggas cenderung mengkonsummsi makanan
melebihi kebutuhan, oleh karena itu perlu pembatasan. Organ reproduksi
berkembang lebih lambat dibandingkan dengan organ yg lain. Bila sekresi
hormon kelamin telah siap untuk menggertak produksi telur maka ayam akan
bertelur lebih awal.
Pembatasan pakan dapat melalui beberapa cara :
a. Pembatasan kandungan zat makanan (misal menurunkan kandungan energi
atau protein dan memberikan ransum yg pola asam aminonya defisien).
b. Pembatasan waktu pemberian makanan (dikenal istilah : skip a day feeding =
pemberian makan selang sehari, dll)
c. Pembatasan jumlah pemberian
Pola zat makanan yg tidak seimbang seringkali merupakan beban fisiologis bagi
tubuh. juga pembatasan waktu merupakan cekaman yg menyebabkan angka
kematian meningkat. Pembatasan jumlah lebih menguntungkan karena pola
zat makanan yang seimbang dan pemberian yg terbatas tidak mengganggu
proses metabolisme zat makanan dan dapat meningkatkan penyerapan zat
makanan karena laju lewatnya digesta lebih lambat.
2. Bentuk pakan.
Ransum dapat diberikan dalam bentuk tepung/ mash, pelet/pellet,
remahan/crumbles atau campuran bentuk tepung dan bijian. Bentuk pelet
mempunyai beberapa keuntungan yaitu : konsumsi lebih banyak, efisiensi lebih
tinggi, sedikit yang terbuang, lebih mudah dimakan karena bentuknya butiran,
vitamin-vitamin yang larut dalam lemak lambat teroksidasi dan beberapa bakteri dan
2
virus sudah dihancurkan. Akan tetapi, pembuatan pelet membutuhkan tambahan
biaya dan mudah hancur kalau pengikatnya tak cukup baik serta meningkatkan
konsumsi air minum sehingga tinja lebih basah dan merangsang kejadian
kanibalisme karena makanan cepat habis.
Pada periode akhir pertumbuhan minggu sebelum periode produksi sebaiknya
ransum berangsur-angsur ditingkatkan hingga konsumsi ransum maksimal. Secara
praktis , besarnya tambahan ransum adalah 454 g per 100 ekor per hari. Dua
minggu setelah puncak produksi tercapai maka ayam petelur mulai dibatasi
pemberian ransumnya. Ransum dikurangi sebanyak 8-9% yaitu mulai umur 30
minggu untuk jenis medium dan tipe berat, dan mulai umur 35 minggu bagi jenis
ringan. Besarnya konsumsi ransum untuk ayam petelur ketiga tipe setelah
memperhitungkan pembatasan makanan jenis ringan, medium dan berat adalah
7,44, 8,35, dan 11,0 kg. Jumlah ransum yang harus diberikan pada periode
pertumbuhan untuk jenis ringan, medium dan berat bibit sebanyak 7-8, 10 dan 20%
dari besarnya konsumsi secara penuh. Jika ransum dibatasi maka luas tempat
makanan harus cukup dan jika bobot badan 1% lebih rendah dari bobot acuan maka
tambahan ransum ditingkatkan juga sebanyak 1%.
2. dulu ayam petelur dibedakan berdasarkan bobot badan (mini, ringan, medium dan
berat) tetapi sekarang perbedaan tersebut sangat kecil. Ayam petelur diseleksi untuk
menghasilkan ayam petelur yang produksinya tinggi dan dapat bertahan dalam
waktu yang lama. Besar badan bukan menjadi ukuran, yang menjadi perhatian
adalah bangun tubuhnya harus ideal sebagai petelur, keseragaman dan kematangan
kelamin dan ukuran tubuh yang dapat menopang produksi telur yang tinggi. Jadi
ransum dan teknik pemberian makannya lebih banyak ditujukan untuk menyiapkan
ayam muda hingga menjadi dara yang unggull dan menjaga agar produksi telur dan
kualitasnya dapat dipertahankan selama mungkin.
3
5. Involusi alam dari organ-organ reproduksi sebagian besar sudah berkurang pada
ayam-ayam yang telah mengalami pemuliaan yang menghasilkan telur selama 12-15
bulan.
Meskipun demikian ayam-ayam petelur mempunyai kemampuan untuk involusi dan
regenerasi organ-organ reproduksinya, akan tetapi harus melalui rangsangan dengan
mengadakan cekaman-cekaman (stress) yang agak hebat.
Salah satu metode untuk jatuh bulu dan involusi dari sistem reproduksi sbb:
1. Tidak memberi makan dan minum
2. tidak memberi cahaya/ lampu
3. memberi senyawa-senyawa thyroaktif
4. memberi senyawa-senyawa anti thyroid
5. memberi progesteron
6. memberi 2-acetyl-amino-5-hydro-thiozol dengan tingkat tinggi
7. memberi obat : 1(-methyl-lallyl)6-methyl dithiobiurea.
8. memberi zinc oksida pada tingkat untuk memenuhi 20.000 ppm Zn untuk 5-13 hari.
4
MENYUSUN RANSUM AYAM (PETELUR/BROILER)
Seperti biasa sebelum menyusun / memformulasikan ransum maka perlu mengetahui dulu:
1. Data kebutuhan nutrient sesuai umur ayam yang akan diberi pakan (NRC, 1994)
2. Data komposisi bahan pakan (NRC, 1994; Hartadi dkk, 1997, dll)
3. tipe ransum
4. jumlah ransum yang dapat dikonsumsi
5
Tabel 3. Nutrient requirement of White-egg-laying strains
Nutrient unit 0-6 minggu 6-12 12-18 minggu 18 bertelur I
minggu
BB g 450 980 1375 1475
ME Kcal /kg 2850 2850 2900 2900
Protein and AA
CP % 18 16 15 17
Arg % 1,00 0,83 0,67 0,75
Gly+Ser % 0,70 0,58 0,47 0,53
His % 0,26 0,22 0,17 0,20
Ile % 0,60 0,50 0,40 0,45
Lys % 0,85 0,60 0,45 0,52
Met % 0,30 0,25 0,20 0,22
Phe % 0,54 0,45 0,36 0,40
Thr % 0,68 0,57 0,37 0,47
Trp % 0,17 0,14 0,11 0,12
Fat
Linoleic % 1,00 1,00 1,00 1,00
acid
Macro mineral
Ca % 0,90 0,80 0,80 2,00
P av % 0,40 0,35 0,30 0,32
Na % 0,15 0,15 0,15 0,15
Cl % 0,15 0,12 0,12 0,15
Micro mineral
Iodine mg 0,35 0,35 0,35 0,35
Fe mg 80 60 60 60
Se mg 0,15 0,10 0,10 0,10
Zinc mg 40 35 35 35
Mn mg 60 30 30 30
Vitamin belum tertulis (lihat NRC,1994 halaman 27)
6
Tabel 4. Komposisi bahan baku penyusun ransum yang ada di sekitar kita.
Bahan Lys Met Protein Energi Serat Calsium Phosphor
Pakan (%) (%) (%) metabolis Kasar (Ca %) tersedia
(kcal/kg) (%) (Pav %)
Jagung 9,0 3430 2,5 0,02 0,3
Dedak 10,2 1630 3,0 0,04 1,40
halus
Tepung 53,9 2640 1,0 5,5 2,8
ikan
Bungkil 41,7 2425 6,0 0,32 0,69
kedelai
Tepung 3,3 3000 0,8 0,58 0,19
gaplek
Tepung 12,0 - 2,0 24,0 12,0
tulang
Minyak - 8300 - - -
kelapa
Bungkil 20,6 1540 0,2 0,20 0,6
kelapa
Daun 20,4 1740 3,7 0,7 0,4
lamtoro
Pollard 16,1 2103 6,6 0,13 0,9
Ayam membutuhkan ransum untuk menghasilkan telur dan daging. Untuk itu,
pengetahuan tentang zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh ayam sangatlah penting. Secara
garis besar, zat-zat gizi yang dibutuhkan ayam terdiri dari protein, energi, vitamin, mineral
dan lemak. Protein ini berguna untuk membangun jaringan-jaringan tubuh yang baru,
menggantikan bagian-bagian tubuh yang rusak, pembentukan cairan-cairan tubuh,
pembentuk bulu dan pembentukan telur. Sementara energi dibutuhkan untuk segala
aktivitas normal tubuh, antara lain detak jantung, mengedarkan darah dan kemampuan
ayam berjalan. Vitamin dan mineral merupakan zat gizi yang sedikit dibutuhkan tetapi
sangat penting. Tanpa vitamin dan mineral menyebabkan pertumbuhan lambat, ayam kecil,
lumpuh, pincang, mata buta, telur lembek dan banyak kelainan lainnya.
Disamping pengetahuan kebutuhan zat gizi untuk ayam, pengetahuan bahan pakan
khusus ayam juga sangat penting. Pengetahuan ini meliputi kadar gizi, nilai kecernaan, anti
zat gizi dan sifat-sifat lainnya, sehingga kita dapat dengan tepat memilih bahan pakan untuk
ayam. Bahan pakan dapat digolongkan kepada sumber protein nabati dan hewani seperti
tepung bungkil kedelai dan tepung ikan. Kemudian bahan pakan sumber energi seperti
misalnya jagung, dedak dan minyak. Disamping itu ada juga bahan pakan yang tergolong ke
dalam bahan pakan sumber mineral dan vitamin.
Suatu bahan pakan layak dikonsumsi ayam apabila memenuhi persyaratan yaitu:
a. Langgeng keberadaannya.
b. Tidak mempunyai daya saing kuat dengan kebutuhan manusia.
c. Tidak mempunyai daya saing nutrisi yang kuat dengan bahan pakan ayam yang sejenis.
d. Mengandung serat kasar yang rendah.
7
Tabel 5. Saran kebutuhan zat gizi ayam buras
Zat Gizi Umur
0-12 minggu 12-22 minggu >22 minggu
Energi metabolis, kkal/kg 2.600 2.400 2.400-2.600
Protein kasar, % 15-17 14 14
Kalsium, % 0,90 1,00 3,40
Fosfor tersedia, % 0,45 0,45 0,34
Metionin, % 0,37 0,21 0,22-0,3
Lisin, % 0,87 0,45 0,68
Selain itu, ada yang menyarankan bahwa ransum untuk ayam buras penggemukan
adalah sebagai berikut:
Umur 0-2 minggu kadar proteinnya 18-21%
Umur 2-4 minggu kadar proteinnya 16-18%
Umur >4 minggu kadar proteinnya 14-16%
Penggemukan dilakukan sampai dengan 2-3 bulan, ransum yang dibutuhkan 2,5 kg/ekor,
berat badan 0,8-1,2 kg.
8
Cara menghitungnya, pertama-tama kita buat perhitungan 2 bahan dahulu. Misalnya
campuran A terdiri dari ransum layer dan dedak halus dengan menentukan kadar protein
lebih tinggi dari 14% misalnya 16%.
16%
Tahap kedua, campuran A dan jagung kuning kita gabungkan sebagai campuran
akhir untuk mendapatkan kadar protein ayam petelur buras sebesar 14%.
14%
Jumlah ketiganya adalah 100%. Jika dicek kadar energinya adalah 2.658,70 kkal/kg.
Kedua metode menyusun ransum di atas sebenarnya belum cukup karena belum
dilakukan pengecekan kadar Ca dan P.
9
Dedak 40 35 28 40
Jagung 42 50 55 40
Tepung kepala ikan 3 4 4 6
Konsentrat 13 10 12 12
Premix B 0,5 0,5 0,5 0,5
Top mix 0,5 - - -
vitamix 1 0,5 0,5 0,5
Pemberian ransum pada umur 1-7 hari sebanyak 30 g/ekor/hari; umur 1-8 minggu sebanyak
60 g/ekor/hari, umur 8-20 minggu sebanyak 80 g dan >20 minggu sebanyak 90-100
g/ekor/hari.
Tabel 8. Formulasi Ransum Ayam Petelur Fase Starter Umur 3 4 minggu dengan Kadar
Protein 20 % per ton.
Tabel 9. Formulasi Ransum Ayam Petelur Fase Grower 1 Umur 9 12 minggu dengan
Kadar Protein 19 % per ton.
10
No Nama Bahan Pakan kg
1 Jagung 550,5
2 Bekatul 183,45
3 Bungkil kedelai 160,5
4 Meat and bone meal 60,5
5 Tepung ikan 35
6 Premix 4345 10
7 Feed additif 0,05
Jumlah 1000
Tabel 10. Formulasi Ransum Ayam Petelur Fase Grower 2 Umur 13 20 minggu dengan
Kadar Protein 16 % per ton.
Tabel 11. Formulasi Ayam Petelur Fase Layer Umur 21 minggu Afkir dengan Kadar Protein
18 % per ton.
c. Proses pencampuran
Semua bahan yang dipersipakan kemudian dimasukan kedalam mixer sesuai dengan
formulasinya. Waktu yang dibutuhkan dalam sekali pencampuran 20 menit. Bahan pakan
tercampur menjadi satu sampai tidak terciri lagi warna dari suatu bahan secara dominan dan
aromanya juga sudah menyatu membentuk ransum yang berbentuk tepung. Setelah semua
bahan tercampur secara merata, dilakukan pengepakan atau
pengemasan. Jumlah produk ransum ayam petelur yang dihasilkan rata-rata perhari 25-30
ton. Dengan prosentase jumlah produk terdiri atas rata rata starter = 3,42 %, Grower 1 =
3.89 %, Grower 2 = 3,89 % dan Layer =
88,80 %.
11
d. Pengemasan
Ransum yang sudah jadi dikontrol kualitasnya dan siap dikemas dalam karung plastik yang
berkapasitas 50 kg. Karung dijahit untuk menutup dan melindungi pakan supaya tidak
tumpah dan tidak mudah terkontaminasi dengan air, udara, jamur dan benda asing lainnya.
Kemasan menggunakan karung plastik karena tidak menyerap air, praktis, tidak terlalu
berat, murah dan mudah didapat.
Kesimpulan
Pengadaan bahan baku didasarkan atas pertimbangan kualitas dan harga bahan yang
berasal dari bahan lokal dan impor dengan perbandingan bahan lokal 87,15% dan bahan
impor 12,85 %. Bahan diuji secara organoleptis dan fisis terutama untuk jagung harus
berkadar air maksimal sebesar 17 %. Perusahaan peternakan Populer Farm
menghasilkan produk ransum ayam petelur terdiri dari Sarter, Grower 1, Grower 2 dan Layer
dengan jumlah produksi antara 25-30 ton perhari.
Sedangkan untuk formulasi ransum yang sebagai dasar pembuatan yaitu dengan
memperhatikan kebutuhan nutrisi terutama untuk protein untuk setiap fase hidup ayam yaitu
dengan kandungan protein: Starter = 20 %, Grower 1 = 19 %, Grower 2 = 16 % dan Fase
Layer = 18 %. Proses Pembuatan ransum meliputi penggilingan, menghitung formulasi
ransum pakan, mencampur bahan, pengemasan serta penyimpanan dan penggudangan.
1. Bagaimana cara menentukan nilai kadar protein dan energi metabolisme dalam formulasi
ransum dimana bahan baku pakan yang digunakan berupa jagung, konsentrat dan
bekatul?
2. Berapa persentase formulasi yang bagus dari ketiga bahan baku tersebut untuk
digunakan pada ayam petelur fase produksi?
Jawab:
1. Pada prinsipnya perhitungan kadar energi metabolisme (EM) maupun protein kasar (PK) yang terkandung dalam
12
ransum self mixing (formulasi sendiri) ialah dengan mengalikan persentase penggunaan bahan baku dengan
kandungan EM & PK dari masing bahan tersebut. Setelah itu nilai per masing-masing bahan baku dijumlah untuk
mengetahui kadar EM & PK dari formulasi ransum.
Untuk mengetahui kadar EM & PK hasil formulasi ransum, kita harus mengetahui terlebih dahulu kadar nutrisi
masing-masing bahan baku pakan (lihat tabel 12). Setelah itu tentukan persentase komposisi dari ketiga bahan baku
tersebut, 3 alternatif contoh formulasi pakan untuk ayam fase produksi (layer) (tabel 13) dengan hasil perhitungan
kualitas nutrisinya (pada tabel 16).
Note :
EM = Energi Metabolisme; PK = Protein Kasa; LK = Lemak Kasar; SK = Serat Kasar; Ca = kalsium; P = Fosfor
Sumber : Feed Reference Standard (2003) dan leaflet konsentrat dari berbagai produsen
Dari formulasi pada tabel 3 tersebut kemudian perhitungkan kadar EM & PK. Contoh perhitungan kadar EM & PK dari
formulasi A dapat dilihat pada tabel 14 &1 5.
13
Total EM pakan (kkal/kg) 2.768,5
Begitu juga dengan perhitungan kadar nutrisi lainnya, seperti lemak kasar, serat kasar, kalsium, fosfor, dll (lihat tabel
16)
Tabel 16. Kandungan Nutrisi Hasil Formulasi VS Kebutuhan Nutrisi Fase Layer (Produksi)
EM P
P Methio- Linole-
Formu- (kkal/ PK LK SK Abu Ca (terse- Sodium Klorida Lysine
(tot) nine at
lasi kg) dia)
---------------------------%---------------------------
A 2.768,50 17,54 6,16 4,96 14,66 3,55 0,76 0,42 0,01 0,03 0,13 0,23 1,70
B 2.776,8 17,45 5,95 4,93 14,55 3,55 0,74 0,42 0,01 0,03 0,13 0,22 1,63
C 2.789,25 17,31 5,65 4,88 14,39 3,55 0,70 0,41 0,01 0,03 0,13 0,22 1,52
Fase Pemeliharaan
17,2- 2,5- 3,6- 0,6- 0,16-
Layer1) 2.750 <72) 5-82) 0,41 >0,16 0,42 0,872) -
18,2 72) 3,8 0,9 0,24
Keterangan :
1)
Sumber : Manual Guide Isa Brown, 2007
2)
Sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI), 1995
Untuk melengkapi kandungan nutrisi pakan gunakan feed supplement seperti Mineral Feed Supplement A,Top
Mix atau Top Mix HC pada saat formulasi pakan. Selain itu juga, secara berkala lakukan pengujian terhadap kualitas
bahan baku pakan (karena beda supplier/pengambilan kualitas bahan baku dapat berbeda-beda) maupun hasil
formulasi untuk melihat secara nyata kandungan nutrisi hasil formulasi ransum tersebut.
2. Hal pertama yang harus diketahui untuk menentukan persentase formulasi ransum yaitu batasan maksimal dan
minimal suatu bahan baku dapat digunakan (dilihat dari kandungan nutrisi dan zat antinutrisi yang mungkin ada).
Kemudian tentukan komposisi pada formulasi ransum dan bahan baku yang akan digunakan. Contoh formulasi
ransum dapat dilihat pada jawaban nomor 1.
Daftar Pustaka
14
Milis, A. 1997. Pengalaman beternak ayam buras untuk produksi telur. IP2TP. Bengkulu
Mulyono, S. 1998. Memelihara Ayam Buras Berorientasi Agribisnis. Penebar Swadaya.
Jakarta
Rasyaf, M. 1994. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya. Jakarta
Ruswendi. 1997. Pemeliharaan ayam buras secara semi intensif. IP2TP. Bengkulu.
Santoso, U. 1997. Teknologi penyusunan ransum dan pemberian pakan pada ayam buras.
IP2TP. Bengkulu.
Sauri, H. 1997. Pemeliharaan ayam buras petelur. KTNA Propinsi Bengkulu
Zainuddin, D. Pengembangan sistem usaha pertanian budidaya ayam buras. IP2TP.
Bengkulu.
15